loading...

Resume Fisika Tentang Jangka Sorong

October 23, 2013
loading...
A. Pengertian Jangka Sorong Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang benda maksimum 20 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. B. Bentuk dan Bagian-Bagian Jangka Sorong Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya ditunjukkan pada gambar berikut ini Keterangan : 1. Rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda 2. Rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda 3. Lidah pengukur kedalaman 4. Skala utama(dalam cm) 5. Skala utama(dalam inci) 6. Skala nonius (dalam mm) 7. Skala nonius (dalam inci) 8. Kunci peluncur C. Macam-Macam Jangka Sorong Adapun jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 1. Jangka sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm 2. Jangka sorong analog dengan ketelitian 0,05 mm = 0,005 cm 3. Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm D. Prinsip Kerja Jangka Sorong Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm). E. Kalibrasi Jangka Sorong Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan. Seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan jangka sorong adalah: 1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran), 2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan), 3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya). Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan, sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur dan/atau tergores. F. Prosedur Pengukuran Jangka Sorong 1) Mengukur diameter luar suatu benda a. Membuka rahang jangka sorong dengan cara mengendorkan sekrup pengunci, menggeser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap). b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang. c. Menggeser rahang geser ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci. d. Membaca dan mencatat hasil pengukuran. 2) Mengukur diameter dalam suatu benda a. Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci. b. Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. c. Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang (atas) jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut. d. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin/tabung yang diukur dan mengunci sekrup pengunci e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran 3) Mengukur kedalaman suatu benda/tabung a.Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak b.Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya. c.Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung. d. Mengunci sekrup pengunci e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran G. Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius. Dari gambar ditunjukkan bahwa skala utama berhimpit diantara angka 4,7 cm dengan 4,8 cm. Selanjutnya perhatikan skala nonius yang segaris dengan skala utama. Dari gambar ditunjukkan pada angka 4. Perhatikan pembagian skala pada skala nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka hasil pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20 bagian maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan dengan 1/50 mm. Setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar. Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm) Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai : Panjang L = xo ¬+ Dx Maka, hasil pengukurannya menjadi : 4,7 cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm Jadi, L = (4,704 + 0,005) cm A. Pengertian Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang. Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian tertinggi. Tingkat ketelitian mikrometersekrup mencapai 0,01 mm atau 0,001 cm. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Secara umum, mikrometer sekrup digunakan sebagai alat ukur dalam teknik mesin elektro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. Mikrometer sekrup terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang putar sebagai skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm. Ketelitian micrometer sekrup adalah setengah dari skala terkecilnya. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika kita memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh nilai 0,5 mm skalautama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius adalah0,5/50mm = 0,01 mm. 1. B. Kegunaan Mikrometer Sekrup Adapun kegunaan dari mikrometer sekrup adalah sebagai alat ukur panjang dengan tingkat ketelitian tinggi. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. 1. C. Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup Adapun bagian-bagian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut: 1. Bingkai (Frame) Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu, bingkai dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan ketika pengukuran karena jika Anda memegang bingkai agak lama sehingga bingkai memanas sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm baja akan memanjang sebesar 1/100 mm. 2. Landasan (Anvil) Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara anvil dan spindle. 3 .Spindle (gelendong) Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan. 4. .Pengunci (lock) Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika mengukur benda. 5. Sleeve Tempat skala utama. 6. Thimble Tempat skala nonius berada 7. Ratchet Knob Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan diukur tepat berada diantara spindle dan anvil. D. Skala pada Mikrometer Sekrup Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ; 1. Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup. 2. Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm. E. Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada gambar 1. Alat ukur ini mempunyai batang pengukur yang terdiri atas skala dalam milimeter, dan juga sekrup berskala satu putaran sekrup besarnya sama dengan 0.5 mm dan 0.5 mm pada skala utama dibagi menjadi 100 skala kecil yang terdapat pada sekrup. F. Cara Mengkalibrasi Mikrometer Sekrup Kalibrasi merupakan prosesverifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif. Kalibrasi diperlukan untuk: • Perangkat baru • Suatu perangkat setiap waktu tertentu o Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi) o Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi o Ketika hasil pengamatan dipertanyakan Pada umumnya, kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.. Contohnyatermometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala. Di beberapa negara termasuk Indonesia, terdapat direktorat metrologi yang memiliki standar pengukuran (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi perangkat yang dikalibrasi. Direktorat metrologi juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat yang digunakan. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian. Setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama mikrometer perlu dikalibrasi untuk mendapatkan tingkat kecermatan sesuai dengan standarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut : • Menggerakan silinder putar poros harus dapat berputar dengan baik dan tidak terjadi goyangan karena ausnya ulir utama. • Kedudukan nol. Apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus menunjukkan nol. • Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). • Kebenaran dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang benar. • Bagian – bagian seperti gigigelincir dan pengunci poros ukur harus berfungsi dengan baik. Adapun syarat-syarat kalibrasi adalah sebagai berikut : • Kalibrasi dilakukan dalam suhu 200C±10C dan kelembaban relatif 55 % ± 10 % • Untuk pemeriksaan digunakanoptical flat atau optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1 µm. • Untuk pemeriksaan kesejajaran digunakan optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1 µm dan kesejajaran kurang dari 0,2 µm, dan gauge block kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang setara. • Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok ukur kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang setara. Adapun prosedur-prosedur dalam pengkalibrasian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : • Pengukuran kerataan muka mikrometer luar dan mikrometer kepala 1. Meletakkan sebuah optical flat pada permukaan ukur. Kemudian menghitung banyaknya interferensi merah yang timbul dari cahaya putih pada permukaan kontak muka ukur. Satu garis merah dapat diasumsikan sama dengan 0,3 µm. 2. Melakukan pemeriksaan kerataan pada kedua muka ukur. • Pengukuran kesejajaran muka ukur mikrometer luar 1. Menggunakan Optical Parallel 1. Meletakkan sebuah Optical Parallel atau gabungan sebuah balok ukur yang diapit dua Optical Parallel pada muka ukur tetap sedemikian sehingga pola interferensi menjadi satu warna saja atau timbul pola kurva tetutup. 2. Memutar ratchet hingga muka ukur spindle merapat pada permukaaan optical flat. 3. Menghitung banyaknya garis interferensi merah yang timbul dari cahaya puih pada permukaan kontak muka ukur spindle. 4. Melakukan pemeriksaan di atas sedikitnya pada empat nilai ukur masing-masing terpaut 104 putaran spindle. 5. Menggunakan balok ukur a. Meletakkan sebuah balok ukur di tengah kedua muka ukur dan memutar ratchet dan melakukan pembacaan. Lalu melakukan hal yang sama dengan posisi balok ukur di empat tepi muka ukur. b. Menghitung selisih pembacaan yang terbesar. G. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup Adapun langkah – langkah untuk menggunakan mikrometer sekrup adalah : 1. Memutar bidal (pemutar) berlawananarah dengan arah jarum jam sehinggga ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur. 2. Meletakkan benda diantara kedua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang geser. 3. Memutar bidal (pemutar besar) searah jarum jam sehingga benda yang akan diukur terjepit oleh rahang tetap dan rahang geser. 4. Memutar pemutar kecil(roda bergerigi) searah jarum jam sehingga skala nonius pada pemutar besar sudah tidak bergeser lagi. 5. Membaca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius. H. Cara Membaca Hasil Pengukuran pada Mikrometer Sekrup Untuk membaca hasil pengukuran pada mikrometer sekrup dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder (bidal) dari rahang geser ( skala utama yang berada tepat di depan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang geser). 2. Menentukan nilai skala nonius yang berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. 3. Hasil pengukuran dinyatakan dalam persamaan : Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius x skala terkecil mikrometer sekrup) = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) Contoh pembacaan hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup : Contoh 1 Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) • Skala Utama = 3,5 mm • Skala Nonius x 0,01 mm = 20 x 0,01 mm = 0,20 mm Jadi hasil pengukuran = 3,5 mm + 0,2 mm = 3,70 mm Contoh 2 Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm) • Skala Utama = 6,5 mm • Skala Nonius x 0,01 mm = 9 x 0,01 mm = 0,09 mm Jadi hasil pengukuran = 6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm I. Pelaporan Hasil Pengukuran Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidak pastian yang berhubungan pada setiap pengukuran. Maka dari itu, ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau perkiraan ketidakpastian. Dalam fisika pengukuran dapat berupa pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja. Sedangkan pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang atau berkali-kali pada satu variable, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda dalam setiap pengulangan pengukurannya. Pengukuran berulang kita lakukan karena untuk sekali pengukuran, hasil ukurnya belum dapat ditentukan karena setiap pengulangan pengukuran memperoleh hasil yang berbeda. Pelaporan hasil pengukuran tunggal akan berbeda dengan pengukuran berulang. Berikut merupakan uraian mengenai pelaporan pengukuran tunggal dan berulang. 1. Pengukuran tunggal Hasil pengukuran yang dilakukan dengan sekali percobaan dinyatakan dalam bentuk : X = X1 + ∆X Dimana : X1 = Hasil pengukuran tunggal ∆X = Nilai ketidakpastian ∆X = ½ x skala terkecil 1. Pengukuran Berulang Hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan ketidakpastian yang sama dengan simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah benda sebanyak n kali adalah X1, X2, X3, … Xn. Nilai rata-ratanya yaitu : Dengan n adalah jumlah data yang diukur dan adalah nilai rata-rata hasil pengukuran. Simpangan bakunya dapat ditulis sebagai berikut : Sx = Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat ditulis menjadi : x = ± Sx Ketidakpastian berulang sering dinyatakan dalam persen atau disebut ketidakpastian relatif. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : Ketidakpastian relatif = x 100% Dalam melaporkan hasil pengukuran juga harus menggunakan aturan-aturan angka penting dan aturan pembulatan. Angka penting merupakan bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Adapun ketentuan-ketentuan angka penting adalah sebagai berikut : 1. Angka yang bukan nol adalah angka penting. Misalnya 14569 = 5 angka penting. 2. Angka nol disebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol. Misalnya 25,00= 2 angka penting, 2500 = 4 angka penting (mengapa? Sebab tidak ada tanda desimalnya.) 3. Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda desimal bukan angka penting. Misalnya 0,00556 = 3 angka penting, 0,035005= 5 angka penting (karena angka nol diapit oleh angka bukan nol), 0,00006500 = 4 angka penting. 4. Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Misal : 0,005006 = 4 angka penting 5. Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan memiliki 1 angka perkiraan dan 1 angka yang meragukan. Contoh: I. 25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting) II. 58,0 + 0,0038 + 0,00001 = 58,00281 ditulis menjadi 58,0 III. 4,20 + 1,6523 + 0,015 = 5,8673 ditulis menjadi 5,87 IV. 415,5 + 3,64 + 0,238 = 419,378 ditulis menjadi 419,4 Pada contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang berada di belakang tanda desimal jumlahnya sama. Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir adalah angka yang diragukan kepastiannya. Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting terakhir ialah angka yang diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis sebagaimana contoh (IV). 1. Dalam perkalian dan pembagian, hasil operasi dinyatakan dalam jumlah angka penting yang paling sedikit sebagaimana banyaknya angka penting dari bilangan-bilangan yang dioperasikan. Hasilnya harus dibulatkan hingga jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting berdasarkan faktor yang paling kecil jumlah angka pentingnya. Contoh: 3,25 x 4,005= … 3,25= mengandung 3 angka penting 4,005= mengandung 4 angka penting Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu ditulis dalam aturan angka penting sebanyak 3 angka penting seharusnya menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis sebagai 1,1 (dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada angka terakhir 9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1% terhadap hasil pembagian (kesalahan 1% diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari 1,1 + 0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali 100 %). Berdasarkan analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan menuliskan jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06 karena perbedaan 1 pada angka terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur pembagian (9,3) memberi kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis sebagai 1,06 + 0,01. Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis sebagai 1,04 dibandingkan menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari faktor angka penting paling sedikit yang diproses dalam pembagian tampak jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5 angka penting). Jika dikalikan, hasilnya diperoleh menjadi 13,01625 maka hasilnya ditulis menjadi 1,30 x 101 1. Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada urutan angka dimaksud. Misal : 1256= 4 angka penting 1256 = 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal) Ada tiga aturan pembulatan : • Aturan I : Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka hilangkan angka tersebut dan semua angka dibelakangnya. Misalnya kita ingin membulatkan 5,3467 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 4, dan 4 kurang dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut menjadi 5,3. Contoh :Bulatkanlah 4,3423 menjadi sampai dua digit di belakang koma Jawab: : Hasil pembulatannya 4,34 ka rena setelah digit kedua bernilai di bawah 5 (yakni 2 • Aturan II : Namun jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka tambahkan digit terakhir dengan 1. Misalnya kita ingin membulatkan 5,3867 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 8, dan 8 lebih dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut dan tambahkan 3 dengan 1, sehingga 5,4. • Aturan III : Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan sama dengan 5, maka jadikanlah digit terakhir menjadi bilangan genap terdekat. Misal jika kita bulatkan angka 5,3567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena di belakang 3 adalah 5, da 3 adalah bilangan ganjil maka genapkanlah menjadi 4 (bukan 2, karena 4 lebih dekat) menjadi 5,4. Atau apabila kita bulatkan angka 5,6567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena di belakang 6 adalah 5, dan 6 adalah bilangan genapmaka genapkanlah menjadi 6 (bukan 8 atau 4, karena 6 lebih dekat) menjadi 5,6. J. Macam-Macam Mikrometer Sekrup Adapun macam – macam atau jenis- jenis dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : 1. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan tebal batang. 2. Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur diameter dari suatu lubang. 3. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu lubang. 4. Dual Point Micrometers 5. Tube Digital Micrometers 6. Dual Point Digital Micrometer 7. Point Micrometers 8. Outside Digital Micrometers (Type A) 9. Digital Hub Micrometers 10. Micrometers Heads 11. Three-point Internal Micrometers 12. Micrometers With Extensions Rod 13. Digital Spline Micrometers 14. Digital Micrometers Heads 15. Digital Depth Micrometers 16. Point Type Digital Micrometers 17. Outside Digital Micrometers (Type B) 18. Digital Bench Micrometers 19. Digital Ware Micrometers K. Aplikasi Mikrometer Sekrup Adapun aplikasi mikrometer sekrup dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut : Dalam kehidupan sehari-hari, mikrometer sekrup sangat penting. Karena, alat inilah yang mempunyai tingkat ketelian paling tinggi dalam mengukur panjang. Kerap kali alat ini digunakan untuk mengukur tebal kertas, diameter kawat tipis, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja. L. Perawatan Mikrometer Sekrup Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam perawatan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut : • Setelah digunakan permukaanpengukurandanbagian-bagianlainnya dibersihkan dengan menggunakan bahan anti korosi.Bagian-bagian yang berulirharusdilumasisecukupnyadenganoli yang berkualitastinggi, misalnyaoli yang dipergunakanuntuk jam/arloji. • Jika tidak dipergunakan (sesudah pemakaina) mikrometer luar harus ditempatkan dalam sebuah peti kayu. Mikrometer yang lebih besar harus digantungkan dengan penunjang nya yang khusus (sadle shaped support). • Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi temperatur. • Batang ukur standar yang panjang harus ditempatkan dengan hati-hati supaya tidak terjadi lenturan.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929