loading...

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM

September 29, 2016 Add Comment
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah,tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehigga dalam menyelesaikan tugas makalah ini dapat berjalan tanpa adanya hambatan yang di luar kemampuan.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita Muhammad SAW , yang telah membawa risalah dari Allah SWT terutama Nabi yang telah membawa mu’jizat nya yang berupa Al Qur’an, yang dengannya bisa kita peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.
Selanjut nya kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kami,dan tak lupa pula kepada dosen yang telah memberi tugas dan bimbingan kepada kami,sehingga dapat tersusun makalah ini.
Kami mohon kira nya rekan-rekan sekalian terutama kepada bapak dan ibu dosen untuk memberikan saran yang bisa kami jadikan pengalaman untuk kesuksesan kam i khusus nya dan rekan-rekan umum nya. Akhir nya kami berharap ,makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.amin.
Wassalamu’alaikum.Wr.WB.



BAB I

A. Latar Belakang
Lembaga Pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkelanjutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam rangka proses pembudayaan umat merupakan tugas dan tanggung jawab bidang kultural dan eduukatif terhadap peserta didik dan masyarakatnya yang semakin berat. Tanggungg jawab lembaga pendidikan tersebut dalam segala jenisnya menurut pandangan islam adalah erat kaitannya dengan usaha menyukseskan misi sebagai seorang muslim.
Perkembangan pendidikan islam di indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap,mulai dari yang amat sederhana sampai ketahap-tahap yang terhitung modern dan lengkap. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya. Perkembangan pendidikan tersebut telah menarik para ahli baik dari dalam maupuun dari luar negeri untuk melakukan studi ilmiah secara kompherensif. Kini sudah banyak hasil karya para penelitian yang menginformasikan tentang pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga islam tersebut.
Tujuannya selain untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang bernuangsa keislaman, juga sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi para pengelola pendidikan islam pada masa-masa berikutnya.




BAB II

A. Pengertian Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasar, digerakkan dan dikembangkan oleh jiwa islam(Al-Qur’an dan al sunnah). Lembaga pendidikan islam secara keseluruhan , bukanlah sesuatu yang datang dari luar melainkan dari pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan kehidupan umat islam secara umum. Islam setelah mengenal lembaga pendidikan sejak detik-detik awal turunnya wahyu Nabi Muhammad SAW. Rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama. Guru agung yang pertama adalah Nabi Muhammad SAW dengen sekumpulan kecil pengikut-pengikutnya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Dan dirumah itulah Nabi mengajarkan Al-Qur’an.
Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian yang kongkrit berupa sarana dan prasarana yang juga pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggungjawab pendidikan itu sendiri.
A. Adapun macam-macam lembaga pendidikan islam di indonesia yaitu:
1. Surau
Dalam kamus bahasa indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat islam melakukan ibadah (bersembahyang, mengaji dan lain sebagainya) Saat sekarang pengertian surau itu populer sebagai tempat sholat, baik diindonesia maupun di malaysia. Akan tetapi pengertian surau pada mulanya di Sumatra Barat erat kaitanny erat dengan budaya setempat. Di pandang dari sudut pandang di Sumatara Barat keberadaan surau sebagai perwujudan dari budaya minangkabau. Anak laki-laki yang sudah aqil baliqh, tidak layak tinggal dirumah orang tuanya, sebab saudara—saudara perempuannya akan kawin, dan dirumah itu akan datang laki-laki lain yang akan menjadi suami dari saudara perempuannya.
Karena itu mereka harus tinggal disurau. Dengan tinggalnya mereka disurau hal ini merupakan satu bagian dari praktek budaya masyarakat minangkabau. Selain fungsi dari budaya itu maka surau mempunyai fungsi pendidikan dan agama.
Istilah surau diminangkabau sudah dikenal sebelum datangnya islam, surau dalam sistem adat minangkabau adalah kepunyaan suku atau kaum sebagai pelenglkap rumah gadang yang berfungsi sebagai tempat bertemmu, berkumpul,rapat dan tempat tidurbagi anak laki-laki yang sudah baliq dan anak perempuan yang sudah udzur. Fungsi surau ini semakin kuat posisinya karena masyarakat minangkabau semakin kuat yang menganut sistem matrilinear, menurut ketentuan adat laki-laki tak punya kamar dirumah orang tua mereka,sehingga mereka diharuskan tidur di surau. Kenyataan ini menyatakan bahwa surau menjadi tempat amat penting pendewasaan generasi minangkabau.
Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan isla, hanya saja fungsi keagamaanya semakin penting yang diperkenalkan pertama kali oleh Syeh Burhanuddin di Ulakan,pariaman. Pada masa ini eksitensinya disamping sebagai tempat sholat juga digunakan Syeh Burhanuddin sebagai tempat pengajarkan islam khusunya tarekat(suluk).
Sebagai lembaga pendidikan tradisional,surau menggunakan sistem pendidikan halaqah. Materi pendidikan pada awalnya masih diseeputar belajar huruf hijaiah dan membaca Al-Qur’an, disamping ilmu-ilmu keisllaman lainya, seperti keimanan, akhlak dan ibadah. Pada umumnya ibadah ini dilakukan pada malam hari.
Disurau terjadi proses pendidikan agama. Remaja dan pemuda yang tinggal di surau itu memperoleh penstranferan ilmu, nilai dan kegiatan keagamaan. Dengan demikian maka surau merupakan bagian dari fungsi pendidikan.
2. Pesantren.
Belum ditemukan kapan tahun yang pasti kapan pesantren pertama kali didirikan. Banyak yang mengatakan bahwa pesantern muncul pada zaman wli songo, dan maulana malik ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama mendirikan pesantren.
Dijawa sebelum islam masuk, telah dikenal adanya lembaga pendidikan jawa kuno yang diberi nama parawiyatan, ditempat tersebut beliau tinggal bersama ki hajar yang mengjar muridnya. Di pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam.sistem ini mirip dengan sistem pesantren. Jadi dengan demikian ,sistem pendidikan pesantren ini telah ada dijawa sebelum datangnya islam. Setelah islam masuk maka sistem termasuk yang diislamisasikan.
Pesantren telah mengalami dinamika, sehingga secara garis besar pesantren itu ada yang digolongkan pada pesantren tradisional dan ada yang modern.
Untuk bisa dikatakan sebuah pesantren sekurang-kurangnya harus memiliki :kiai,santri,masjid, dan pemondokan(asrama)
3. Madrasah
Pada mula abad ke 20 muncul lembaga pendidikan islam yang baru yang disebut madrasah. Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab,darasa yang artinga belajar. Dengan demikian madrasah adalah tempat belajar. Lembaga pendidikan yang baru ini hadir ditengah-tengah dunia pendidikan islamdi Indonesia
Dalam kenyataannya kemudian,madrasah, sebagai lembaga pendididkan islam berfungsi menghubungkan sistem lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai yang baik yang masih dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dari ilmu,ekonomi, dn teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan umat islam. Oleh karena itu isi dari kurikulum madrasah pada umumnya adalah apa yang diajarkan dipesantren yaitu ilmu-ilmu keagamaan (pendidikan keagamaan) ditambah dengan beberapa materi pelajaran yang disebut ilmu-ilmu umum yaitu sejarah,ilmu bumi,ilmu hitung dan sebagainya.
4. Meunasah
Meunasah secara etimologi berasal dari perkataan madrasah.A. Hasjmy menyebutkan bahwa meunasah adalah lembaga pendidikan pertama yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Disini pula murid diajar menulis dan membaca huruf arab.
Disetiap Gampong atau (kampung) ada meunasah sebagai tempat belajar anak-anak pada dasarnya Meunasah memiliki multi fungsi yaitu fungsi ibadah,sosial dan pendidikan.
Uraian berikutnya tentang rangkang.rangang adalah tempat tinggal murid yang dibangun disekitar masjid,karena murid perlu mondok atau tinggal, maka perlu dibangun tempat tinggal untuk mereka disekitar masjid.
Snouck Horgroje mengemukakan rangkang mendeskripsikan rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana memiliki satu lantai sja dikanan kiri gang pemisah (blok), masing-masing untuk 1-3 murid. Kadang-kadang rumah yang tidsk dipakai lagi oleh orang sholeh yang diwakafkan untuk siswa. Rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rangkang.
Meunasah merupakan lembaga pendidikan tingkat rendah yang ada di aceh, fungsinya hampir sama dengan surau. Sebagai lembag pendidikan islam tingkat rendah,materi pelajaran yang diberikanpun masih seputar pengetahuan tentang bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, kemudian baru diberikan pengetahuan tentang keimanan,akhlak,dan ibadah. Lama pendidikannyapun tidak ditentukan berkisar antara dua sampai sepuluh tahun,tidak dipungut bayaran.

















KESIMPULAN
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasar, digerakkan dan dikembangkan oleh jiwa islam(Al-Qur’an dan al sunnah).
Adapun macam-macam lembaga pendidikan islam di indonesia yaitu
1. Surau
Dalam kamus bahasa indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat islam melakukan ibadah (bersembahyang, mengaji dan lain sebagainya) Saat sekarang pengertian surau itu populer sebagai tempat sholat, baik diindonesia maupun di malaysia.
2. Meunasah
Meunasah secara etimologi berasal dari perkataan madrasah.A. Hasjmy menyebutkan bahwa meunasah adalah lembaga pendidikan pertama yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Disini pula murid diajar menulis dan membaca huruf arab.
3. Madrasah
Pada mula abad ke 20 muncul lembaga pendidikan islam yang baru yang disebut madrasah. Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab,darasa yang artinga belajar. Dengan demikian madrasah adalah tempat belajar. Lembaga pendidikan yang baru ini hadir ditengah-tengah dunia pendidikan islamdi Indonesia
4. Pesantren
Dijawa sebelum islam masuk, telah dikenal adanya lembaga pendidikan jawa kuno yang diberi nama parawiyatan, ditempat tersebut beliau tinggal bersama ki hajar yang mengjar muridnya. Di pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam.sistem ini mirip dengan sistem pesantren

DAFTAR PUSTAKA

Dauly Putra Haidar,Dinamika Pendidikan Islam di AsiaTenggara,Jakarta:Rineka Cipta,2009
Daud Muhammad,Daud Habibah,Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1995

Biografi muhammad abduh

September 29, 2016 Add Comment
PENDAHULUAN
Gagasan pembaharuan Islam sesungguhnya muncul pada akhir abad 18 dan awal abad 19 Masehi. Dari sekian para pembaharu ,Muhamad Abdu ( 1849 – 1905 ) adalah tokoh yang monemental dan paling bersemangat melakukan pembaharuan bagi dunia Islam . Muhamad Abdu sebagai tokoh pembaharuan dalam islam patut dikenang dan di teladani , karna ia telah banyak berjuang untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap stastik menjadi dinamis.
Muhamad Abdu sebagai seorang pembaru dalam pendidikan , ada beberapa masalah yang dikemukakan di lapangan yang menurutnya menyimpang dan menjadi penyebab kemunduran Islam, diantara masalah – maslah tersebut adalah masalah kurikulum , metode mengajaran dan pendidikan Wanita.
Kurikulum merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan karena tanpa kurikulum yang sesuai dengan apa yang diharapkan , maka semua tidak akn terwujud dengan baik. Demikian pula kenyataan yang dialaminya didalam mendapatkan pendidikan pada madrasah – madrasah di Mesir,artinya Kurikulum di Mesir terjadi pada dunialisme atau perbedaan yang sangat mendasar antara Kurikulum dimadrash dengan Kurikulum disekolah yang didirikan pemerintah.metode mengajar para guru pun menjadi perhatiannya karena pada waktu ia belajar , ia merasa bosan dengan metode hafalan melulu pada sekolah agama , sehingga ia tidak tinggal diam dan mencoba mengubah metode hafalan tersebut dengan metode diskusi.
Dalam pembaharuan Muhamad Abdu memerhatikan pendidikan pada masalah wanita, yang menurut nya pada masa itu wanita telah dirampas oleh laki – laki.




PEMBAHASAN
A. Biografi muhammad abduh
Muhammad abduh lahir pada tahun 1848 M/1265 H di sebuah desa di provinsi gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh Ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orangtuanya berasal dari kota mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orangtuanya berrpindah-pindah, dan kembali ke mallhaj Nashr seetelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya darri orangtuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar qur’an pada seorang hafidz. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-qur’an pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan masjid Ahmadi.
Ditempat ini ia mengikuti pelajaran yang ddiberikan ddengan rasa tidak puas, bahkan membawanya pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode pengnajaran yang diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian bahkan ia berfikir lebih baik tidak belajar daripada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahwu dan fiqih yang tidak dipahaminya, dsehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (Kampungnya) dan hidup sebagai petani serta melangsungkan pernikahan dalam usia 16tahun.
Orang tuanya tidak menyetujui langkah yang diambilnya, dan memrintahkann agar kembali ke Masjih Ahmadi di Thanta. Dengan dipaksa dituruti juga kemauan orangtuanya, namun ditengah perjalanan dia justru berbelok kearah lain yaitu sebuah desa tempat tinggal pamannya yaitu Syekh Darwsy Khadir ( paman dari ayayh muhammad abduh ), Syekh Darwsy tahu sebab-sebab keengganan abduh untukk belajar di Thata, maka ia selalu membujuk Muhammad Abduh supaya membaca buku bersamanya.
Muhammada Abduh melanjutkan pendidikan di Thanta, akan tetapi 6bulan di Thanta ia meninggalkan thanta dan menujju al-azhar yang diyakuninya al-azhar adalah tempat mencari ilmu yang sesuai untuknya. Di al-azhar ia hanya mendpatkan pelajaran ilmu-ilmu agama saja, disinipunn ia menemukan metode yang sama dengan Thanta. Hal ini membuatnya kecewa. Dalam salah satu tulisannya ia melempar rasa kekecewaannya tersebut dengan menyatakan bahwa metode pengajaran verbalis itu telah merrusak akal dan daya nalarnya. Rasa kecewa itulah yang menyebebkannya menekuni dunia mistik dan hidup sebagai sufi tahun 1871 Abduh bertemu dengan sayyid dengan jamaluddin A. Afghani yang datang kemesir pada tahun itu, dari jamaludin iua mendapatkan ilmu pengetahuan falsafah, ilmu kalam, dan ilmu pasti meskipun ia sebelumnya telah mendapatkan ilmu tersebut diluar al-azhar. Metode yang dipakai jamaluddin yang telah lama dicarinya selama ini yaitu metode praktis yang mengutamakan pemberian pengertian, dengan cara diskusi. Sehingga ia lebih puas menerima iilmu dari jamaluddin seperti ia ungkapkan bahwa jamaluddin telah melepaskannya dari kegoncangan kejiwaan yang dialaminya. Metode itulah tampaknya yang diterapkan abduh setelah ia jadi pendidik. Selain pengetahuan teoritis jamaluddin juga mengajarkan pengetahuan praktis seperti pidato, menulis artikel dsb. Sehingga dengan demikian membawanya tampil didepan publik, juga secara langsung melihat situasi sosial politik negaranya.
Dalam kenyataan tidak semua ide dan pemikiran pembaharuan yang dibawanya dapat diterima olleh penguasa dan pihak al-azhar. Penghalang yang utama yang dihadapinya adlah para ulama yang berpikir statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Khedewi sendiripun akhirnya tidak setuju dengan pembaharuan fisik yang dibawa Muhammad Abduh terutama tentang institusi wakaf yang menyangkut massalah keuangan.
Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 jumadil awal 1323 H / 11 juli 1905, jenazah Muhammad Abduh di kebumikan di kairo (pemakaman negara). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh adalah.
• Faktor sosial, berupa sikap hidup yang di bentuk oleh keluarga dan gurunya terutama syekh Darwsy dan Sayyid Jamaluddin Al Afghani, disamping itu lingkungan sekolah di Thanta dan mesir tempat ia menemukan sistem yang effektif, serta dengan keagamaan yang statis dan pikiran-pikiran yang fataristis.
• Faktor kebudayaan, berupaa ilmu yang diperolehnnya selama belajar di sekolah-sekolah formal dari Jamaluddin Al afghani serta pengalaman yang ditimbanya dari barat.
• Faktor politik, yang bersumberr dari situasi politik dimasanya, sejak dilingkungan keluarganya dimukallaf Nashr.
Ketika faktor tersebut yang melatar belkangi lahirnya pemikiran Muhammad Abduh dalam berbagai bidang, theologi, syariah, pendidikan, sosial politik, dsb. Perbuatan manusia bertolak dari satu dedukasi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas memilki perbuatan. Menurut Muhammad Abduh ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal, kemauan dan daya. Ketiganya merupakan ciptaan tuhan bagi manusia yang dapat digunakan dengan bebas.
B. Pemikiran dan pembaruan Muhammad Abduh Dalam pendidikan islam Di Mesir
Gerakan pembaruan islam yang dilakukan oleh muhammad abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, modern Trends in Islam, menyebutkan empat agenda muhammad abduh. Keempat agenda itu adalah pemurnian islam dari berbagai pengaruh ajaran dan amalan yang tidak benar, yaitu :
1. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajran islam telah mendapat tekanan serius dari muhammad abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim.
2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi islam difokuskan muhammad abduh pada universitas Al-Azhar. Muhammad abduh menyatakan bahwa kewjiban belajar itu tidak hanya mempelaari buku-buku klasik berbahasa arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela isam. Akan tetapi kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains sains modren, serta sejarah dan agama erofa agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mererka capai.

3. Pembelaan islam
Muhammad abduh lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama islam dari sudut keilmuan beliau berussaha mempertahankan potret iislam dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
4. Reformulasi
Kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Muhammada abduh dengan reformulasinya bahwa islam telah membangkitkan akal pikiran manusiia dari tidur panjangnya.
Pemikiran muhammad abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu sehingga paa abad-19 Muhammad Ali memulai pembaharuan penidikan di mesir. Pembaharuan yang timpang yang hanya menenkankan perkembangan intelek mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke-20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah mesir maupun oleh bangsa asing. Kedua tipe tersebut tidak punya hubungan antara satu dengan yang lainnya, masing-kasing berdiri sendiri dalam memunuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidiikannya. Sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapakan. Ilmu0ilmu barat tidak diterapkan di sekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tuidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.
Sistem pendidikan yang terjadi pada sekolah sekolah pemerintah di pihak lain tampil dengan kurilkulum yang memberikan ilmu pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa memasukan ilmu pengetahuan pengetahuan agama kedalam kurikulum tersebut. Selain terjadi kasus-kasus yang deemikian dualisme yang demikian melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda.
Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang formal dan nonformal. Dalam pendidikan formal tujuannya yang esensi adalah menghapuskan dulisme pendidikan yang tampak dengan adanya kedua institusi diatas, untuk itu ia bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan sbb:
“Tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikan kepada batas-batas kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.”
Disamping pendidikan akal ia juga mementingkan pendidikan spritual agar lahir generasi yang mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan yang demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ketingkat atas. Kurikulum tersebut adalah :
1. Kurikulum al-Azhar
Dalam hal ini beliau memasukan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar outputnya dapat menjadi ulama modern.
2. Tingkat sekolah dasar
Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak. Oleh karena itu , mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti dari semua mata pelajaran.
3. Tingkat atas
Upaya yang dilakukukan Abduh adalah dengan mendirikan sekolah menengah pemeritah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dsb. Melalui lembaga ini Abduh merasa perlu untuk memasukan beberapa materi,khususnya pendidikan agama.
Ketiga paket kurikulum diatas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan setiap tingkat. Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukan ilmu-ilmu barat kedalam kurikulum yang direncanakan. Dengan demikian dalam bidang pendidikan formal Muhammad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok yaitu fikih, sejarah islam, akhlak dan bahasa.
Dalam bidang metode pengajaran iapunmembawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu, ia mengkritik dengan tajam penerapan metode hafalan tanpa pengertian yang umumnya dipraktikkan disekolah-sekolah saat itu, terutama sekolah agama. Ia menekan kan pentinggnya pemberian pengertian dalam setiap pengajaran yang diberikan . ia memeperingatkan pendidik untuk tidak mengajar murid dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya akan merusak daya nalar, seperti yang dialaminya ketika belajar disekolah formal dimasjid ahmadi di Thanta.
Dalam bidang pendidiikan nonformal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan (ishilah). Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :
1. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar
2. Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang belum mereka ketahui
3. Meniupkan kedalam jiwa mereka cinta pada negara, tanah air, dan pemimpin
Diluar pendidikan formalpun Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari ilmu-ilmu yang datang dari barat. Disamping itu Abduh pun menggalakkan umat islam mempelajari ilmu-ilmu modern.








PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad abduh lahir pada tahun 1848 M/1265 H di sebuah desa di provinsi gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh Ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orangtuanya berasal dari kota mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orangtuanya berrpindah-pindah, dan kembali ke mallhaj Nashr seetelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya darri orangtuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar qur’an pada seorang hafidz. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-qur’an pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan masjid Ahmadi.
Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 jumadil awal 1323 H / 11 juli 1905, jenazah Muhammad Abduh di kebumikan di kairo (pemakaman negara).
Pemikiran muhammad abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu sehingga paa abad-19 Muhammad Ali memulai pembaharuan penidikan di mesir. Pembaharuan yang timpang yang hanya menenkankan perkembangan intelek mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke-20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah mesir maupun oleh bangsa asing.










DAFTAR PUSTAKA
-A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995)
-Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi rasional Mu’tazilah (Jakarta: Univeritas Indonesia 1987)
-Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching. 2005).
-Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam ( jakarta: putra grafika 2007).

Contoh makalah statistik

September 29, 2016 Add Comment
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,karunia,serta taufik dan hadayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “STATISTIK POLITIK”ini sebatas kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.Dan kami berterimakasih kepada Dosen Statistik Politik  yang telah memberikan tugas ini kepada kami.                                                                                       Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam  menambah wawasan kita mengenai statistic politik khusunya skala pengukuran .kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.untuk itu kami berharap adanya kritik,saran dan usulan,demi perbaikan di masa yang akan dating,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun .                                                                                             Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya .Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

                                                                        Jambi, 25 September 2016

                                                                                                Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I : Pendahuluan......................................................................................... 1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1
Bab II : Pembahasan......................................................................................... 3
A.    Pengertian Skala....................................................................................... 3
B.     Macam-macam Skala............................................................................... 3
Bab III : Penutup.............................................................................................. 10
A.    Kesimpulan...............................................................................................   11
B.     Saran........................................................................................................   11
Daftar Pustaka.................................................................................................. 12



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap instrumen harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat diukur, penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang menjadi standarisasi sebuah ukuran. Maksud dari skala pengukuran adalah untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian.
Misalnya dalam mengukur berat telah disepakati bersama untuk menggunakan satuan mg, gram, kilogram hingga ton.Melalui pengukuran skala akan mempermudah kita untuk mengolah data yang telah kita kumpulkan baik itu dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

B.     Rumusan Masalah
            a.Apa yang dimaksud dengan Skala pengukuran?
            b.Sebutkan macam-macam skala pengukuran!
C.Manfaat Makalah
            a.Mengetahui apa yang dimaksud dengan skala pengukuran
            b. Mengetahui macam-macam skala pengukuran


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Skala
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehinga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data. (Ramli : 2011)
Maksud dari skala pengukuran adalah untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian.Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg.
B.     Macam-macam Skala Pengukuran
            Menurut Soegeng (2006 : 89-93) dalam Tahir (2011,49) ada 4 tipe  pokok dari skala sikap yaitu : skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman dan skala semantik deferensial.
a.       Skala Likert (Method of Summated Rating), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi dari individu atau kelompok tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini disebut variabel penelitian yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Jawaban dari setiap instrumen yang mengguakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yag dapat berupa kata-kata antara lain : sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ; selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk centang (checklist) ataupun pilihan ganda.
Contoh bentuk centang :
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia
No.
Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1.


2.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda
.............................................
   Sumber : Sugiyono, 2012,137      
Keterangan : SS = Sangat Setuju, ST = Setuju, RG = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

Contoh bentuk pilihan ganda :
Berilah jawaban atas pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat Anda dengan memberi tanda silang pada huruf jawaban yang tersedia.
1.      Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda
a.       Sangat tidak setuju
b.      Tidak setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Setuju
e.       Sangat setuju
Untuk analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor. Jawaban positif diberi nilai terbesar hingga jawaban negatif diberi nilai negatif (Sugiyono, 2012,136-139)
b.      Skala Thurstone (Method of Equal Appearing Intervals),  adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan bila disusun, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Misalnya,          
1 2  3  4  5  6  7  8  9 10  11   
Nilai pada angka 1 pada skala diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 9 menyatakan sangat relevan. (Dahlia : 2011)
Contoh lain, saya baru akan memulai aktifitas ketika waktu mendesak
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Peneliti memberikan instruksi terlebih dahulu ke responden bahwa semakin menjurus kehuruf A maka jawabannya akan semakin positif dan semakin ke hruf K jawabannya semakin negatif (Samian : 2008)

c.       Skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas  yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.
Contoh :
1.      Apakah Anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini
a.       Ya
b.      Tidak
Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012,140)
Skala ini disebut juga skala kumulatif karena jawaban dapat diakumulasikan misalnya
1.      Asosiasi guru-rang tua muid mempunyai peran penting dalam perkembangan sekolah
      a.       Setuju
      b.      Tidak setuju
2.      Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan sekolah
      a.       Setuju
      b.      Tidak setuju
3.      Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk meningkatkan kualitas sekolah
            a.      Setuju
            b.     Tidak setuju
(Darmadi, 2011,109)
Sehingga subjek yang setuju dengan butir 2, setuju dengan butir pertama daan subjek yang setuju butir 3 setuju akan butir 1 dan 2 (Tahir,2011,50)
d. Skala semantik deferensial, skala ini digunakan untuk mengukur sikap . tetapi bentuknya tdak pilhan ganda dan tidak centang tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis sedangkan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.




                               Contoh :
                                      Bagaimana gaya kepemimpinan ketua tingkat Anda
                               Bersahabat            5 4 3 2 1          Bermusuhan
                               Tepat waktu         5 4 3 2 1          Tidak tepat waktu
                               Jujur                      5 4 3 2 1          Berbohong
                               Cerdas                  5 4 3 2 1          bodoh
                               Demokratis           4 2 3 2 1          Otoriter
Responden dapat memilih jawaban, dengan rentang jawaban yang positif sampai negatif. Hal ini tergantung persepsi responden kepada yang dinilai (Sugiyono,2012,141)















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
            Skala digunakan untuk mengukur variabel yang  akan diteliti. Skala pengukuran dibuat dengan maksud agar hasil yang dihasilkan dalam pengukuran itu akurat. Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka. menurut Soegeng skala sikap terbagi menjadi skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman dan skala sematik deferensial.
B.     Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu penyusun membuka pintu saran dan kritik agar kedepannya makalah ini dan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
  
 DAFTAR PUSTAKA

            Dahlia. 2011. Skala Likert, Skala Guttman, Skala Thurstone.
Darmadi, Hamid.2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta
            Ramli, Kamrianti. 2011. Skala pengukuran dan instrumen penelitian.
            Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta

            Tahir, Muh. 2011. “Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan”. Makassar : Universitas 
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929