loading...

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik

October 31, 2013 Add Comment
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, puji sykur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena atas berkahnya kami dapat menyelesaikan makalah ”BAHASA INDONESIA” makalah ini berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh pihak tertentu yang insyaallah memuat materi pendidikan. Saya harap kiranya makalah ini mendapat perhatian yang baik dikalangan mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah “Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik”. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotifasi dalam ember inspirasi atas kelancaran penulisan makalah ini dan saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu kami mohon kerja sama dari kalangan pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Jambi…..Oktober 2013   BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar. Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang “Berbahasa Yang Baik Dan Benar” B.Rumusan Masalah a. Apakah pengertian bahasa indonesia yang baik dan benar? b. Pengertian bahasa indonesia baku? c. Pengertian bahasa indonesia tidak baku? d. Ciri-ciri bahasa indonesia baku? BAB II PEMBAHASAN 1. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 1.1 Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian pertama berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan dengan soal keserasian atau kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai. Pengertian kedua berkaitan dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau betul di sini berhubungan dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati kaidah tata bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandardisasikan berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah diterima berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada praktik pelajaran bahasa indonesia. Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan hal-hal aneh, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar tetapi tidak baik penerapannya karena suasana mensyarakat yang memiliki ragam bahasa. 2. Bahasa Indonesia Baku 2.1 Pengertian Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam, tiap-tiap ragam itu memiliki kekhasan. Akan tetapi, dari berbagai ragam itu masih dapat dikenali dan dimengerti sebagai bahasa Indonesia karena masing-masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu pada salah satu ragam yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap sebagai patokan inilah yang dijadikan tolok ukur perbandingan bagi pemakaian ragam yang lain. Dengan adanya tolok ini orang dapat mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar dan mana yang tidak benar. Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai tolok semacam itu disebut dengan bahasa baku atau bahasa standar. Dengan demikian, bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai tolok bandingan bagi pemakaian ragam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi. Bahsa Indonesia baku dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut: 1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya. 2. Untuk wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran pekerjaan, karya ilmiah,dan sebagainya. 3. Pembicaraan di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah, pengajaran di sekolah,dan sebagainya. 4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati misalnya guru, pejabat pemerintahan, atasan, atau orang yang belum atau baru saja dikenal. 2.2 Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu: 1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. 2. Bersifat kecendekiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. 3. Keseragaman. Di sini, istilah "baku" dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragaman bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa. 3. Bahasa Indonesia Tidak Baku 3.1 Pengertian Menurut Suharianto Bahasa tidak Baku (nonstandar) adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakain bahasa tidak resmi.Bahasa Indonesia. Bahasa tidak baku juga dapat diartikan sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus. Contoh kata baku dan tidak baku dalam bahasa indonesia : Baku Tidak baku Karena Karna Isteri Istri Ibu Nyokap Negeri Negri Terampil Trampil Ijazah Ijasah Saya Gue Kamu Elo 3.2 Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia. Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca. Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu dapat dirinci sebagai berikut: Kesalahan struktur 1. Kalimat aktif tanpa subjek. Contoh: • Menurut ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah) • Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir jika hukum ditegakkan. (benar) 2. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Contoh: • Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah) • Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar) 3. Tanpa unsur predikat menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek. Contoh: • Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah) • Dokter bekerja di rumah sakit. (benar) 4. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan. Contoh: • Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah) • Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar) 5. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat. Contoh: • Ia rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah) • Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar) 6. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat. Contoh: • Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah) • Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar) 7. Salah urutan. Contoh: • Majalah itu saya baca. (salah) • Saya sudah membaca majalah itu. (benar) Kesalahan diksi 1. Diksi kalimat salah jika : a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar- supaya,adalah -merupakam, bagi- untuk, demi- untuk, naik- ke atas, turun- ke bawah, dan lain-lain.Contoh: • Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (salah) • Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (benar) b. Menggunakan kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.Contoh: • Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (salah) • Desa tempat kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (benar) c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melaikan juga.Contoh: • Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah) • Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar) d. Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic yang tidak sesuai. Misalnya: Benar Salah Bergantung kepada/pada Tergantung dari Tergantung dari pada Bergantung dari Berbeda dengan Berbeda dari/ daripada Disebabkan oleh Disebabkan karena Hormat akan/kepada/terhadap Hormat atas/sama Berdasar pada/kepada Berdasarkan atas/pada kepada (berdasarkan) Terdiri atas (dari) terdiri Sesuai dengan sesuai Contoh: • Model pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah) • Model pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar) e. Penempatan numeralia distrubituf Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif. Kata setiap atau tiap-tiap memiliki arti yang sangat mirip dengan kata masing-masing. Perbedaannya adalah kata masing-masing berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan kata setiap dan tiap-tiap tidak bisa berdiri sendiri tanpa nomina. Contoh: • Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah) • Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar) 2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun) a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya. b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat saya… sebaiknya menggunakan data menunjukkan bahwa… penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa… c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya. d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi. e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak). Kesalahan ejaan Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan. Jenis kesalahan ejaan: 1. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal, 2. Pemenggalan kata, 3. Penulisan kata baku, 4. Penulisan unsure serapan 5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring, 6. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, dan lain-lain 7. Penulisan kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan langsung, kutipan tidak langsung, 8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi 9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah, jurnal, 10. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian, 11. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.   BAB III PENUTUP Kesimpulan Dalam urainan diatas dapat dismpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang dalam penggunaan nya sesuai dengan kaidah tata bahasa.Kaidah bahasa yaitu kaidah bahasa Indonesia baku atau yang danggap baku. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia dianjurkan menggunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi resmi maupun kehidupan sehari-hari.Namun masih minim nya pengetahuan tentang bagaiman bahsa Indonesia yang baik dan benar,sehingga masih banyak yang tidak menggunakan nya secara tidak tepat.   DAFTAR PUSTAKA Ening Herniti dkk.2005.Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Pokja Akademik UIN sunan kalijaga Yogyakarta. Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya

MAKALAH JASA PERPUSTAKAAN AN INFORMASI

October 31, 2013 Add Comment
KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam Penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat Penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini Penulis membahas tentang “Pungsi,Unsur-Unsur Dan Arus Informasi” Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman konsepdasar-dasar organisasi, sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Dasar-dasar organisasi”. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada, dosen pembimbing, pembaca sekalian, serta teman-teman semua. Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semua informasi mempunyai potensi berarti sacar meyakinkan bagi masyarakat anda sifatnya juga menyeluruh.sistemnya pun bersifat umum ,menyeluruh,dan berkonsep ideal dalam hal teoretis,miskipun masih sangat jauh dari ideal dalam pelaksanaan praktisnya,ketidakideal tersbut lebih banyak dipengaruhi oleh kemampuan kita(orang-orang perpustakaan) dalam mengelola informasi secara selektif. Ada usrus informasi makro dan ada arus informasi mikro dari kelahiran nya sampa kepada penggunanya. . Berbaga pelahir informasi,minsalnya pemul iformasi,pencipta,penemu,pemimpin dan sebagainya,seperti badan internasional,kelompolk ilmiah dan profesi serta teknologi,kelompok bisnis dan pimpinan lembaga organisasi profesi,dan badan-badan pemerintah di semua tingkatan ,baik pusat maupun daerah, dan lembaga-lembaga swasta semua tingkatan .Informasi bergerak dari satu unsur kepada unsur lain nya,dari tahap kelahirannya sampai kepada para penggunanya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. BAB 11 PEMBAHASAN A. FUNGSI Fungsi pun beragam pula karena akan bergantung pada manfaatnya bagi setiap setiap orang yang kebutuhannya berbeda-beda. Demikian fungsinya bagi suatu organisasi,ia akan disesuaikan dengan jenis organisasi yang bersangkutan. Kondisi sekarang menuntut semakin di kembangkannya system pelayanan informasi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.informasi tidak lagi dianggap sebagai barang bebas yang siapa saja bisa mengambil dan mengaksesnya .namun ada informasi yang tergolong masih bebas di akses orang,dan ada juga yang karena alasan diperlukan biaya dan keahlian tertentu untuk mendapatkannya.dengan adanya kenyataan ini maka profesi di bidang perpustakaan dan informasi menjadi semakin berkembang. Dalam laporan tahunan tiga decade yang lalu,yakni dalam National Commission on Libraries and information Science (Eastabrook,1977) di ungkapkan secara ringkas tentang pentingnya fungsi informasi. Tulisan ini mendapatkan pendekatan menyeluruh atas fungsi-fungsi informasi dengan alasan supaya keterbacaan dan aksesnya kepada segenap anggota masyarakat lebih memungkinkan. B.Unsur-Unsur Sulit mendefenisikan konsep nformasi secara tegas danmenyeluruh,dan para ahli pun merasa enggan untuk membatasinya dengan tegas.Dari beberapa defenisi yang diusulkannya,tak satupun yang mengandung unsur-unsur umum karena itu defenisi yang ada itu tampak kurang komprehensif. Memang sulit membatasi informasi secara umum yang berlaku menyeluruh karena informasi itu sendiri mempunyai aspek yang sangat kontekstual.Informasi sangat tergantung kepada bidang yang akan menggarap nya.Didunia teknologi dan elektronika,informasi merupakan sederet angka yang melambagkan data fakta yang siap dimasukan kedalam mesin-mesin hitung atau bahkan hasil keluaran dari mesin-mesin hitung adalah informasi sekaligus maknanya,sebab informasi mempunyai arti bagi seseorang. Suatu rekaman fenomena yang diamati atau dilihat oleh orang juga termasuk ke dalam konsep informasi.jadi,informasi dalam konsep rekaman ini bisa jadi hanya berupa kesan pikiran seseorang atau mungkin juga berupa susunan data yang terorganisasikan dengan rapi dan cermat yang tersimpan dalam disket-disket computer.contoh sebuah kebakaran pasar di satu malam merupakan suatu fenomena.Hal ini bisa menjadi informasi jika ada orang yang melihatnya,atau bahkan merekamnya.Hal rekaman atau penglihatan itilah yang mengandung konsef informasi sebab bisa memberikan arti bagi orang lain. Semua informasi mempunyai potensi berarti sacar meyakinkan bagi masyarakat and sifatnya juga menyeluruh.sistemnya pun bersifat umum ,menyeluruh,dan berkonsep ideal dalam hal teoretis,miskipun masih sangat jauh dari ideal dalam pelaksanaan praktisnya,ketidakideal tersbut lebih banyak dipengaruhi oleh kemampuan kita(orang-orang perpustakaan) dalam mengelola informasi secara selektif.di samping itu,keterbatasan sumber-sumber yang bisa melahirkan informasi pun turut menentukan dalam selektivitas informasi ini.beberapa pertimbangan yang menentukan public significance adalah sebagai berikut : 1. Jumlah dan kelompok orang yang dipengaruhi oleh fenomena atau keputusan-keputusan informasi. 2. Tingkatan masyarakat yang dipengaruhi,misalnya apakah menyangkut perkara hidup dan mati,apakah perlu atau apakah yang menyenangkan. 3. Lamanya suatu permasalahan. 4. Kesegeraan(imediacy) serta kemungkinan peningkatan. 5. Kapasitas atau kemampuan bertindak yang dimiliki oleh penerus informasi. C.ARUS INFORMASI Bagaimana bergeraknya informasi dari suatu segi ke segi yang lainnya ,dari tingkatan yang satu ke tingkatan yang lainnya,dan dari tempat yang atu ke tempat berikutnya,itulah yang menggambarkan arus informasi dalam hal ini. Ada usrus informasi makro dan ada arus informasi mikro dari kelahiran nya sampa kepada penggunanya .Berbagai pelahir informasi ,minsalnya pemula iformasi,pencipta,penemu,pemimpin,dan sebagainya,seperti badan internasional,kelompolk ilmiah dan profesi serta teknologi,kelompok bisnis dan pimpinan lembaga organisasi profesi,dan badan-badan pemerintah di semua tingkatan ,baik pusat maupun daerah, dan lembaga-lembaga swasta semua tingkatan .Informasi bergerak dari satu unsur kepada unsur lain nya,dari tahap kelahirannya sampai kepada para penggunanya. 1. Arus informasi makro Arus informasi makro terjadi saat perpindahan informasi yang mempunyai nilai umum bergeser menyebar secara meluas ke bawah dimana penggunanya memberikan nilai.Informasi dari arus atas kemudahan turun menyebar ke bawah yang biasanya bersifat piramida dan horizontal. Di puncak piramida tersebut terdapat hukum atau undang-undang yang dibuat oleh badan legislativ,termasuk perintah eksklusif dan putusan kebijakan dari cabang –cabang eksekutif,serta putusan pendapat dari cabang yudikatif.Semua itu merupakan informasi yang tergolong ke dalam konsep arus informasi makro. Pada tingkat pertama model piramidtersebut,terdapat peraturan dan perundangan yang dikembangkan untuk menafsirkan hukum,Ditingkat pusa ini sekretaris kabinet dan lembaga pengelolanya adalah pembangkit-pembangkit informasi (yang melahirkan informasi) Badan ini secara terus- menerus melahirkan informasi yang diperuntukkan bagi segenap anggota masyarakat banyak.sementara itu,pada tingkat bawah(dasar piramida)adalah pada lembaga pemerintah setempat,termasuk kebijakan dan peraturan pemerintah setempat ,serta program-program pelaksanaannya,pemerintah setempat bahkan bisa menambah hal-hal yang penting dan bersifat informasi sesuai dengan kondisi daerah setempat.Informasiyang disampaikan pemerintah dan badan-badan pusat.mempunyai jumlah pengguna yang sangat banyak,karena itu pembiayaannya pun sangat besar.Namun dilhat dari pihak pengguna,harga setiap informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga informasi orang per orang pada pemerintah setempat.Contoh nya ,kita menonton flim dan aneka acara menarik lainnya di televisi setiap hari hampir tanpa henti,namun hanya membayar pajak kurang dari enam ribu rupiah saja setiap bulannya (bahkan sekarang banyak yang tidak membayar pajak televisi ),padahal uang yang sama hanya cukup untuk sekali nanton di bioskop-bioskop berukuran sedang di kota anda. 2. Arus inforasi mikro Informasi hanya berpindah secara terbatas di lingkungan yang terbatas pula.Informasi berpindah dari kelompok-kelompol ilmiah dan budaya kepada arus utama informasi yang bersangkutan.Ilmu tentang perbintangan atau astronomi hanya dikenal oleh para ahli dibidang tersebut,orang diluar itu tidak banyak yang meminatinya.Dengan begitu maka perputaran informasi yanga adapun hanya sebatas pada lingkungan astronomi tersebut. namun demikian,meskipun informasinya hanya tertentu sesuai dengan bidang profesi,kondisi lingkungan,tingkat pendidikan,tingkat penghasilan dan jenis pengelompokan tertentu lainnya. Hal yang penting dalam pengambilan suatu keputusan hendaknya diantisipasi kemanfaatannyan bagi masyarakat penggunanya,dan juga harus dalam bentuk yang sudah diolah dan disaring.Sementara itu sifat pelayanan untuk informasi seperti ini bersifat selektif,personal,individual. Untuk memberikan pelayanan yang baik dengan cara menyampaikansejumlah informasi untuk bahan pengambilan keputusan,orang atau dlam hal ini para pustakawan dan para petugas informasi harus resfonsip terhadap kelompok-kelompok pembuatan keputusan tadi.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bagaimana bergeraknya informasi dari suatu segi ke segi yang lainnya ,dari tingkatan yang satu ke tingkatan yang lainnya,dan dari tempat yang satu ke tempat berikutnya,itulah yang menggambarkan arus informasi dalam hal ini. Kondisi sekarang menuntut semakin di kembangkannya system pelayanan informasi yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.informasi tidak lagi dianggap sebagai barang bebas yang siapa saja bisa mengambil dan mengaksesnya .namun ada informasi yang tergolong masih bebas di akses orang,dan ada juga yang karena alasan diperlukan biaya dan keahlian tertentu untuk mendapatkannya.dengan adanya kenyataan ini maka profesi di bidang perpustakaan dan informasi menjadi semakin berkembang B. KRITIK DAN SARAN Kami sadar, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dan konstruktif demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.   DAFTAR PUSTAKA Drs.PawitM.Yusup,M.S.(Ilmuinformasi,komunikasi,dankepustakaan),Jakarta:Bumi Aksara,2009

Pergerakan Nasional dan Terbentuknya Bangsa Indonesia

October 31, 2013 Add Comment
BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis merupakan hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius dan di antara faktor-faktor itu saling terjadi interaksi. Kata - pergerakan‖ mencakup semua macam aksi yang dilakukan dengan organisasi moden ke arah kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme sendiri mengacu pada faham yang mementingkan perbaikan dan kesejahteraan nasio atau bangsanya. Penyebutan nama Indonesia yang berfungsi simbolis dalam Sejarah Pergerakan Nasional tidak dengan sendirinya terjadi tetapi melalui proses panjang dan dengan makin majunya pergerakan nasional sebutan indonesia‖ meripakan keharusan. Sejarah Pergerakan Nasional mempunyai pengertian dan menunjuk pada seluruh proses terjadinya dan berkembangnya nasionalisme Indonesia dalam segala perwujudannya., berdasarkan kesadaran, sentimen bersama dan keinginan berjuang untuk kebebasan rakyat dalam wadah negara kesatuan. Nasionalisme Indonesia yang dalam perkembangannya mencapai titik puncak setelah Perang Dunia II yaitu dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia berarti bahwa pembentukan nasion Indonesia berlangsung melalui proses sejarah yang panjang. Timbulnya nasionalisme Indonesia khususnya nasionalisme Asia umumnya berbeda dengan timbulnya nasionalisme di Eropa. Jelas bahwa nasionalisme Indonesia mempunyai kaitan erat dengan kolonialisme Belanda yang sudah beberapa abad lamanya berkuasa di Indonesia. Usaha untuk menolak kolonialisme inilah yang merupakan manifestasi dari penderitaan dan tekanan-tekanan yang disebut Nasionalisme. Ada dua macam teori tentang pembentukan nation. Pertama, yaitu teori kebudayaan (cultuur) yang menyebut suatu bangsa itu adalah sekelompok manusia dengan persamaan kebudayaan. Kedua, teori negara (staat) yang menentukan terbentuknya suatu negara lebih dahulu adalah penduduk yang ada di dalamnya disebut bangsa, dan ketiga, teori kemauan (wils), yang mengatakan bahwa syarat mutlak yaitu adanya kemauan bersama dari sekelompok manusia untuk hidup bersama dalam ikatan suatu bangsa, tanpa memandang perbedaan kebudayaan, suku dan agama. B. Tujuan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui tahap- tahap perkembangan Indonesia yang dilakukan pada masa pergerakan nasional dan juga bagaimana terbentuknya Negara Indonesia. BAB II PEMBAHASAN A. Pergerakan Nasional dan Terbentuknya Bangsa Indonesia Kata nasionalisme berasal dari kata Nation yang berati bangsa. Dalam bahasa Latin kata Nation berati kelahiran kembali, suku kemudian bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat untuk bersatu karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan kepentingan bersama. Menurut Han Kohn adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserakan kepada negara dan bangsa. Bangkitnya nasionalisme Indonesia didorong oleh faktor intern dan ekstern. 1. Faktor Intern Faktor-faktor intern yang menyebabkan lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut : a. Kejayaan Bangsa Indonesia sebelum kedatangan bangsa Barat, di wilayah Nusantara sudah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Mataram dan Majapahit. Kejayaan masa lampau itu menjadi sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. b. Penderitaan Rakyat akibat Politik Drainage (Pengerukan Kekayaan) Politik drainage itu mencapai puncaknya ketika diterapkan sistem tanam paksa yang dilanjutkan dengan sistem ekonomi liberal. c. Adanya Diskriminasi Rasial Diskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan, tidak semua jabatantersedia bagi kaum pribumi. d. Munculnya Golongan Terpelajar Pada awal ke-20, pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah kolonial. Hal itu sejalan dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah modern, mereka dapat mempelajari berbagai ide-ide dan paham-paham baru yang berkembang di Barat, seperti ide tentang HAM, liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. 2. Faktor Ekstern Lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia juga didorong oleh faktor-faktor ekstern, antara lain berikut ini : a. Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904-1905) Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang telah berhasil mengguncangkan dunia. Kemenangan Jepang tersebut berhasil menggugah kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melawan penjajahan bangsa-bangsa kulit putih. b. Kebangkitan Nasionalisme Negara-Negara Asia-Afrika Kebangkitan nasional bangsa-bangsa Asia-Afrika memberikan dorongan kuat bagi bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penindasan pemerintahan kolonial. Revolusi Tiongkok (1911) dan pementukan partai Kuomintang oleh Sun Yan Set yang berhasil menjadikan Cina sebagai negara mereka pada tahun (1912). c. Masuknya Paham-Paham Baru Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme muncul setelah terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Hubungan antara Asia dan Eropa menyebabkan paham-paham itu menyebar dari Eropa ke Asia, termasuk ke Indonesia. B. Gerakan Organisasi 1. Boedi Oetomo Dengan semangat hendak meningkatkan semangat masyarakat, Mas Ngabehi Wahidin Soediro Husodo, seorang doktor jawa dan termasuk seorang priayi, tahun 1906-1907 melakukan kempanye di kalangan priayi di Pulau Jawa. Pada akhir 1907, Wahidin bertemu dengan Soetomo, pelajar STOVIA di Batavia. Pertemuan tersebut berhasil mendorong didirikannya organisasi yang diberi nama Boedi Oetomo pada hari rabu tanggal 20 Mei 1908 di Batavia. Soetomo kemudian ditunjuk sebagai ketuanya. Tanggal berdirinya Boedi Oetomo hingga saat ini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 2. Sarekat Islam Pada akhir 1911, Haji Samanhudi di Solo menghimpun para pengusaha batik di dalam sebuah organisasi yang bercorak agama dan ekonomi, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI). Setahun kemudian pada bulan November 1912 nama SDI diganti menjadi Sarekat Islam (SI) dengan ketuanya Haji Oemar Said Cokroaminoto, sedangkan Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Perubahan nama tersebut bertujuan agar keanggotaannya menjadi luas, bukan hanya dari kalangan pedagang. Apabila dilihat dari anggaran dasarnya, tujuan pendirian Sarekat Islam adalah sebagai berikut : - Mengembangkan jiwa dagang. - Memberikan bantuan kepada anggota-anggota yang kesulitan. - Memajukan pengajaran dan semua. - Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam. Aktivitas SI lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian besar anggotanya. Mereka menginginkan SI memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu SI memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai Sarikat Islam. Sehubungan dengan meluasnya semangat persatuan dan Sumpah Pemuda, nama tersebut diubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus Salim. 3. Indische Partij Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Organisasi ini juga dimaksudkan sebagai pengganti Indische Bond. Sebagai organisasi kaum Indonesia dan Eropa yang didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal dengan Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Indische Partij merupakan pergerakan nasional yang bersifat politik murni dengan semangat nasionalisme modern. Indische Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia dianggap sebagai National Home bagi semua orang, baik penduduk bumi putera maupun keturunan Belanda, Cina, dan Arab, yang mengaku Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu itu dikenal sebagai Indisch Nasionalisme, yang selanjutnya melalui perhimpunan Indonesia dan PNI, diubah menjadi Indonesische Nationalisme atau Nasional Indonesia. Hal itulah yang menyatakan bahwa Indische Partij sebagai partai politik pertama di Indonesia. 4. Perhimpunan Indonesia Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun 1908 oleh orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain Sutan Kasayangan dan R.N Noto Suroto. Mula-mula organisasi itu bernama Indische Vereeniging. Akan tetapi sejak berakhirnya Perang Dunia I perasaan anti kolonialisme dan imperialisme di kalangan pemimpin-pemimpin Indische Vereeniging semakin menonjol. Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Sejak tahun 1925, selain nama dalam bahasa Belanda juga digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu Perhimpunan Indonesia. Oleh karena itu, semakin tegas bahwa PI bergerak dalam bidang politik.Dalam kalangan pergerakan nasional di Indonesia, pengaruh PI cukup besar. Beberapa organisasi pergerakan nasional mulai lahir karena mendapatkan inspirasi dari PI, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun 1927. 5. Partai Komunis Indonesia Ketika Sosial Democratische Arbeiderspartij (SDAP) di Belanda pada tahun 1918 mengumumkan dirinya menjadi Partai Komunis Belanda (CPN), para anggota ISDV dari golongan Eropa mengusulkan mengikuti jejak itu. Oleh karena itu, pada tanggal 23 Mei 1920 diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Di dalam susunan pengurus baru terbentuk tertera antara lain Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai wakil ketua, Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, serta Baars dan Sugono sebagai anggota pengurus. PKI tumbuh menjadi partai politik dengah jumlah yang sangat besar. Akan tetapi karena jumlah anggotanya intinya kecil, partai itu kurang dapat mengontrol dan menanamkan disiplin kepada anggotanya. Setelah berhasil menempatkan dirinya sebagai partai besar, PKI merasa sudah kuat untuk melakukan pemberontakan pada tahun 1926. Hampir sepuluh tahun kemudian, Komitern mengirimkan seorang tokoh komunis kembali ke Indonesia. Tokoh tersebut ialah Musso yang pada bulan April 1935 mendarat di Surabaya. Dengan bantuan Joko Sujono, Pamuji, dan Achmad Sumadi, ia membentuk yang diberi nama PKI Ilegal. Kegiatan utama kaum komunis kemudian disalurkan melalui Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) dengan tokoh utamanya Amir Syarifudin. 6. Partai Nasional Indonesia Partai Nasional Indonesia (PNI) dibentuk di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 dengan tokoh-tokohnya Ir. Soekarno, Iskaq, Budiarto, Cipto Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi, dan Soenaryo. Dalam pengurus besar PNI, Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua, Iskaq sebagai sekretaris/bendahara, dan Dr. Samsi sebagai komisaris. Sementara itu dalam perekrutan anggota disebutkan bahwa mantan anggota PKI tidak diperkenankan menjadi anggota PNI, juga pegawai negeri yang memungkinkan berperan sebagai mata-mata pemerintah kolonial. Ada dua macam cara yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruh nya didalam masyarakat, yaitu: - Usaha ke dalam: Usaha-usaha terhadap lingkungan sendiri, antara lain mengadakan kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah dan bank-bank. - Usaha ke luar: Dengan memeperkuat opini publik terhadap tujuan PNI, antara lain melalui. - rapat-rapat umum dan menerbitkan surat kabar Benteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia. Peningkatan kegiatan rapat-rapat umum di cabang-cabang sejak bulan Mei 1929 menimbulkan suasana yang tegang. Pemerintah kolonial Belanda lebih banyak melakukan pengawasan secara tegas terhadap kegiata-kegiatan PNI yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban. Sering kali polisi menghentikan pidato karena dianggap telah menghasut rakyat. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda beranggapan bahwa tiba saatnya untuk melakukan tindakan terhadap PNI. Bahkan Gubernur Jenderal de Graef telah mendapatkan tekanan dari konservatif Belanda yang tergabung dalam Vanderlansche Club untuk bertindak tegas karena mereka berkeyakinan bahwa PNI melanjutkan taktik PKI. C. Upaya-Upaya Menggalang Persatuan 1. Pembentukan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan. Indonesia (PPPKI) Di kalangan pemimpin pergerakan nasional muncul gagasan untuk membentuk gabungan (fusi) dari partai-partai politik yang ada. Tujuannya untuk memperkuat dan mempersatukan tindakan-tindakan dalam menghadapi pemerintah kolonial. Usaha itu dirintis oleh Sarekat Islam, Muhammadiyah, Jong Islamiten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa, Sarekat Ambon dan Sarekat Madura. Pada bulan September 1926 berhasil dibentuk Komite Persatuan Indonesia. Akan tetapi, usaha tersebut tidak berhasil dengan baik sehingga tidak satu pun organisasi gabungan (fusi) yang dihasilkan. Pada tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan sidang di Bandung yang dihadiri oleh wakil-wakil dari PNI, Algemeene Studieclub, PSI (Partai sarekat Islam), Boedi Oetomo, Pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi, dan Indinesische studieclib. Sidang tersebut memutuskan untuk membentuk (PPPKI) dengan tujuan sebagai berikut. Sebagai suatu alat organisasi yang tetap dari federasi itu, dibentuklah dewan pertimbangan yang terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan wakil partai-partai yang bergabung. Dr. Soetomo dari Studieclub sebagai Ketua Majelis Pertimbangan dan Ir. Anwari dari PNI sebagai sekretaris. 2. Gerakan Pemuda a. Gerakan Pemuda Kedaerahan Trikoro Dharmo merupakan organisasi pemuda kedaerahaan pertama di Indonesia. Trikoro Dharmo didirikan di Gedung Stovia pada tanggal 7 Maret 1915 oleh pemuda-pemuda Jawa, seperti Satiman, Kadarman, Sumardi, Jaksodipuro (Wongsonegoro), Sarwono, dan Mawardi. Trikoro Dharmo berarti tiga tujuan mulia, yaitu Sakti, Budi dan Bhakti. Kenggotaan Trikoro Dharmo pada mulanya hanya terbatas pada kalangan pemuda dari Jawa dan Madura. b. Kongres Pemuda Indonesia Kongres Pemuda I, Keinginan untuk bersatu seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah tertanam dalam sanubari pemuda-pemuda Indonesia. Untuk itu, pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta diadakan kongres pemuda Indonesia yang pertama. Dalam kongres itu dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu. Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas kepentingan golongan, bangsa dan agama. Selanjutnya juga dibicarakan tentang kemungkinan bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak dikemudian hari. Para mahasiswa Jakarta dalam kongres tersebut juga membicarakan tentang upaya mempersatukan perkumpulan-perkumpulan pemuda menjadi satu badan gabumgan (fusi). Walaupun pembicaraan mengenai fusi tidak membuahkan hasil yang memuaskan, kongres itu telah memperkuat cita-cita Indonesia bersatu. c. Kongres Pemuda II Kongres Pemuda II diadakan dua tahun setelah Kongres Pemuda Indonesia pertama, tepatnya pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulan-perkumpulan pemuda ketika itu diantara lain Pemuda Sumatera, Pemuda Indonesia, Jong Bataksche Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamiten Bond, Jong Java, Jong Ambon dan Jong Celebes. PPPI yang memimpin kongres ini sengaja mengarahkan kongres pada terjadinya fusi organisasi-organisasi pemuda. Kongres Pemuda II dilaksanakan selama dua hari, 27-28 Oktober 1928. persidangan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali di antaranya membahas persatuan dan kebangsaan Indonesia, pendidikan, serta pergerakan pemuda. Kongres tersebut berhasil mengambil keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Rumusan tersebut dibuat oleh sekretaris panitia, Moh. Yamin dan dibacakan oleh ketua kongres, Sugondo Joyopuspito, secara hikmat di depan kongres. Selanjutnya diperdengarkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan dan dibawakan oleh W.R. Supratman dengan gesekan biola. Peristiwa bersejarah itu merupakan hasil kerja keras para pemuda pelajar Indonesia. Dengan tiga butir Sumpah Pemuda itu, setiap organisasi pemuda kedaerahan secara konsekuen meleburkan diri kedalam satu wadah yang telah disepakati bersama, yaitu Indonesia Muda. Berkembangnya Taktik Moderat dan Kooperatif dalam Perkembangan Nasional. d. Partindo (1931) Pada kongres luar biasa PNI di Batavia tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Pembubaran tersebut menimbulkan pertentangan di kalangan pendukung PNI. Sartono dan pendukungnya membentuk Partai Indonesia (Partindo) pada tanggal 30 April 1931. Asas dan tujuan serta garis-garis perjuangan PNI masih diteruskan oleh Partindo. Selanjutnya dilakukan upaya menghimpun kembali anggota-anggota PNI yang tercerai-cerai sehingga pada tahun 1931 berhasih dibentuk 12 cabang. Kemudian berkembang menjadi 24 cabang dengan anggota sebanyak 7.000 orang.Penangkapan kembali Ir. Soekarno pada tanggal 1 Agustus 1933 melemahkan Partindo. Bung Karno diasingkan ke Ende, Flores, pada tahun 1934. karena alasan kesehatan, Bung Karno kemudihan dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1938 dan pada tahun 1942 dipindahkan kepadang karena adanya serbuan Jepang ke Indonesia. Tanpa Ir. Soekarno, Partindo mengalami kemunduran. Partindo keluar dari PPPKI agar PPPKI tidak terhalang geraknya karena adanya larangan untuk mengadakan rapat. Dalam menghadapi keadaan yang sulit itu, untuk kedua kalinya Sartono membubarkan Partindo juga tanpa dukungan penuh dari anggotanya. e. PNI Baru (1931) Pada bulan Desember 1931, membentuk Pendidikan Nasional Indonesia(PNI Baru). Mula-mula Sutan Syahir dipilih sebagai ketuanya. Moh. Hatta kemudian dipilih sebagai ketua pada tahun 1932 setelah kembali dari Belanda. Organisasi-organisasi tersebut tetap sama-sama menggunakan taktik perjuangan non-kooperatif dalam mencapai kemerdekaan politik. Adapun perbedaan antara PNI Baru dengan Partindo adalah sebagai berikut: - PPPKI oleh PNI Baru dianggap sebagai “persatean” bukan persatuan karena anggota-anggotanya memiliki ideologi yang berbeda-beda. Sementara itu, Partindo menganggap PPPKI dapat menjadi wadah persatuan yang kuat daripada mereka berjuang sendiri-sendiri. - Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan. f. Parindra (1935) Pada bulan Desember 1935 di Solo diadakan kongres yang menghasilkan penggabungan Boedi Oetomo dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan melahirkan Partai Indonesia Raya (Parindra). R. Soetomo terpilih sebagai ketua Parindra dengan Surabaya sebagai pusatnya. Tujuannya adalah mencapai Indonesia raya dan mulia. Tokoh-tokoh terkemuka Parindra lainnya ialah Moh. Husni Thamrin dan Sukarjo Wiryopranoto. Parindra berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil dengan cara mendirikan Rukun Tani, membentuk serikat-serikat pekerja, menganjurkan Swadesi, dan mendirikan Bank Nasional Indonesia. D. Lahir nya politik etis Politik Etis atau politik balas budi berakar pada masalah kemanusiaan maupun keuntungan ekonomi. Kecaman-kecaman terhadap pemerintahan bangsa Belanda yang di lontarkan dalam novel Max Havelaar dan sebagai pengungkapan yang lainnya mulai menambahkan hasil. Semakin banyak yang mendukung pemikiran untuk mengurangi penderitaan rakyat Indonesia. selama zaman liberal (1870-1900) kapitalisme swasta memainkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap kebijakan penjajahan. Industri Belanda mulai melihat Indonesia sebagai pasar yang potesial yang standar hidupnya perlu di tingkatkan. E. Isi politik etis Ada tiga isi dari Politik Etis : 1. Irigasi (Pengairan) dan Infrastruktur, merupakan program pembangunan dan penyempurnaan sosial dan prasarana untuk kesejahteraan terutama dibidang pertanian dan perkebuna, serta perbaikan prasarana infrastruktur. Disini masyarakat pribumi di beri pengetahuan teknologi dalam bidang pengairan yang lebih modern, untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik, tanpa menunggu lama seperti sebelumnya yang hanya mengandalkan musim hujan saja untuk menghasilkkan pertanian yang baik, tetapi dengan adanya Irigasi yang di ajarkan oleh Belanda, masyarakat pribumi dapat bercocok tanam pada musim kemarau juga. 2. Educate (pendidikan), Merupakan program peningkatan mutu SDM dan pengurangan jumlah buta huruf yang implikas baiknya untuk pemerintah Belanda, yaitu dengan pendirian sekolah-sekolah. Karena pelajar yang berkualitas dapat di jadikan pegawai oleh pemerintah Belanda. Itu salah satu tujuan Belanda melakukan Politik Etis untuk menggalih potensi masyarakat pribumi. 3. Emigrasi (transmigrasi), Merupakan program pemerataan pendidikan Jawa dan Madura dengan dibuatnya pemukiman di Sumatra Utara dan Selatan dimana dibuka perkebunan-perkebunan baru yang membutuhkan banyak sekali pengelola dan pegawainya, Akan tetapi kebijakan pertama dan kedua disalah gunakan untuk pemerintah Belanda dengan membanggun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi, hanya pendidikan yang membawa dampak positif bagi Indonesia. selain untuk pemerantaan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda. Ada beberapa penyimpangan penyimpangan tersebut: 1. Irigasi, Pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi. 2. Edukasi, Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya. F. Dampak Politik Etis Dampak yang di timbulkan oleh Politik Etis tentunya ada yang negatif dan positif namun yang perlu kita ketahui adalah bahwa hampir semua program dan tujuan awal dari Politik Etis banyak yang tak terlaksana dan mendapat hambatan. Adapun dampak-dampak yang terlihat nyata adalah dalam tiga bidang : 1. Politik : Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi bangsa Indonesia, namun tetap saja terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti intervensi, karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang dan Amerika menjadikan sentralisasi berusaha diterapkan kembali. (Kartodirjo, Sartono 1990 : 56) 2. Sosial : Lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah melek huruf, perkembangan bidang pendidikan adalah dampak positifnya namun dampak negatifnya adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas karena bangsawan kelas atas dapat berseolah dengan baik dan langsung di pekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda. 3. Ekonomi : lahirnya sistem Kapitalisme modern, politkk liberal dan pasar bebas yang menjadikan persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Sehingga yang lemah akan kalah dan tersingkirkan. BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Sejarah Pergerakan Nasional adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar empat puluh tahun, yang dimulai sejak lahirnya Budi Utomo (BU) sebagai organisasi nasional yang pertama tahun 1908 sampai terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945 yang ditandai oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis merupakan hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius dan di antara faktor-faktor itu saling terjadi interaksi. Ada dua factor yang mendorong segi-segi integrasi dari nasionalisme Indonesia. Pertama faktor internal yang menunjukkan persamaan perasaan karena tekanan-tekanan kolonial sehingga menciptakan perasaan senang-tidak senang, setia-melawan, setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya. Adapun yang kedua adalah factor eksternal berupa faham-faham nasionalisme yang membuahkan nasionalisme itu sendri. Faktor-faktor eksternal maupun internal itu tidak akan banyak berpengaruh jika sekiranya kaum intlektualis tidak muncul dalam panggung organisasi politik dan organisasi pergerakan nasional. Sebagai elit baru kaum intelektualis ini tentu saja menghendaki amsyarakat yang bebas dari pengawasan kolonial, yang dengan sadar ingin mengubah kedudukan bangsanya. B. Saran Dengan selesainya makalah ini, saya harapkan masukan dan kritikan dari kawan- kawan yang bersifat membangun. DAFTAR PUSTAKA a. Dimjati, M. (1951). Sedjarah Perdjuangan Indonesia. Djakarta: Widjaja. b. Poesponegoro, M.D. dan Notosusanto, N. (1981). Sejarah Nasional Indonesia . Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka. c. Suhartono, Dr. Dan Widodo, ( 1994 ). Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta : Balai Pustaka.

Makalah Tentang Puasa

October 31, 2013 Add Comment
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai ilmu rukun islam yang salah satunya ialah puasa, puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam ,semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya. Karena mereka tidak mengatahui manfaat dan hikmah puasa. Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar melaksanakannya tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa ,hasilnya pada saat mereka berpuasa mereka mendapatkan rasa lapar. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa,manfaat puasa,hikmah puasa,alasan mengapa kita wajib menjalankan puasa. 2. Rumusan masalah A. Pengertian puasa secara syar’I B. Memulai puasa bulan ramadhan C. Macam-macam puasa D. Rukun puasa E. Hal-hal yang membatalkan puasa F. Sunat-sunat puasa dan hal-hal yang memakruhkannya G. Orang yang tidak boleh puasa H. Adab-adab puasa I. Hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan untuk berpuasa J. Hikmah puasa 3. Tujuan • Agar umat islam selalu melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan benar • Bisa melaksanakan puasa dengan iklas • Untuk mengetahui semua hal yang membahas tentang puasa dan bersangkut paut dengan puasa. Bab II PEMBAHASAN 1. Pengertian puasa secara syar’I Menurut syara’ puasa ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan dari mula terbit fajar hingga terbenamnya matahari, karena perintah allah semata-mata dengan disertai niat dan syarat-syarat tertentu. Dalam hadist juga di jelaskan tentang kewajiban puasa sebagaimana sabda Nabi saw : Artinya : Islam ditegakkan atas 5 dasar : 1. Bersaksi bahwa tiada tuhan (yang patut disembah ) melainkan allah dan Muhammad saw. Utusannya 2. Mengerjakan sholat 3. Mengeluarkan zakat 4. Berpuasa dibulan ramadhan 5. Mengerjakan haji 2. Memulai puasa bulan ramadhan Puasa dimulai dengan salah satu sebab yaitu : 1. Melihat bulan ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal 29(akhir) aya’ban. 2. Penepatan hakim syar’I akan awal bulan ramadhan berdasarkan keterangan saksi ,sekurang-kurangnya seorang laki-laki bahwa ia melihat bulan. 3. Penepatan awal bulan ramadhan dengan perhitungan ahli hisab (perhitungan) apabila tidak terlihat maka bulan sya’ban disempurnakan 30 hari. Keterangan orang yang dapat dipercaya kebenarannya oleh penerima berita, bahwa ia melihat bulan ramadhan walawpun ia perempuan,orang fasik atau anak-anak. 4. Dengan hisab sebagaimana firman allah swt . 5 Arinya : Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.serta diaturnya tempat perjalanan,supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan hitungan(hisabnya), tuhan tidak menjadikan semuanya itu kecuali dengan pasti,tuhan menerangkan semuanya( tandaan) dengan ayat-ayatnya bagi semua orang yang berpengetahuan. 3. Macam-macam puasa 1. Puasa wajib 2. Puasa sunah (mandub) 3. Puasa makruh 4. Puasa haram 4. Rukun puasa Niat mengerjakan puasa ramadhan setelah terbenam matahari sehingga sebelum fajar shadiq, pada malam hsrinya ,dalam hati telah tergerak (berniat) bahkan besok harinya akan mengerjakan puasa wajib ramadhan. 5. Hal-hal yang membatalkan puasa 1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja. Tetapi jika lupa tidak membatalkan puasa. 2. Muntah dengan sengaja, muntah tidak sengaja tidak membatalkan puasa. 3. Haid dan nifas bagi wanita. Wanita yang haid dan nifas diharamkan berpuasa tetapi wajib mengqadha sebanyak hari yang ditinggalkan. 4. Jima’ pada siang hari. 5. Gila walaupun sebantar. 6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari. 7. Murtad atau keluar dari agama islam. 6. Sunat-sunat puasa dan hal-hal yang memakruhkannya. a. Sunat-sunat puasa. 1. Makan sahur meskipun sedikit. 2. Mengakhirkan makan sahur selama belum terbit fajar (sampai waktu imsak,kira-kira 10 menit sebelum subuh). 3. Menyegarkan berbuka apabila nyata-nyata telah masuk magrib. 4. Membaca doa ketika berbuka puasa sebagai berikut : Artinya : Ya allah karena engkaulah hamba berpuasa dan dengan riskimu hamba berbuka dan kepadamulah hamba beriman. 5. Menjauhi dari ucapan-ucapan yang tidak senonoh. 6. Memperbanyak amal kebajikan,bersedekah,membaca al-qur’an,dan sebagainya. 7. Memperbanyak I’tikaf dimasjid. 6 b. hal-hal yang memakruhkannya 1. berkumur-kumur yang bersangatan. 2. Mencoba rasa (menyicipi) makanan. 3. Berbekam,cacar,atau suntik. 7. Orang yang boleh tidak puasa 1. Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib qadha. a. orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberi mudharat baginya atau jika berpuasa akan bertambah lama sembuhnya. b. orang yang berpergian jauh (musyafir) c. orang yang hamil dan dikhawatirkan akan mudharat bagi dirinya dan kandungannya. d. orang yang sedang haid,nifas atau melahirkan. 2. Orang-orang yang tidak wajib qadha tetapi wajib fid-yah. a. orang yang sakit dan tidak ada harapan akan sembuh. b. orang yang lemah karena sudah tua ,yang tidak kaut berpuasa. 8. Adab-adab puasa 1. Niat cukup dalam hati. 2. Makan sahur. 3. Menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa atau mengurangi nilai puasa. 4. Berbuka puasa pada waktunya. 9. Hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan untuk berpuasa 1. Hari-hari yang diharamkan berpuasa. a. Hari raya idhul fitri 1 syawal. b. Hari raya idhul adha 10 dzul hijjah. c. Tiga hari tasriq tanggal 11,12,13 dzul hijjah. 2. Hari-hari yang dimakruhkan untuk berpuasa. a. Hari jum’at kecuali kalu telah berpuasa swjak hari sebelumnya. b. Puasa “wishal” orang yang melakukan puasa,tidak berbuka puasa hingga waktu subuh. c. Puasa “danriy” puasa terus menerus. 10. Hikmah puasa a. Mendidik para mu’min supaya berperilaku luhur dan agar dapat mengontrol selruh nafsu dalam keinginan manusia biasa. b. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri, sehingga mudah menjalankan semua kebaikan dan meninggalkan segala larangan. c. Membiasakan orang yang berpuasa bersabar dan tahan uji. d. Ditinjau dari segi kesehatan puasa sangat berguna untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan, e. Terus bersyukur kepada allah atas karunia yang telah diberikan kepada hambanya. f. Mengajarkan kepada kita akan arti hidup sehat dan sederhana. 7 Bab III PENUTUP 1. Kesimpulan Puasa : slah satu rukun islam,maka wajiblah kita untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika berpuasa dengan niat mendapat imbalan dari orang lain ,maka puasa kita tidak ada artinya. Maksunya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus ,tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa wajib bagi umat islam. Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang beriman. 2. Penutup Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUATAKA 1. Mu’ainul Mubin oleh Abdul Hamid Hakim 2. Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs.H.Zuhri.DIPIL,Tafi 3. Buku puasa lahir dan batin oleh malaki tabrizi 4. Terjemah ihya’ ulumuddin (jilid II) oleh imam ghazali 5. Fiqih ala mazaib Atba’a oleh panitia Negara mesir 6. Kifayatul alhyar oleh Muhammad taqiuddin 7. Kulla fiqih ibadah oleh Syarik Jamaluddin,M

Awal Penentuan Bulan Qamariyah

October 31, 2013 Add Comment
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk dengan keragaman suku, agama, ras, bahasa, budaya dan lainnya dengan secara sosial-budaya menjadikan agama berperan penting dan bermakna, keragaman dalam realitas keberagaman masyarakat. Salah satu fenomena keagamaan yang muncul dalam masyarakat di Indonesia pada tahun-tahun terakhir, adalah perbedaan cara penetapan bulan qomariyah, kendati bagi sebagian orang dianggap kurang penting, namun bagi sebagian orang menjadi masalah yang sangat penting dan mendasar, terutama dalam penentuan awal bulan ramadhan, syawal dan dzulhijjah. Dengan menggunakan ilmu Falak terutama yang mempelajari penentuan awal bulan khususnya sistem rukyat agar dapat mengerti dan bisa memahami persoalan yang ada, tentunya untuk memecahkan masalah perbedaan penentuan awal bulan Qomariyah bagi umat Islam BAB II PEMBAHASAN AWAL PENENTUAN BULAN QAMARIYAH A. Pengertian bulan Qamariyah Istilah bulan dalam bahasa Arab identik dengan al-syahr atau al-syuhrah yang berarti kemashyuran dan kesombongan, sementara itu al-syahr juga berarti al-qamar itu sendiri dalam bahasa Inggris disebut lunar, yaitu benda langit yang menjadi satelit bumi. Al-syahr disebut al-qamar karena sifat nampaknya yang jelas. Dalam pengertian ini bulan Qamariyah berarti hitungan bulan berdasarkan pada system peredaran bulan (al-qamar/lunar) mengelilingi bumi. Sebagai diketahui bahwa perjalanan waktu di bumi ditandai dengan peredaran benda-benda langit, terutama matahari dan bulan. Hal ini telah dinyatakan oleh Allah swt dalam al-Qur’an :                           "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui". Oleh karena itu, di antara benda langit yang dianggap paling penting menurut ahli falak adalah matahri, bumi dan bulan. Peredaran tiga benda langit tersebut penting untuk menentukan awal bulan, tahun, sholat dan sebagainya. Peredaran bulan mengelilingi bumi menjadi kaedah penyusunan bulan Qamariyah sedang peredaran bumi mengelilingi matahari menjadi dasar penentuan bulan Syamsiyah dan waktu shalat. Penetapan awal bulan Qamariyah dapat dinyatakan menjadi dua, yaitu sistem hisab dan rukyat yang sama-sama mempunyai sasaran melihat hilal. 1. Sistem Penentuan Awal Bulan Qamariyah Penentuan awal bulan qamariyah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak macam ibadah dalam islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Qamariyah. Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Dua Hari Raya, Puasa Ramadhan, Haji dan sebagainya. Untuk itu syara’ telah memberikan pedoman dalam menentukan perhitungan waktu (penentuan awal bulan Qamariyah), seperti kita lihat dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Pedoman tersebut dalam garis besarnya terbagi kepada dua bagian, yaitu: a. Sistem Ru’yah Secara etimologi (bahasa) rukyat berasal dari bahasa arab yaitu kata al-ra’a yang berarti melihat dengan mata, maksudnya adalah melihat dengan mata bugil (langsung). Sedang kata al-hilal berarti bulan sabit, yaitu tanggal 2-3 malam dari awal bulan atau 7-2 malam dari akhir bulan. Sedang menurut Ibn Mandzur menjelaskan bahwa yang disebut hilal adalah malam tanggal 1,2 dan 3 pada awal bulan Qamariyah. Dengan demikian yang dimaksud ru’yah al hilal adalah melihat bulan tanggal 1,2 dan 3 pada awal bulan Qamariyah. Rukyatul Hilal Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat) pada tanggal 29 sore hari, maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad: Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)" bulan sya’ban 30 hari. Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU), dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah. Wujudul Hilal Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam. Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dan Persis dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur'an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra': 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 39-40. Adapun cara menentukan awal bulan Qamariah adalah dengan melihat dengan mata telanjang atau dengan menggunakan alat yang dilakukan pada akhir bulan atau tanggal 29 bulan Qamariyah pada saat matahari tengglam. Jika berhasil dilihat sejak malam itu sudah dihitung tanggal satu bulan baru, tetapi jika tidak berhasil maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang sedang berjalan, sehingga umur bulan disempurnakan menjadi 30hari atau yang dinamakan istikmal. Ru’yah secara harfiah adalah melihat. Artinya paling umum adalah melihat dengan mata kepala. Sedangkan ru’yah al-hilal adalah melihat dan mengamati hilal secara langsung di lapangan pada hari ke 29 (malam ke 30) dari bulan yang sedang berjalan; apabila ketika itu hilal dapat terlihat, maka pada malam itu dimulai tanggal 1 bagi bulan tanggal 30 bulan baru atas dasar ru’yah al-hilal; tetapi apabila tidak berhasil melihat hilal, maka malam itu tangal 30 bulan yang sedang berjalan dan kemudian malam berikutnya dimulai tanggal 1 bagi bulan baru atas dasar istikmal.Berdasarkan Hadits: b. Sistem Hisab Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Secara harfiah, hisab bermakna perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah). Hisab menurut bahasa yaitu mengihtung, mengira, dan membilang, sedangkan menurut istilah yaitu perhitungan benda-benda langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginan. Apabila hisab ini dalam penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan, maka yang dimaksudkan adalah menentukan kedudukan matahari atau bulan sehingga diketahui kedudukan matahari dan bulan tersebut pada bola langit pada saat-saat tertentu. Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik. Adapun ibadah yang berhubungan dengan waktu, tentunya kita juga tidak bisa lepas dari ilmu hisab. Kita menggunakan Ilmu Hisab untuk mengetahui bagaimana kita harus beribadah, dengan mencari arah kiblat untuk ibadah sholat, sejauh mana awal bulan itu berlaku ( matla’), darimana saja gerhana dapat dilihat dan lain sebagainya.Tentunya untuk mengetahui itu semua kita harus menggunakan hisab terlebih dahulu. Dari konsep itulah kami dapat mengambil kesimpulan bahwa ayat-ayat dan hadist yang ada adalah sebagai dalil atau anjuran kepada kita untuk melakukan hisab. Penentuan awal bulan qomariyah dalam system hisab ini didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi matahari. 2. Sistem Ijtima’ dalam Penentuan Awal Bulan Qomariyah Disamping sistem Hisab dan Ru’yah, dalam penentuan awal bulan Qomariyah juga dapat didasarkan pada kapan terjadinya Ijtima’.Berikut penjelasannya. Mungkin orang akan beraggapan bahwa setiap ijtima’ atau awal bulan qomariyah pasti akan selalu terjadi gerhana matahari, sebab sinar yang datang dari matahari kepermukaan bumi akan terhalang oleh bulan. Keadaan sebenarnya tidaklah demikian, sebab pada posisi ijtima’, matahari, bumi dan bulan tidak selalu pada satu garis lurus. Pada saat Ijtima’ matahari, bumi dan bulan berada pada satu bidang astronomis yang tegak lurus terhadap bidang orbit bumi. 3. Pola Ijtihad Ulama’ Fiqh tentang Penentuan Awal Bulan Qomariyah Sistem Ijtima’ Dalam penentuan awal bulan qomariyah pola ijtihad ulama’ fiqih adalah sebagai berikut: a. Golongan yang Berpedoman pada Ijtima’ Qobla Ghurub Golongan ini menggunakan kriteria ijtima’ qobla ghurub sebagai dasar penentuan masuknya bulan baru. Mereka menetapkan bahwa jika ijtima’ terjadi sebelum saat matahari terbenam, maka sejak matahari terbenam itulah awal bulan baru sudah mulai masuk tanpa mempertimbangkan apakah hilal sudah di atas ufuk atau belum. Atas dasar ini, para penganut madzhab ini mengaggap bahwa batas hari adalah terjadinya ijtima’, bukan fajar dan bukan pula terlihatnya bulan di saat matahari tenggelam pada akhir bulan yang sedang berjalan. Namun demikian, harus dipahami bahwa surat yasin: 39 di atas hanya memberikan indikasi bahwa pada saat akhir Bulan Qomariyah, bulan akan berbentuk bulan sabit lagi. Sedangkan jika terjadi setelah matahari terbenam, maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. System ini sama sekali tidak mempersoalkan rukyah. Juga tidak memperhitungkan posisi hilal dari ufuk. Asal sebelum matahari terbenam sudah terjadi Ijtima’ walaupun hilal masih dibawah ufuk, maka malam itu sudah masuk bulan baru. System ini lebih menitikberatkan penggunaan astronomi murni. Dalam astronomi dikatakan bahwa bulan baru itu terjadi sejak matahari dan bulan dalam keadaan konjungsi ( Ijtima’ ) system ini menghubungkan Ijtima’ dengan saat terbenam matahari. Sebab ada anggapan bahwa dalam islam hari dimulai dari terbenam matahari sampai terbenam matahari berikutnya, jadi logikanya menurut system ini bahwa Ijtima’ adalah pemisah diantara dua bulan Qomariyah, namun karena menurut islam hari dimulai terbenamnya matahari maka kalau terjadi Ijtima’ sebelum matahari terbenam, malam itu sudah dianggap masuk bulan baru dan kalau Ijtima’ terjadi setelah terbenam matahari maka malam itu masih merupakan bagian dari bulan yang sedang berlangsung. Jadi, tolak ukurnya adalah apakah Ijtima’ itu terjadi sebelum tibanya batas hari (saat matahari terbenam) atau sesudahnya. b. Golongan yang Berpedoman pada Ijtima’ Qobla Al-Fajri Golongan ini menghendaki adanya permulaan bulan qomariyah ditentukan oleh kejadian Ijtima’ sebelum terbit fajar. Alasannya karena saat terjadi ljtima’ tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian matahari terbenam dan tidak ada dalil yang kuat bahwa batas hari adalah saat matahari terbenam. Menurut system ini jika ijtima’ terjadi sebelum terbit fajar, maka malam itu sudah masuk awal bulan baru, walaupun saat matahari pada malam itu belum terjadi ijtima’. Nampaknya saat ini di Indonesia belum ada para ahli yang berpegang pada Ijtima’ Qobla Al-Fajri ini. Mereka bari mensinyalir adanya pendapat ini yang didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang sering terjadi akibat penentuan Hari Raya Haji yang dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia. Yang membedakan madzhab ini dari Madzhab pertama yaitu Ijtima’ Qobla Al-Ghurub adalah: Bila ijtima’ terjadi sebelum terbit fajar pada akhir bulan yang sedang berjalan, maka sisa malam itu sudah dianggap masuk tanggal 1 bulan berikutnya. Ketentuan ini dianut oleh para penganut Madzhab Hisab Ijtima’ Qobla Al-Fajr, karena angapan bahwa batas hari adalah fajar Seperti Madzhab sebelumnya, pengertian Madzhab ini akan kacau dan tidak cocok dengan hadist Rasulallah. Para ahli di Indonesia menilai bahwa jika didasarkan pada perhiatungan hisab, maka system Ijtima’ Qobla Al-Fajriyah yang dijadikan pedoman. c. Golongan yang Berpedoman pada Ijtima’ dan Tengah Malam Kriteria awal bulan menurut aliran ini adalah bila ijtima’ terjadi sebelum tengah malam maka mulai tengah malam itu sudah masuk awal bulan, akan tetapi bila ijtima’ terjadi sesudah tengah malam, maka malam itu masih termasuk bulan yang sedang berlangsung dan awal bulan (new moon) dan awal bulan ditetapkan mulai tengah malam berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Azhari , Susiknan, Ilmu falak (Penjumlahan Khazanah Islam dan Sains Modern, . 2007. Cet II, Yogyakarta :Suara Muhammadiyah Ensiklopedi Hisab Ru’yah cet II. 2008.,Yogyakarta : Pustaka Belajar Depag RI.. Almanak Hisab Rukyah, 1981, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam

Resume Fisika Tentang Jangka Sorong

October 23, 2013 Add Comment
A. Pengertian Jangka Sorong Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang benda maksimum 20 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. B. Bentuk dan Bagian-Bagian Jangka Sorong Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya ditunjukkan pada gambar berikut ini Keterangan : 1. Rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda 2. Rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda 3. Lidah pengukur kedalaman 4. Skala utama(dalam cm) 5. Skala utama(dalam inci) 6. Skala nonius (dalam mm) 7. Skala nonius (dalam inci) 8. Kunci peluncur C. Macam-Macam Jangka Sorong Adapun jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 1. Jangka sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm 2. Jangka sorong analog dengan ketelitian 0,05 mm = 0,005 cm 3. Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm D. Prinsip Kerja Jangka Sorong Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm). E. Kalibrasi Jangka Sorong Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan. Seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan jangka sorong adalah: 1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran), 2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan), 3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya). Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan, sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur dan/atau tergores. F. Prosedur Pengukuran Jangka Sorong 1) Mengukur diameter luar suatu benda a. Membuka rahang jangka sorong dengan cara mengendorkan sekrup pengunci, menggeser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap). b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang. c. Menggeser rahang geser ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci. d. Membaca dan mencatat hasil pengukuran. 2) Mengukur diameter dalam suatu benda a. Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci. b. Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. c. Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang (atas) jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut. d. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin/tabung yang diukur dan mengunci sekrup pengunci e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran 3) Mengukur kedalaman suatu benda/tabung a.Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak b.Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya. c.Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung. d. Mengunci sekrup pengunci e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran G. Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius. Dari gambar ditunjukkan bahwa skala utama berhimpit diantara angka 4,7 cm dengan 4,8 cm. Selanjutnya perhatikan skala nonius yang segaris dengan skala utama. Dari gambar ditunjukkan pada angka 4. Perhatikan pembagian skala pada skala nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka hasil pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20 bagian maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan dengan 1/50 mm. Setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar. Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm) Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai : Panjang L = xo ¬+ Dx Maka, hasil pengukurannya menjadi : 4,7 cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm Jadi, L = (4,704 + 0,005) cm A. Pengertian Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang. Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian tertinggi. Tingkat ketelitian mikrometersekrup mencapai 0,01 mm atau 0,001 cm. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Secara umum, mikrometer sekrup digunakan sebagai alat ukur dalam teknik mesin elektro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. Mikrometer sekrup terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang putar sebagai skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm. Ketelitian micrometer sekrup adalah setengah dari skala terkecilnya. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika kita memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh nilai 0,5 mm skalautama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius adalah0,5/50mm = 0,01 mm. 1. B. Kegunaan Mikrometer Sekrup Adapun kegunaan dari mikrometer sekrup adalah sebagai alat ukur panjang dengan tingkat ketelitian tinggi. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. 1. C. Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup Adapun bagian-bagian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut: 1. Bingkai (Frame) Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu, bingkai dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan ketika pengukuran karena jika Anda memegang bingkai agak lama sehingga bingkai memanas sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm baja akan memanjang sebesar 1/100 mm. 2. Landasan (Anvil) Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara anvil dan spindle. 3 .Spindle (gelendong) Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan. 4. .Pengunci (lock) Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika mengukur benda. 5. Sleeve Tempat skala utama. 6. Thimble Tempat skala nonius berada 7. Ratchet Knob Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan diukur tepat berada diantara spindle dan anvil. D. Skala pada Mikrometer Sekrup Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ; 1. Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup. 2. Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm. E. Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada gambar 1. Alat ukur ini mempunyai batang pengukur yang terdiri atas skala dalam milimeter, dan juga sekrup berskala satu putaran sekrup besarnya sama dengan 0.5 mm dan 0.5 mm pada skala utama dibagi menjadi 100 skala kecil yang terdapat pada sekrup. F. Cara Mengkalibrasi Mikrometer Sekrup Kalibrasi merupakan prosesverifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif. Kalibrasi diperlukan untuk: • Perangkat baru • Suatu perangkat setiap waktu tertentu o Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi) o Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi o Ketika hasil pengamatan dipertanyakan Pada umumnya, kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.. Contohnyatermometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala. Di beberapa negara termasuk Indonesia, terdapat direktorat metrologi yang memiliki standar pengukuran (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi perangkat yang dikalibrasi. Direktorat metrologi juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat yang digunakan. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian. Setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama mikrometer perlu dikalibrasi untuk mendapatkan tingkat kecermatan sesuai dengan standarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut : • Menggerakan silinder putar poros harus dapat berputar dengan baik dan tidak terjadi goyangan karena ausnya ulir utama. • Kedudukan nol. Apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus menunjukkan nol. • Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). • Kebenaran dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang benar. • Bagian – bagian seperti gigigelincir dan pengunci poros ukur harus berfungsi dengan baik. Adapun syarat-syarat kalibrasi adalah sebagai berikut : • Kalibrasi dilakukan dalam suhu 200C±10C dan kelembaban relatif 55 % ± 10 % • Untuk pemeriksaan digunakanoptical flat atau optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1 µm. • Untuk pemeriksaan kesejajaran digunakan optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1 µm dan kesejajaran kurang dari 0,2 µm, dan gauge block kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang setara. • Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok ukur kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang setara. Adapun prosedur-prosedur dalam pengkalibrasian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : • Pengukuran kerataan muka mikrometer luar dan mikrometer kepala 1. Meletakkan sebuah optical flat pada permukaan ukur. Kemudian menghitung banyaknya interferensi merah yang timbul dari cahaya putih pada permukaan kontak muka ukur. Satu garis merah dapat diasumsikan sama dengan 0,3 µm. 2. Melakukan pemeriksaan kerataan pada kedua muka ukur. • Pengukuran kesejajaran muka ukur mikrometer luar 1. Menggunakan Optical Parallel 1. Meletakkan sebuah Optical Parallel atau gabungan sebuah balok ukur yang diapit dua Optical Parallel pada muka ukur tetap sedemikian sehingga pola interferensi menjadi satu warna saja atau timbul pola kurva tetutup. 2. Memutar ratchet hingga muka ukur spindle merapat pada permukaaan optical flat. 3. Menghitung banyaknya garis interferensi merah yang timbul dari cahaya puih pada permukaan kontak muka ukur spindle. 4. Melakukan pemeriksaan di atas sedikitnya pada empat nilai ukur masing-masing terpaut 104 putaran spindle. 5. Menggunakan balok ukur a. Meletakkan sebuah balok ukur di tengah kedua muka ukur dan memutar ratchet dan melakukan pembacaan. Lalu melakukan hal yang sama dengan posisi balok ukur di empat tepi muka ukur. b. Menghitung selisih pembacaan yang terbesar. G. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup Adapun langkah – langkah untuk menggunakan mikrometer sekrup adalah : 1. Memutar bidal (pemutar) berlawananarah dengan arah jarum jam sehinggga ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur. 2. Meletakkan benda diantara kedua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang geser. 3. Memutar bidal (pemutar besar) searah jarum jam sehingga benda yang akan diukur terjepit oleh rahang tetap dan rahang geser. 4. Memutar pemutar kecil(roda bergerigi) searah jarum jam sehingga skala nonius pada pemutar besar sudah tidak bergeser lagi. 5. Membaca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius. H. Cara Membaca Hasil Pengukuran pada Mikrometer Sekrup Untuk membaca hasil pengukuran pada mikrometer sekrup dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder (bidal) dari rahang geser ( skala utama yang berada tepat di depan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang geser). 2. Menentukan nilai skala nonius yang berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. 3. Hasil pengukuran dinyatakan dalam persamaan : Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius x skala terkecil mikrometer sekrup) = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) Contoh pembacaan hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup : Contoh 1 Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) • Skala Utama = 3,5 mm • Skala Nonius x 0,01 mm = 20 x 0,01 mm = 0,20 mm Jadi hasil pengukuran = 3,5 mm + 0,2 mm = 3,70 mm Contoh 2 Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) • Skala Utama = 6,5 mm • Skala Nonius x 0,01 mm = 9 x 0,01 mm = 0,09 mm Jadi hasil pengukuran = 6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm I. Pelaporan Hasil Pengukuran Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidak pastian yang berhubungan pada setiap pengukuran. Maka dari itu, ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau perkiraan ketidakpastian. Dalam fisika pengukuran dapat berupa pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja. Sedangkan pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang atau berkali-kali pada satu variable, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda dalam setiap pengulangan pengukurannya. Pengukuran berulang kita lakukan karena untuk sekali pengukuran, hasil ukurnya belum dapat ditentukan karena setiap pengulangan pengukuran memperoleh hasil yang berbeda. Pelaporan hasil pengukuran tunggal akan berbeda dengan pengukuran berulang. Berikut merupakan uraian mengenai pelaporan pengukuran tunggal dan berulang. 1. Pengukuran tunggal Hasil pengukuran yang dilakukan dengan sekali percobaan dinyatakan dalam bentuk : X = X1 + ∆X Dimana : X1 = Hasil pengukuran tunggal ∆X = Nilai ketidakpastian ∆X = ½ x skala terkecil 1. Pengukuran Berulang Hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan ketidakpastian yang sama dengan simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah benda sebanyak n kali adalah X1, X2, X3, … Xn. Nilai rata-ratanya yaitu : Dengan n adalah jumlah data yang diukur dan adalah nilai rata-rata hasil pengukuran. Simpangan bakunya dapat ditulis sebagai berikut : Sx = Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat ditulis menjadi : x = ± Sx Ketidakpastian berulang sering dinyatakan dalam persen atau disebut ketidakpastian relatif. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : Ketidakpastian relatif = x 100% Dalam melaporkan hasil pengukuran juga harus menggunakan aturan-aturan angka penting dan aturan pembulatan. Angka penting merupakan bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Adapun ketentuan-ketentuan angka penting adalah sebagai berikut : 1. Angka yang bukan nol adalah angka penting. Misalnya 14569 = 5 angka penting. 2. Angka nol disebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol. Misalnya 25,00= 2 angka penting, 2500 = 4 angka penting (mengapa? Sebab tidak ada tanda desimalnya.) 3. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda desimal bukan angka penting. Misalnya 0,00556 = 3 angka penting, 0,035005= 5 angka penting (karena angka nol diapit oleh angka bukan nol), 0,00006500 = 4 angka penting. 4. Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Misal : 0,005006 = 4 angka penting 5. Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan memiliki 1 angka perkiraan dan 1 angka yang meragukan. Contoh: I. 25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting) II. 58,0 + 0,0038 + 0,00001 = 58,00281 ditulis menjadi 58,0 III. 4,20 + 1,6523 + 0,015 = 5,8673 ditulis menjadi 5,87 IV. 415,5 + 3,64 + 0,238 = 419,378 ditulis menjadi 419,4 Pada contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang berada di belakang tanda desimal jumlahnya sama. Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir adalah angka yang diragukan kepastiannya. Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting terakhir ialah angka yang diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis sebagaimana contoh (IV). 1. Dalam perkalian dan pembagian, hasil operasi dinyatakan dalam jumlah angka penting yang paling sedikit sebagaimana banyaknya angka penting dari bilangan-bilangan yang dioperasikan. Hasilnya harus dibulatkan hingga jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting berdasarkan faktor yang paling kecil jumlah angka pentingnya. Contoh: 3,25 x 4,005= … 3,25= mengandung 3 angka penting 4,005= mengandung 4 angka penting Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu ditulis dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1 (dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1% terhadap hasil pembagian (kesalahan 1% diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari 1,1 + 0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali 100 %). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan menuliskan jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06 karena perbedaan 1 pada angka terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur pembagian (9,3) memberi kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis sebagai 1,06 + 0,01. Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis sebagai 1,04 dibandingkan menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari faktor angka penting paling sedikit yang diproses dalam pembagian tampak jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5 angka penting). Jika dikalikan, hasilnya diperoleh menjadi 13,01625 maka hasilnya ditulis menjadi 1,30 x 101 1. Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada urutan angka dimaksud. Misal : 1256= 4 angka penting 1256 = 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal) Ada tiga aturan pembulatan : • Aturan I : Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka hilangkan angka tersebut dan semua angka dibelakangnya. Misalnya kita ingin membulatkan 5,3467 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 4, dan 4 kurang dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut menjadi 5,3. Contoh :Bulatkanlah 4,3423 menjadi sampai dua digit di belakang koma Jawab: : Hasil pembulatannya 4,34 ka rena setelah digit kedua bernilai di bawah 5 (yakni 2 • Aturan II : Namun jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka tambahkan digit terakhir dengan 1. Misalnya kita ingin membulatkan 5,3867 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 8, dan 8 lebih dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut dan tambahkan 3 dengan 1, sehingga 5,4. • Aturan III : Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan sama dengan 5, maka jadikanlah digit terakhir menjadi bilangan genap terdekat. Misal jika kita bulatkan angka 5,3567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena di belakang 3 adalah 5, da 3 adalah bilangan ganjil maka genapkanlah menjadi 4 (bukan 2, karena 4 lebih dekat) menjadi 5,4. Atau apabila kita bulatkan angka 5,6567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena di belakang 6 adalah 5, dan 6 adalah bilangan genapmaka genapkanlah menjadi 6 (bukan 8 atau 4, karena 6 lebih dekat) menjadi 5,6. J. Macam-Macam Mikrometer Sekrup Adapun macam – macam atau jenis- jenis dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : 1. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan tebal batang. 2. Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur diameter dari suatu lubang. 3. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu lubang. 4. Dual Point Micrometers 5. Tube Digital Micrometers 6. Dual Point Digital Micrometer 7. Point Micrometers 8. Outside Digital Micrometers (Type A) 9. Digital Hub Micrometers 10. Micrometers Heads 11. Three-point Internal Micrometers 12. Micrometers With Extensions Rod 13. Digital Spline Micrometers 14. Digital Micrometers Heads 15. Digital Depth Micrometers 16. Point Type Digital Micrometers 17. Outside Digital Micrometers (Type B) 18. Digital Bench Micrometers 19. Digital Ware Micrometers K. Aplikasi Mikrometer Sekrup Adapun aplikasi mikrometer sekrup dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut : Dalam kehidupan sehari-hari, mikrometer sekrup sangat penting. Karena, alat inilah yang mempunyai tingkat ketelian paling tinggi dalam mengukur panjang. Kerap kali alat ini digunakan untuk mengukur tebal kertas, diameter kawat tipis, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. L. Perawatan Mikrometer Sekrup Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam perawatan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : • Setelah digunakan permukaanpengukurandanbagian-bagianlainnya dibersihkan dengan menggunakan bahan anti korosi.Bagian-bagian yang berulirharusdilumasisecukupnyadenganoli yang berkualitastinggi, misalnyaoli yang dipergunakanuntuk jam/arloji. • Jika tidak dipergunakan (sesudah pemakaina) mikrometer luar harus ditempatkan dalam sebuah peti kayu. Mikrometer yang lebih besar harus digantungkan dengan penunjang nya yang khusus (sadle shaped support). • Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi temperatur. • Batang ukur standar yang panjang harus ditempatkan dengan hati-hati supaya tidak terjadi lenturan.

MAKALAH “ASBAB AL-NUZUL”

October 23, 2013 Add Comment
MAKALAH “ASBAB AL-NUZUL” BAB I A.PENDAHULUAN Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul. Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam. Berdasarkan pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari Asbabun Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk dipahami oleh umat manusia. Bahkan sekarang Asbabun Nuzul telah dijadikan salah satu kajian dalam ‘Ulumul Qur’an. BAB II B.PEMBAHASAN ASBAB AL-NUZUL Ayat-ayat dalam al-Qur`an dapat di kelompok kan dalam dua bagian dilihat dari sebab diturunnya. Sekelompok ayat di runkan tanpa dihubungkan dengan suatu sebab-sebab secara khusus.sekelompok ayat –ayat lain nya diturunkan atau disangkutpaut kan dengan suatu sebab khusus. A. PENGERTIAN ASBAB AL-NUZUL (asbabunnuzul) Al-Qur`an berfungsi sebagai petunjuk dalam menghadapi berbagai situasi. Ayat-ayat tersebut diturunkan dalam keadaan dan waktu yang berda-beda. Kata asbab (tunggal:sebab) berarti alasan atau sebab. Asbab al-nuzul berarti pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya suatu ayat . Menurut al-zarqani , asbab al-nuzul adalah”suatu kejadian yang menyebab kan turunnya satu atau beberapa ayat ,atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunya suatu ayat” Selain itu definisi asbab al-nuzul Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu atau memberi jawaban tentang sebab itu yang menerangkan hukum nya. Pada terjadinya peristiwa itu . Asbab al-nuzul adalah peristiwa atau pertanyaan yang terjadi yang disusul turunnya ayat membicarakan peristiwa- peristiwa tersebut. Jika peristiwa itu berupa pertanyaan maka ayat yang turun memberi jawaban, jika berbentuk kasus hukum, maka ayat yang turun merupakan penjelasan mengenai status hukumnya, dan jika peristiwa merupakan satu bentuk kekeliruan maka ayat yang turun boleh jadi merupakan teguran atau pembetulan. Peristiwa masa lampau yang terjadi sebelum masa Nabi seperti kisah para nabi yang diceritakan al-Qur’an tidak termasuk asbab al-nuzul. Tragedi ditenggelamkannya ummat Nabi Nuh as, atau ‘drama’ antara Nabi Yusuf dan Zulaikha bukan asbab al-nuzul bagi ayat-ayat yang menceritakannya. Rumusan defenisi yang diberikan oleh para ulama dalam hal ini seringkali menyebutkan frase waqta wuquuihi (pada waktu terjadinya) untuk menunjukkan bahwa antara peristiwa dan turunnya ayat terdapat korelasi waktu yang erat. Namun harus ditegaskan bahwa asbab an-nuzul merupakan term khusus dalam ulum al-Qur’an. Term tersebut tidak sama dengan ‘sebab’ yang dikenal dalam hukum kausalitas atau teori logika yang menempatkan akibat karena adanya sebab. Al-Qur’an dengan seluruh ayatnya merupakan kesatuan yang utuh sejak zaman azali yang diperuntukkan sebagai petunjuk bagi manusia sehingga dengan atau tanpa sebab ia mesti sampai kepada manusia. Karena itu, sebagian ayat turun karena kasus khusus yang menjadi sebab (sababiy) dan sebagian tanpa kasus khusus yang menjadi sebab (ibtidaiy), kelompok kedua ini lebih besar dari kelompok pertama. Kasus yang termasuk asbab al-nuzul cukup beragam, antara lain penentangan yang dilakukan oleh opposan Nabi, tanggapan atas sebuah peristiwa khusus, pertanyaan- pertanyaan yang diajukan kepada Nabi, pertanyaan yang hadir dalam hati nabi sendiri, pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat mengenai tradisi yang berjalan pada saat itu, dan kekeliruan atau kekhilafan. Pengetahuan mengenai asbab al-nuzul merupakan hal penting untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an Unsur-unsur yang penting diketahui perihal asbab al-nuzul ialah adanya satu atau beberapa kasus yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, dan ayat-ayat itu dimaksusdkan untuk memberikan penjelasan terhadap kasus itu. Jadi ada beberapa unsur yang tidak boleh di abaikan dalam analisa asbab al-nuzul ,yaitu adanya suatu kasus atau peristiwa,adanya pelaku peristiwa, ada tempat peristiwa dan ada waktu peristiwa. Kaulitas peristiwa pelu diidentifikasi dengan cermat guna menerapkan ayat-ayat itu pada kasus lain ditempat berbeda. Sebenarnya yang disebut dengan asbab al-nuzul adalah hal-hal yang menyebab kan turunya ayat-ayat al-qur`an , pada dasar nya semua ayat al-qur`an mempunyai asbab al-nuzul , tujuan utama al-qur`an adalah hendak mentranspormasikan uamat nabi muhammad dari situasi yang buruk kesituasi yang lebih baik. Kondisi peristiwa yang buruk itulah yang menjadi sebab ayat-ayat al -qur`an diturunkan. B. JENIS-JENIS ASBAB AL-ANUZUL Berdasarkan rumusan diatas bahwa sebab-sebab nuzul adakalanya berbetuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat atau beberapa ayat dinuzulkan untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertayaan tertentu . Riwayat –riwayat asbab al-nuzul dapat digolongkan dalam dua kategori ,yaitu riwayat-riwayat yang pasti dan tegas dan riwayat-riwayat yang tidak pasti. Mengenai jenis-jenis asbab al-nuzul dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk sebagai berikut: 1. Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum Bentuk sebab turunya ayat sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa, misalnya ibnu `abbas bahwa rasulullah pernah ke al-bathha,dan ketika turun dari gunung beliau berseru : “wahai para sahabat , berkumpullah ” ketika melihat orang – orang quraisi yang juga ikut mengelilingi nya, maka beliau bersabda: “apakah engkau akan peercaya , apabila aku kata kan bahwa musuh tengah mengancam di balik punggung gunung dan mereka siap menyerang,entah dipagi hari atu pun di petang hari ” mereka menjawab “ ya, kami percaya ya rasullah” kemudian nabi melanjutkan “dan aku akan jelaskan padamu tentang beberapa hukuman” maka abu lahab berkata “ apakah hanya masalah seperti ini engkau mengumpulkan kami wahai muhammad” maka kemudian allah menurunkan Q.s al-lahab/111 “binasalah kedua tangan abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa .tidak lah berpaedah kepadanya harta benda nya dan apa yang dia usaha kan .kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak. Dan(bagitu pula istri nya)” pembawa kayu bakar yang dileleh kan dari tali sabut. 2. tanggapan terhadap suatu peristiwa khusus contoh sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa ialah turunnya surah al-baqarah : 158 yang artinya: sesungguhnya safa dan marwah adalah bagian dari syair-syair allah.barang siapa yang beribadah haji kebaitullah.maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa`i diantara kedua nya. Ayat ini turun karena urwah ibn zubair mengalami kesulitan dalam hukum fardu sa`i antara safa dan marwah. 3. Sebagai jawaban pertanyaan kepada nabi Asbab al-nuzul lain nya ada dalam bentuk pertanyaan kepada rasullah, seperti turun nya Q.s an-nisa 4:11 YANG ATRINYA: Allah mensyariat kan bagimu (pembagian pusaka untuk) anak-anakn mu yaitu sebagian anak laki-laki sama dengan dua bagian anak perempuan.dan jika semuanya perempuan lebih dari dua maka bagi mereka dua pertiga dari harta yabg di tinggalkan. Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban secara tuntas terhadap pertanyaan jabir kepada nabi,tentang hatra warisan 4. Sebagai jawaban dari pertanyaan nabi Contoh nya adalah turunnya surah maryam/ 19:64,sebagai jawaban dari pertanyaan rosul Sebagai mana diriwayatkan ibn abbas bahwa rosulullah bertanya pada malaikat jibril “apa yang menghalangi mu sehangga jarang-jarang muncul ketimbang masa-masa sebelumnya.” 5. Sebagai tanggapan terhadap pertanyaan yang bersifat umum Salah satu contoh ; Diriwayatkan oleh tsabit dari anas bahwa dikalangan yahudi , apabila wanita mereka sedang haid ,mereka tidak makan bersama wanita tersebut,atau juga tidak tinggal serumah. 6. Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu Ka`b ibn ujrah meriwayat kan bahwa ayat yang pernah turun itu tentang haji dan umrah, jika seseorang merasa sakit dan ada gangguan dikepala,maka diberi kemudahan baginya.ka`b sendiri merasa ada masalah dengan kutu-kutu dikepalanyalalu disampaikan kepada nabi dan nabi menjawab”cukurlah rambutmu dan gantikanlah dengan berpuasa tiga hari, atau menyembelih hewan kurban,atau memberi makan 6 orang miskin”. 7. Beberapa sebab tapi satu whyu Contoh ayat yang diturun kan adalah Qs. Al-ikhlash/112 Yang artinya:dialah allah yang maha esa .allah adalah tuhan yang bergantung kepa-NYA segala sesuatu. Ayat diatas turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik. 8. Bebrapa wahyu tapi stu sebab Ayat yang diturunkan untuk menjawab pertanyaan dari ummu salamah ,yakni mengapa laki-laki sja yang sebut dalam al-qur`a Yang artinya: Sungguh, tiada kusia-siakan amal siapapun diantara kamu,baik laki-laki maupun perempuan karena sebagian kamu adalah sebagian dari yang lain C. OGENSI DAN KEGUNAAN ORGENSI a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an, seperti pada surah Al Baqarah ayat 15, dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat dzohirnya ayat diatas, maka seakan-akan sesearang bebas menghadap kemana saja sesuai kehendak hati mereka. Namun setelah melihat asbabun nuzul dari ayat tersebut, tahapan interpretasi tersebut keliru. Sebab ayat diatas berkaitan tentang seseorang yang sedang melakukan sholat dalam perjalanan diatas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berijtihad dalam menentukan arah kiblat. b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum. Seperti dalam surat Al-An’am[6] ayat 145 dikatakan: Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.”(QS. Al-an’am:145) Menurut Asy-Syafi’I’ pesan ayat diatas tidak bersifat umum (hasr). Untuk mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat diatas, Asy-Syafi’i menggunakan alat bantu Asbabunnuzul, menurutnya ayat ini diturunkan manganai orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, keculi terhadap apa yang mareka halalkan sendiri, mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan maka turunlah ayat ini. c. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur’an, d. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-Qu’an turun. Umpamanya ‘aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat:”Dan orang yang mangatakan kepada orang tuanya “cis, kumu berdua…”(Q.S. Al-Ahqaf: 17). Untuk meluruskan persoalan,’aisyah berkata kepada Marwan; Demi Allah bukan dia yang menyebabkan ayat itu turun. Dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa yayang sebenarnya.” e. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu wahyu ke dalam hati yang mendengarkannya. Sebab hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum, peristiwa dan pelaku,masa dan tempat merupakan satu jalinan yang mengikat hati. KEGUNAAN ASBAB AL-NUZUL bahwa pengetahuan tentang asbab al nuzul akan membantu seseorang memahami konteks diturunkannya sebuah ayat suci. Konteks itu akan memberi penjelasan tentang implikasi sebuah ayat, dan memberi bahan penafsiran dan pemikiran tentang bagaimana mengaplikasikan ayat tersebut dalam situasi yang berbeda. Sumber pengetahuan tentang asbab al nuzul diperoleh dari penuturan para sahabat nabi. Nilai berita itu sendiri sama dengan nilai berita-berita lain yang menyangkut persoalan kuat dan lemah, sahih dan dhaif serta otentik dan palsunya berita itu Secara lebih terperinci para ulama menyebutkan manfaat dari Asbab Al-Nuzul adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui berbagai hikmah yang terkandung dalam pemberlakuan sesuatu hukum. 2. Menjelas Al Hasr (pembatasan) yang terdapat dalam suatu ayat dengan melihat konteks turunnya. 3. Memudahkan pemahaman dan menguatkan ingatan terhadap kandungan wahyu yang diketahui sebab – sebab terjadinya. BAB III PENUTUP Mempelajari asbab an-nuzul sangat penting bagi yang ingin mengkaji ilmu tafsir, bahkan sebuah kewajiban bagi ahli tafsir. Cara mengetahui asbab an-nuzul pertama, dengan riwayat yang shahih, yakni riwayat yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh para ahli hadits. Kedua, menggunakan lafadh fa at-ta’qibiyah bermakna maka atau kemudian. Ketiga, dipahami dari konteks yang jelas. Keempat, tidak disebutkan secara tegas terhadap redaksi. Ada ulama yang berpendapat sebagai penjelasan tentang hukum. Metode penelitian dan pentarjihan asbab an-nuzul harus dilakukan penelitian terhadap riwayatnya, karena ada dua kategori dalam sebab penurunannya. Pertama, banyak turun ayat pada satu peristiwa, sedangkan yang kedua, banyak terjadi peristiwa pada satu ayat yang turun. Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat membantu dalam memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak kekeliruannya. Kebanyakan ulama untuk menjadikan pedoman hukum lebih sepakat pada “umum lafadh” daripada “khusus sebab”, karena mempunyai tiga macam dalil yaitu: pertama, lafadh syar’I saja yang menjadikan hujjah dan dalil. Kedua, kaidah tersebut ditanggungkan kepada makna selama tidak ada pemalingannya dari makna tersebut. Ketiga, para sahabat dan mujtahid kebanyakan tanpa memerlukan qias atau mencari dalil apabila berhujjah dengan lafadh yang umum dari sebab yang khusus. DAFTAR PUSTAKA Shihab Quraish, sejarah dan ulumul Qur’an, Jakarta : 2001
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929