loading...

Makalah Ulumul Hadits | Hadits Maudhu’

January 23, 2013
loading...
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

BAB II HADITS MAUDHU’ 2

A. Pengertian Hadits Maudhu’ 2

B. Awal Muncul dan faktor-faktor yang Melatarbelakangi 2

C. Kriteria Hadits Maudhu’ 7

BAB III 9

Kesimpulan 9

Penutup 9

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hadits Maudhu’ adalah hadits yang dibuat orang lain selain Nabi, dan merupakan bentuk hadits dla’if yang terburuk dan paling parah. Hadits maudhu’ haram diriwayatkan dengan alasan apapun, jika telah diketahui bahwa hadits itu adalah hadits Maudhu’. Kemaudhu’an suatu hadits bisa diketahui dari pengakuan pembuat hadits itu, atau ungkapan lain yang semakna dengan suatu pengakuan. Juga bisa diketahui melalui indikator pada rawi atau pada hadits yang diriwayatkan itu.

Kadang kala seorang pembuat hadits palsu menyandarkan hadits buatannya pada dirinya. Kadang pula ia sampaikan pada sebagian orang-orang bijaksana/bisa juga ia tidak sengaja melakukan suatu ucapan yang tanpa diketahuinya dapat mengidentifikasikan bahwa ia telah membuat hadits palsu. Diantara yang termasuk hadits maudhu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari UBBAY BIN KA’AB mengenai keutamaan tiap surat kalam Al-Quran, yang telah disebutkan secara salah oleh beberapa ahli tafsir.

Hadits maudhu’ ini sebenarnya tidak layak untuk disebut sebagai sebuah hadits. Karena ia sudah jelas bukan sebuah hadits yang bisa disandarkan kepada Nabi SAW. Berbagai hadits maudhu’ telah banyak tersebar dan beredar dalam masyarakat, dan di akui sebagai sebuah hadits yang berasal dari nabi. Disinilah kemudian hadits, meskipun sebenarnya ia bukan sebuah hadits.

BAB II

HADITS MAUDHU’

A. Pengertian Hadits Maudhu’

Hadits maudhu’ secara etimologis merupakan bentuk isim maf’ul dari Kata memiliki beberapa makna, antara lain menggugurkan, juga bermakna meninggalkan) serta bermakna (mengada-ada dan membuat-buat).

Sedangkan pengertian maudhu’ secara terminologi ulama hadits adalah:

•

•

“Sesuatu yang dinisbatkan kepada rasul SAW, secara mengada-ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan ataupun beliau taqdirkan.

Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadits maudhu’ adalah:



•

“Hadits yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta baik sengaja maupun tidak”

B. Awal Muncul dan faktor-faktor yang Melatarbelakangi

1. Awal terjadinya pemalsuan

Ketegangan yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib ra. Dan Gubernur Syam Mu’awiyah ibn Abu Sufyan ra. Memiliki dampak besar terhadap pecahnya umat dan kemunculan berbagai aliran keagamaan dan politik. Masing-masing mereka berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang dengan membawa Al-Qur’an dan as-sunnah. Saat tidak ditemukan apa yang mereka cari, mereka mencoba beralih kepada pula pemalsuan dan pendustaan atas diri Rasul SAW. Sejak itu, muncullah hadits-hadits yang secara tegas menyatakan pengukuhan atas kelompok-kelompok politik dan aliran-aliran keagamaan serta yang lainnya.

Perlu ditegaskan, hadits-hadits palsu itu bukan dibuat oleh para sahabat ataupun para tabi’in melainkan muncul dari orang-orang bodoh yang terpengaruh dan terdorong oleh adanya perbedaan politik maupun aliran, sehingga mereka berani melakukan kedustaan, dan memalsukan hadits atas nama Rasul SAW.

2. Faktor-faktor yang melatar belakangi pemalsuan hadits

a. Pertentangan politik

Perpecahan umat islam yang diakibatkan plitik yang terjadi pada masa kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan umat ke dalam beberapa golongan dan kemunculan hadits-hadits palsu. Masing-masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang dengan membawa Al-Qur’an dan sunnah. Pada akhirnya masing-masing kelompok berusaha mencari dalilnya ke dalam Al-Quran dan sunnah, dalam rangka mengunggulkan kelompoknya masing-masing. Ketika tidak ditemuinya, maka mereka mulai membuat hadits palsu mulai berkembang.

Contoh hadits palsu yang dibuat golongan syiah:

•

•

“Wahai ‘Ali sesungguhnya Allah SWT, telah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tua mu, keluargamu, (golongan) syi’ah mudan orang yang mencintai (golongan) syi’ahmu”.

Contoh hadits buatan sebagian pengikut Mu’awiyah adalah:

•

“Orang-orang yang terpercaya disisi Allah ada tigas: Aku (Muhammad), Jibril dan Mu’awiyah.”

Hadits-hadits palsu itu banyak sekali. Semua merupakan buatan kelompok-kelompok yang saling bersitegang, yang masing-masing hendak mengukuhkan pendapatnya dan mengangkat status para pemimpin mereka. Sebenarnya mereka bisa menjauhi pendustaan atas diri Rasul SAW, dengan hadits-hadits tentang keutamaan para sahabat yang brkualitas pemalsuan, dan kebodohan membutakan hati sebagian mereka.

b. Negara islam telah mampu meruntuhkan dua negara adikuasa

Pada masa itu negara Islam telah mampu meruntuhkan dua negara adikuasa, yakni kisra dan Qaishar dan mampu meredam raja-raja yang bertindak sewenang-wenang terhadap wilayah-wilayah kekuasaan mereka dengan cara menyiksa, menjarah harta benda dan menjadikan warganya seperti budak. Disaat islam telah tersebar luas, mereka mulai merasakan nikmatnya kemerdekaan dan mendapatkan perlakuan manusiawi. Pada saat yang sama, para penguasa yang kejam itu berusaha untuk merebut kekuasaannya kembali, mereka mencoba menjauhkan masyarakat dar akidah yang baik lagi benar dan menggambarkan islam dan ajaran-ajarannya dengan gambaran yang sangat buruk, baik dalam hal akidah maupun ibadah serta pemikiran-pemikirannya.

Contoh hadits palsu yang dibuat para penguasa kejam:

“Bahwa sekelompok Yahudi datang kepada Rasul SAW, lalu berkata: siapa yang menyangga ‘Arasy? Beliau menjawab:

‘Arasy disangga oleh singa dengan taring-taringnya. Air yang turun dari langit itu merupakan keringatnya. Mereka berkata: ‘Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah SAW.”

Abu Al-Qasim Al-Balkhiy berkata: “Demi Allah, ini jelas palsu, sebab kaum muslimin telah sepakat bahwa yang menyangga ‘Arasy adalah para malaikat.”

c. Perbedaan Ras dan Fanatisme Suku, Negara dan Imam

Sebagian penguasa bani Umayyah dalam menjalankan roda pemerintahan dan memudahkannya bertumpu pada bangsa Arab pada khususnya. Dan hal ini membuat kaum muslimin non Arab merasakan sikap rasialitas itu. Sehingga mereka berupaya untuk menyamakan antara non Arab dengan orang-orang Arab. Disamping itu, mereka juga membalas memandang bangsa Arab dengan angkuh dan sombong, demi mengangkat martabat mereka, dan menjelaskan keutamaan-keutamaan mereka, misalnya hadits palsu berikut ini:

••

“Sesungguhnya percakapan mereka yang ada disekitar ‘Arasy adalah dengan bahasa persia”.

Lalu penantangnya juga memalsukan hadits:

•••

“Percakapan yang paling dibenci oleh allah adalah dengan bahasa Persia. Dan percakapan para penghuni surga adalah dengan bahasa Arab.”

Contoh hadits palsu tentang keutamaan suatu negeri:





“Empat kota yang termasuk kota-kota di surga adalah makkah, Madinah, Baitul Bagdis dan Damaskus.”

d. Para tukang cerita

Sebagian tukang cerita tidak memiliki keinginan selain sekadar mengumpkan orang-orang. Lalu ia membuat hadits-hadits palsu yang membuat mereka lega dan tertarik. Diantara tukang cerita itu ada yang melakukan hal itu demi memperoleh pemberian-pemberian dari para pendengar. Mereka tidak mengindahkan adanya dosa sama sekali. Contohnya:

••



“Barang siapa mengucapkan la ilaha illallah, maka Allah akan menciptakan satu burung dari setiap katanya, yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan”.

e. Perbedaan Madzhab dan Teologi

Disamping pemalsuan yang dilakukan oleh para pengikut aliran politik tertentu demi memperkuat pendapat dan golongan mereka, aliran politik tertentu demi memperkuat pendapat dan golongan mereka, ada juga pemalsuan yang dilakukan oleh para pengikut madzhab fiqh dan teologi. Contohnya:

•

“Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’, maka tiadalah shalat baginya.”

C. Kriteria Hadits Maudhu’

Hadits maudhu’ dapat diketahui dari sanad atau matannya.

1. Tanda-tanda hadits palsu dalam sanad

 Pengakuan perawi akan kedustaannya, seperti yang dilakukan oleh Abdul Karim Al-Wadhdha’.

 Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan misalnya seseorang meriwayatkan dari seorang guru yang ia sendiri lahir setelah guru itu wafat.

 Perawi yang dikenal sebagai pendusta meriwayatkan suatu hadits seorang diri, dan tidak ada perawi lain yang meriwayatkan. Sehingga riwayatnya di hukumi palsu.

2. Ciri-ciri hadits palsu dalam matan

 Kejanggalan redaksi yang diriwayatkan, yang apabila dirasakan oleh pakar bahasaakan terasa sekali tidak mencrminkan sabda nabi SAW. Ini bila riwayat itu dijelaskan oleh perawi yang bersangkutan berasal dari redaksi nabi SAW. Bila tidak menjelaskan hal itu, maka kejanggalan akan semakin terasa dalam maknanya. Bila hal itu ditemukan maka ia menunjukkan kepaalsuansuatu hadits, meski tidak disertai dengan kejanggalan redaksinya, karena ajaran agama islam semuanya baik, dan kejanggalan menunjukkan keburukan.

 Kekacauan maknanya misalnya hadits-hadits yang dapat dirasakan keustaannya dengan perasaan atau akal sehat, seperti:

•

“Terong merupakan obat segala penyakit.”

 Bertentangan dengan Al-Quran, As-sunnah ataupun Ijma’. Contoh yang bertentangan dengan Al-Quran adalah tentang jangka usia dunia, yaitu tujuh ribu tahun. Ini jelas tidak shahih, tentu setiap orang akan mengetahui kapan kiamat tiba.

 Setiap hadits yang tidak sejalan dengan realitas sejarah yang terjadi pada masa Nabi SAW. Misalnya hadits tentang penerpan pajak untuk warga khaibar. Kedustaan hadits itu bisa dilihat dari berbagai aspek. Antara lain, bahwa di dalam itu terdapat kesaksian dari sa’id ibn Mu’ads apada hal beliau telah wafat sebelum peristiwa itu yakni pada perang khandaq.

 Kesejalanan suatu hadits terhadap aliran yang dianut oleh perwinya, dimana perawi itu tergolong sangat fanatik. Misalnya seorang penganut aliran Murji’ah meriwayatkan suatu hadits tentang paham raja’.

 Hadits itu mengkhabarkan suatu hal besar yang memenuhi kriteria untuk diriwayatkan. Tetapi ternyata hadits itu hanya diriwayatkan oleh seorang saja. Misalnya hadits tentang penghalangan yang dilakukan oleh musuh terhadap pelaku haji. Padahal peristiwa seperti itu umumnya diriwaayatkan oleh sejumlah besar periwayat.

 Hadits itu memuat belasan yang berlipat ganda atas suatu amal kecil, atau ancaman yang sangat berat atas suatu tindakan tak seberapa. Ini banyak terjadi pada hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para tukang cerita. Contoh:

•

•

“Siapa yang mengucapkan la illaha illallah maka Allah akan menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang memiliki tujuh puluh ribu lisan, dan masing-masing lisan mempunyai tujuh puluh ribu bahasa, dan semuanya akan memintakan ampun kepadanya.”

BAB III

Kesimpulan

1. Hadits maudhu’ berasal dari kata , dan memiliki makna menggugurkan, juga bermakna (meninggalkan), (mengada-ada dan membuat-buat).

2. Hadits maudhu’ menurut istilah yakni sesuatu yang disandarkan kepada Rasul SAW, secara mengada-ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan ataupun beliau taqdirkan

3. Ketegangan yang terjadi antara ‘Ali bin Abi Thalib dengan mauawiay menjadi awal munculnya ide pemalsuan hadits.

4. Faktor yang melatarbelakangi pemalsuan hadits antara lain:

 Pertentanan politik

 Negara Islam yang meruntuhkan dua negara adikuasa

 Perbedaan ras, dan fanatisme suku, negara dan imam

 Para tukang cerita

 Perbedaan madzhab dan teologi.

5. Kriteria hadits maudhu’ dapat lihat dari dua sisi

 Tanda hadits palsu dalam Sanad

 Tanda hadits palsu dalam matan

Penutup

Alkhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun penulis akui masih jauh dari sempurna.
loading...
Previous
Next Post »
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929