loading...

Uji Chi – Kuadrat Dan Uji Kecocokan

January 29, 2013
Uji Chi – Kuadrat Dan Uji Kecocokan

1. PENDAHULUAN

Dalam dua bab terakhir telah kita lihat penggunaan distribusi chi – khuadrat untuk berbagai keadaan. Bagian 6 bab XI, melukiskan guna distribusi untuk menaksir simpangan baku sedangkan dalam bagian 16 bab XII, distribusi chi – kuadrat telah digunakan untuk menguji – homogenitas varians beberapa populasi.

Masih ada beberapa persoalan lain yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat distribusi chi – kuadrat ini, diantaranya yang akan dibicarakan dalam bab ini adalah:

a) Menguji proporsi untuk data multinom

b) Menguji kesamaan rata-rata distribusi poisson

c) Menguji independen antara dua faktor di dalam daftar kontingensi B X K.

d) Menguji kesesuaian antara data hasil pengamatan dengan model distribusi dari mana data itu diduga diambil dan

e) Menguji model distribusi berdasarkan data hasi pengamatan.

2. MENGUJI PROPORSI DATA MULTINOM

Misalkan sebuah eksperimen menghasilkan peristiwa-peristiwa atau kategori-kategori A1, A2, ....., Ak yang saling terpisah masing-masing dengan peluang P1 = P(A1), = P(A2), ....., Pk = P(Ak).

Akan diuji pasangan hipotesis

H0 : Pi = Pi0, i = 1, 2, ....., k dengan Pi0 sebuah harga yang diketahui.

H1 : Pi ≠ Pi0

Disini, tentu saja ∑Pi = ∑Pi0 = 1

Pengujian yang ditempuh akan menggunakan data sebuah sampel acak berukuran n yang didalamnya ada O1 dari kategori kesatu (A1), O2 dari kategori (A2), ....., Ok dari kategori ke k (Ak).

Dengan harga Pi0 yang diberikan, kita dapat menghitung masing-masing frekuensi yang diharapkan E1 = nP10, E2 = nP20, ....., Ek = nPk0.

Jelas bahwa O1 + O2 + ..... + Ok = E1 + E2 + ..... + Ek = n. Harga-harga O1, O2, ....., Ok merupakan nilai-nilai yang nampak sebagai hasil pengamatan sedangkan E1, E2, ....., Ek merupakan nilai-nilai yang diharapkan terjadi atau nilai-nilai teoritik.

Agar mudah diingat, adanya kategori Ai, hasil pengamatan Oi dan hasi yang diharapkan Ei, sebaiknya disusun dalam daftar sebagai berikut:

Kategori A1 A2 ..... Ak

Pengamatan O1 O2 ..... Ok

Diharapkan E1 E2 ..... Ek

Untuk menguji pasangan hipotesis diatas, digunakan statistik:

XIII (1) ......................

Bentuk lain untuk rumus diatas adalah:

XIII (2) ......................

Ternyata bahwa statistik diatas berdistribusi chi – kuadrat dengan dk = (k – 1). Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika X2 ≥ X2 (1 – α) (k – 1) dengan α = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya, H0 diterima.

Contoh:

Kita tahu bahwa peluang nampaknya salah satu permukaan dadu homogin masing-masing = 1/6. Sebuah eksperimen telah dilakukan sebanyak 120 kali dengan sebuah dadu dan menghasilkan 16 muka mata 1, 24 mata 2, 23 mata 3, 15 mata 4, 17 mata 5 dan 25 mata 6.

Akan diuji apakah dadu tersebut homogin ataukah tidak, yaitu akan diuji hipotesis:

H0 : P1 = P2 = ..... = P0 = 1/6

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Jika H0 benar, yakni apabila dadu itu homogin, kita harapkan akan didapat:

A1 (muka dengan mata satu) = 120 x 1/6 = 20,

A2 (muka dengan mata dua) = 120 x 1/6 = 20,







An (muka dengan mata enam) = 120 x 1/6 = 20.

Muka A1 A2 A3 A4 A5 A6

Pengamatan 16 24 23 15 17 25

Diharapkan 20 20 20 20 20 20

Dengan rumus XIII (1) didapat:

Dengan α = 0.05 dan dk = 5, dari tabel distribusi chi – kuadrat didapat X2 0.95 = 11.1 yang jelas lebih besar daripada X2 = 5.00

Hasil pengujian tak berarti atau non signifikan dan hipotesis H0 di terima sehingga dapat kita simpulkan bahwa dadu itu dibuat dari bahan yang homogin.

Contoh:

Dalam suatu eksperimen genetika menurut Mendell telah diketemukan bahwa semacam karakteristik diturunkan menurut perbandingan 1 : 3 : 3 : 9 untuk kategori A, B, C, dan D. Akhir-kahir ini dilakukan 160 kali pengamatan dan terdapat 5 kategori A, 23 kategori B, 32 kategori C dan 100 kategori D. Dengan menggunakan α = 0.05 apakah data diatas menguatkan genetika tersebut?

Jawab:

Berdasarkan teori, diharapkan 1/16 x 160 = 10 kategori A, masing-masing 30 kategori B dan C dan 90 kategori D. Data hasil pengamatan dan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:

Kategori A B C D

Pengamatan 5 23 32 100

Diharapkan 10 30 30 90

Dari rumus XIII (1) didapat:

Dari tabel distribusi chi – kuadrat diperoleh X2 0.95(3) = 7.81 .Sehingga pengujian memperlihatkan hasil yang tidak berarti dan tidak ada alasan untuk tidak mempercayai teori yang telah ditemukan.

Sebagai hal khusus dari data multinom ialah data binom yang didapat apabila banyak kategori k = 2. Jika dalah hal ini kedua kategori disebut kategori I dan kategori II dengan peluang terjadinya kategori I dan II masing-masing π dan (1 – π), maka untuk sebuah sampel acak berukuran n diantaranya didapat x buah kategori I, dapat dibuat daftar sebagai berikut:

Kategori I II Jumlah

Pengamatan x n – x n

Diharapkan nπ n (1 – π) n

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis H0 : π = π0 melawan H1 : π ≠ π0 ialah:

XIII (3) ......................

Dan tolak H0 jika X2 (1 – α) (1) ; sedangkan dalam hal lainnya H0 diterima.

Kita lihat bahwa distribusi chi – kuadrat yang digunakan hanya mempunyai derajat kebebasan satu. Ini mengakibatkan terlalu sering terjadinya penolakan H0 yang seharusnya diterima apabula rumus diatas digunakan. Selain daripada itu, rumus XIII 93) adalah pengkontinuitasan data diskrit yang dengan sendirinya harus diadakan penyesuaian seperlunya.

Khusus untuk hal ini, yaknmi dalam hal data binom dimana digunakan distribusi chi – kuadrat dengan dk satu, rumus XIII (3) perlu diperbaiki dengan menggunakan koreksi kontinuitas, yaitu harga mutlak | x – n π0 | harus dikurangi dengan setengah. Jadi rumus yang dipakai adalah:

XIII (4) ......................

Contoh:

Diduga bahwa 50 % dari semacam kacang bentuknya keriput dan 50 % lagi halus. Pengamatan dilakukan terhadap sebuah sampel acak terdiri atas 80 butir kacang dan terdapat 56 keriput sedangkan sisanya halus.

Dalam taraf 0.05 dapatkah kita menyokong dugaan tersebut?

Jawab:

Bentuk Keriput Halus

Pengamatan 56 24

Teoritis 40 40

Dengan π0 = ½ maka rumus XIII (4) memberikan:

Pengujian memberikan hasil yang sangat berarti sehingga kita tidak bisa menerima dugaan tersebut.

3. MENGUJI KESAMAAN RATA-RATA POISSON

Misalkan ada k (k ≥ 2) buah distribusi poisson dengan parameter λ1, λ2, ....., λk. Akan tetapi diuji pasangan hipotesis:

H0 : λ1 = λ2 = ....., = λk.

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Dari setiap populasi diambil sebuah sampel acak, berukuran n1 dari populasi kesatu, n2 dari populasi kedua dan seterusnya berukuran nk dari populasi ke – k. Untuk tiap sampel dihitung banyak peristiwa yang mengikuti poisson. Jika banyak peristiwa ini dinyatakan dengan x1, x2, ...., xk, maka rata-rata-nya :

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis H0 adalah:

XIII (4a) ......................

Dan tolak H0 jika X2 ≥ X2 (1 – α) (k – 1)

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Contoh:

Lima orang sekretaris bertugas untuk menyalin data ke sebuah daftar yang telah disediakan. Misalkan bahwa banyaknya salah menyallin untuk setiap daftar berdistribusi poisson masing-masing dengan rata-rata λ1, λ2, ....., λ5. Dari hasil salinan tiap sekretaris diambil sampel acak berukuran empat dan dicatat banyaknya kesalahan dalam tiap daftar. Data ini akan digunakan untuk menguji hipotesis:

H0 : λ1 = λ2 = λ3 = λ4 = λ5

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Bersama-sama dengan satuan-satuan yang diperlukan, didapat data berikut:

Sekretaris Kesalahan tiap daftar Banyak kesalahan (xi)

I 2, 0, 3, 3, 2 10

II 0, 0, 2, 1, 2 5

III 1, 1, 2, 3, 2 9

IV 2, 1, 1, 1, 4 9

V 2, 3, 0, 3, 3 11

Jumlah - 44

Dari kolom ketiga didapat

Sembuh Tidak sembuh Jumlah

Kelompok A (diobati) 78 17 95

Kelompok B (tak diobati) 62 33 95

Jumlah 140 50 190

Dari rumus XIII (9) didapat:

Untuk taraf nyata 0.05 dan dk = satu, maka X2 0.95 (1) = 3.84. Kita lihat bahwa pengujian berarti pada taraf 0.05. tetapi jika α = 0.01 maka X2 0.99 (1) = 6.63 sehingga H0 diterima pada taraf 0.01.

Pengobatan barangkali berarti dan penelitian lebih lanjut dianjurkan untuk dilakukan.

Contoh:

Yang berikut adalah data hasil pengumpulan pendapat masyarakat terhadap dua calon pemimpin A dan B.

Pemimpin

Ya Tidak Jumlah

A 37 22 59

B 18 7 25

Jumlah 55 29 84

Untuk menguji hipotesis bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai pendapat masyarakat terhadap kedua calon itu, diperlukan nilai:

Dalam kedua taraf nyata α = 0.01 dan α = 0.05 hipotesis nol diterima.

4. UJI KECOCOKAN

Dalam uraian-uraian terdahulu telah sering dinyatakan atau dimisalkan bahwa fenomena mempunyai atau berasal dari populasi yang mengikuti model atau distribusi tertentu, misalnya: normal, poisson, binom ataupun lainnya. Sekarang akan dilakukan pengecekan berdasarkan data hasil pengamatan, apakah model populasi yang diandaikan betul-betul dapat dijamin atau dipenuhi. Pengecekan ini, akan dilakukan melalui pengujian apakah ada kecocokan antara hasil pengamatan dengan populasi yang diandaikan. Sebenarnya hal ini telah dilakukan antara lain dalam bagian 2 mengenai populasi multinom dan binom.

Untuk melakukan uji kecocokan ini akan dibandingkan antara frekuensi hasil yang sebenarnya diamati dengan frekuensi yang diharapkan berdasarkan model yang diandaikan dan untuk ini digunakan rumus XIII (1). Nilai-nilai parameter populasi yang diasumsikan yang dipakai untuk menghitung frekuensi diharapkan atau frekuensi teoritik, ditaksir berdasarkan nilai-nilai statistik sampel yang takbias. Misalnya rata-rata μ ditaksir oleh x dan varian σ2 oleh s2. Distribusi chi – kuadrat yang digunakan, sebagai akibat penggunaan rumus XIII (1), mempunyai dk = (k – g – 1) dimana k = banyak kategori atau kelas interval dan g = banyak parameter yang ditaksir. Demikianlah misalnya untuk menguji kecocokan populasi normal, karena ada dua parameter yang ditaksir, ialah μ dan σ2, maka dk untuk distribusi chi – kuadrat sama dengan (k – 3). Untuk menguji kecocokan distribusi poisson distribusi chi – kuadrat yang digunakan akan mempunyai dk = (k – 2).

4.1. Uji kecocokan distribusi binom

Dalam bagian 2, bab VIII telah dapat didistribusi binom:

Dapat dilihat bahwa di sini hanya ada satu parameter yang perlu ditaksir ialah π, sehingga distribusi chi – kuadrat akan mempunyai dk = (k – 2).

Sekarang marilah kita uraikan dengan contoh:

Lima mata uang dipakai untuk mengundi 1.000 kali. Nampaknya muka G dicatat dan hasilnya seperti berikut:

Banyak muka G 0 1 2 3 4 5

Frekuensi terjadi 36 142 345 289 159 29

Akan ditentukan bentuk distribusi binom yang cocok berdsaarkan data hasil undian diatas.

Kita ketahui bahwa μ = Nπ dengan π = peluang nampaknya muka G disebelah atas. Dari hasil pengamatan didapat rata-rata nampaknya muka G.

Menyamakan 5π dengan 2.48 didapat 5π = 2.48 yang menghasilkan π = 0.496. Diduga distribusi binom berdasarkan data yang diperoleh akan mempunyai persamaan:

PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK BALITA

January 29, 2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang dibawa sejak lahir, di pengaruhi lingkungan dan pendidikan. Dalam kata lain akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Untuk membina akhlak yang baik tidaklah semuda membalikkan telapak tangan hal itu membutuhkan waktu dan energi yang banyak. Oleh sebab itu untuk menjadikan seseorang menjadi baik tentunya mempunyai latar belakang yang baik pula, dalam arti kata membina akhlak sejak dini. Banyak kita jumpai seseorang ilmunya selangit tapi sayangnya akhlaknya tidak ada, apa yang terjadi, apa yang ia perbuat atas semaunya karena semua yang di pandangnya baik tentu itulah yang baik baginya, baik kata kita belum tentu baik dalam penilaian orang. Kita melihat pembinaan akhlak dalam hidup dan kehidupan manusia sangat berarti, tanpa akhlak orang tidak bisa dikatakan orang yang mempunyai ilmu yang tinggi. Tapi sebaliknya orang yang ilmunya pas-pasan, apabila akhlaknya baik, maka orang menilai itulah orang yang berilmu.

Dizaman yang serba canggih ini atau disebut orang zaman modern kita banyak melihat disana-sini baik melalui media elektronik seperti TV, radio, internet dan melalui media cetak, koran, majalah atau selebaran-selebaran yang mengangkat masalah-masalah pemerkosaan, baik yang dilakukan orang lain. Apalagi yang lebih sadisnya orang tuanya sendiri yang memperkosa anak kandungnya dan lagi kita melihat di kota-kota besar di Indonesia banyak kalangan remaja atau anak sekolah yang tawuran, itu semua telah memperlihatkan kepada kita begitu kurangnya akhlak yang di milikinya, sehingga ia berbuat semaunya sendiri, hal ini tiada lain kurangnya perhatian orang tuanya karena orang tua selalu sibuk dengan aktifitas sehari-hari meras keringat banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga anak-anaknya tidak sempat dikontrol, apa yang terjadi, anak berbuat semaunya.

Melihat kejadian-kejadian yang semacam tersebut diatas dimana titik temunya atau solusinya mengungkapkan kasus-kasus semacam itu, dimana awal dan akhirnya kita jumpai, tidak lain kurangnya pembinaan akhlak pada anak sejak usia dini atau balita yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Orang tua tidak menyadari betapa pentingnya pembinaan akhlak pada anak usia balita, karena anak dalam usia ini banyak bergaul dalam keluarganya saja, maka orang tua harus dapat membina atau memberi teladan yang baik kepada anak agar dapat ditiru oleh anak-anaknya. Dengan demikian akhlak yang sudah terbina dalam dirinya akan menjadi bekal menuju kedewasaan bagi anak-anak kita.

Orang tua yang mengabaikan pembinaan akhlak pada anak balita, sehingga anak nantinya mudah terpengaruh dengan perkembangan dan kemajuan zaman yang sifatnya meniru tanpa terlebih dahulu menyaring mana yang baik dan yang tidak baik, sehingga bermuncullah berbagai gejala sosia seperti kenakalan remaja, narkoba dan kemerosotan akhlak yang berakibat jauh dari perintah agama.

Sebagaimana kita ketahui anak adalah amanat yang di berikan Allah SWT dan sebagai bagian dari kehidupan keluarga yang dititipkan Allah untuk dididik agar menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia seperti bersopan santun, berkata jujur, bersifat adil pokoknya sesuai dengan aturan Al-Quran dan Sunnah.

Ada hal yang sangat penting bagi orang tua terhadap anak-anaknya, yaitu memberi pendidikan sejak dini karena hal tersebut suatu kewajiban orang tua terhadap anaknya, seperti yang tertuang dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya:

“..... Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani atau Majusi ..... “ (Al-Asqalani, 1995: 616).

Dari pengertian Hadits tersebut diatas dapat dipahami bahwa anak yang baru dilahirkan itu dalam keadaan fitrah atau suci, dalam arti kata anak di ibaratkan sebuah kertas putih tanpa noda sedikitpun sehingga bagi orang yang punya kertas putih itu ditulis tinta apa saja warnanya, terserah kepada orang yang punya kertas itu. Kembali kepada arti semula, anak itu tidak ada dosa, pengetahuan, kecakapan dan lain sebagainya. Untuk membuat anak menjadi pintar maka orang tuanyalah yang bertanggung jawab terhadap anak tersebut, orang tua ayah atau ibu bertanggung jawab penuh terhadap keluarga.

Dengan pembinaan akhlak yang baik kepadanya, anak-anak di usia dini atau balita maka kelak ia akan terdorong untuk berbuat baik ketika ia berusia remaja atau dewasa, dengan demikian akhlak yang sudah terbina dalam dirinya akan menjadi bekal menuju usia dewasa sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat dalam bukunya, mengatakan bahwa:

“Andai kata pembinaan moral atau mental agama pada seseorang tidak terjadi pada umur pertumbuhan yang dilaluinya dan dia menjadi dewasa tanpa mengenal agama dan nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya, maka ia akan menjadi dewasa tanpa kecenderungan pada nilai-nilai agama, bahkan akan sukar baginya merasakan pentingnya agama dalam hidupnya, bahkan kadang-kadang menjadi negatif dan menentangnya”. (Daradjat, 1975: 69)

Dalam rangka pembinaan akhlak pada usia pertumbuhan tidak semudah apa yang kita bayangkan selama ini, tetapi amatlah sulibt disamping memerlukan waktu yang panjang juga memerlukan sarana yang baik sebagaimana yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat dalam bukunya mengatakan bahwa:

“Suasana keluarga yang aman dan bahagia itulah yang diharapkan akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa anak yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga itu”. (Daradjat, 1975: 70).

Untuk pembinaan akhlak pada anak haruslah dengan memberikan pendidikan agama sebagai dasar, karena nilai-nilai akhlak yang baik itu terdapat dalam agama, dengan demikian keyakinan beragama yang di bina sejak kecil akan membawa anak pada kesadaran untuk mematuhi nilai-nilai akhlak itu sendiri, sebagaimana yang diungkapkan Zakiah Daradjat, sebagai berikut:

“Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama keyakinan itu haruslah ditanamkan dari kecil sehingga menjadi bagian kepribadian si anak. Karena itu pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama”. (Daradjat, 1978: 70).

Di dalam pembinaan akhlak anak pada usia pertumbuhan orang tua mempunyai peranan penting, karena orang tua merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya, orang tua bertanggung jawab atas sesuatu yang menimpa pada anak-anaknya, orang tua berkewajiban terhadap anaknya tidak saja kebutuhan jasmani tetapi ada kewajiban terpenting yaitu kewajiban rohani adalah pembentukan dan pembinaan akhlak kepribadian, karena anak dalam usia ini banyak bergaul di dalam keluarganya saja, maka orang tua harus dapat memberikan teladan yang baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, berikut:

“Pengalaman hidup ditahun-tahun pertama dari umur si anak lebih banyak diperoleh didalam rumah tangga baik yang dirasakan langsung dari perlakuan orang tuanya maupun dari suasana hubungan antara ibu bapak dan saudara-saudaranya, pengalaman hidup itu merupakan pendidikan yang terjadi secara formal dan sengaja, tetapi ia merupakan dasar bagi pembinaan pribadi secara keseluruhan termasuk moral dan agama”. (Daradjat, 1970: 135).

Dalam hubungan ini orang tua bersikap hati-hati dalam memberikan teladan atau contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari agar anak dapat mencontohkannya, karena anak masa pertumbuhan atau balita belum dapat berpikir logis tetapi hanya dapat meniru apa yang dikatakan oleh orang tua kepadanya, seperti berkata dusta, maka anak akan berkata dusta pula. Juga dalam hal yang positif seperti shalat lima waktu maka anak-anak akan meniru walaupun dalam bentuk gerakan saja. Oleh karena itu tata cara orang tua yang diperankan sehari-hari sangat berpengaruh terutama dalam pembentukan sikap dan pribadi anak.

Melihat begitu pentingnya peranan orang tua dalam pembinaan akhlak sejak usia dini, maka terlihatlah bahwa perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak sangat berpengaruh kepada perilakunya waktu ia usia remaja dan dewasa, maka perlu dibina sejak usia balita.

Di ……………………….. terlihat adanya kegiatan orang tua yang menanamkan nilai agama pada anaknya semenjak usia balita atau pembinaan akhlak pada anak-anaknya pada usia 0 – 5 tahun dan hal itu berkembang dengan baik, juga anak-anaknya terhindar dari kenakalan remaja apalagi yang terlihat sekarang adanya Narkoba, Miras dan lain-lainnya.

Dari latar belakang masalah tersebut diatas, penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut dengan membuat suatu karya ilmiah (skripsi) dengan judul : PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK BALITA DI ………………...

B. POKOK MASALAH

Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas yang menjadi pokok masalah adalah bagaimana pembinaan akhlak pada anak balita di ............................................................ dengan sub bahasan sebagai berikut:

1. Bagaimana pembinaan akhlak pada anak balita di .............................................................

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak balita.

3. Apa saja kendala dan cara penanggulangan dalam pembinaan akhlak pada anak balita.

4. Bagaimana hasil yang dicapai orang tua dalam pembinaan akhlak pada anak balita.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana pembinaan akhlak pada anak usia Balita di .............................................................

b. Ingin mengetahui apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak balita.

c. Ingin mengetahui apa saja kendala dan cara penanggulangannya didalam pembinaan akhlak pada anak balita.

d. Ingin mengetahui hasil yang dicapai dalam pembinaan akhlak pada anak balita.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan bagi penulis baik secara teoritis maupun praktis dalam penelitian lapangan.

b. Sebagai kontribusi pemikiran ilmiah dalam rangka membina akhlak anak-anak .............................................................

c. Syarat memperoleh gelar Sarjana lengkap pada Fakultas .............................................................

d. Penelitian merupakan suatu pengalaman yang pertama bagi penulis terhadap suatu karya ilmiah yang sangat berharga ini, sehingga menjadi pedoman pada masa yang akan datang

D. KERANGKA TEORI

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah pedoman dan sebagai kerangka berpikir dalam menghadapi permasalahan diatas adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pembinaan adalah “proses, pembuatan, cara membina” (Anonim. 1990: 895).

Pembinaan yang penulis maksud disini adalah usaha yang dilakukan orang tua dalam mendidik, membimbing dan membina akhlak pada anak usia balita. Karena dengan pendidikan, bimbingan dan pembinaan yang baik, maka anak akan menjadi manusia yang bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur.

2. Akhlak

“Akhlak adalah suatu istilah tentang bentuk batin tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia untuk berbuat (bertingkah laku) bukan karena suatu pertimbangan” (Daradjat, 1995: 68).

“Akhlak dalam ensiklopedi pendidikan, dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sifat jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”. (Asmaran, 1992: 2).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak pada anak usia balita atau pertumbuhan, orang tua tidak terlepas dari pengalaman ajaran agama terus – menerus sebab setiap perbuatan, tindakan serta ucapan orang tua akan menjadi media bagi anak dalam proses pembentukan akhlak.

Didalam pendidian akhlak (moral) pada anak yang sedang tumbuh, dapat ditempuh oleh orang tua atau pendidik dengan berbagai metode untuk mencapai manusia yang sempurna, antara lain dalam ajaran Islam melalui pendekatan diri kepada Allah SWT, dengan beribadah untuk mencapai tujuan manusia yaitu kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

3. Anak

Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang berumur 0 sampai 7 tahun, yang mana anak pada usia ini sangat senang bermain-main dan sangat membutuhkan perhatian orang tua, tanpa adanya perhatian dari orang tua maka anak akan berbuat semaunya. Oleh sebab itulah peran dan tanggung jawab sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles, bahwa:

“Perkembangan anak atas gejala dalam pertumbuhan manusia sejak ia lahir yaitu umur 0.0 sampai 7.0, masa anak kecil atau masa bermain”. (Kabry, 1987: 38).

“Anak adalah suatu yang sedang berkembang yang membutuhkan pertolongan dalam menuju kedewasan atau dengan kata lain adalah pihak yang harus dibentuk dan dibantu”. (Ahmadi, 1977: 16).

Untuk lebih sempurna dalam usaha pembinaan akhlak pada anak maka keluarga itu sendiri harus memberikan bimbingan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik terhadap anak-anaknya, karena dasar pendidikan pada anak dimulai dalam keluarga dan semestinya dilaksankan dalam rumah tangga. Keluarga merupakan wadah yang paling dominan untuk pembinaan akhlak pada anak dan keluarga menempati posisi yang sangat penting untuk menciptakan generasi-generasi yang sangat mulia, keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan pertama dan pendidiknya adalah orang tua.

Disamping memberi contoh atau teladan melalui tindakan dan perbuatan, yang tidak kalah penting dari itu dan perlu diingat bagi setiap orang tua adalah bahasa yang digunakan sehari-hari juga sangat mempengaruhi terhadap proses pembinaan akhlak pada anak usia balita.

Dari pendapat diatas dipahami bayi umur 10 – 11 bulan sudah dapat menerima pendidikan dari orang tua berupa pembiasaan-pembiasaan melalui bahasa yang digunakan orang tua sehari-hari, dengan demikian selaku orang tua yang bijaksana harus mendidik anak dengan kata-kata yang bermanfaat dan baik, yang intinya adalah dengan memberikan pendidikan bernuangsa keagamaan sehingga anak dapat meniru dan mengikuti bahasa tersebut.

Adapun pertumbuhan secara psikologis yang dikemukakan oleh Ali Fikri adalah sebagai berikut:

“Masa kanak-kanak dari lahir sampai 7 tahun, bila anak sudah sampai umur 40 haru hari ia telah dapat tersenyum dan dapat melihat. Pada saat ini juga telah dapat merasa sakit, merasa hajat-hajat biologis. Umur 6 bulan anak telah mempunyai kemauan, umur 7 bulan anak telah tumbuh giginya, pada tahun kedua anak mulai dapat berjalan, tahun ketiga pada diri anak telah terbentuk keinginan serta kemauannya, tahun keempat anak telah mempunyai zakirah (ingatan), tahun ke 7 ia dapat menetapkan sesuatu menurut hukum-hukum sendiri. Anak pada umur ini (umur 6 – 7 jasmani dan akalnya berkembang mereka mengukur segala sesuatu secara egocentris”. (Aripin, 1976: 27).

Pendapat lain mengatakan bahwa anak umur 1.0 sampai 4.0 tahun ukuran baik buruk bagi seorang anak itu tergantung dari apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Walaupun anak saat itu belum tahu benar hakikat atau perbedaan antara yang baik dan buruk itu sebab anak belum mampu menguasai dirinya sendiri namun anak pada masa ini sudah dapat menerima apa-apa yang diberikan oleh orang tuanya”. (Ahmadi, 1991: 68).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak pada usia tersebut sudah mampu menerima pendidikan dari lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu untuk tidak dapat kesimpang siuran dalam menetapkan usia anak balita yang dimaksud adalah bayi berumur 0.0 sampai 7.0 tahun karena pada umur balita tersebut umur paling tepat untuk membentuk dan membina nilai-nilai akhlak dan merupakan masa penentu pertama dalam kehidupan menuju kedewasaannya.

Dalam penentuan prilaku anak juga dipengaruhi oleh keturunan, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh ahli psikologi yaitu Abu Ahamdi dalam bukunya psikologi umum, mengatakan bahwa:

“Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah, maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya. Seperti pepatah Indonesia yang mengatakan “air di cucuran akhirnya jatuh kepelimbahan juga” ini berarti bahwa keadaan atau sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya”. (Ahmadi, 1991: 198).

Melihat dari pengertian tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa keturunan merupakan hal penentu bagi tingkah laku atau prilaku si anak, maka sebagai orang tua sangat memperhatikan apa dan bagaimana tingkah lakunya supaya anak-anaknya nanti menjadi anak yang berprilaku atau seorang anak yang bermoral dan berakhlak mulia. Oleh karena itu sudah jelas bahwa pembinaan akhlak pada anak itu dimulai seawal mungkin bila perlu dari pemilihan jodoh, karena apabila pasangan dari yang baik mudah-mudahan anak keturunannya nanti akan menjadi baik pula.

DST...............

Makalah Akuntansi, Sejarah Akuntansi

January 29, 2013
Sejarah Akuntansi

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543. Pada abad ke 15 romawi jatuh, pusat perdagangan pindah kebelanda, sehingga perkembangan akuntansi memakai system kontinental. Oleh sebab itu kursus akuntansi mulai ditingkatkan, dan disinilah awal mulanya keberadaan akuntan di Indonesia. Pada zaman kemerdekaan dimulai pengiriman akuntan dari Indonesia keluar negri (AS), dan sejak itu pula system akuntansi bergeser dari system kontinental ke system Anglo Saxon (AS). Perguruan tinggi mulai berlomba-lomba membuka jurusan akuntansi, dan berawal tahun 1952. seiring dengan perkembangan akuntansi, maka pada tahun 1953 berdirilah Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan lembaga pengembangan akuntansi di Indonesia.

Pengertian dan Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.

Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.

Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.

Fungsi Akuntansi

Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan sutu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer / manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.

Prinsip akuntansi

Di bidang akuntansi dan keuangan terutama audit di Indonesia, dikenal istilah “prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” (merupakan padanan dari frasa “generally accepted accounting principles”) adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu.

Dalam “Prinssip Akuntansi Indonesia” yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan maksud laporan akuntansi antara lain : (telah diperbaharui dengan Standar Akuntansi Keuangan namun prinsip dasarnya adalah sama).Perusahaan terpisah dengan pemilik dan perusahaan lainnya, maksudnya akuntansi membedakan asset yang menjadi asset perusahaan dan asset milik pribadi pemilik.

Jadi,prinsip akuntansi terdiri dari :

Manfaat Akuntansi bagi perusahaan, dapat dilihat dari segi:

Bisnis :

Laporan keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

Menurut PSAK No.1 Revisi 98, Pragraph 07

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,

kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsure.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Macam-Macam Akuntansi

Macam-macam akuntansi yang lain :

Macam-macam akuntan dan tugasnya, menurut UU No.34 th. 1945 :

a. Akuntan Privat/Intern/Manajemen

Adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan/ organisasi tertentu, bertugas menjalankan fungsi akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen.

b. Akuntan Publik (Extern)

Adalah akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas (indepeden) terhadap laporan keuangan perusahaan dan organisasi lain. Hasil laporan keuangan dinyatakan dalam laporan akuntansi yang berisi pendapat tentang kewajaran atau kelayakan laporan keuangan yang diperiksanya.

Kesimpulan :

kesimpulan yang saya dapat tuliskan dari artikel di atas adalah bahwa akuntansi sangat diperlukan oleh pihak intern maupun ekstern sebagai informasi mengenai suatu keuangan dalam perusahaan. Akuntansi sangat berguna dan dibutuhkan oleh banyak pihak terutama dalam hal pengambilan keputusan juga dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam suatu perusahaan.dan artikel ini juga sangat penting,dan sangat berguna untuk semua orang yang ingin mempelajari akuntansi, agar dapat mengetahui dengan jelas apa akuntansi itu sebenarnya.

Makalah Geografi, Identifikasi Industri

January 29, 2013
INDUSTRI

A. Arti Industri

Industri berasal dari bahasa latin industria yang artinya buruh atau tenaga kerja.

Secara umum: yaitu segala aktivitas manusia dalam bidang ekonomi yang menghasilkan barang dan atau jasa.

Secara khusus: industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jasi dan/atau barang jadi menjadi barang nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri UU No. 5 tahun 84.

B. Faktor penghambat industri dan faktor pendorong industri

1. Faktor penghambat industri

a. Pemasarannya kurang lancar

b. Barang yang disediakan, tidak sesuai dengan selera konsumen

c. Modal relatif kurang lancar

d. Bahan baku untuk jenis barang tertentu tergantung pada barang impor

e. Sarana dan prasarana kurang akan industri

f. Transportasi kurang memadai

2. Faktor pendorong industri

a. Adanya ketersediaan bahan baku

b. Adanya ketersediaan tenaga kerja

c. Modal yang mencukupi

C. Tujuan dan Manfaat industri

- Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana sumber daya dengan memperhatikan keseimbangan dan keselarasan lingkungan.

Manfaatnya:

1. Memberi kesempatan kerja

2. Menambah lapangan kerja

3. Memproduksi barang kebutuhan

4. Menghambat devisa

5. Menunjang pembangunan data

D. Dampak positif industri

a. Penghasilan penduduk bertambah, sehingga meningkatkan kemakmuran

b. Menghasilkan bermacam-macam barang hasil produksi yang diperlukan oleh masyarakat banyak

c. Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat

d. Mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri

e. Menambah penghasilan pada para petani

f. Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat di bidang industri

E. Dampak negatif industri

a. Lahan pertanian semakin berkurang

b. Tanah permukaan (top soil) yang merupakan bagian yang subur menjadi hilang

c. Cara hidup masyarakat menjadi lebih konstan

d. Lingkungan tercemar karena adanya limbah industri

F. Usaha menanggulangi golongan industri

- Meningkatkan lahan pertanian, diperluas agar tidak menyebabkan pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

- Penyuburan kembali dilakukan dengan cara memberikan unsur hara agar tanah menjadi subur.

- Memberi kebijakan agar lingkungan tidak tercemar dengan adanya limbah.

G. Klasifikasi industri

1. Kelompok aneka industri dan kerajinan

Kelompok aneka industri dan kerajinan terdiri atas industri makanan, minuman, kerajinan logam dan non logam.

2. Kelompok industri logam dan elektronika

Kelompok industri logam dan elektronika terdiri dari industri logam dasar (besi, baja, timah) industri mesin (kendaraan, mesin-mesin, kapal) dan industri elektronika.

3. Kelompok industri kimia

Kelompok industri kimia terdiri atas industri pupuk, ban, gelas, garam dan gas.

4. Kelompok industri sandang dan tekstil

Kelompok industri sandang dan tekstil terdiri atas industri serat sintetis, permintalan, perajutan dan konveksi (pakaian jadi).

H. Relokasi industri

Relokasi industri adalah perpindahan atau pemindahan relokasi industri dari negara maju ke negera berkembang dengan alasan menekan upah buruh, tekanan politis atau hukum di negara maju, syarat pendirian industri di negara maju dan sebagainya.

Faktor penyebab relokasi

I. Aglomerasi industri

Aglomerasi industri adalah pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolannya dapat optimal.

a. Kawasan industri

Kawasan industri adalah suatu daerah yang khusus disediakan pemerintah pusat maupun daerah untuk kegiatan industri.

Tujuan pembangunan kawasan industri:

1. Mempercepat pertumbuhan industri

2. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri

3. Mendorong kegiatan industri supaya berlokasi di kawasan industri

4. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan

b. Kawasan berikat (bounded zone)

1. Kawasan berikat merupakan kawasan pengolahan untuk ekspor (export processing zone)

2. Kawasan berikat adalah kawasan yang terletak di dalam daerah pabean, tetapi memiliki peraturan dan tata cara pemasukan barang yang berbeda dengan cara pemasukan barang ke daerah pabean, sifat pemasukan barang ke kawasan tersebut bersifat sementara.

J. Teori lokasi industri yang strategi di Indonesia

1. Teori lokasi industri dari Alfred Weber

Ekonomi dari Jerman, Alfred Weber (1909) mengemukakan teori yang menyangkut tentang least cost location. Isi pokok teori ini adalah lokasi industri. Industri dipilihkan di tempat-tempat yang menguntungkan.

2. Teori lokasi industri optimal dari Losch

Menurut Losch dalam buku economic of location (1954), lokasi optimal suatu industri adalah yang dapat menghasilkan pendapat atau keuntungan yang banyak.

3. Analisis wilayah pasar : model hotelling

Analisis lokasi industri menurut hotelling adalah strategi dua industri yang bersaing mengenai wilayah pasar mereka. Menurut hotelling, elastisitas permintaan akan mendorong difusi industri.

Laporan Penelitian | Proses Belajar Mengajar Matematika

January 29, 2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat penting terhadap kemajuan kehidupan manusia dan bersifat universal terhadap berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berhitung, membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, bekerjasama dan dapat mempergunakan pola pikir matematika dalam kehidupaan sehari-hari.

Dengan demikian seorang guru haruslah dapat mengupayakan model dan metode pengajaran supaya pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa, pemilihan bahan pengajaran matematika haruslah dikaitkan dengan pokok bahasan yang sudah dipilih oleh guru, sehingga guru tidak mendapat kesulitan dalam menyampaikan materi pengajaran.

Sebagai dinamisator guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, mampu meningkatkan motivasi belajar dan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa, kondisi ini dapat diciptakan guru dengan memilih alat peraga dan memvariasikan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dikembangkan.

Oleh karena itu para guru dituntut untuk dapat memahami dan mengembangkan berbagai metode, media dan keterampilan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran terutama matematika, tujuannya agar guru dapat mengusai program pembelajaran serta menyampaikan kepada siswa, sehingga siswa merasa tertarik untuk belajar matematika, dan hal ini dapat meningkatkan keberhasilan siswa.

Dari hasil pengamatan penulis dalam memberikan materi pembelajaran matematika pada umumnya siswa selalu bersikap pasif dalam proses pembelajaran artinya siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, dan siswa merasa sudah puas dengan jawaban yang ada di papan tulis, biasanya mereka hanya mencatat tanpa bertanya, padahal guru selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang yang diajarkan.

Siswa tidak memafaatkan kesempatan yang diberikan oleh guru untuk menyelesaikan soal-soal latihan, dan kesempatan yang ada hanya dimanfaatkan untuk melakuakn aktivitas-aktivitas lain yang kurang bermanfaat.

Siswa kelas V Semester pertama SD ..................... …………… Tahun Pelajaran …………. sebagian besar mempunyai kesulitan dalam pembelajaran matematika. Bedasarkan pengalaman penulis, sebagian besar siswa mengalami hambatan dalam menemukan konsep dasar mencari luas bangun datar, sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada bembelajaran luas bangun. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari luas bangun datar dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut. Salah satu diantaranya adalah menggunakan alat peraga matematika dalam menemukan konsep rumus mencari luas bangun datar.

Berdasarkan permasalahan yang telah dimaikan di atas, penulis berkeinginan melakukan penelitian dalam pembelajaran matematika, khususnya pada Sekolah Dasar ...................... Dalam hal ini penelitian diarahkan pada penggunaan alat peraga model persegi panjang untuk menemukan atau mencari luas bangun datar di kelas kelas V Semester pertama SD ..................... Kecamatan ……….. Tahun Pelajaran 2007/2008, hal ini disebabkan oleh :

1. Penggunakan alat peraga dan metode pembelajaran yang diterapkan guru monoton tidak variatif dan tidak sesuai dengan minat siswa.

2. Siswa terkondisi dalam suasana belajar yang terindoktrinasi kurang bebas terarah sehingga siswa tidak berkesempatan mengekpresikan kemampuan secara maksimal

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru hendaknya menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran yang ingin disampaikannya. Sehingga diharapkan dengan salah satu alat peraga sebagai media pembelajaran siswa dapat dengan mudah memalami konsep atau materi matematika. Dengan demikian jika konsep atau materi telah dikuasai oleh siswa, maka hasil belajar siswapun akan meningkat.

Dengan demikian alat peraga sangatlah penting digunakan karena dapat mempermudah penyampaian materi oleh guru dan mempermudah siswa untuk memahami konsep atau materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menggunakan Alat Peraga Persegi panjang dalam menemukan rumus dan menyelesaikan soal-soal latihan pada pembelajaran luas bangun datar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan alat peraga Model Persegi Panjang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada pembelajaran luas bangun datar di ielas V semester pertama SD ......................

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan luas bangun datar dengan menggunakan alat peraga Model Persegi Panjang di kelas V Semester Pertama SD …………………

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada pembelajaran luas.

2. Dapat memberikan masukan (input) Guru matematika tentang penggunaan alat peraga Model Persegi Panjang pada pembelajaran luas.

3. Dapat memberikan salah satu pendekatan dalam mengatasi masalah pada pembelajaran Matematika.

4. Memberikan infonnasi bagi sekolah dalaln rangka peningkatan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran luas.

1.5 Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini hipotesis tindakannya adalah: "Dengan menggunakan alat peraga Model Persegi Panjang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan luas bangun datar di kelas V Semester Pertama SD ………………...

kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa

Menurut Anonim (1994 : 68) Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran Matematika di sekolah memberi tekanan pada penataan nalar, pembentukm sikap logis, analitis, sistitnatis, kritisitas) kreatip dan dapat menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Usman (1992), proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandtmg serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses dalam pengertian ini adalah merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar, yang satu sama lainnya: Tujuan Intruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran yang diajarkan, metode mengajar, dan evaluasi belajar.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar matematika adalah kegiatan yang dilakukan gum mulai dari perencenaan, pelaksanaan kegiatan yang meliputi ; pemilihan metode pengajaran, menentukan model pengajaran dan media pembelajaran, menyampaikan materi, pelaksanaan evaluasi, program tindak lanjut yang berlangsung dalam sihiasi edukatif yang lebih menekankan pada kemampuan penataan nalar, pembentukan sikap logis, analitis, sistimatis, kritis dan kreatip dan dapat menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Belajar Mengajar Matematika

Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah (Problem Solving) karena dengan menggimakan model pembelajaran ini dapat memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya umtuk memecahkan masalah matematika dengan strateginya sendiri. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran tnatematika sangat memanjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Sekolah Dasar (Bepdiknas, 2003:8) menyatakan bahwa potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk mampu: Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan; Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuannya; Melakukan kegiatan pemecahan masalah; Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.

2.2 Hasil Belajar

Menurut Hasan Rochjadi (2003 : 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan penibahan tingkah laku, keterampilan dan kemampuan pada murid yang dapat diketahui karena adanya evaluasi.

Menurut Djamarah (1994 : 19) Prestasi adalah kegiatan yang dikerjakan diciptakan baik secara individu maupun kelompok, prestasi tidak pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan.

Lebih lanjut Djamarah (1994:79) prestasi yang dicapai oleh siswa sebenarnya bukan berpungsi untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa telah menyelesaikan suatu aktivitas tetapi hal lain yang lebih penting yaitu memotivasi siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok. Dari hal tersebut diatas dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar menipakan hasil yang diperoleh siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar disekolah yang bersifat Kognitif, yang ditentukan melalui pengukman dari penilaian yang sistimatis dan terarah. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejwnlah kesan dari bahan yang dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan pada diri individu, dalam arti perubahan menuju perkembangan pribadi individu seutulmya. Sebaliknya jika tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar dikatakan tidak berhasil.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar disekolah yang bersifat kognitif, yang ditentukan melalui pengukuran dan penilaian yang sistematis dan terarah

2.3 Pengertian Alat Peraga dan Media Pengajaran

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang meletakkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa sehingga siswa sendirilah yang aktif mengkontruksi pengetahuan dengan jalan mengamati, menelusuri tentang konsep yang diajarkan, maka dalam pembelajaran matematika diperlukan alat peraga.

Menurut Sadiman (1984) alat peraga adalah alat bantu guru berupa gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang memberikan penglaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswanya.

Dari uraian diatas maka untuk membantu siswa memahami hal yang abstrak maka diperlukan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar matematika secara tepat, untuk itu juga perlu dipertimbangkan kapan alat peraga itu digunakan, jenis mana alat peraga yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Dengan kata lain alat peraga berfungsi sebagai alat berikut:

1. Sebagai media dalam menanam konsep-konsep matematika.

2. Sebagar media dalam memantapkan konsep-konsep matematika.

3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika dengan dunia disekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

Dari penyataan di atas disimpulkan bahwa alat peraga adalah bagian dari media pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga pengajaran adalah suatu alat atau perangkat yang penggunaannya diintegrasikan dengan hijuan di isi satuan pelajaran yang telah dituangkan dalam garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika, dan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penggunaan benda pengganti alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat besar manfaatnya apabila benda sebenarnya tidak dimungkinkan untuk dipergunakan mungkin karena faktor ukuran ruang yang terlalu kecil atau sebaliknya, maka perlu ada pengganti benda-benda tersebut. Alat yang dapat menggantikannya adalah model (tiruan benda-benda aslinya).

2.4 Luas Persegi Panjang Menentukan Rumus Bangun-bangun Datar

Bangun-bangtm datar ialah: segitiga, persegi panjang, jajaran genjang, belah kehipat, layang-layang, dan lingkaran. Setiap bangun datar mempunyai luas. Luas bangun datar dapat dicari dengan menggunakan rumus. Beberapa rumus luas bangun datar dapat ditunmkan dari model rumus luas persegi panjang.

Rumus luas persegi panjang adalah: L = p x 1

L = Luas

p = Panjang

1 = Lebar

2.4.1 Rumus Luas Segitiga

Dari suatu persegi dapat dibuat bangun segitiga. Perhatikan gambar di bawah ini:

Persegi Panjang

Segitiga

Persegi panjang di atas di bagi menjadi dua bagian sama besar menurut garis diagonalnya. Dari pembagian itu terbentuk dua buah segitiga yang sama besar pula. Sehingga rumus luas segitiga dapat diturunkan dari rumus luas persegi panjang, yaitu: L = p x 1

maka luas sebuah segitiga adalah setengah dari luas persegi panjang atau:

L= ½ x p x 1

Pada bangun segitiga, panjang disebut juga alas (a) dan lebar disebut juga tinggi (t), oleh karena p = a dan 1= t maka rumus luas segita adalah: L= ½ x a x t

2.4.3 Rumus Layang-layang

Layang-layang dapat dicari dengan rumus luas persegi panjang. Gambar di bawah ini.

Potong layang-layang menjadi empat bagian. Seperti gambar di bawah mil :

Susun potongan sepertigambar di bawah ini :

Bangun yang terbentuk dari potongan itu mempunyai bangun persegi panjang sehingga rumus luas lingkaran dapat diturunkan dari rumus luas persegi panjang, yaitu: L = p x 1

Panjang persegi panjang menipakan keliling lingkaran, dinyatakan dengan: ½ x 2r =r. Lebar persegi panjang merupakan jari-jari lingkaran (r). Oleh karena p = r dan I = r, maka rumus luas lnlgkaran adalah:

L = r x r atau L = r2

 = 3,142857142857 dibulatkan dua angka dibelakang koma menjadi 3,14

r = Jari-jari

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD ....................., yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas V (lima) dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

a. Profil Sekolah

Nama Sekolah : ……….

NSS :……….

Alamat : …………..

…………..

………………..

Tahun Pendirian : ………………

Keadaan Bangunan : …………..

b. Latar belakang ekonomi keluarga ……….. terdiri dari karyawan dan ……..% buruh.

c. Sarana dan prasarana belajar tergolong belum memadai.

3.2 Lingkup Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD ..................... dengan mengalnbil standar kompetensi "Geometri dan Pengulmuan" dan kompetensi dasar " Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana dan Menggunakannya Dalam Pemecahan Masalah".

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari tiga siklus, yaitu siklus I, Siklus II, Siklus III dengan langkah-langkah dalam setiap siklus penelitian meliputi Perencanaan, Pelaksanaan, Obsevasi dan Evaluasi, Analisis dan Refleksi

3.3.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan menyiapkan berbagai hal yang akan dilaksanakan dalam pemberian tindakan, yang meliputi :

a. Menetapkan materi pembelajaran

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

c. Membuat alat peraga Model Bangun Datar

d. Menetapkan metode pembelajaran

e. Menetapkan Waktu pembelajaran

f. Membuat lembar observasi

g. Menyiapkan bahan evaluasi

3.3.2 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilalmkan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang meliputi :

a. Menelaah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga model-model bangun datar

b. Menelaah penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran luas bangun datar dengan menggunakan alat peraga model-model bangun datar

c. Memberikan soal-soal latihan

d. Mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan renspon siswa dalam penggunaan alat peraga model-model bangun datar terhadap pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi dan memberikan kesempatan bertanya

f. Melaksanakan evaluasi pada setiap akhir siklus

g. Menganalisis hasil evaluasi

h. Refelksi dan revisi

3.3.3 Observasi dan Evaluasi

Dalam penelitian tindakan kelas observasi merupakan pengamatan terhadap semua siswa dan kegiatan yang terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selanjutnya peneliti akan menemukan kelebihan dan kekurangan terhadap tindakan yang dilaksanakan. Hasil pengamatan tersebut merupakan data

yang akurat dengan memperhatikan beberapa item atau indikator yang dicatat dan dinyatakan dalam lembar observasi.

Item atau indikator yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

a. Perhatian siswa terhadap alat peraga model-model bangun datar

b. Aktivitas siswa dalam menggunakan alat peraga model-model bangun datar terhadap pemecahan masalah

c. Kemampuan siswa dalam menggunakan alat peraga model-model bangun datar terhadap pemecahan masalah

d. Keaktivan siswa dalam bertanya

e. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan

f. Keberanian siswa dalam menyampaikan gagasan atau pendapat

Evaluasi adalah suatu kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian ini evaluasi tuidakan kelas yang dilaksanakan peneliti meliputi:

a. Evaluasi terhadap alat peraga model-model bangun datar segitiga, persegi panjang, jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran

b. Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar

c. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Gambaran umum observasi dm evaluasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Waktu

Pelaksanaan observasi dan evaluasi dilakukan secara bersamaan dengan pemberian tindakkan yang dilakukan dalam jam pelajaran matematika

2. Tempat

Kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan didalam kelas

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan oleh guru sebagai peneliti

4. Instrumen

Instrumen dalam observasi dan evaluasi adalah : Catatan guru lembar observasi dan soal tes

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi/ulangan pada setiap akhir siklus yang diolah agar menjadi nilai llasil belajar yang selanjutnya dianalisa untuk memperoleh infonnasi dan kendala yang ditemui dilapangan guna merevisi tindakan berikutnya

4.1.2. Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada standar kompetensi luas bangum datar sederhana dengan menggunakan model persegi panjang untuk menurunkan rumus-rumus luas bangun datar, mengikuti pola berikut.

a. Pelaksanaan Tindakan

1. Menelaah kegiatan belajar mengajar dengan Menggunakan Alat peraga persegi panjang

2. Menginformasikan dan menjelaskan kembali tentang cara mencari luas bangun datar layang-layang dan belah ketupat dengan menggunakan alat peraga bangun persegi panjang

3. Mengutangi kembali penjelasan tentang menunmkan rumus luas bangun datar dengan menggunakan model persegi panjang.

4. Membagi kelompok belajar yang masing-masing terdiri dari lima orang siswa.

5. Memberikan contoh penyelesaian soal-soal luas bangun datar layang-layang dan belah ketupat dengan menggunakan alat peraga persegi panjang

6. Memberikan soal-soal latihan dan membenkan bimbingan pada siswa dalam mengerjakan latihan

7. Membimbing-siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal secara kelompok/individu.

8. Meminta siswa untuk mengumpulkan tugas

9. Memberikan tugas individu dalam bentuk pekerjaan rumah (PR)

Hasil evaluasi belajar siswa

Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Pada Akhir Siklus II

No Interval Nilai Predikat Jumlah Siswa %

1 80-100 Sangat Baik 4 10

2 60-59 Baik 8 20

3 40-59 Cukup 12 30

4 20-39 Kurang 10 25

5 0-19 Kurang Sekali 6 15

c. Refleksi

Dan pelaksanaan kegiatan pada akhir Siklus II ditemukan hambatan dan efek sebagaimana diuraikan pada tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Hambatan dan Efek Kegia

Berdasarkan pengamatan dan peninjauan secara cermat terdapat temuan yang perlu disempurnakan untuk melaksanakan tindakan pada siklus selanjutnya, seperti terlihat pada tabel 11 berikut ini

4.1.3. Siklus III

Tindakan yang diterapkan pada siklus III ini tetap memakai tindakan 1 pada siklus pertama yang telah disempurnakan sesuai dengan temuan pada Siklus II.

Pelaksanaan tindakan pada standar kompetensi luas bangun datar sederhana dengan menggunakan model persegi panjang untuk menununkan rumus-rumus luas bangun datar, mengikuti pola berikut.

a. Pelaksanaan Tindakan

1. Menelaah kegiatan belajar mengajar dengan Menggunakan Alat peraga persegi panjang

2. Menginformasikan dan menjelaskan kembali tentang cara mencari luas bangun datar lingkaran dengan menggunakan alat peraga bangun persegi panjang

3. Mengulangi kembali penjelasan tentang menurunkan rumus luas bangun-bangun datar dengan menggunakan model persegi panjang.

4. Membagi kelompok belajar yang masing-masing terdiri dari sepuluh orang siswa.

5. Memberikan contoh penyelesaian soal-soal luas bangun datar lingkaran dengan menggunakan metode persegi panjang

6. Memberikan soal-soal latihan dan memberikan bimbingan pada siswa dalam mengerjakan latihan

7. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal secara kelompok/individu.

8. Meminta siswa untuk mengumpulkan tugas

9. Memberikan tugas individu dalam bentuk pekerjaan rumah (PR)

d. Observasi dan Evaluasi

Setelah mengetahui hambatan dan kekurangan terhadap tindakan yang dilaksanakan pada siklus II, sehingga dilakukan revisi pada tindakan yang dilaksanakan pada siklus III serrta melakukan pengamatan dan melaksanakan peninjauan secara cermat terhadap sikap dan hasil belajar siswa pada siklus III maka dapat dilihat perubahan yang signifikan terhadap sikap dan hasil belajar siswa, sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Berdasarkan dari pengamatan dan peninjauan secara cermat yang dilaksanakan pada siklus III, bahwa penggunaan alat peraga persegi panjang dalam pengajaran luas bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal luas bangun datar dengan mengganakan alat peraga bangun persegi panjang terhadap siswa kelas lima semester satu SD …………….

5.2 Saran

Berdasarkan temuan yang peroleh dalam penelitian ini ada beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu :

1. Tenaga pengajar atau Guru pada tingkat Sekolah Dasar khususnya terhadap siswa kelas V dapat menggunakan alat peraga persegi panjang dalam penyampaian materi luas bangun datar agar siswa mampu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran dan mengoptimalkan hasil belajar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan khususnya bagi tenaga pengajar atau guru yang mengajar di kelas IV, V, dan VI pada Sekolah Dasar ..................... , guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

MAKALAH PENGANTAR ILMU FIQIH | PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

January 29, 2013
MAKALAH PENGANTAR ILMU FIQIH

PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM PADA

MASA IMAM MUJTAHIO DAN KEMUNDURANNYA

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur marilah senantiasa selaku kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, semoga segala apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita dapat menjadikan semua hambanya dapat selalu bersyukur kepada-Nya.

Sholawat dan salam kita limpahkan dan sampaikan atas baginda Nabi Allah Muhammad Saw, insya Allah kita akan bersama-sama dengan beliau di yaumul mahsar nanti dimana tidak ada satu pertolongan pun kecuali beliau pertolongan dari Allah SWT dan Rasulnya.

Dengan izin Allah SWT, akhirnya kami dapat juga menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini ada manfaatnya bagi ita semua dan jika ada kekurangannya inilah kami dan mohon dimaklumi dengan apa adanya.

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. Perkembangan Hukum Islam

A. Masa Imam Mujtahio

B. Sumber-sumber Hukum

C. Mahzab Al Fiqhiyyah Dalam Islam

BAB II. Masa Kemunduran

A. Faktor-faktor

B. Terhentinya Gerakan Ijtihad

C. Eksistensi Mahzab

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

A. Masa Imam Mujtahio

Periode ini mulai pada awal abad ke-2 Hijriah dan berakhir pada pertengahan abad ke-6 Hijriah dan pada masa ini juga disebut dengan periode tadwin atau periode dimana pada masa inilah gerakan penulisan dan pembukuan hukum Islam mengalami perkembangannya dan kemajuan yang sangat pesat dan luar biasa dan ini berlangsung kurang lebih sekitar 250 tahun. Hadist-hadist Nabi SAW. Fatwa-fatwa sahabat, tabiin-tabiin, tafsir Qur’an, fiqih dari Imam Mujtahid itu sendiri dituangkan dalam satu bentuk pembukuan ilmu yang telah dikodifikasi.

Masa ini juga merupakan periode koemasand alam sejarah pembentukan hukum islam. Karena hukum islam pada masa ittu telah berkembang dan matang sehingga membuahkan perbendaharaan hukum yang dengan demikian pada masa itu hukum islam tidak hanya terpaku pada satu titik rujukan akan tetapi berbagai macam rujukan yang timbul serta banyaknya permasalahan yang dipertimbangkan.

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan islam dan gerakan ijtihad pada periode ini sebenarnya cukup banyak, namun yang sangat penting dan per kita garis bawahi diantaranya :

1. Wilayah kekuasaan pemerintahan islam pada periode ini sudah sangat luas, dan kekuasaannya teah meliputi berbagai macam suku bangsa, etnik dan tradisi sosial.

2. para uama diperiode ini dalam menetapkan perundang-undangan dan memberi fatwa telah menguasai metode tasyri’ secara luas dan mudah.

3. ummat islam pada saat itu sangat bersemangat dan antusias dalam semua aktivitas, baik dalma hal ibdah, muamalah dan lainnya, makanya mereka ingin agar penerapan yang mereka lakukan sesuai dengan hukum islam.

4. pada masa itu juga muncul tokoh yang mempunyai bakal dan kemampuan yang didukung oleh faktor situasi dan kondisi yang ada, sehingga hukum islam semakin dapat berkembang seperti Abu Hanifah (150H/767M), Malik (179H/798M), Syafi’i (204H/820M), Ahmad bid Hanbal (241H/855M).

B. Sumber Hukum

Pada masa Imam Mujtahid, sumber-sumber hukum Isam pertambah sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman, yang penambahan ini pada hakikatnya bukanlah suatu yang baru atau bid’ah, melainkan sebnagai pengemabngan dan penjabaran secara lebih konkrit dari sumber hukum ketiga yaitu Al-Jihad wara’yu yang telah diratifikasi oleh Nash Al-Qur’an, As0Sunnah, dan Atsar sahabat.

Sumber hukum yang bersifat Ijtihad dijadikan dasar masing-masing dan secara ringkasnya sebagai berikut :

1. Sumber-sumber hukum islam menurut Imam Abu Hanifah.

Masa 80-150H ialah : Al-Qur’an Al-Karim, Sunnah Rasul SAW, AL-Ijma’, Al-Qiyas Al-Ra’yu, dan Istihsan.

2. Sumber-sumber hukum Islam menruut Imam Malik.

Masa 97-179 H ialah: pada Al-Qur’an itu meliputi nash Al-Qur’an zhahir Al-Qur’an dan mafhum Al-Qur’an, As-Sunnah itu meliputi nas, zhahir, mafhum, tanbih dan dalil Al-Hadits. Kemudian ijma’ qiyas, amal ahlu madinah, mua’at alkhilaf, akwal sahabat, istihsan, shaad dzara’i, maslahat mursalah, al istishab dan syaratu man koblana.

3. Sumber-sumber hukum islam menurut Imam Syafi’i

Masa 150-204 H ialah : Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ Qiiyas, Istishan, akwal As-Shahabat serta syari’atu man koblana.

Makalah Pendidikan Anti Korupsi

January 25, 2013
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, kami memuji meminta pertolongan dna mohon ampunan kepada-Nya

Serta kami berlindungkepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami.

Segala puji bagi Allah yangmemuji kami kejalan Islam dan kami tidak akan mendaptkan petunjuk itu jikalau Allah tidak menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah. Aku pun bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah yang telah membawa kita kejalan yang suci dan penuh dengan rahmat ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas makalah filsafat umum denga baik.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyk terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan berupa ide dna pengetahuannya sehingga terbentuknya makalah ini dan tidka lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pmbimbing “Bapak Tabrani” yang telah memberikan ilmu dan motivasinya kepada kami.

Akhirnya mengharapkan saran dan kritik unuk penyempurnaann dalam pembuatan makalahmakalah diwaktu yang akan datang.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Pengertian dan Prinsip Anti Korupsi 2

Prinsip-prinsip Anti Korupsi 3

2.2 Bentuk-bentuk Korupsi dan Penyebab Korupsi 4

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintah untuk keuntungan pribadi yang dapat merugikan pihak-pihak lain terutama uang negara.

Korupsi tidak hanya terkait dengan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan, tetapi juga oleh pihak swasta dan pejabat-pejabat ranah publik baik polisi, pergawai negeri maupun orang-orang dekat mereka.

Dan didalam pandangan Islam korupsi dinilai sebagai perbuatan mempertukarkan Allah dengan sesuatu yang bersifat materi karena tindakan korupsi merupakan manifestasi ketundukan seseorang pada wujud material selain Tuhan yang bertentangan denagn nilai Tauhid.

Nabi bersabda : “Barangsiapa yang diangkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang dia ambil lebih dari upah yang semestinya adalah korupsi.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang kita ketahui, korupsi adalah tindak pidana yang dapat merugikan orang banyak, oleh karena itu penulis akan memaparkan atau menguraikan tentang :

1. Pengertian dan prinsip-prinsip anti korupsi.

2. Bentuk-bentuk korupsi serta faktor penyebab korupsi.

3. Upaya pencegahan hukum dan pemberantasan korupsi dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia.

4. Pencegahan dan pemberantasannya dilakukan melalui jalur pendidikan.

5. Kompetensi yang ingin dibangun dalam pendidikan anto korupsi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Anti Korupsi

Definisi Korupsi

Secara etimologi korupsi berasal dari kata “korupsi” yang berarti buruk, buruk rusak dna busuk. “korup” juga berarti dapat diogok (melalui kekuasaan untuk kepentingan pribadi”.

Secara terminologi diartikan sebagai pemberian dan penerimaan suap, baik yang memberi maupun menerima suap keduanya termasuk koruptor.

David M. Chalmers mengatakan korupsi sebagai tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan menganai keungan yang membahayakan ekonomi.

J.J. Senturia menguraikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan pemrintah untuk keuntungan pribadi.

Dari beberapa pengertian di atas baik secara etimologi maupun terminologi dapat ditarik kesimpulan.

1. Korupsi dalam pengertian tindakan penghianatan terhadap kepercayaan.

2. Korupsi dalam pengertian semua tindakan penyalahgunaan kekuasaaan, walaupun pelakunya tidak mendapatkan keuntungan material.

3. Korupsi dalam pengertian semua bentuk tindakan penyalahgunaan dna bukan haknya.

Jadi, korupsi merupakan suatu tindakan penyalahnyaan wewenang, kekyasaan yang dapat merugikan dalam bidang ekonomi dan dapat merugikan dalam bidang ekonomi dan dapat merupakan masyarkaat pada umumnya orang muslim.

Prinsip-prinsip Anti Korupsi

Prinsip ini pada dasarnya dimaksudkan gar segera kenijakan dan langkah-langkah yang dijalnkan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna.

Prinsip akuntabilitas sebagai prinsip pemecahan tindak korupsi membutuhkan perangkat-perankat pendukung, baik brupa perundangan mauppun dalam bentuk kemitraan dan dukungan masyarakat. Keberadaan undang-undang maupun peraturan secara otomatis mengharuskan adanya akuntabilitasi prinsip akuntabilitasi. Pada SPSI lain juga mengharuskan agar setiap penganggaran biaya dapat disusun sesuai agar setiap penganggaran biaya dapat disusun sesuai dena target atau sasaran, akuntablitasi ini mengharuskan adanya relevansi yang konkret antaa apa yang dianggarkan dengan kenyataan di lapangan dan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengalokasian dana fiktif yang selama ini sering terjadi.

Agenda-agenda yang harus ditempuh untuki mewujudkan prisnsip-prinsip akuntabilitas :

1. Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban mekanisme.

2. Berkenaan dengan upaya-upaya evaluasi.

 Transparansi

Prinsip ii mengharuskan kebijakan dilakukan selama terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik dan ini harus melibatkan masyarakat dan sektor-sektornya adalah :

1. Proses penganggaran yang bersifat dari bawah ke atas.

2. proses penyusunan jegiatan

3. proses pembahasan tentang pembuatan rencana peraturan yang berkaitan dengan strategi pengolahan dana.

4. proses pembahasan tentang tata cara mekanisme penggalan proyek.

2.2 Bentuk-bentuk Korupsi dan Penyebab Korupsi

I. Bentuk-bentuk anti Korupsi

1. Penyuapan

Penyuapan merupakan sebuah bentuk perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah pemberian kepada seseorang dengan maksud agar penerimaan pemberian tersebut mengubah dengan maksud agar penerimaan pemberian tersebut mengubah perilaku sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggung jawab yang dapat berbebntuk, uang, rujukan, hak-hak istimewah atau berupa barang yang berharga perilaku penyuapan mengandung tiga ciri ulama korupsi antara lain.

- Betrayal

- abuse of power

- Material benefit

Contoh penyuapan; praktik penyuapan mudah dijumpai dijalan anatara pengednara mobil atau motor dengan seorang polisi misalnya seorang pengendara motor ditilang karena melanggar lalu lintassehingga ia menyuap petugas (polisi) agar terhindar dari pengadilan.

2. Penggelapan dan pemalsuan

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti, atau barang berharga oleh seoerang yang diberikan amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga.

Contohnya dengan jalan memanipulasi jumlah orang yang membutuhkan pelayanan tertentu.

3. Pemerasan merupakan penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama.

4. Nepotisme

Nepotisme merupakan bentuk tindak kriminal yang memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbangan hubungan bukan, karena kemampuannya.

II. Faktor-faktor Penyebab Korupsi

Banyak faktor yang memilu terjadinya penyimpangan korupsi baik karena faktor penyebab internal maupun eksternal. Menurut Sarlito W. Sarwono tidak ada jawaban yang persis untuk melihatnya tetapi ada dua hal yang dapat diamati yakni:

1) Dorongan dari dalam diri sendiri

2) Rangsangan dari teman-teman

Andi hamzah menginvestasikan beberapa penyebab korupsi antara lain:

1) Kurangnya gaji pegawai negeri di bandingkan dengan kebutuhan yang makin meningkat.

2) Latar belakang kebudyaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi

3) Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien yang memberikan peluang untuk korupsi.

BPKP membagi penyebab korupsi dalam tiga aspek:

1. Berkaitan dengan aspek individu pelaku

2. Berkaitan dengan aspek organisasi

3. Berkaitan dengan aspek tempat individu dan organisasi berada.

Tetapi yang lebih mendasari atau menjadi faktor pemilu seseorang melakukan korupsi adalah faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal

a. Persepsi terhadap korupsi

Ada anggapan yang mengatakan bahwa korupsi bersifat fungsional karena dapat menigkatkan derajat ekonomi sekarang karenanya uang suap dianggap dapat memberikan konstribusi positif yaitu dapat mengatasi rigiditas dan kompeksitas sistem administrasi yang kaku.

b. Moralitas dan integrasi individu

Persoalan moralitas banyak dihubungkan dengan pemahaman dan internasional nilai-nilai keagamaan pada seseorang sayangnya keagamaan hanya dipahami dari kulit luarnya banyak orang yang mengaku telah menjadi penganut agama yang fanatik hanya dengan menjalankan sholat, puasa, hari, akan tetapi dalam prilaku kehidupan sehari-hari masih tidak peduli dengan kepentingan orang lain.

2. Faktor eksternal

a. Sistem hukum

Penyebab korupsi sering dilihat dari beberapa besar sistem hukum untuk mencegahnya. Akan tetapi sistem tersebut hanya efektif dalam mencegah korupsi dinegara yang memiliki administrasi hukum yang efektif dengan tradisi keadailan yang kuat.

Sedangkan sistem hukum dimana hakim memiliki banyak wewenang akan mendorong perilaku korupsi bila diterapkan di negara yang tidak memiliki pengadilan yang indenpendent lain sistem hukum yang tidak efektif angat berpengaruh terhadap munculnya perilaku korup.

Hukum yang tidak tegas juga membuat masyarakat menjadi biasa dengan pelanggaran-pelanggaran yang dianggap kecil tetapi jika diukkur dengan biaya ekonomi bisa berkumpul demo yang sangat besar.

b. Sistem Politik

Sistem politik yang berkembang lebih berorentasi pada hubungan patron klien yaitu satu hubungan personal antara pimpinan dan bwahan yang tidak berdasarkan asas persamaan, hubungan alasan dan bawahan lebih mencerminkan hubungan persaudaraan yang lebih banyak menggunakan hubungan dan cara yang bersifat emosional dan cenderung untuk memberikan tolerasnis terhadap penyelewengan.

Oleh karena itu sering kali kita mendengar korupsi disandingkan dengan kolusi dan nepotisme.

c. Budaya lembaga

Budaya lembaga kebiasaan kerja seluruh perangkat perusahaan/baik lembaga manajemen maupun seluuruh lapisan karyawan yang dibentuk dan dibakukan serta diterima sebagai stanar perilaku kerja, serta membuat seluruh perangkat terikat terhadap perusahaan lembaga.

d. Struktur dan sistem sosial

Struktur dan sistem politik akan emakin memberi peluang untuk korupsi jika ditingkat masyarakat juga muncul budaya ..... karena tradisi akan memberikan peluang atau sebagai biang beladi munculnya korupsi, demikian nilai kekeluargaan dianggap menjadi penyebab munculnya nepotisme karena tradisi biasanya di lakukan selara sukarela kepada teman saudara atau pihak-pihak yang membutuhkan tanpa motif – motif tertentu.

e. Faktor ekonomi

Persoalan kemiskinan yang tidak memadai menjadi faktor yang sangat klasik untuk membenarkan tindakan korupsi contoh pegawai kelurahan mencari tambahan dengan menarik uang administrasi seiklasnya.

3. Upaya pencegahan Hukum dan pemberantasan korupsi dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia sejak orde lama hingga orde baru.

Upaya pemberantas korupsi telah dilakukan sejak tahun 1960-an baik dalam bentuk pembentukan komisi-komisi yang berisfat adhok. Kelembagaan yang pernparmen mau pun melalui penyempurnaan an embentukan eraturan perundang-undangan.

Pada masa orde lama dibwah kepemimpinansoekarno sudah dua kali dibentuk badan pemberantasa korupsi, namun ternyata pemerintah pada waktu itu setengah hati menjalankan. Adapun perangkat bahaya dengan produknya dengan nama panitia Retooling Aparatur negara dan dipirapin oleh Ah nasution dan dibantu oleh 2 orang anggota yaitu prof. M. Yamin dan Roeslan Abdulgani.

Salah satu tugas adalah agar para pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir. Usaha pesan akhirnya mengalami deadlock karena kebanyakan pejabat berlindung dibalik presiden.

Tahun 1963 melalui keputusan presiden No. 275 tahun 1963 diketahui oleh Nasution dan dibantu oleh Wiryono Prodjo Dikusumo dan bertugas meneruskan kasus-kasus korupsi dimeja pengadilan dan lembaga ini disebut “Operasi Budi” dimana sasaran adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga lainnya Tahun 1970 didorong oleh ketidak seriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti komitmen Soeharto mahasiswa dan pelajar melakukan untuk rasa memprotes keberadaaan TPK. Maraknya gelombang protes akhirnya ditanggapi Soeharto dengan membentuk komite empat beranggotakan Prof. Sjohannes, Kasino,Milopo dan A Tjokroaminoto Tugas mereka membersihakan epartemen Agama, Bulog, CV Waring, PT. Mantrust, Telkom, Pertamina namun komite ini tidak direspon pemerintahan kemudian laksamana sudarmo diangkat sebgai pangkup ke mitra dibentuklah OPTSTIB dengan tugas memberantai kerupsi. Setelah lainnay OPStib muncul perbedaan pendapat antara Sudomo dengan nasetion akhirnya OPSTIB Hilang tanpa bekas.

Tahun 1997 awal bencana krisis ekonomi melanda Asia dan Indonesia merupakan yang paling parah.

4. Pencegahan dan pemberantasan dilakukan melalui jalur pendidikan

Dengan adanya pemberantasan korupsi yang dilakukan melalui jalur pendidikan saya berharap supaya penerus bangsa ini tidak terpengaruh atau mengikuti langkah-langkah para pejabat yang telah melakukan tindak korupsi kaena korupsi dapat merugikan negara terutama orang-orang miskin. Dan jalur pendidikan adalah salah satu pilar ppenting dalam pemberantasan korupsi karena disitulah cikal bakal pemerintahan atau sebagai penerus-peerus bangsa.

5. Kompetensi dasar yang ingin di bangun dalam pendidikan anti korupsi

Dengan adanya maka kuliah anti korupsi ini tujuan agar para generasi muda khususnya mahaisswa tidak terpengaruh dalam soal korupsi dan diharapkan mahasiswa dapat memberikan bimbingan kepada orang-orang yang membutuhkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan dan nepotisme.

Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan kerugian bagi badan-badan negara dan publik.

B. Saran

Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.

DAFTAR PUSTAKA

MM.Khan. 2000. Political And Administrative Corruption Annota Ted Bibliography.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Yang Bersih Dan Bebas Dari Kolusi, Korupsi Dan Nepotisme

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantas Tindak Pidana Korupsi

Dasar/landasan pendidikan dalam islam

January 23, 2013
Makalah Dasar/landasan pendidikan dalam islam

BAB I

PENDAHULUAN

Ditinjau dari sila pertama dari dasar negara kita yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan kesempatan untuk rakyatnya melaksanakan ajaran agamanya masing-masing, maka model sistem Pendidikan yang dikemukakan ini adalah model sistem pendidikan yang ditinjau dari sudut Agama Islam.

Dalam Islam, peran ibu sangat penting, karena ia adalah pelahir manusia pembina dan pengurus generasi. Nabi mengatakan bahwa ibu adalah tempat pendidikan anaknya. Menyiapkan ibu dengan baik sama dengan menyiapkan suatu bangsa yang mempunyai moral yang baik.

Pendidikan dalam keluarga harus mengacu pada pendidikan agama sehingga menampakkan kondisi moral yang terpuji. Pendidikan agama di dalam keluarga yang sekarang ini dilaksanakan, pada umumnya adalah pendidikan tentang pelaksanaan ritual peribadatan, sedangkan tingkah laku para anggotanya dibiarkan mengikuti keadaan zaman walaupun seringkali bertentangan dengan aturan agama.

Pendidikan agama haruslah mengacu pada perbuatan beribadah, yaitu menyerahkan diri kepada Allah, dengan konsekuensi rela melakukan semua perbuatan demi Allah dan sesuai dengan ketentuan Allah. Allah memberikan aturan dalam kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan aturan-aturan pada setiap langkah. Langkah yang dilakukan dari bangun tidur sampai menjelang tidur, begitu juga dalam perbuatan yang berhubungan dengan lingkungan, baik dalam menuntut ilmu maupun dalam bekerja dan mengabdi pada negara.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti, Dasar, dan Tujuan Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.

Sejalan dengan penentuan prioritas bidang pembangunan, lebih-lebih pada bidang yang bersifat material, maka terdapat kecendrungan dalam pendidikan untuk menjejalkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang material tersebut. Kecenderungan ini sebenarnya bertujuan baik. Ia bermaksud menyesuaikan diri dengan iklim pembangunan dan kemajuan teknologi. Ia juga bermaksud memenuhi kebutuhan tenega-tenaga yang masih sangat kurang pada bidang-bidang tersebut. Akan tetapi karena bahan-bahan yang diberikan bersifat ekstern dari inti kepribadian manusia, dengan sendirinya ciri pendidikan yang sangat nampak hanyalah lebih bersifat pengajaran. Sedangkan menurut Charles E. Siberman bahwa pendidikan tidak identik dengan pengajaran yang hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Tugas pendidikan bukan melulu meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan agama tentunya mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar daripada pendidikan pada umumnya, lebih-lebih yang hanya menitikberatkan pada aspek kognitf semata.

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menbina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.

Pendidikan adalah proses, dalam mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat/media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dalam hal ini Dosen FKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah :

a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).

b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan.

Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).

c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.

Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum memberi gambaran konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga perkembangan manusia yang dikehendaki nketerpaduannya dengan kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukan adanya kualifikasi tertentu.

2. Analisa Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Islam.

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.

Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran, surat Asy-Syura, ayat 52 :

Artinya :

“Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Quran itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kamikehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya yang benar”.

Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak dan taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasihati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajarn-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia”

Dari ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di atas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat :

1. Bahwa Al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.

2. Menurut Hadis Nabi, bahwa di antara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.

3. Al-Quran dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.

Prof. Dr. Moh. Athiyah al-A brasyi dalam bukunya “Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.

Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat Universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungannya dengan khaliqnya yang diatur dalam ubudiyah, juga dalam hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah berpakaian, jual-beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.

Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan berturut-turut dalam Al-Quran surat Luqman, mulai ayat 3 dan seterusnya adalah :

(1) Pendidikan Keimanan Kepada Allah SWT.

               

Artinya :

“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman ayat 13)

Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.

(2) Pendidikan Akhlaqul Karimah.

Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.

Firman Allah SWT :

   ••  •   •  •    •   

Artinya :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

(Luqman : 18).

(3) Pendidikan Ibadah.

Ibadah yang secara awam diartikan sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup tidak hanya penyembahan, tetapi juga berhubungan dengan tingkah laku manusia meliputi kehidupan. Yang paling beradab, dari segi pandangan spiritual, adalah mereka yang mematuhi dengan sangat rapat kemauan Allah SWT, di dalam semua perbuatan-perbuatan mereka.

Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual. Upaya untuk ini Islam memberikan aturan-aturan peribadatan, sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluq terhadap khaliqnya.

4. Analisa Tentang Tujuan Pendidikan Islam.

Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin di wujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim. Dan kematangan integritas – kesempurnaan – pribadi.

Sebagai dunia cita, kalau sudah ditetapkan, ia adalah idea statis. Tetapi sementara itu kualitas dari tujuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai-nilainya. Lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang bersifat fundamental, seperti: nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama. Di sini kiranya orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan dunia, serta membantu anak-anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.

Tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pembinaan kepribadian (nilai formil).

- sikap (attitude).

- daya pikir praktis rasional.

- obyektivitas.

- loyalitas kepada bangsa dan ideologi.

- sadar nilai-nilai moral dan agama.

2. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materill), yaitu materi ilmu itu sendiri.

3. Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.

4. Pembinaan jasmani yang sehat.

2.2 Pendidikan Dan Pengajaran Tauhid

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang pertama dan utama usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya, akan tetapi pendidikan dan pengajaran Tauhid lebih dari itu, ia juga dapat menuntun orang mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak.

Pendidikan Tauhid dimaksudkan adalah membimbing anak didik agar mempunyai jiwa tauhid, melalui bimbingan tidak hanya dengan lisan dan tulisan, akan tetapi juga melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku, perbuatan dan perkataan orang tua atau guru adalah termasuk pekerjaan mendidik.

Pengajaran Tauhid dimaksudkan adalah memberikan pengertian tentang ketauhidan baik ia sebagai akidah yang wajib diyakini atau tauhid sebagai filasafat hidup manusia yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendidikan dan pengajaran Tauhid, baik yang berhubungan dengan akidah atau ibadah, akan menanamkan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah. Keikhlasan mengabdi kepada Allah inilah yang membuat Tauhid laksana pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat dan segi lain untuk kehidupan di dunia ini.

Usaha-usaha pendidikan dan pengajaran Tauhid harus dimulai sejak anak didik lahir ke dunia ini, anak adalah amanah Allah kepada orang tuanya. Fitrah anak yang mempercayai adanya Allah SWT. Harus disalurkan dengan sewajarnya, di bimbing dan diarahkan kepada rasa iman kepada Allah dan mencintai-Nya pula.

Proses pendidikan dan pengajaran tauhid harus dimulai sejak lahir anak ke dunia ini. Bukankah kehadiran seorang bayi ke dunia ini supaya didengungkan suara adzan sebagai pertanda pendidikan dan pengajaran tauhid telah dimulai.

“Sesungguhnya telah adzan Rasulullah saw. Pada telinga Husein (cucu beliau) ketika Husein baru dilahirkan – oleh Fatimah.” (Riwayat Ahmad dan Turmudzi).

Usaha-usaha pemupukan rasa iman sebagai fitrah manusia itu harus sungguh-sungguh mendapat perhatian orang tua/pengasuh, agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan wajar. Usaha-usaha pemupukan rasa iman itu melalui dalam tiga proses, yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan akhirnya pembentukan budi luhur.

Dalam taraf pembentukan pembiasaan, meliputi masa vital, masa anak-anak dan sebahagian masa sekolah. Dalam taraf pembiasaan ini hanya berupa pembiasaan pengenalan terhadap rasa iman kepada Allah dan adanya Allah.

Pada taraf ini anak dapat diumpamakan sebagai bibit tanaman yang baru bertumbuh, maka ia memerlukan pemeliharaan yang serius dari gangguan-gangguan yang dapat mematikan tanaman yang baru tumbuh itu, memerlukan siraman, perlindungan dari panas matahari dan sebagainya.

Anak mengenal Allah dengan perantaraan apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan, mula-mula diterimanya secara acuh tak acuh, akan tetapi tatkala ia melihat atau mendengar lingkungan keluarganya menganggumi Allah, maka terjadilah pengalaman agamis dalam dirinya.

Anak pada permulaan sekolah, pembiasaan diperlukan peragaan-peragaan pengenalan kepada Allah – lebih baik secara spontan – yang dapat dilihat atau didengar anak seperti mengucapkan basmallah, shalat, mendo’a, mengucapkan salam bila bertemu sesama keluarga, mengucapkan syukur dan sebagainya.

Pada permulaan sekolah anak belum dapat menyerap pemikiran maknawy, pemikiran masih terbatas pada persoalan yang nyata dan suka meniru. Maka kesukaan meniru ini perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada pengenalan kepada Allah.

Pada tahap pembentukan pengertian, meliputi pada masa sekolah sampai menjelang remaja. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan pada anak usia menjelang usia sekolah yaitu anak suka berkhayal, karenanya kekhayalannya itu perlu mendapat penyaluran pada pengenalan kepada Allah, antara lain seperti mukjizat, malaikat dan sebagainya.

Masa remaja adalah masa peralihan dan persiapan untuk dewasa, ia bukan anak-anak lagi akantetapi dewasa pun belum matang pula. Masa remaja bagaikan pohon yang kita tanam mengalami hembusan angin dan tidak jarang pohon itu tumbang bila akar-akarnya tidak kuat

Menjelang usia baligh, anak diarahkan pada penginsafan tentang kenyataan, mengerti dan menyadari bahwa segala apa saja yang ada di dunia ini adalah makhluk Allah, semuanya diciptakan oleh Allah.

Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah itu berjalan dengan baik dan lancar, segala kebiasaan yang baik jadi amalannya., maka dalam usia remaja akan terbentuklah rasa iman kepada Allah dengan mendalam dan lebih di sempurnakan lagi pada usia dewasa yang dimatangkan dengan pendidikan dan pengajarannya atau pengalamannya.

Dari uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan keluarga besar sekali perannya dalam pendidikan anak pada umumnya dan pendidikan agama khususnya. Pendidikan dan pengajaran dalam lingkungan keluarga itu akan lebih berhasil lagi bila tidak mengalami halangan dan rintangan antara lain seperti keutuhan struktur keluarga dan keutuhan interaksi antara sesama anggota keluarga.

Peranan utama pendidikan keluarga adalah ibu, ibu sebagai pendidik utama dalam lingkungan keluarga, tidak dapat digantikan oleh orang lain, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan rohani. Ibu mendidik anknya atas dasar kasih sayang yang dalam. Nilai ASI sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pisik dan mental anknya, hubungan ibu dan anak dalam menyusui yang disertai pelukan dan belaian sayang akan menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam diri anak. Oleh karena itu peranan ibu dalam pendidikan keluarga, hendaknya perlu dimanfaatkan dan diarahkan pada penanaman ajaran ketauhidan kepada Allah. Karena ajaran tauhid adalah ajaran pokok dalam agama yang menentukan masa depan seseorang sebagai muslim atau sebaliknya menjadi kafir.

2.3 Dasar / Landasan Pendidikan Islam

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.

Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :

“ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”

Dan Hadis dari Nabi SAW :

“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”

Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :

1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.

2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.

3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.

Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.

Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.

Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.

Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.

Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :

1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.

2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.

3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya

Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya

Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

D. Tahap-Tahap Tujuan Pendidikan Islam

Abu Ahmadi menyatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : (1) Tujuan tertinggi/terakhir, (2) tujuan umum, (3) tujuan khusus, dan (4) tujuan sementara.

1. Tujuan Tertinggi/Terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dab berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).

Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah :

a. Menjadi Hamba Allah

Tujuan ini sejalan dengan tujuan dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menhayati tentang tuhannya sedemikian rupa. Sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusuan terhadap-Nya. Melalui seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Quran.

Firman Allah SWT :

      

Artinya :

“Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku”. (QS. Al-Zhariat :56)

b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaanya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.

c. Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia samapai akhirat, baik individu maupun masyarakat.

Selanjutnya firman Allah SWT :

            

Artinya :

“dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan duniawi”. (Q.S Al-Qashash : 77)

2. Tujuan Umum

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.

Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.

3. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada :

a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa

Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.

b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subyek Didik

Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran Al-Karim.

Firman Allah SWT :

Artinya :

“katakanlah : Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar menentukan.”

c. Tuntutan Situasi, Kondisi pada kurun Waktu Tertentu

Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik;

4. Tujuan Sementara

Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.

BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.

Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.

Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.

Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Gazali, Ihya’ Ulumuddin hal.90

al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929