loading...

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK PAKAN

May 11, 2018 Add Comment
TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK PAKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt karena dengan rahmat dan karunianya kami dapat mengerjakan dan menyusun laporan-laporan mingguan dalam praktikum teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan Sejalan dengan itu semua, dengan segala kemampuan yang ada penulis berusaha di dalam penyusunan laporan ini agar mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Dengan demikian jika para pembaca menjumpai susunan kata-kata yang kurang baik, atau menjumpai hal-hal yang tidak berkenan dihati, seperti di dalam bahasa yang kurang tepat, sudihlah kiranya memberikan teguran positif. Insya Allah dengan teguran dan pembentukan dari pembaca, laporan ini akan lebih sempurna.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kapada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kepada para pembaca yang telah memberi teguran penulis ucapkan terima kasih semogga Allah akan memberikan pahala yang setimpal. Amien.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III MATERI DAN METODA 5
2.1 Tempat dan Waktu 5
2.2 Materi 6
2.3 Metoda 7
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 8
3.1.feed complit blok 8
3.2. amoniasi 9
3.3.mineral blok 10
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan 12
4.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel.1. hasil analisis fisik feed complit blok .. 8
Tabel 2. Hasil analisis feed komplit blok 8
Tabel 3.hasil analisis amoniasi 9
Tabel 4.hasil analisis mineral blok 11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hijauan merupakan pakan utama dari ternak ruminansia ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional, lahan kosong yang mempunyai jenis hijauan beragam baik secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan lahan tandus. Wafer merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dalam bentuk fisik yang kompak dan ringkas (Trisyulianti et al., 2003). Wafer merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam (ASAE, 1994). Penggunaan bahan perekat pada wafer ransum komplit dapat mempertahankan sifat fisik wafer mulai dariproduksi hingga ke tingkat konsumen. Wafer pakan komplit dapat terjaga kualitasnya bila disimpan dengan pengemasan yang baik. Pakan yang diolah tidak akan awet apabila tidak dilakukan penanganan lanjut.Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetankarena dapat memperpanjang umur simpan pakan dan tidak menurunkan kualitas.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu penyediaan pakan harus diusahakan dengan biaya murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Reksohadiprodjo,( 1984 Bagas tebu merupakan sisa penggilingan tebu baik oleh pabrik ataupun usaha tradisional rakyat. Dari total jumlah tebu yang digiling akan menghasilkan bagas tebu sekitar 30 – 35 % .
Amoniasi adalah proses fermentasi yang menggunakan urea, tujuan untuk meningkatkan daya cerna, meningkatkan kadar protein dan menurunkan serat kasar.Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan bagas tebu sebagai pakan ternak ruminansia adalah rendahnya nilai kecernaan sebagai akibat tingginya kandungan lignin. Proses amoniasi bagas tebu dengan urea diharapkan dapat memperbaiki kualitas bahan pakan yang diberikan kepada ternak. Sutardi dkk. (1993) menyatakan bahwa proses amoniasi akan memutuskan ikatan ligno sellulosa dan ligno hemisellulosa dalam rangkaian sellulosa, sehingga sel-sel memuai dan terbuka dan pada akhirnya memudahkan bakteri masuk ke dalam sel atau jaringan

1.2 tujuan
untuk menyediakan pakan suplemen mineral dan nitrogen yang murah bagi ternak ruminansia dan agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pebuatan lamtoro mineral blok,untuk memanfaatkan kelebihan produksi pada musim tertentu yang nantinya dapat digunakan pada saat hijauan berkurang dan agara praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan silase dan untuk mengurangi keambaan pakan dengan memanfaatkan limbah dan diharpak dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau

1.3 Manfaat
Manfaat dari dilaksanaknya praktikum teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan feed complet blok (fcb), cara pembuatan silase, dan cara pembuatan wafer serta praktikan dapat mengetahui cara analisis proksimat.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Faharuddin, 2014) yang menyatakan bahwa penurunan kadar abu mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kandungan bahan organik substrat, bahan organik mengandung zat-zat makanan yang cukup penting seperti protein lemak dan karbohidrat serta vitamin oleh karena itu kehilangan bahan organik berarti juga akan kehilangan zat nutrient yang cukup penting.
Heller (2009) peningkatan tersebut diduga karena perlakuan tersebut ditambah urea 10%,urea merupakan sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya kandungan protein kasar.
Jayusmar (2000) menyatakan,faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan.
wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak.
Jayusmar (2000) wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak
Miasari, (2004)..Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan .
Nurul, (2012) bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat (Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti) dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia.
Reksohadiprodjo,( 1984 Bagas tebu merupakan sisa penggilingan tebu baik oleh pabrik ataupun usaha tradisional rakyat. Dari total jumlah tebu yang digiling akan menghasilkan bagas tebu sekitar 30 – 35 % .
Sutardi dkk( 1993)menyatakan bahwa proses amoniasi akan memutuskan ikatan ligno sellulosa dan ligno hemisellulosa dalam rangkaian sellulosa, sehingga sel-sel memuai dan terbuka dan pada akhirnya memudahkan bakteri masuk ke dalam sel atau jaringan.
Surono dkk., (2006). peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana.
Surono dkk (2006) Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat.
Santoso dkk.,( 2008)bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.
Trisyulianti et al,( 2003).Wafer merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dalam bentuk fisik yang kompak dan ringkas
Winarno (1992), Wafer kecoklatan pada wafer di sebabkan oleh reaksi browning terjadi akibat adanya reaksi browning secara non enzimatis. Dari segi aroma berubah drastis pada hari ke-9 yakni dari bau molases menjadi tengik karena sudah adanya jamur yang disebabkan (karamelisasi dan maillard) menyebabkan wafer ber aroma molases
winarno,(1992). molases merupakan sukro sayang jika diuapkan sampai seluruh air menguap akan terjadi karamelisasi, sedangkan reaksi maillard terjadi apabila adanya reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer .
Wolayan, 1998; Christiyanto,( 1998) Proses amoniasi akan melemahkan ikatan lignoselulosa bagas tebu serta fermentasi telah terbukti dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar protein kasar
Wolayan 1998; Christiyanto, (1998).kandungan serat kasar mengalami penurunan karena teknik amoniasi dengan menggunakan urea sebagai sumber NPN dapat menghancurkan ikatan- Mikroba yang sering digunakan sebagai agen fermentasi limbah yang mengandung serat kasar tinggi adalah kapang Trichoderma viride. Kapang tersebut akan menghasilkan enzim untuk mencerna serat kasar .
































BAB III
MATERI DAN METODA
2.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini bertempat di laboratorium gedung C Fakultas Peternakan. dilaksanakan pada hari jum,at febuari sampai 20 maret 2018 pukul 13.00 wib sampai dengan selesai.

2.2.MATERI
Dalam praktikum ini alat yang digunakan dalam pembuatan wafer adalah mesin copper (pencacah rumput), terpal, paralon, triplek, botol kaca,semen,jerami jagung,padi,bagas tebu,mineral mix,molases,urea,air,dedak halus,bungkil kelapa,rumput lapang, Dan alat yang digunakan untuk analisis nya cawan porselen, eksikator, oven 1050C , neraca analitik, pennjempit, desikator, tanur, pembakar buzen, labu destruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik, labu erlnmayer, biuret, corong, pipet, gelas ukur, batu didih, kertas saring, pompa vakum, dan corong buchner.

2.3.METODA
Cara kerja untuk pembuatan feed komplit blok (fcb) berbasis rumput lapang dicacah dengan ukuran 3-5cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran. Rumput yang sudah kering kemudian digiling. Bahan harus halus semua campurkan urea, mineral mix dan bungkil kelapa homogenkan, lalu tambahkan dedak halus dan rumput lapang lalu jagung halus dan ratakan dengan molases, tambahkan sedikit air dengan adonan tepung, lalu cetak dan keringkan. Setelah kering lalu dianalisis secara proksimat dengan metode AOAC.
cara kerja untuk pembuatan amoniasi yaitu timbang bahan yang akan digunakan sesuai kebutuhan. Persiapkan larutan urea dan air sesuai perbandingan yang sudah ditentukan. Bahan yang sudah ditimbang, dibasahi (diciprati) dengan larutan urea. Setelah merata, bahan dibagi menjadi tiga bagian yang sama. Kemudian masing-masing bagian dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat hingga kedap udara. Kemudian timbang kembali bahan dalam kantomg plastik (berat awal). Setelah ditimbang, bahan kemudian disimpan di suhu ruang selama 3 minggu. Setelah 3 minggu bahan ditimbang kembali (berat akhir) dan produk amoniasi siap untuk dianalisis kimia (proksimat).
Cara kerja pembuatan mineral blok yaitu Sedangkan cara kerja untuk pembuatan wafer,limbah pertanian dicuci bersih lalu dicacah dengan ukuran 3-5cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran dengan bahan perekat. Limbah pertanian yang sudah dicacah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 24 jam. Leguminosa yang sudah kering kemudian digiling. Limbah pertanian yang sudah kering dicampur dengan bahan perekat dan konsentrat lalu diaduk hingga homogen. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah disiapkan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan,setelah itu sampel dimasukan kedalam oven selama 18 jam ,dan setelah itu di uji perlakuan fisik.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. feed komplit blok
Analisis fisik dari hari k-3 sampai ke-9 diperoleh hasil yang beragam seperti pada perubahan-perubahan yang tidak terlalu signifikan. Banyak hal yang mempengaruhi hasil pengamatan antara lain panca indra yang di gunakan oleh masing-masing pengamat berbeda. Hasil nyatanya sebagai berikut.
Tabel.1 hasil analisis fisik feed komplit block
Parameter Hari ke-
3 6 9
Warna Hijau Coklat krem Coklat lumutan
Aroma Molaes molases Tengik

Tekstur renyah padat Lembut
Kerapa tan Bagus Bagus Kuat
Bentuk fisik Padat padat Padat
Apabila kerapatan konsisten pada standar bagus dan kuat maka teksturpun mengikuti yakni renyah menjadi lembut hal ini baik untuk cara pengonsumsian pada ternak ruminansia.Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan. Miasari,( 2004). Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan.
Tabel.2 hasil analisis fisik feed komplit block

Parameter Hari ke-
3 6 9
Warna Hijau Coklat krem Coklat lumutan
Aroma Molaes molases Tengik

Tekstur renyah padat Lembut
Kerapa tan Bagus Bagus Kuat
Bentuk fisik Padat padat Padat

Pada hasil tabel diatas, dari tiga perlakuan dapat dilihat bahwa warna terus berubah dari hiaju menjadi coklat. hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1992), bahwa Wafer kecoklatan pada wafer di sebabkan oleh reaksi browning terjadi akibat adanya reaksi browning secara non enzimatis. Dari segi aroma berubah drastis pada hari ke-9 yakni dari bau molases menjadi tengik karena sudah adanya jamur yang disebabkan (karamelisasi dan maillard) menyebabkan wafer ber aroma molases.. Bentuk fisik wafer akan mempengaruhi transportasi dan lama penyimpanan menurut Jayusmar (2000) wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak. Secara umum warna wafer yang di hasilkan adalah terlihat cokelat kehijauan karena banyak mengandung rumput lapang sebesar 20%Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan
3.2.Amoniasi
Tabel 3. Hasil analisis amoniasi bagase tebu

Perlakuan K.Air (%) Abu (%) PK (%) SK (%)
P0 6 5,3 3,5 18
P1 13,33 9 7 12,3
P2 15 5 12,25 11
P3 17,67 3,67 14,88 10
P4 24,33 2,67 16,63 8,67

Ket: P0 = Bagase tebu sebelum amoniasi tanpa urea ;P1= Bagase tebu + urea 4% ;P2=6% ;P3= 8% ;P4=10%. Semakin tinggi persen urea, maka kadar air nya pun meningkat. Terlihat p2 mengalami peningkatan 1,67% dibandingkan p1, pada p4 mengalami peningkatan yang paling tinggi yaitu 6,67% dari p3. menurut (Surono dkk 2006) menyatakan bahwa Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. (Surono dkk., 2006). Pada protein didapatan bahwa p4 lebih tinggi dibanding p3,p2,p1 dan po dimana p4 lebih tinggi 2,75 dari p3. Berdasarkan tabel 2 diatas kandungan protein tertinggi adalah p4 yaitu 16,63. Menurut pendapat Heller (2009) peningkatan tersebut diduga karena perlakuan tersebut ditambah urea 10%,urea merupakan sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya kandungan protein kasar. hal ini sesuai dengan pendapat Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat (Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti) dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih lanjut Santoso dkk., (2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.Menurut pendapat (Wolayan, 1998; Christiyanto, 1998) Proses amoniasi akan melemahkan ikatan lignoselulosa bagas tebu serta fermentasi telah terbukti dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar protein kasar. Namun hasil analisis yang didapatkan sesuai dengan pendapat (Faharuddin, 2014) yang menyatakan bahwa penurunan kadar abu mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kandungan bahan organik substrat, bahan organik mengandung zat-zat makanan yang cukup penting seperti protein lemak dan karbohidrat serta vitamin oleh karena itu kehilangan bahan organik berarti juga akan kehilangan zat nutrient yang cukup penting.
3.3Mineral blok
Mineral merupakan zat makanan yang berperan penting pada berbagai proses fisiologis dalam tubuh ternak dan mempengaruhi efisiensi produksi.Kebutuhan mineral pada ternak ruminansia tidak hanya untuk mencukupikebutuhan pokok ternak sendiri tetapi juga dibutuhkan oleh mikroba didalamrumen. Widyhari dkk,( 2015) Mineral dalam rumen digunakan untuk aktivitas pembentukan sel,aktivitas selulolitik dan pertumbuhan mikroba. Mineral juga berguna dalammengatur tekanan osmotik, sebagai larutan penyangga, sebagai potensi reduksidan mengatur laju kelarutan didalam rumen. Salah satu faktor yang memengaruhikualitas semen adalah pemberian ransum dengan nilai nutrisi yang baik. Salahsatu mineral yang harus ada dalam ransum untuk meningkatkan reproduksinyadan mampu mengatasi infertilitas adalah mineral Zn.
Tabel 5. Analisis fisik mineral blok calopogonium
Parameter Hasil
Warna Hijau kehitaman
Aroma Khas molases dn daun calopo
Tekstur Padat dan Keras
Kondisi Fisik Bundar, padat, keras dan utuh
Ketahanan Benturan Sangat tahan benturan

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa bentuk fisik mineral blok; Warna berdasarkan hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat yaitu menggunakan daun sengon, Warna yang didapati adalah warna hijau kehitaman, hal ini disebabkan oleh pigmen hijau yang berasal dari daun sengon itu sendiri ,Bau bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, terdapat aroma atau bau yang menyengat,Tekstur bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, teksturnya adalah keras sehingga sulit untuk dihancurka ,KetahananBardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun colopogonium. Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan. Miasari,( 2004). Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan.






BAB V
PENUTUP
5.1.kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dari penelitian ini adalah wafer rumput lapang dengan perekat molases dapat dipertahankan selama sembilan hari penyimpanan dengan kandungan serat kasar, protein kasar, kadar air dan kadar abu masing masing yaitu 13%, 7.18%, 19.75% dan 5.3%. Pada analisis fisik di dapatkan bahwa wafer rumput lapang selama penyimpanan 9 hari masih memiliki bentuk fisik bulat, tekstur renyah, aroma molases menjadi tengik dan kerapatan yang tinggi. Penggunaan urea pada proses amoniasi sangat tepat membantu meningkatkan kualitas bagase tebu dari limbah menjadi pakan alternatif yang dapat menekan biaya produksi. Perlakuan 4 yang menggunakan amoniasi 10% sangat baik karena pk nya tinggi dan Sk nya redah.

5.1 saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akam cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti.



DAFTAR PUSTAKA
AOAC (Association of Official AnalyticalChemists). 1990. Official Methods of Analysis of Assosiaciation of Official Analytical Chemists. AOAC Inc,Washington DC.1141 Gaman, P. M. dan Sherrington, K.B. 1994. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Miasari (2004) Biochemical, Functional and Nutritive Changes During Storage. In : C. M. Christensen (ed). Storage of Cereal Chemist, St. Paul, Minnesota.
Faharuddin.2014.Analisis Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu (Saccharum Officinarum L.) Yang Difermentasi Dengan Urea, Molases Dan Kalsium Karbonat. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar 2014.
Nurul, A., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., dan Lebdosoekojo, S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
Santoso, B., B. T. Hariadi, Alimuddin dan D. Y. Seseray. 2008. Kualitas Fermentasi dan Nilai Nutrisi Silase Berbasis Sisa Tanaman Padi yang Diensilase dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat Epifit. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Surono. Soejono. M dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering Dan Bahan Organik Silase Rumput Gajah Pada Umur Potong Dan Level Aditif Yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP-Deptan Vol 2:91-103. Bogor.
Supriyati, T. Haryati, T. Purwadaria dan I.P. Kompiang. 1996. Pengaruh jenis kemasan, suhu ruang dan lama penyimpanan limbah sagu terfermentasi terhadap kualitas nutrisi. Pros. Temu Ilmiah Hasil-hasil Penelitian Peternakan. Bogor, 9 – 11 Januari 1996.
Trisyulianti, E., Suryahadi & V.N. Rakhma.2003. Pengaruh penggunaan molases dantepung gaplek sebagai bahan perekatterhadap sifat fisik wafer ransumkomplit. Med.Pet. 26: 35
Wolayan, F.R. 1998. Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada

LAMPIRAN

HASIL ANALISI FCB HARI KE 3

KADAR AIR =(C+D) )/D 100 %
((18,54+3)/3) -20,90 X 100 =21,3 %

PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
((22,85-21,8)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3 =9,18 %
KADAR ABU = (H-F X 100%)/6
(18,70-18,54 X 100 %)/3=5,3 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
(22,34-21,09-1,01 X 100%)/1 =24 %

ANALISIS HARI KE 6

KADAR AIR (%) =(C+D) )/D 100 %
((29,70+3)-32,12)/3 X 100%=19,33

PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
((23,92-22,89)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3=9,01 %
KADAR ABU =(H-F X 100%)/6
(29,88-29,70 X 100 %)/3= 6 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
(20,08-18,89-0,88 X 100%)/1 =31 %
ANALISI HARI KE 9

KADAR AIR =((C+D) )/D 100 %
=((26,54+3)/3) -29,36 X 100 =19,75 %


PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
= ((23,92-23,1)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3 =19,75%

KADAR ABU =(H-F X 100%)/6
= (26,70-26,54 X 100 % )/3=5,3 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
=(25,51-24,34-1,04 X 100%)/1 =13 %

KONSEP PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

May 03, 2018 Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidik (Guru) merupakan salah satu hal terpenting dalam proses pendidikan. Tugas guru sebagai pendidik merupakan hal yang sangat mulia di sisi Allah SWT dan mendapatkan penghargaan yang tinggi. Tapi penghargaan yang tinggi tersebut diberikan kepada guru yang bekerja secara tulus dan ikhlas dalam mengajar peserta didiknya, atau bisa disebut juga guru tersebut bekerja secara professional.
Guru bukan hanya mengajarkan materi saja kepada anak didiknya. Tapi juga membimbing mereka menjadi murid yang mempunyai akhlak mulia. Serta guru juga menjadi motivator bagi peserta didiknya. Motivasi sangat diperlukan sebagai respon terhadap tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih dalam mencapai tujuan pendidikan.
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Keluasan Al-Quran dalam konsep pendidikan tersebut telah mendorong penulis untuk menggali salah satu dari konsep tersebut, untuk itu dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang salah satu konsep tersebut, yaitu yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
Berdasarkan Uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di Sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia sama halnya dengan peserta didik tak bisa di lepas tanggungjawabnya dalam pendidikan islam.
Olehnya itu kaitanya dengan perkembangan pendidikan khususnya pendidik dan peserta didik maka penulis mencoba mengkaji posisi pendidik dan peserta didik dalam pandangan pendidikan islam dengan mengangkat judul makalah ini yakni “Peserta didik Dan Pendidik dalam pandangan Islam”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan di yakni:
1) Bagaimana Pandangan Pendidikan Islam tentang pendidik dan peserta didik?








BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Sebagai teori Barat, pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), dan psikomotorik (karsa). [1] Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri. [2]
Pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung pengasuh, perhatian, dan pendidiknya. Firman Allah SWT yang berarti : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S Attahrim : 6)
يا أ يها ا لذ ين آ منو ا قو اأ نفسكم و أ هليكم نا ر ا و قو ذ ها ا لنا س و ا لحجا ر ة عليها ملا عكة غلا ظ شد ا ذلا يعصو ن الله ما أ مر هم و يفعلو ن ما يؤ مر ون ( surat At-Tahrim Ayat 6 )
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakanya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan.

1. Pengertian Pendidik.
Pendidikan merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Dan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadaNya. [3]
Pengertian Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. [4]
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di Sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.
Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya. Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dll. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis. Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu:
Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
Sebagai pendidik (edukator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan penciptaan-Nya.
Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan. [5]


3. Kompetensi Pendidik.
Pengertian Kompetensi Guru Menurut Mulyasa, kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Menurut Muhibbin Syah, kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
.Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesinya sebagai guru.
Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat kompetensi. Empat kompetensi tersebut yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan kompetensi professional.

4. Kedudukan Pendidik Dalam Perspektif Islam
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku buruknya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi dalam islam. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW disebutkan: “Tinta seorang ilmuan (yang menjadi guru) lebih berharga daripada darah pada syuhadah”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al-Syawki bersyair :
“Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”. [7]
Pendidik adalah bapak rohani begi peserta didik yang memberikan ilmu, pembinaan akhlaq mulia, dan memperbaiki akhlaq yang kurang baik. Kedudukan tertinggi pendidik dalam Islam tertuang dalam teks
كن عالما او متعلما او سامعا او محبا، ولا تكن خا مسا حتى تهلكة
“Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak.”

5. Ciri-Ciri Dan Karakteristik Pendidik Yang Baik
Ciri pendidik mesti memiliki sikap dan sifat dewasa . Pribadi dewasa dalam perspektif Pendidikan Islam dan layak menjadi pendidik, menurut Wens Tanlain, dkk Pribadi dewasa adalah pribadi yang memiliki susila daan karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai individualitas yang utuh
2. Mempunyai sosialitas yang utuh
3. Mempunyai norma kesusilaan, nilai-nilai kemanusiaan
Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi kebahagiaan mayarakat dan orang lain.

6. Syarat Menjadi Pendidik
Agar pendidik dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka ia membutuhkan beberapa syarat yang mesti dimiliki, diantaranya :
Mempunyai ijazah formal
Sehat jasmani dan rohani
• Berakhlak yang baik
• Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin
• Taat untuk menjalankan agama
• Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih saying kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya
• Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan terutama didaktik dan metodik
• Menguasai ilmu pengetahuan agama
• Tidk mempunyai cacat rohaniah dan jasmaniah ( Abu Ahmadi, 1986: 49 )

7. Tugas Pendidik Dalam Perspektif Islam
Dalam paradigma Jawa, pendidikan diidentikan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu ynag memadai, yang kerenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadiaan yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekadar mentransformasikan ilmu, tapi juga bagaimana ia mampu mengiternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya.
Dalam perkembangan berikutnya, paradigma pendidik tidak hanya bertugas pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk mengusai seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. Pendidik hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya, sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari pendidiknya. Seorang pendidik juga harus mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini menghindari adanya benturan fungsi dan perannya, sehingga pendidik bisa menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga Negara, dan pendidik sendiri. Jadi, antara tugas keguruan dan tugas lainnya harus ditempatkan menurut proporsinya. Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidkan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakam program ynag telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan (evaluasi).
b) Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkatan kedewasaan dan berkepribadiaan kamil (sempurna)seiring dengan tujuan Allah SWT yang menciptakannya.
c) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait , terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrol, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan. [8]
8. Kode Etik Pendidik Dalam Perspektif Islam
Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan peserta didik, orang tua peserta didik, serta dengan atasanya. Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu memerlukan kode etik. Demikian pula jabatn pendidik mempunyai kode etik tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan oleh setiap pendidik. Bentuk kode etik suatu lembaga pendidikan tidak harus sama, tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten yang berlaku umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.
Dalam merumuskan kode etik, Al-Ghazali lebih menekankan betapa berat kode etik yang diperankan seorang pendidik daripada peserta didiknya. Kode etik pendidik terumuskan sebanyak 15 bagian, sementara kode etik peserta didiknya hanya 11 bagian. Hal itu terjadi karena guru dalam konteks ini menjadi segala-galanya,yang tidak saja menyangkut keberhasilannya dalam menjalankan profesi keguruannya, tetapi juga tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT kelak. Adapun kode etik pendidik yang dimaksud adalah:
a) Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah
b) . Bersikap penyanun dan penyayang
c) Menjaga kewibawaan dan kehormatan
d) Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesame
e) . Bersifat rendah hati ketika berada di sekelompok masyarakat
f) Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia
g) Bersifat lemah lembut dalaam menghadapi peserta didiknya yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya sampai pada tingkat maksimal
h) Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didiknya
i) Memperbaiki sikap peserta didiknya, dan bersikap lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar bicaranya
j) Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didiknya, terutama kepada peserta didik yang belum mengerti dan mengetahui
k) Berusaha memerhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didiknya, walaupun pertanyaan itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan
l) Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didiknya
m) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik
n) Menanamkan sifat ikhas pada peserta didiknya. [9]

B. PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Peserta Didik.
Di antara komponen terpenting dalam pendidikan islam adalah peserta didik. Dalam perspektif islam, peserta didik merupakan subjek dan objek. Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrohnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrohnya. Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan sebagai yang disebut diatas, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan kepada anak didik. Tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah berarti orang yang membutuhkan sesuatu, tilmidz yang berarti murid, dan tholib al-ilmi yang menuntut ilmu, pelajar atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu pada seorang yang tengah menempuh pendidikan.
Pengertian tentang peserta didik juga dapat di kemukakan secara konsepsional sebagai berikut:
Dalam istilah tasawuf peserta didik disebut dengan “murid” atau “thalib”. Secara etimologi murid berarti orang yang menghendaki. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan istilah thalib secara bahasa adalah orang yang mencari. Sedang menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, di mana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. [10]
Adapula penyebutan peserta didik dengan sebutan anak didik. Dalam persepektif filsafat pendidikan Islam, hakikat anak didik terdiri dari beberapa macam:
• Anak didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak- anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam keluarga.
• . Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di lembaga formal maupun nonformal.
• Anak didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan. [11]
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis. [12] Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. [13]
Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. [14] Adapula yang mendefinisikan peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan, bisa disebut sebagai murid, santri atau mahasiswa. [15]
Sedangkan dalam pendidikan Islam peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. anak kandug adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah pesrta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama. [16]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peserta didik dalam pendidikan Islam tidak sebatas pada para anak didik, tetapi semua manusia adalah peserta didik, bahkan pendidikpun dapat disebut peserta didik karena tidak ada manusia yang ilmunya mengungguli ilmu-ilmu Allah. Semua manusia harus terus belajar dan saling mengajar maka pantasnya semua manusia mengakui dirinya fakir dalam ilmu. [17]
2. Hakikat Peserta Didik
• Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa akan tetapi memiliki dunianya sendiri.
• Peserta didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodesasi perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembaangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta didik.
• Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
• Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual (differensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun di mana dia berada.
• Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani.
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
3. Tugas Peserta Didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah:
a) Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak syah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.
b) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan. Yaitu sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepadaNya.
c) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
d) Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
e) Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
f) Menghargai ilmu dan bertekad untuk terus menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Al-Ghazali, yang telah dikutip oleh Abidin Ibnu Rush mengemukakan beberapa hal yang harus dipenuhi peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a) Belajar merupakan proses jiwa.
Seorang siswa akan berhasil dalam belajarnya apabila ia mampu memahami bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses jiwa, bukan proses fisik. Dari sinilah Al-Ghazali menyarankan agar murid (peserta didik) sebagai langkah pertama dalam belajarnya mensucikan jiwa dari peilaku buruk, sifat-sifat tercela dan budi pekerti yang rendah.
b) Belajar menuntuk konsentrasi
Murid memusatkan perhatiannya atau konsentrasi terhadap ilmu yang sedang dikaji dan dipelajarinya, ia harus mengurangi ketergantungannya kepada masalah keduniaan.
c) Belajar harus didasari sikap tawadhu’
Murid harus mempunyai sikap tawadhu’ dan merendahkan diri terhadap ilmu dan guru, sebagai perantara diterimanya ilmu itu.
d) Murid tidak melibatkan diri dalam perdebatan atau diskusi tentang segala ilmu sebelum terlebih dahulu mengkaji dan memperkokoh pandangan dasar ilmu-ilmu itu.
e) . Murid hendaknya mampu memprekdisikan kehidupan yang akan datang berdasarkan kejadian sekarang dan silam.
f) Belajar bertahap
Belajar haruslah secara tertib. Artinya, mendahulukan ilmu-ilmu yang berhak didahulukan dan mengemudiankan ilmu-ilmu yang memang harus dikemudiankan
g) Tujuan belajar untuk berakhlakul karimah
Murid dalam belajar bertujuan menjadi ilmuwan yang sanggup menyebarluaskan ilmunya demi nilai-nilai kemanusiaan. [21]
Kesemua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan sebagai pegangan dalam menuntut ilmu. Di samping berbagai pendekatan tersebut, peserta didik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan efisien.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Dalam perspektif islam, peserta didik merupakan subjek dan objek. Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrohnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrohnya.

B. Saran.
Setelah membahas Peserta didik dan pendidik dalam pendidikan islam. Maka kami berharap pendidikan islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam, khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan ajaran islam dapat di mengerti dan di pahami oleh generasi muda dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari- hari.


DAFTAR PUSTAKA

• Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
• B, Suryoubroo, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta : Bina Aksara, 1983
• Arifin, H.M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2005
• Nizar, H. Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Ciputat Pers,2002
• Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1987
• Soemanto, Westy dan Soetopo, Hendyat, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia Surabaya: Usaha Nasional, 1982
• Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
• Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
• Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002







________________________________________
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929