loading...

Biografi muhammad abduh

September 29, 2016
loading...
PENDAHULUAN
Gagasan pembaharuan Islam sesungguhnya muncul pada akhir abad 18 dan awal abad 19 Masehi. Dari sekian para pembaharu ,Muhamad Abdu ( 1849 – 1905 ) adalah tokoh yang monemental dan paling bersemangat melakukan pembaharuan bagi dunia Islam . Muhamad Abdu sebagai tokoh pembaharuan dalam islam patut dikenang dan di teladani , karna ia telah banyak berjuang untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersikap stastik menjadi dinamis.
Muhamad Abdu sebagai seorang pembaru dalam pendidikan , ada beberapa masalah yang dikemukakan di lapangan yang menurutnya menyimpang dan menjadi penyebab kemunduran Islam, diantara masalah – maslah tersebut adalah masalah kurikulum , metode mengajaran dan pendidikan Wanita.
Kurikulum merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan karena tanpa kurikulum yang sesuai dengan apa yang diharapkan , maka semua tidak akn terwujud dengan baik. Demikian pula kenyataan yang dialaminya didalam mendapatkan pendidikan pada madrasah – madrasah di Mesir,artinya Kurikulum di Mesir terjadi pada dunialisme atau perbedaan yang sangat mendasar antara Kurikulum dimadrash dengan Kurikulum disekolah yang didirikan pemerintah.metode mengajar para guru pun menjadi perhatiannya karena pada waktu ia belajar , ia merasa bosan dengan metode hafalan melulu pada sekolah agama , sehingga ia tidak tinggal diam dan mencoba mengubah metode hafalan tersebut dengan metode diskusi.
Dalam pembaharuan Muhamad Abdu memerhatikan pendidikan pada masalah wanita, yang menurut nya pada masa itu wanita telah dirampas oleh laki – laki.




PEMBAHASAN
A. Biografi muhammad abduh
Muhammad abduh lahir pada tahun 1848 M/1265 H di sebuah desa di provinsi gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh Ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orangtuanya berasal dari kota mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orangtuanya berrpindah-pindah, dan kembali ke mallhaj Nashr seetelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya darri orangtuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar qur’an pada seorang hafidz. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-qur’an pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan masjid Ahmadi.
Ditempat ini ia mengikuti pelajaran yang ddiberikan ddengan rasa tidak puas, bahkan membawanya pada rasa putus asa untuk mendapatkan ilmu. Ia tidak puas dengan metode pengnajaran yang diterapkan yang mementingkan hafalan tanpa pengertian bahkan ia berfikir lebih baik tidak belajar daripada menghabiskan waktu menghafal istilah-istilah nahwu dan fiqih yang tidak dipahaminya, dsehingga ia kembali ke Mahallaj Nashr (Kampungnya) dan hidup sebagai petani serta melangsungkan pernikahan dalam usia 16tahun.
Orang tuanya tidak menyetujui langkah yang diambilnya, dan memrintahkann agar kembali ke Masjih Ahmadi di Thanta. Dengan dipaksa dituruti juga kemauan orangtuanya, namun ditengah perjalanan dia justru berbelok kearah lain yaitu sebuah desa tempat tinggal pamannya yaitu Syekh Darwsy Khadir ( paman dari ayayh muhammad abduh ), Syekh Darwsy tahu sebab-sebab keengganan abduh untukk belajar di Thata, maka ia selalu membujuk Muhammad Abduh supaya membaca buku bersamanya.
Muhammada Abduh melanjutkan pendidikan di Thanta, akan tetapi 6bulan di Thanta ia meninggalkan thanta dan menujju al-azhar yang diyakuninya al-azhar adalah tempat mencari ilmu yang sesuai untuknya. Di al-azhar ia hanya mendpatkan pelajaran ilmu-ilmu agama saja, disinipunn ia menemukan metode yang sama dengan Thanta. Hal ini membuatnya kecewa. Dalam salah satu tulisannya ia melempar rasa kekecewaannya tersebut dengan menyatakan bahwa metode pengajaran verbalis itu telah merrusak akal dan daya nalarnya. Rasa kecewa itulah yang menyebebkannya menekuni dunia mistik dan hidup sebagai sufi tahun 1871 Abduh bertemu dengan sayyid dengan jamaluddin A. Afghani yang datang kemesir pada tahun itu, dari jamaludin iua mendapatkan ilmu pengetahuan falsafah, ilmu kalam, dan ilmu pasti meskipun ia sebelumnya telah mendapatkan ilmu tersebut diluar al-azhar. Metode yang dipakai jamaluddin yang telah lama dicarinya selama ini yaitu metode praktis yang mengutamakan pemberian pengertian, dengan cara diskusi. Sehingga ia lebih puas menerima iilmu dari jamaluddin seperti ia ungkapkan bahwa jamaluddin telah melepaskannya dari kegoncangan kejiwaan yang dialaminya. Metode itulah tampaknya yang diterapkan abduh setelah ia jadi pendidik. Selain pengetahuan teoritis jamaluddin juga mengajarkan pengetahuan praktis seperti pidato, menulis artikel dsb. Sehingga dengan demikian membawanya tampil didepan publik, juga secara langsung melihat situasi sosial politik negaranya.
Dalam kenyataan tidak semua ide dan pemikiran pembaharuan yang dibawanya dapat diterima olleh penguasa dan pihak al-azhar. Penghalang yang utama yang dihadapinya adlah para ulama yang berpikir statis beserta masyarakat awam yang mereka pengaruhi. Khedewi sendiripun akhirnya tidak setuju dengan pembaharuan fisik yang dibawa Muhammad Abduh terutama tentang institusi wakaf yang menyangkut massalah keuangan.
Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 jumadil awal 1323 H / 11 juli 1905, jenazah Muhammad Abduh di kebumikan di kairo (pemakaman negara). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh adalah.
• Faktor sosial, berupa sikap hidup yang di bentuk oleh keluarga dan gurunya terutama syekh Darwsy dan Sayyid Jamaluddin Al Afghani, disamping itu lingkungan sekolah di Thanta dan mesir tempat ia menemukan sistem yang effektif, serta dengan keagamaan yang statis dan pikiran-pikiran yang fataristis.
• Faktor kebudayaan, berupaa ilmu yang diperolehnnya selama belajar di sekolah-sekolah formal dari Jamaluddin Al afghani serta pengalaman yang ditimbanya dari barat.
• Faktor politik, yang bersumberr dari situasi politik dimasanya, sejak dilingkungan keluarganya dimukallaf Nashr.
Ketika faktor tersebut yang melatar belkangi lahirnya pemikiran Muhammad Abduh dalam berbagai bidang, theologi, syariah, pendidikan, sosial politik, dsb. Perbuatan manusia bertolak dari satu dedukasi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas memilki perbuatan. Menurut Muhammad Abduh ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal, kemauan dan daya. Ketiganya merupakan ciptaan tuhan bagi manusia yang dapat digunakan dengan bebas.
B. Pemikiran dan pembaruan Muhammad Abduh Dalam pendidikan islam Di Mesir
Gerakan pembaruan islam yang dilakukan oleh muhammad abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, modern Trends in Islam, menyebutkan empat agenda muhammad abduh. Keempat agenda itu adalah pemurnian islam dari berbagai pengaruh ajaran dan amalan yang tidak benar, yaitu :
1. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajran islam telah mendapat tekanan serius dari muhammad abduh berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim.
2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi islam difokuskan muhammad abduh pada universitas Al-Azhar. Muhammad abduh menyatakan bahwa kewjiban belajar itu tidak hanya mempelaari buku-buku klasik berbahasa arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela isam. Akan tetapi kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains sains modren, serta sejarah dan agama erofa agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mererka capai.

3. Pembelaan islam
Muhammad abduh lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama islam dari sudut keilmuan beliau berussaha mempertahankan potret iislam dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
4. Reformulasi
Kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Muhammada abduh dengan reformulasinya bahwa islam telah membangkitkan akal pikiran manusiia dari tidur panjangnya.
Pemikiran muhammad abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu sehingga paa abad-19 Muhammad Ali memulai pembaharuan penidikan di mesir. Pembaharuan yang timpang yang hanya menenkankan perkembangan intelek mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke-20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah mesir maupun oleh bangsa asing. Kedua tipe tersebut tidak punya hubungan antara satu dengan yang lainnya, masing-kasing berdiri sendiri dalam memunuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidiikannya. Sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapakan. Ilmu0ilmu barat tidak diterapkan di sekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tuidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.
Sistem pendidikan yang terjadi pada sekolah sekolah pemerintah di pihak lain tampil dengan kurilkulum yang memberikan ilmu pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa memasukan ilmu pengetahuan pengetahuan agama kedalam kurikulum tersebut. Selain terjadi kasus-kasus yang deemikian dualisme yang demikian melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda.
Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang formal dan nonformal. Dalam pendidikan formal tujuannya yang esensi adalah menghapuskan dulisme pendidikan yang tampak dengan adanya kedua institusi diatas, untuk itu ia bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan sbb:
“Tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikan kepada batas-batas kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.”
Disamping pendidikan akal ia juga mementingkan pendidikan spritual agar lahir generasi yang mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih. Tujuan pendidikan yang demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ketingkat atas. Kurikulum tersebut adalah :
1. Kurikulum al-Azhar
Dalam hal ini beliau memasukan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar outputnya dapat menjadi ulama modern.
2. Tingkat sekolah dasar
Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak. Oleh karena itu , mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti dari semua mata pelajaran.
3. Tingkat atas
Upaya yang dilakukukan Abduh adalah dengan mendirikan sekolah menengah pemeritah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dsb. Melalui lembaga ini Abduh merasa perlu untuk memasukan beberapa materi,khususnya pendidikan agama.
Ketiga paket kurikulum diatas merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan setiap tingkat. Dalam hal ini Muhammad Abduh tidak memasukan ilmu-ilmu barat kedalam kurikulum yang direncanakan. Dengan demikian dalam bidang pendidikan formal Muhammad Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok yaitu fikih, sejarah islam, akhlak dan bahasa.
Dalam bidang metode pengajaran iapunmembawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu, ia mengkritik dengan tajam penerapan metode hafalan tanpa pengertian yang umumnya dipraktikkan disekolah-sekolah saat itu, terutama sekolah agama. Ia menekan kan pentinggnya pemberian pengertian dalam setiap pengajaran yang diberikan . ia memeperingatkan pendidik untuk tidak mengajar murid dengan metode menghafal, karena metode demikian hanya akan merusak daya nalar, seperti yang dialaminya ketika belajar disekolah formal dimasjid ahmadi di Thanta.
Dalam bidang pendidiikan nonformal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan (ishilah). Dalam hal ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :
1. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar
2. Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang belum mereka ketahui
3. Meniupkan kedalam jiwa mereka cinta pada negara, tanah air, dan pemimpin
Diluar pendidikan formalpun Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari ilmu-ilmu yang datang dari barat. Disamping itu Abduh pun menggalakkan umat islam mempelajari ilmu-ilmu modern.








PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad abduh lahir pada tahun 1848 M/1265 H di sebuah desa di provinsi gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh Ibn Hasan Khairullah. Abduh lahir dilingkungan keluarga petani yang hidup sederhana taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orangtuanya berasal dari kota mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orangtuanya berrpindah-pindah, dan kembali ke mallhaj Nashr seetelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatnya darri orangtuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar qur’an pada seorang hafidz. Dalam masa waktu dua tahun ia telah menjadi seorang yang hafal al-qur’an pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan masjid Ahmadi.
Dalam hal banyak rintangan tersebut Abduh jatuh sakit dan meninggal pada 8 jumadil awal 1323 H / 11 juli 1905, jenazah Muhammad Abduh di kebumikan di kairo (pemakaman negara).
Pemikiran muhammad abduh sesuai dengan sistem pendidikan yang ada saat itu sehingga paa abad-19 Muhammad Ali memulai pembaharuan penidikan di mesir. Pembaharuan yang timpang yang hanya menenkankan perkembangan intelek mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke-20, tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-azhar sebagai lembaga pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah mesir maupun oleh bangsa asing.










DAFTAR PUSTAKA
-A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995)
-Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi rasional Mu’tazilah (Jakarta: Univeritas Indonesia 1987)
-Ramayulis, Samsul Nizar, Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam Mengenal Tokoh Pendidikan Islam di dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teaching. 2005).
-Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam ( jakarta: putra grafika 2007).
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929