loading...

Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis

February 13, 2013
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Pengaruh Makanan Siap Jadi Terhadap Kesehatan” tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini berisi pengetahuan mengenai pola makan sehat dan seimbang serta pengaruh mengkonsumsi makanan siap jadi bagi kesehatandan penerapannya di kehidupan sehari-hari.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pembuatan. Kritik serta saran yang membangun selalu terbuka demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.



Jambi, Januari 2013
Penulis,


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB IOTENTISITAS HADIS MENURUT AHLI HADIS 1
A. Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar 1
B. Unsur-Unsur Pokok Hadits 2
C. Latar Belakang Pentingnya Penelitian Hadits 3
D. Kaedah Itentisitas Hadis 3
BAB IIOTENSTISITAS HADIS MENURUT KAUM SUFI 4
A. Liqa’ al-Nabi 4
B. Sufi yang Mengklaim bertemu Nabi SAW 5
C. Thariq al-Kasyf 5
BAB IIIKRITIK ATAS METODOLOGI KAUM SUFI 8
A. Meluruskan paham kaum sufi 8
B. Kritik terhadap metode Liqa’ al-Nabi 8
C. Kritik terhadap thariq al-kasyf 9
D. Hakikat mimpi 9
E. Hubungan antara Liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf dengan sistem Isnad 9
F. ‘Adalah dan Keshalihan 9
G. Peranan ilham dalam penelitian “Illat Hadis 10
DAFTAR PUSTAKA 11



BAB I
Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis
A. Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar
1. Hadis
Secara bahasa kata hadits mempunyai tiga arti; pertama berarti baru (Jadid) lawan dari lama (Qadim). Bentuk jamaknya adalah Hidats, Hudats, dan Huduts. Kedua, kata hadis berarti yang dekat (Qarib) lawan dari jauh (Ba’id) dan yang belum lama terjadi, seperti perkataan (orang yang baru masuk islam). Ketiga, kata hadits berarti berita (Khabar), yaitu (sesuatu yang dibicarakan atau dipindahkan dari seseorang). Hadis yang bermakna berita ini dihubungkan dengan kata tahdits yang berarti periwayatan atau ikhbar yang berarti mengabarkan.
2. Sunnah
Adapun pengertian sunnah menurut ahli hadis adalah :
“Sunnah adalah apa yang datang dari Nabi Muhammad SAW. Baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat (perangai atau jasmani), tingkah laku, perjalanan hidup, baik sebelum diutus menjadi Nabi maupun sesudahnya. Menurut ulama Ushul Fiqh Sunnah Al-Qur’an, pekerjaan, ataupun ketetapannya.
3. Khabar
Secara bahasa kata khabar berarti berita yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk jamaknya akhbar dan muradifnya adalah Naba’ yang bentuk jamaknya Anba’. Khabar mencakup segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, dan selainnya seperti perkataan sahabat dan tabi’in, sedangkan hadis hanya dikhususkan kepada nabi muhammad SAW saja.
4. Atsar
Secara bahasa kata Atsar berarti bekas sesuatu atau sisa-sisa sesuatu. Atsar berarti pula nukilan (Sesuatu yang diambil), karena itu doa yang berasal dari nabi muhammad SAW. Disebut Do’a Ma’tsur.
B. Unsur-Unsur Pokok Hadits
1. Sanad, Isnad, dan Musnad
Kata sanad atau al-sanad berasal dari kata sanada, yusnudu, sandan, secara bahasa berarti mu’tamad (sandaran, tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya, yang sah). Silsilah beberapa orang maksudnya ialah susunan atau rangkaian beberapa orang yang emnyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada rasul SAW.
Kata isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal), dan mengangkat. Antara definisi sanad dan isnad terdapat adanya perbedaan. Isnad lebih menunjukkan kepada sebuah proses terjadinya periwayatan hadits, dengan menyebutkan dari siapa hadis itu diterima. Sedangkan sanad ialah susunan secara berurutan orang-orang tersebut sebelum matan hadis.
Adapun istilah musnad mempunyai beberapa arti. Pertama, hadis yang disandarkan kepada orang yang meriwayatkan. Kedua, berarti nama kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan sistem penyusunannya berdasarkan nama sahabat, seperti kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal. Ketiga, kumpulan hadis yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanad-sanadnya secara lengkap, seperti musnad al-syihab dan musnad al-firdaus. Dalam penegertian ini, musnad merupakan bentuk Masdar Mim dari kata isnad. Keempat, nama bagi hadis marfu’ (disandarkan kepada nabi) dan sanadnya muttashil.
2. Matan
Kata matan atau al-matn secara bahasa berati “tanah yang meninggi”. Menurut ibnu jama’ah, matan berarti suatu kalimat tempat berakhirnya sanad, kalimat “tempat berakhirnya sanad” atau “lafazh-lafazh di dalamnya mengandung makna-makna tertentu”, menunjukkan kepada pemahaman yang sama, yaitu bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadis itu sendiri yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum mudawwin (orang yang membukukan hadis).
C. Latar Belakang Pentingnya Penelitian Hadits
1. Hadis Nabi Sebagai Salah Satu Sumber Hukum Islam.
Meyakini bahwa hadis nabi merupakan bagian dari sumber ajaran islam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad sangat penting. Penelitian itu dilakukan sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari pemakaian dalil-dalil hadis yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai sesuatu yang berasal dari rasullulah SAW.
2. Munculnya pemalsuan hadis
Orang-orang islam tertentu membuat hadis palsu karena mereka didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan itu ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat agamawi. Diantara tujuan pemalsuan hadis yang dilakukan oleh islam, yaitu membela kepentingan politik, perselisihan dalam masalah ilmu kalam dan fiqh, menarik simpati kaum awam, membangkitkan gairah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, menerangkan keutamaan surat Al-Qur’an tertentu, menjilat atau mencari muka pada penguasa, memperoleh fasilitas dunia, dan memikat hati orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya.

D. Kaedah Itentisitas Hadis
1. Sanad bersambung (ittishal al-sanad)
Kata ittishal berarti bersambung atau berhubungan.
a. Sejarah rawi
b. Lafazh-lafazh periwayatan
Pada umumnya, ulama ahli hadis mebagi tata cara penrimaan riwayat hadis kedalam delapan macam : (1) al-sama’min lafzh syeikh; (2) al-qira’ ‘ala syeikh, (3) al-ijazah, (4) al-munawalah, (5) al-mukatabah, (6) al-i’lam, (7) al-washiyah, dan (8) al-wijadah.
2. Rawi bersifat adil (adalah al-rawi)
3. Rawi bersifat diabith
4. Tidak terdapat kejanggalan (‘adam sl-syudzudz)
5. Tidak terdapat ‘Illat (‘adam al-‘illah)
BAB II
OTENSTISITAS HADIS MENURUT KAUM SUFI

A. Liqa’ al-Nabi
Secara bahasa kata liqa’ berarti menghadap, melihat dan bertemu.maka kata liqa’ al Nabi bearti menghadap Nabi SAW. Melihat Nabi SAW. Dan bertemu Nabi SAW.
1. Pandangan kaum sufi tentang mimpi
Para ulama membagi mimpi kedalam tiga jenis, Pertama, mimpi yang merupakan pengaruh kecemasan atau pengaruh bisikan hawa nafsu. Mimpi jenis ini disebut mimpi nafsu (al-ru’ya al-nasfsiyyah), kedua, mimpi yang merupakan campuran tangan setan, dimana setan menguasai atau mempengaruhi tidur seseorang akibat dorongan atau kegelisahan jiwanya, sehingga setan mampu memasukkan apa yang ingin ia masukkan, dan hasilnya adalah mimpi. Ketiga, mimpi rohani atau mimpi yang berasal dari Tuhan mimpi ini disebut dengan mimpi yang benar.
a. Al-ru’yah al-shadiqah al-muhaqqaqah
b. Al-ru’ya al-shalihah
c. Al-ru’ya al-hatifah al-marmuzah
d. Al-ru’ya al-muhadzirah
2. Mimpi kaum sufi
Salah seorang sufi pernah mengatakan bahwa di dalam tidur, ada saat-saaat yang tidak didapat dalam waktu sadar, anatar lain dapat melihat Rasullah SAW. Paara sahabat para ulama salaf, di mana hal ini tidak dapat dilihat saat jaga begitu juga dalam tidur, sufi dapat melihat Allah dan ini merupakan keistimewaan yang agung.
a. Mimpi Bertemu Allah
b. Mimpi bertemu Rasullullah SAW


B. Sufi yang Mengklaim bertemu Nabi SAW
1. Al-tijani
2. Abu hasan al-syadzili
3. Ibnu ‘Arabi
4. Muhammad al-Suhaimi

C. Thariq al-Kasyf
1. Pandangan sufi terhadap kasyf
Kasyf secara bahasa berarti menampakkan, mengagngkat sesuatu yang menyelubungi atau menutupinya.
2. Tangga mencapai Kasyaf
a. Maqam taubat
Tahapan pertama yang harus dilalui oleh setiap sufi adalah penyesalan (taubat).
b. Mawam wara’
Dalam tasawuf, wara’ merupakan tangga kedua setelah taubat. Disamping sebagai sarana pembinaan mentalitas, wara’ juga merupakan tangga awal untuk membersihkan hati dari ikatan keduniaan. Oleh karena itu, dalam tasawuf dikembangkan dengan berbagai macam pengertian dan tingkatan-tingkatan wara’.
c. Maqam zuhud
Pengertian zuhud dapat disimpulkan bahwa zuhud berarti hikmat pemahaman yang membuat penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan dunia, dimana mereka tetap bekerja dan berusaha. Akan tetapi, kehidupan dunia itu tidak menguasai kecenderungan hati mereka serta tidak membuat mereka mengingkari tuhannya.
d. Maqam fakir
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyebutkan kefakiran atau kemiskinan sebagai maqam yang paling tinggi, bahkan merupakan intisari dari seluruh jenjang pendakian spritual yang hendak di jalani oleh kaum sufi. Orang fakir berarti orang yang membutuhkan pada sesuatu. Sedangkan segala sesuatu selain Allah adalah fakir, karena dia membutuhkan kelangsungan eksistensinya yang dapat diambil dari karunia Allah. Dan kefakiran hamba kepada beberapa tambahan dari apa-apa yang dibutuhkan tak terhitung jumlahnya, sejumlah kebutuhannya ada yang dapat dipenuhi dengan harta dan ada yang tidak.
e. Maqam sabar
Berkaitan dengan hal ini, abu thalib al-makki membagi kesabaran menjadi tiga macam : pertama, menghentikan keluh kesah, dan ini termasuk kedalam tahapan taubat. Kedua, merasa puas dengan apa yang telah ditentukan Allah, dan ini termasuk dalam tingkatan zuhud. Ketiga, menerima dan menyenangi semua yangtelah ditentukan Allah kepada kita, dan ini termasuk ke dalam tahapan seorang sahabat sejati Allah.
f. Maqam tawakkal
Dalam syari;at Islam diajarkan bahwa tawakal dilakukan sesudah segala daya upaya dan ikhtiyar dijalankan, jadi yang ditawakkalkan atau yang digantungkan pada pertolongan Allah adalah hasil usahanya yang maksimal. Tawakkal harus dilandasi dengan kerja keras. Secara bahasa tawakkal memang berarti pasrah, tetapi bukan berarti tanpa ada usaha. Abu Ayyub berkata : “Tawakkal ialah bersemangat dala, beribadah dan selalu menggunkaan hatinya kepada Allah, dan menerima atas pemberian Allah.
g. Maqam ridla
Maqam ridla adalah ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan. Dengan kata lain, orang yang ridla adalah orang yang menerima segala ketentuan (takdir) Allah, baik dan buruk. Pada saat menerima takdir yang jelek, ia bersabar dan pada saat mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur.
3. Pengalaman kejiwaan kaum sufi
Ahwal menurut al-Sarraj berarti keadaan yang meliputi seseorang atau perasaan yang terkandung di dalam hati. Keadaan yang meliputi: Muraqabah (merasa diawasi), qurb (merasa dekat), mahabbah (rasa cinta), khauf (rasa cemas), raja’ (rasa harap), ‘Isyq (rasa rindu), uns (rasa berteman), thuma’ ninah (tentram), musyahadah (memandang tuhan), dan yaqin (rasa yakin). Maksud dari mukasyafah (kasyf) itu sendiri adalah tersingkapnya hati sebagai dampak dari dzikir yang dapat menghilangkan keraguan. Juga, kadang-kadang yang mereka maksudkan dengan mukasyafah ialah ditampakkannya sesuatu kepada seseorang, baik diwaktu jaga maupun tidur.

BAB III
KRITIK ATAS METODOLOGI KAUM SUFI
A. Meluruskan paham kaum sufi
1. Penafsiran hadis mimpi bertemu Nabi
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyimpulkan penafsiran terhadap hadis mimpi bertemu Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari menjadi enam pendapat yaitu :
1. Hadis tersebut harus dipahami secara perumpamaan (tasybih), karena Hadis tersebut diperkuat dengan riwayat lain yang dalam redaksinya ada lafazh yang menunjukkan arti perumpamaan
2. Orang yang mimpi bertemu Nabi akan melihat kebenaran, baik secara nyata maupun hanya ta’bir saja.
3. Hadis tersebut dikhususkan kepada orang-orang yang sezaman dengan Nabi Muhammad SAW. Dan bagi orang beriman kepada Nabi yang belum sempat melihatnya.
4. Bahwa orang yang mimpi tersebut akan melihat Nabi, seperti ketika bercermin, namun hal tersebut sangat mustahil
5. Maknanya bahwa ia akan melihat Nabi Muhammad SAW. Pada hari kiamat dan tidak dikhususkan bagi mereka yang telah mimpi bertemu dengan Nabi saja.
6. Orang yang mimpi melihat Nabi, maka ia akan melihatnya secara nyata. Pendapat ini sangat aneh dan diperdebatkan.
2. Penafsiran Al-Qur’an tentang kehidupan para Syuhada’

B. Kritik terhadap metode Liqa’ al-Nabi
Dalam penafsiran terhadap hadis “siapa yang mimpi bertemu aku, ia akan melihatku secara nyata”. Tidak ditemukan satu penafsiran yang menyatakan kemungkinan seseorang bertemu dengan Nabi secara langsung. Kalau pun ada, penafsiran seperti itu merupakan utak-atik kaum sufi saja dan para ulama menilainya sebagai suatu penafsiran yang tidak masuk akal.

C. Kritik terhadap thariq al-kasyf
Kaum sufi menjadikan kasyf seagai salah satu metodologi untuk membuktikan otentisitas Hadis. Kasyf hanyalah salah satu dari pengetahuan jiwa yang berbicaa, yang tidak tetap dan tidak teratur dan bukan merupakan pengetahuan yang berlandaskan pada akal sehat dan tidak pula berlandaskan dalil Syar’i. Kasyf merupakan karunia Allah bagi para pendaki Spritual yang bisa salah dan bisa benar. Oleh karena itu klaim otentisitas hadis melalui kasyf tidak bisa dipertanggung jwabakan secara ilmiah, karena di samping adanya kriteria yang jelas yang bisa dijadikan sebagai patokan untuk mengukur itentisitas hadis melalui tahriq al-kasyf.

D. Hakikat mimpi
Mimpi itu ada tiga macam : mimpi yang benar sebagai kabar gembira dari Allah, mimpi yang membuat sedih yangdatang nya dari syetan, dan mimpi dimana seseorang berbicara terhadap dirinya sendiri (yang datang dari dirinya sendiri).

E. Hubungan antara Liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf dengan sistem Isnad
Menurut istilah Ahli hadis kesinambungan penyamaian antara para pembawa berita disebut dengan istilah ittishal al-sanad. Adapun kegiatan penyampaiannya disebut dengan istilah sistem isnad. Walaupun dalam tradisi yahudi dan kristen telah berkembang sistem isnad, tetapi menurut muhammad mushthafa al-a’dzami urgensi isnad baru nampak dalam kegiatan periwayatan Hadis.

F. ‘Adalah dan Keshalihan
Konsep keshalihan kaum sufi ini tampak sama dengan konsep “adalahyang dirumuskan oleh ahli Hadis. Dengan demikian, seperti oleh halnya Ahli hadis tidak gampang menerima apa yang dikatakan oleh seseorang sebelum diteliti integritas moralnya terlebih dahulu. Kaum sufi pun memberlakukan hal yang sama, yakni tidak setiap sufi yang mengaku pernah bertemu Nabi atau mengalami Kasyf dapat dibenarkan begitu saja.

G. Peranan ilham dalam penelitian “Illat Hadis
Apabila para rasul mendapatkan pengetahuan langsung dari Allah melalui Wahyu, maka bagi kaum sufi pengetahuan tersebut terwujud dalam bentuk Ilham. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, ilham bagi kaum sufi merupakan sesuatu yang penting. Kendatipun ilham bukan merupakan tujuan utama pendakian spritual kaum sufi, tetapi banyak kaum sufi yang mendambakan memperoleh pengetahuan ilham tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

UsmanSya’roni. 2008. OtentisitasHadisMenurutAhliHadisdanKaum Sufi.PenerbitPPustakaFirdaus. Cet 2. Jakarta

Teori Perubahan Sosial

February 09, 2013
Teori Perubahan Sosial DALAM BUDAYA ADAT PERNIKAHAN YANG BERLAKU DI DESA KERTOPATI PADA TIGA PERIODE TERAKHIR. (SEBELUM TAHUN 1980-1990 HINGGA SEKARANG)

Pendahuluan

Membahas teori perubahan social, Aguste Camte membagi dalam dua konsep penting, yaitu social static (bangunan structural) dan social dynamic (dinamika structural) bangunan structural merupakan bangunan yang mapan, berupa struktur yang berlaku pada masa tertentu, bahasan utamanya mengenai struktur social yang ada dimasyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib kestabilan masyarakat, statica social ini kemudian disepakati oleh anggota msyarakat dan karena itu disebut sbagai kemauan umum. Harkat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan atau keseimbangan. Tampa unsur-unsur structural ini kehidupan manusia tidak dapat jalan. Akan selalu terjadi pertengkaran dan perpecahan mengenai hal-hal yang sangat mendasar, sehingga kesesuaian paham sukar terbentuk. Perbedaan antara statika social dan dinamika social dengan demikian bukanlah pembedaan yang menyangkut masalah factual melainkan lebih tepat dikatakan sebagai pembedaan teoritik.

Demikian perubahan social merupakan hal-hal yang berubah dari waktu kewaktu yang lain, yang dibahas dalam dinamika social dari struktur yang berubah dari waktu kewaktu. Dinamika social adalah daya gerak dari sejarah tersebut, yang pada setiap tahapan evolusi manusia mendorong manusia kearah tercapainya keseimbangan yang baru yang tinggi dari suatu masa kemasa berikutnya, struktur dapat digambarkan sebagai hierarchy masyarakat yang memuat pengelompokan mayarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu. Seakan dinamika social adalah proses perubahan kelas-kelas masyarakat itu dari satu masa kemasa yang lain.

Perubahan social ada pada dinamika structural, yaitu perubahan atau isu perubahan social yang meliputi bagiamana kecepatannya, arahnya, agennya, bentuknya serta hambatan-hambatannya. Perubahan bangunan structural dan dinamika structural merupakan bagian yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan, yang berbeda hanya pada kajian atau analisinya. Perubahan social memiliki ciri yang berlangsung terus menerus dari waktu kewaktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala yang ada didunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup suatu system social, dalam bentuk organisasi social yang ada dalam masyarakat, perubhan dapat terjadi dengan lambat sedang atau cepat tergantung situasi yang mempengaruhinya.

Teori-Teori Perubahan Social

Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan social merupakan gejala yang wajar, yang timbul dari pergaulan hidup manusia didalam masyarakat. Perubahan-perubahan social akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antar manusia dan antar masyarkat. Perubahan social terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur georafis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan social adalah sebagai berikut.

Teori Evolusi (evolution theory)

Teory ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi teori tersebut digolongkan kedalam beberapa katagori yaitu :

a. Unilinier theoris of evolution

Teori ini berpendapat baha manusia dan masyarakat termasuk kebudayaan akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana kebentuk yang komplekx dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain adalah Aguste Camte dan Herbert Spencer.

b. Universal theoris ofevolution

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melakukan tahapan-tahapan tertentu yang tetap, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, perinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadai kelompok yang hetrogen.

c. Multilined theoris of evolution

Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dan evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan system mata pencarian dari sitem berburu ke system pertanian menetap dengan mnegunakan pemupukan dan perairan.

Teori komplik (complic thery)

Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konfik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai model atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara meteril, sehingga akan mengarah pada perubaha social. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik social dan perubahan social selalu melekat pada struktur masarakat.

Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah koflik soial, bukan perubahan social. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dan tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam teori konflik ini adalah Karl Marx Dan Ralf Dahrendrf.

Secara lebih rinci, pandangan Teori konflik lebih menitik beratkan pada hal-hal berikut:

a) Setiap masyarakat terus menerus berubah

b) Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat

c) Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan komplik

d) Kestabilan social akan teragntung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lain.

Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)

Secara lebih ringkas pandangan teory ini adalah sebagai berikut

a. Setiap masyarakat relative bersifat stabil

b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat

c. Setiap masyarakat biasanya relative terintegrasi

d. Kestabilan social sangat tergantung pada kesepakatan bersama (jkonsensus) dikalangan angota kelompok masyarakat.

Teory Siklus (Cuclical Theory)

Teory ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan social itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikuti, menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan social merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari, sementara itu beberapa bentuk teory siklus adalah:

a. Teory Oswald Spengler (1880-1936)

Menurut teori ini, mengatakan bahwa pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja dewasa dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan aktu sekitar seribu tahun.

b. Teory Pitrim A. Sorokin (1889-1968)

Sorokin berpendapat baha semua peradaban besar berada dalam siklus tiga system kebudayaan yang berputar tanpa akhir, siklus tiga system ini adalah:

1. kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supernatural

2. kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan dimana kepercayaan terhadap unsur-unsur adikodrati (supernatural) dan rasionalitas yang berdasrkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal

3. kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan dimana sensasi merupakan tolak ukur dari kenyartaan dan tujuan hidup.

c. Teory Arnold Toynbee (1889-1975)

Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan.

Pembahasan

Dari beberapa tentang teori perubahan social diatas, teori teori itu tidak terlepas dari perubahan yang telah berlaku didalam kehidupan masyarakat, perubahan tersebut berlaku baik di kota maupun di pedesaan, di dalam kehidupan mayoritas maupun minoritas, perubahan tersebut biasanya dikarenakan dengan adanya kemajuan zaman, dan beberapa penyebab lainnya seperti telah dijelaskan diatas.Perubahan tersebut juga berlaku desa kertopati kecamatan mandiangin khususnya dalam kebudatyaan adapt pernikahan.

Di desa kertopati masyarakatnya mayoritas beragama islam, dan mereka menjalankan hukum islam itu menurut aliran yang diterapkan oleh imam safi’i. sebagaimana kewajiban yang telah ditetapkan oleh hokum islam itu sendiri, masyarakat selalu menjalankannya menurut imam safi’i itu. Dalam hukum islam seperti shalat, zakat, puasa dan haji diamalkan dan diyakini oleh masyarakat sebagai salah satu kewajiban yang mutlak. Disamping itu ibadah-ibadah lain seperti nikah juga diyakini oleh masyarakat sebagai salah satu sunnah rasul, sebagai mana dalam sebuah hadis diterangkan, “nikah itu adalah sunnahku barang siapa yang tidak mengikuti sunnahku bukan termasuk umatku” .

Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan suatu jalan yang amart mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juaga dapat dipandang sebagai jalan yang menutup pintu perkenalan anatara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang lainnya.

Sebenrnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja anatara suami istri dan keturunannya melainkan antara dua keluarga. Betapa tida ? dari baiknya pergaulan anatra si istri dcengan suamianya kasih mengasihi, akan dipindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam urusan bertolong-tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan menjaga segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya

Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh jama’ah ahli hadis. Bahwa nabi bersabda “hai pemuda-pemuda barang siapa diantara kamu yang mampu serta berkeinginan hendak menikah, hendaklah ia menikah karena sesungguhnya pernikahan itu dapat merundukkan pandangan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnta dan akan memeliharanya dari godaan sahwat. Dan barang siapa yang tidak mampu menikah, hendaklah dia puasa, karena dengan puasa hawa napsunya terhadap perempuan akan berkurang.” (hadis riwayat jama’ah ahli hadist)

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas bahwa dalam ikatan pernikahan itu banyak mengandung faedah. Faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan, sebab seorang perempuan apabila ia sudah menikah, maka nafkahnya (biaya hidupnya ditangung oleh suaminya. Perniukahan juga berguna untuk memelihara kerukunan anak cucu (keturunan) sebab kalau tidak dengan nikah, tetntulah anak tidak bnerketentuan siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang bertangung jawab atasnya. Nikah juga dipandang sebagai kemaslahatan umum, sebab kalau tuidak ada pernikahan tentu manusia akan menurutkan sifat kebinatangan, dan dengan sifat itu akan timbul perselisihan, bencana, dan permusuhan antara sesama yang mungkin juga akan menimbulkan pembunuhan yang maha dahsat.

Demikianlah maksud pernikahan yang sejati dalam islam. Singkatnya untuk kemaslahatan dalam rumah tangga dan keturunan dan juga untuk kemaslahatan masyarakat.oleh sebab itu, syariat islam mengadakan beberapa peraturan untuk menjaga keselamatan pernikahan ini.

Islam telah mengatur berbagai cara untuk mencapai hidup bahagia, terutama dalam kebahagiaan dalam rumah tangga, islam juga telah memberi batasan-batasan tentang larangan-larangan yang mengakibatkan kesengsaraan, terutama tentang pergaulan bebas. Oleh sebab itulah dengan jalan menikah semua itu akan bisa diatasi.

Dalam permasalahan nikah ini, islam telah menagatur Syarat dan rukun pernikahan itu. Selain dari memenuhi syarat dan rukun dalam pernikahan itu pada umumnya orang-orang mengacu kepada hukum adat dan kebudayaan dalam suatu tempat. Biasanya hukum itu tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama, seseuai dengan pepatah adapt mengatakan “adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah” Sebagaimana dalam adat itu biasanya lain daerah lain pula adat istiadatnya seperti dalam pepatah adat dijelaskan, “lain lubuk lain ikannya lain padang lain pula belalangnya”.

Dalam hukum islam pernikahan itu diawalai dengan meminang kemudian dalam masa pinangan ini si laki-laki beleh melihat perempuan atau menyuruh orang yang dapat dipercayanya untuk mengetahui atau meneliti keadaan si wanita yang dipinangnya itu, jika tidak terdapat kecacatan baik itu visik maupun kesuciannya yang tidak mempengaruhi jalannya pernikahan atau tidak menghalangi niat silaki-laki yang meminangnya untuk dijadikan pendamping hidup, maka pernikahan dapat dilangsungkan, dalam islam yang menjadi kewajiban pernikahan adalah ijab Kabul, ali, dua orang saksi yang adil, serta membayar mahar sesuai dengan kemampuan si laki-laki yang ingin menikahinya dan seihklas perempuan yang akan dinikahi.

Dalam masalah perniukahan ini menurut hkum islam tidak terlalu sulit, rasanya setiap orang mampu menjalankannya, sekalipun dalam hadis dijelaskan “bagi yang tidak mampu maka berpuasalah” penulis berpendapat bahwa tidak mampu yang dimaksud oleh hadis adalah menyangkut masalah memberikan nafkah bati, misalnya siperempuan tidak mempunyai nafsu seksual atau silaki-lakinya juga tidak mampu memberikan nafkah batin tersebut, memang benar sebagian ulma berpendapat nafkah lahir dan batin itu keduanya ewajib dipenuhi, akan tetapi jika nafkah lahirnya itu menyangkut dengan permasalahan materi (rezki), maka hal ini suami istri hanya wajib berusaha untuk mencari nafkah, sementara yang menentukan rizki itu adalah allah SWT, islam telah menganjurkan kita untuk menikah karena dalam pernikahan itu banyak faedahnya kemudian kita dilarang untuk menghawatirkan tentang rizki, karena rizki itu allah yang menentukannya.

Hukum islam seperti yang telah dijelaskan diatas bagi masayarakat melayu khususnya didesa kertopati, diikuiti dan diyakini sebagai sebagai kewajiban tetapi hukum-hukum itu banyak yang ditambah, penambahan itu mengacu kepada hukum adapt melayu jambi, penambahan itu juga tidak menjadi terhalangnya pernikahan, masyarakat tetap pada pendirian hukum islam itu, jika terjadi hal-hal yang dapat membatalkan pernikahan dengan adanya hokum-hukum adat melayu itu, itu hanya diperselisihkan oleh masyarakat secara individu, hukum itu sendiri tidak menginginkan hal-hal seperti itu.

Adat dan kebiasaan pernikahan didesa kertopati.

Sebelum tahun 80 an tradisi pernikahan didesa kertopati, pada umumnya orang yang menentukan jodoh anaknya adalah orang tua, (rasan orang tua) pada tahun sebelum 80 an ini, anak peraan (gadis) tidak banyak memdapat kebebasan dalam memilih pasangan hidupnya, rasan orang tua ini biasanya wali atau ahli waris laki-laki datang kepada wali perempuan untuk menyampaikan maksudnya, (meminang) jika telah diterima oleh ahli waris perempuan maka, langkah selanjutnya pihak laki-laki datang kepada pihak perempuan, datang pada waktu ini dilakukan oleh rombongan, datang nya ini secara adapt dalam acara penentuan adat.

Adat ini adalah kalau dalam islam penentuan mahar, kalau dalam bahasa jambi dinamakan pinta pinto, kalau dalam bahasa batang hari cuci kaki, biasanya adat ini berupa uang, pihak perempuan menentukan berapa pihak laki laki harus membayar adat dan mahar itu. Setelah penentuan adat, maka pihak laki-laki datang lagi kepihak perempuan untuk yang ketiga kalinya, kedatangan kali ini untuk membayar adat (antaran) sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan yang sebelumnya. Dalam pertemuan ini, agenda nya selain dari membayar uang yang dipinta oleh pihak perempuan itu, juga membahas tentang kapan dilangsungkan pernikahan itu, (penentuan malam hari). Setelah pertemuan itu disepakati maka tanggal pernikahanya ditetntukan pada pertemuan itu.

Sehari sebelum pernikahan ada suatu adat yang namanya (ba inai) ba inai ini adalah mempelai laki-laki dan perempuan menghias jari tangan dan jari-jari kaki dengan hiasan yang bahan bakunya berasal dari daun-daun inai. Ini dilakukan dirumah mempelai perempuan, biasanya dalam acara ini peemuda dan pemudi berkumpul dirumah itu untuk meramaikan dan memberikan dukungan serta do’a restu kepada kedua calon mempelai.

Dalam islam bagi orang yang akan menikah disunatkan melakukan walimatul ursy, walimatul ursy ini diyakini oleh masyarakat sebagai suatu kewajiban adat, tata cara dalam melakukan walimatul ursy ini biasanya, 15 hari sebelum hari puncaknya ( ijab qabul) dirumah mempelai perempuan sudah diramaikan oleh pemuda dan pemudi, siang nya mereka membantu mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan yang diperlukan dalam walimah tersebut. Kemudian pada malam harinya mereka berkumpul dirumah mempelai perempuan itu dalam suatu acara yang disebut “acara kembang”.

Acara kembang ini adalah acara khusus muda mudi yang didalam nya terdapat salah satu wadah untuk muda mudi saling mengenal satu sama lain, biasanya dalam acara ini para muda mudi mendapatkan kesempatan untuk menjalin tali cinta, (pacaran) dalam menyukseskan acara kembang ini anak-anak perawan (gadis) diundang oleh tuan rumah, jika telah mendapat izin dari kedua orang tuanya barulah mereka dijemput oleh salah satu dari keluarga tuan rumah. Kemudian setelah acaranya selesai anak-anak perawan itu (gadis) diantar bersama-sama kembali kerumahnya masing-masing. Acara ini biasanya berlangsung 7 malam sebelum hari pernikahan dan satu malam setelah hari pernikahan.

Pada hari pernikahan, biasanya dilakukan pada pagi hari, pagi-pagi itu orang-orang tua (nenek mamak) dalam satu desa berkumpul dirumah calon pengantin perempuan, kemudian susunan acaranya biasanya adalah,

1. pembukaan

2. ummul qur’an

3. pembacaan ayat suci alqu’an

4. pembacaan berzanzi nazom

5. pemeriksaan calon pengantin dilanjutkan dengan khutbah nikah

6. ijab qabul, disertai penyerahan mahar

7. pembacaan ta’lik talak

8. ramah tamah, rama tamah ini biasanya kedua penganten menyalami sumua penduduk, diawali dengan kedua orang tua mereka masing-masing.

9. selesai

setelah memenuhi susunan acara tersebut diatas barulah acara pernikahan (ijab qabul) dianggap selesai dan kedua penganten telah resmi menjadi suami istri, akan tetapi acara walimatul ursynya belum dianggap selesai, pada malam harinya, jika keluarga penganten itu ekonominya berkecukupan biasanya mereka mengadakan hiburan, berupa musik, dalam acara ini sebenarnya sudah banyak yang melanggar aturan agama, karena didalam nya biasanya dimamfaatkan oleh kaula muda, untuk berjudi serta bermabuk-mabukan.

Setelah malamnya berlalu, maka keesokan harinya, para pemuda datang lagi kerumah mempelai perempuan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pasca pesta. Dan kaum pemudinya juga membantu masak-masak untuk persiapan malnya, karena pada malamnya ada suatu acara nundung menda (mengantarkan penganten laki-laki kerumah penganten perempuan) dalam acara ini dihadiri oleh orang tua-tua (nenek mamak) serta penyerahan secara adat. Kemudian pada malamnya penganten perempuan tidur dikamarnya dan ditemani oleh tementeman perempuannya, penganten laki-lakinya tidur dirumah penganten perempuan tetapi tidak dikamar diruang tamu dan ditemani oleh teman-teman laki-lakinya, kemudian pada malam besok nya lagi barulah penganten tersebut tidu sekamar sebagaimana layaknya suami istri. Dalam dua pecan pertama biasanya kedua penganten itu diajibkan oleh adat untuk berkunjung (ziarah) kerumah sanak keluarganya dari kedua belah pihak.

Pada tahun 80 an ke tahun 90 an, telah terjadi sedikit pergeseran adat, yaitu orang-orang tidak lagi memakai system berjodoh-jodohan, pemuda dan pemudi telah mempunyai kebebasan dalam menentukan pasangan hidupnya, pada periode ini, jika pemuda-pemudi telah merasa cocok dengan pasangan nya, maka mereka pergi kerumah pegawai syara’ atau pejabat desa (berlarian). Berlarian ini terbagi kepada dua macam, pertama berlarian maling kedua berlarian kawin.

Berlarian maling mempunyai arti yang sangat baik, artinya kedua pasangan suka sama suka dan mintak diselesaikan dengan cara yang baik-baik, berlarian maling ini metodenya adalah setelah kedua pasangan maksud dan hajatnya diterima oleh hokum, maka hokum tersebut memanggil wali dari laki-laki, dan mereka datang menghadap wali perempuan beserta hokum, dan menjelaskan hajat kedua pasangan tadi, biasanya hal seperti ini jarang menimbulkan masalah, kemudian diselesaikan dengan cara seperti keterangan diatas.

Berlarian kawin mempunyai arti yang kurang baik, bahasanya adalah siperempuan tidak akan turun dari rumah hukum itu sebelum dinikahkan. biasanya jika telah terjadi berlarian kawin, artinya kedua pasangan telah terjadi kecelakaan, dan perempuannya mintak pertanggung jawaban dari laki-laki itu, hal yang seperti ini biasanya penyelesainnya, ditentukan oleh hokum, wali perempuan tidak punya hak untuk menentukan adat dan hari pernikahannya, yang menetukannya adalah hokum, begitu juga dari pihak laki-laki juga tidak bisa menolak ketentuan-ketentuan adat. Hal seperti ini sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Untuk penyelesaian hal yang seperti ini biasanya dilakukan dengan cara yang sesingkat-singkatnya, dan tidak ada wlimatul ursy, hanya ijab qabul saja.

Pada tahun 90 an sampai dengan sekarang sudah banyak terjadi pergeseran nilai-nilai adat. Orang telah banyak meninggalkan ketentuan-ketentuan yang telah dijeaskan diatas, diantara ketentuan yang ditinggalkan adalah, acara muda mudinya sudah tidak ada lagi, acara kembangnya sudah hilang. Sifat kegotong royongnya juga telah musnah, dalam rangkaian acara pada hari pernikahannya seperti pembacaan ayat suci al-qur’an, pembacaan berzanji nazom, sudah ditiadakan lagi, isrtila berlarian juga sudah hamper punah, terutama jika telah terjadi kecelakaan pada perempuan. Hokum adat sudah mulai tidak dikenalkan lagi. Yang ada sekarang, jika ada yang mau nikah, maka orang tua nya menyelesaikannya dengan keluarga pihak yang mau menikahkan anaknya, (pertemuan keluarga) setelah keduanya sepakat, baik itu hari pernikahan maupun tentang antarannya, maka barulah pihak keluarga laki-laki mengundang beberapa orang untuk mengantarkan uang (adat) sesuai dengan kesepakatan kedua keluarga, setelah itu tinggal menunggu hari pernikahan. Setelah itu selesailah acara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA.

Rasyid ,Sulaiman Fiqhul Islam. Sinar baru Al Gensindo. Bandung, cet 39 2006

Abdullah, amin. Study Agama Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 1996.

Teory Perubahan Sosial, bahan kuliah S2 IAIN ST JAMBI 2013

Pengertian perubahan sosial. Baham kuliah S2 IAIN STS JAMBI 2013

Moch Fakhrurazi. Dosen fak. Dakwah UIN SGD bandung. Bahan kuliah toeri social agama

Proposal Skripsi Matematika

February 02, 2013
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE NUMBERED HEADS TOGETHER

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BIASA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, dalam pengertian sebagai upaya sadar untuk membina dan mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya.

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan agar siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai kemampuannya. Salah satu tolak ukur yang menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar adalah hasil belajar.Hasil belajar dapat di lihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor.

Di samping itu, guru berperan sebagai faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini di tegaskan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa kunci utama dalam memajukan pendidikan adalah guru, karena guru secara langsung mempengaruhi, membimbing dan mengembangkan kemampuan peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika di jenjang SMP adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346). Berdasarkan tujuan tersebut tampak bahwa arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, bukan saja bagi mereka yang mendalami matematika, tetapi juga yang akan menerapkannya baik dalam bidang lain (Ruseffendi, dalam Nurardiyati, 2006:2).

Namun kenyataan di lapangan, proses kegiatan belajar mengajar di kelas, pembelajaran mata pelajaran eksak tertutama Matematika responnya kurang baik.Seperti yang di kemukakan Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak di senangi kalau bukan pelajaran yang di benci.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986:85) hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi dan motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat di tercapai.

Begitu juga dalam belajar matematika menurut Hudojo (1988:100), apabila seorang peserta didik mempunyai motivasi belajar matematika, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih dalam. Ia dengan mudah dapat mencapai tujuan. Ini menunjukan keberhasilan itu dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.Sebaliknya, suatu kegagalan dapat menghasilkan harga diri turun, yang berarti motivasinya turun.

Bila pemahaman terhadap materi-materi matematika yang dipelajari dapat tercapai. Maka akan timbul motivasi bersama dengan proses untuk mencapai keberhasilan belajar matematika. Dengan kata lain, keberhasilan belajar matematika tidak hanya karena dapat memahami konsep dan teorema serta kemudian dapat mengaplikasikannya, melainkan juga karena kehendak, sikap dan macam-macam motivasi yang lain.

Selain itu keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh guru sendiri, dimana guru masih menerapkan system yang menuntut guru sendiri yang aktif dibandingkan dengan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan pleh John Locke dan Herbert (Sardiman, 1986:1997), dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa selalu pasif, sedangkan guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil kegiatan penulis model pembelajaran kooperatif memiliki peluang untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Robert Slarin (Munjiali, 2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu semua metode pembelajaran yang melibatkan para siswa pembelajar untuk bekerja sama dalam belajar, dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab bagi diri pembelajar sendiri. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif menurut Looning (Suhena, 2001:6) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan di antaranya :

a. Reaksi siswa terhadap belajar yang terbuka cukup baik

b. Pertisipasi aktif siswa lebih mudah dikembangkan

c. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar sangat sistematis dan lebih mudah ditetapkan

Ada beberapa pembelajaran kooperatid, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.Pembelajaran ini di kembangkan oleh Spenser Kagen (1993).Dengan melibatkan siswa dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi dari pelajaran itu.

Menurut Ibrahim (2002) ada empat tahap dalam pelaksanaan Numbered Head Together yaitu : penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dan dibatasi sebagai berikut :

“Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model mengajarCooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran biasa di kelas VII dengan standar kompetensi Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran biasa.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi :

1. Bagi siswa

a. Sebagai acuan dalam meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

b. Sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

c. Sebagai acuan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa.

2. Bagi guru

Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

3. Bagi sekolah

Dengan adanya strategi pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi.

4. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional

1. Model Cooperaative Learning Tipe Numbered Head Together

Model Numbered Head Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktu-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

2. Model Pembelajaran Biasa

Model pembelajaran biasa adalah pengajaran yang pada umumnya biasa dilakukan sehari-hari. Guru lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya timbal balik antara guru dan siswa dalam belajar. Cara menyampaikan materi dengan ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Perbandingan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah Perbandingan berasal dari kata “ Banding “ yang artinya tara, sama, tolok. Membandingkan artinya menilik apa persamaan/perbedaan antara dua barang, dua hal,, dll. Sedangkan perbandingan berarti upaya membandingkan dua hal untuk diketahui kelebihan ataupun kekurangannya.

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika

a. Belajar

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.Pengertian belajar sudah banyak di kemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya,

Menurut Koffka dan Kohler dari Jerman bahwa belajar adalah “adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang di hadapi”. (Slameto, 2003:9)

Selain itu menurut R.Gagne bahwa belajar adalah “proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku dan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari instruksi”. (Slameto, 2003:9)

Senada dengan itu menurut Thorndike bahwa belajar adalah “pembentukan hubungan atau koneksi antar stimulus dan respon dalam penyelesaian masalah (problem solving) yang dilakukan dengan cara coba-coba” (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2006:127)

Dikemukakan juga oleh Nana Sudjana bahwa belajar adalah “perubahan tingkah laku .perubahan yang disadari dan timbul akibat praktek, pengalaman, latihan bukan secara keseluruhan” ( Nana Sudjana, 1989:5)

Sementara itu, Drs.Widodo dan Dra.Endang Poerwanti mendefinisikan pengertian belajar yaitu “suatu proses yang terjadi pada seseorang yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan itu misalnya tidak tahu tentang sesuatu perbuatan tertentu menjadi bisa melakukan.Dapat pula perbuatan itu di karenakan adanya unsur yang berupa latihan-latihan. Bila perubahan terjadi pada individu tersebut merupakan usaha atau latihan maka perubahan itu bukan merupakan hasil belajar”.(Siti Hasnah.H, 2003:8)

Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses penerimaan informasi untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang timbul akibat praktek, pengalaman dan latihan. Proses ini membutuhkan kesiapan yang matang dan merupakan salah satu bentuk cara untuk mempelajari matematika.

b. Matematika

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif aksiomatik yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirearkis.Matematika juga merupakan bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

Pengertian matematika dikemukakan oleh banyak ahli dalam bukunya H.Erman Suherman, dkk antara lain :

Selain itu ,Johnson dan Rising ( 1972) dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.Representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.

Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula bahwa “matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan soaial, ekonomi dan alam”.

Hal senada dikemukakan Soleh dalam (Siti Hasanah.H, 2003:9) yang mengemukakan pengertian matematika sebagai berikut :

1. Matematika sebagai cara komunikasi. Matematika memilih lambang-lambang, nama-nama, istilah-istilah yang dapat dijadikan sumber bahasa. Kita dapat menerjemahkan suatu ungkapan dalam bahasa Indonesia menjadi ungkapan dalam bahasa matematika.

2. Matematika sebagai cara berfikir nalar memungkinkan siswa selalu berfikir kritis terhadapa suatu kenyataan.

3. Matematika sebagai alat pemecah masalah karena matematika memiliki metode pembahasan baik dengan gambar maupun dengan lambang, diagram atau grafik, maka masalah dalam kehidupan sehari-hari atau masalah keilmuan dapat diterjemahkan kedalam bahasa matematika selanjutnya karena matematika dapat diolah untuk mencapai pemecahan dari suatu masalah.

Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai pola berpikir untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan baik itu masalah sosial, ekonomi dan alam.

1. Matematika sekolah

Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan seperti di SD, SMP, SMA disebut matematika sekolah. Dalam buku materi pelatihan terintegrasi, ( 2005 : 21 ) dijelaskan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian dari matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan tugas-tugas tertenntu yang berorientasi pada perkembangan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Matematika yang diajarkan di sekolah mencakup 4 aspek penyajian yaitu :

a. Penyajian Matematika

Penyajian matematika di sekolah disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual siswa.Matematika yang disajikan dikaitkan dengan realitas yang ada disekitar siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya.Dalam mengkaitkan antara konsep dan realitas yang ada disekitar dibutuhkan perantara benda konkret sebagai wakil dari representasi.

b. Pola pikir matematika

Pola pikir yang digunakan pada metamatika sekolah pada umumnya adalah pola pikir induktif.Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa.

c. Keterbatasan semesta

Konsep yang diajarkan disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa. Semakin meningkat usia siswa, maka semakin meningkat juga tahap perkembangannya, maka semesta pembicaraan lebih diperluas lagi.

d. Tingkat keabstrakan

Objek matematika sekolah bersifat abstrak.Tingkat keabstrakan ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.Pada jenjang sekolah dasar sifat konkret objek matematika diusahakan lebih banyak dari pada jenjang sekolah yang lebih tinggi.Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin banyak sifat abstraknya.Sehingga pembelajaran tetap diarahkan pada pencapaian kemampuan berpikir abstrak para siswa.

2. Hasil belajar

Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, disekolah maupun diluar sekolah. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar.Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

3. Model Cooperaative Learning Tipe Numbered Head Together

Pembelajaran kooperatif sebagai sebuah pola atau rancangan yang disebut strategi pembelajaran, maka model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya dikelas memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim at all. (2000:18-19), yakni:

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,

b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi,

c. Angka putus sekolah menjuadi rendah,

d. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,

e. Memperbaiki kehadiran,

f. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil,

g. Konflik antar pribadi berkurang,

h. Sikap apatis berkurang,

i. Pemahaman yang lebih mendalam,

j. Motivasi lebih besar,

k. Hasil belajar lebih tinggi, dan

l. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Number Head Together (NHT) adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).

Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

Menurut Ibrahim (2002) ada empat dalam pelaksanaan NHT yaitu :

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Pengajuan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.

d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Menurut Meilan Selly Putriana S.T(2009) NHT mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan NHT adalah sebagai berikut:

1) Menyebabkan siswa aktif dalam menjawab pertanyaan,

2) Melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan berani bicara di depan kelas,

3) Memotivasi dalam belajar,

4) Melatih siswa untuk bekerjasama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok.

Sedangkan kelemahan NHT adalah

1) Pengkondisian kelas kurang

2) Waktu pembelajaran yang diperlukan menjadi lebih panjang

4. Pembelajaran Model Biasa

Menurut Ruseffendi (1991:350), pengajaran biasa adalah pengajaran pada umumnya yang bisa dilakukan sehari-hari. Dimana pada pembelajaran klasikal ini guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kemampuannya memiliki syarat minimum untuk tingkat itu.Maka guru lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya timbal balik antara guru dan siswa didalam belajar.

Pada model pembelajaran biasa menurut Ruseffendi (1991:351) guru mengajar siswa secara kelompok dalam ruangan kelas yang banyaknya siswa sekitar 30 – 40 orang.Maka guru tidak dapat memperhatikan semua kepentingan siswa satu persatu dalam belajar.Bahkan dalam pembelajaran klasikal adanya pengelompokan perlakuan dalam belajar.Dalam artian individu yang mempunyai kemampuan yang tinggi mendapat perlakuan yang lebih dari guru.Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan rendah mereka mendapat perlakuan yang kurang.Ini menunjukan bahwa kepentingan setiap individu tidak dapat diperhatikan.

Ruseffendi (1991:351) mengatakan : “Kebanyakan guru pada umumnya mengajar berdasarkan kemampuan siswa pada umumnya, baik kecepatan mengajarnya maupun tingkat kesukaran materi yang diajarkannya”. Jadi guru menyamaratakan semua kemampuan siswa dalam satu kelas.Dan materi yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan siswa pada umumnya.

Menurut Xpresiriau (2009) Yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran biasa sebagai berikut :

1. Kelebihannya adalah :

a. Dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan dasar tertentu pada siswa

b. Dapat diikuti oleh siswa yang banyak

c. Mudah dipersiapkan dan dilaksanakan

d. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

2. Kelemahannya adalah :

a. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, karena guru yang aktif dan siswa hanya menyimak dari pelajaran dari guru

b. Membuat jenuh dan membosankan siswa, bila digunakan terlalu lama

c. Guru sukar menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik dalam pembelajaran

d. Tidak memberikan kesempatan siswa untuk aktif dan berfikir kritis dalam memahami materi pembelajaran

3. Hipotesis

Berdasarkan studi literature dan permasalahan yang telah di rumuskan pada bagian sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran cara biasa.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena adanya manipulasi perlakuan dimana kelas yang satu mendapat pembelajaran penelitian Cooperative Learning tipe NHT, dan kelas yang lain mendapat pembelajaran biasa pada awal dan akhir pembelajaran kedua kelas di beri tes, sehingga disain penelitiannya adalah sebagai berikut :

A : O1 X1 O1

A : O2 X2 O2

Dengan :

A : Pemilihan sampel secara acak berdasarkan kelas

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Head Together

X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran biasa

O1 : Tes hasil belajar menggunakan model NHT

O2 : Tes hasil belajar menggunakan model pembelajaran biasa

a. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) Negeri 2 Pakisjaya Karawang, sedangkan sampelnya diambil dua kelas dimana kelas yang satu adalah kelas eksperimen dan kelas yang lain adalah kelas control. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas Kontrol. Alasan dipilihnya sampel di kelas VII A dan VII B adalah karena tingkat perkembangan pendidikan dan cara berpikir siswa di kelas tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, serta berdasarkan hasil nilai ulangan harian dan nilai-nilai tes lainnya tidak terlalu jauh perbedaan antara kelas keduanya di bandingkan dengan kelas yang lain. Juga peneliti ingin mengetahui sejauh mana metode kooperatif bisa di terapkan.

b. Instrumen Penelitian

Yang menjadi instrument dalam penelitian ini adalah seperangkat soal tes berbentuk uraian (essay test atau subjective test) yang terdiri dari 5 butir soal.Instrument di kembangkan sendiri oleh peneliti, karena peniliti memberikan soal sesuai dengan keadaan siswa dan sesuai dengan materi yang di telah sampaikan atau di bahas sehingga di harapkan hasilnya lebih signifikan.Agar memiliki validitasi isi maka soal-soal tersebut di konsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Setelah itu agar memiliki validitas empiris soal-soal tersebut di uji cobakan pada kelas sampel, kelas control dan bukan kelas keduanya. Kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya beda pembeda dan indeks kesukarannya.

1. Validitas

 Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

 Untuk menghitung validitas tes menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson sebagai berikut :

Keterangan

rxy : Koefisien korelasi antara vasiabel x dan variable y

X : Skor siswa pada tiap butir soal

Y : Skor Total

N : Jumlah peserta tes

 Klasifikasi : rxy menurut Guilford yaitu :

0,00 – 0,20 = Kecil

0,20 – 0,40 = rendah

0,40 – 0,70 = sedang

0,70 – 0,90 = tinggi

0,90 – 1,00 = sangat tinggi

 Kriteria: rxy≥ rtab tes dinyatakan valid

2. Reliabilitas

Menurut Sudijono (2001:95) mengatakan bahwa sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliable apa bila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang tepat sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah realibitas (=daya keajekan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil kapan saja dimana saja dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.

Untuk menentukan realibitas tes menggunakan rumus Alpa sebagai berikut :

dengan

sehingga : ∑S1= Sa2+ S122+….

Sedangkan St2 =

Keterangan : rn = Koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir soal

l = bilangan konstan

Si2 = varians skor tiap butir soal

St2 = varian soal

Kriteria: rn≥ maka tes tersebut reliable

rn< 0.70 maka tes tersebut reliable 3. Daya Pembeda Daya pembeda yaitu kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : D = Indeks daya pembeda JBA = Jumlah skor kelompok atas JBB = Jumlah skor kelompok bawah JSA = Jumlah siswa kelompok atas SMI = skor maksimal ideal Kriteria : D ≤ 0,00 = sangat kurang 0,00< D > 0,20 = kurang

0,20< D > 0,40 = cukup

0,40< D > 0,70 = baik

0,70< D > 1,00 = sangat baik

4. Indeks Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.Menurut Witherington (Sudijono, 2001:317) mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : IK = Indeks Kesukaran

JBA = Jumlah skor kelompok atas

JBB = Jumlah skor kelompok bawah

JSA = Jumlah siswa kelompok atas

SMI = skor maksimal ideal

Kriteria : IK = 0,00 = terlalu sukar

0,00< IK > 0,20 = sukar

0,20< IK > 0,40 = sedang

0,40< IK > 0,70 = mudah

0,70< IK > 1,00 = terlalu mudah

c. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu mengamati permasalahan yang terjadi di kelas tempat peneliti melakukan penelitian, kemudian menuangkan permasalahan tersebut kedalam bentuk proposal skripsi, kemudian di seminarkan dan dengan beberapa perbaikan, penyempurnaan proposal dapat di selesaikan, membuat RPP, instrument penelitian (pembuatan LKS dan latihannya, pembuatan soal kuis, pembuatan perangkat tes serta kunci jawabannya) menyiapkan ijin penelitian, menguji coba instrument.

2. Tahap Pelaksanaan

Penulis membagi pelaksanaan menjadi tiga tahap yaitu

a. Pemberian Tes awal / Pretes

Tes awal diberikan sebelum dilakukan perlakuan pembelajaran tipe NHT pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas Kontrol.

b. Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran

Pada awal pelaksanaan tes awal sampel atau subyek di bagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe NHT dan kelompok kontrol yaitu kelompok yang menggunakan model pembelajaran biasa. Pada tahap pertama kedua kelompok tersebut melakukan tes awal dengan soal yang sama. Pada tahap kedua, kelompok di bedakan perlakuan pembelajarannya.Selama tiga kali pertemuan.

1) Perlakuan pada kelas Eksperimen

Pembelajaran pada kelas eksperimen meliputi beberapa tahap :

a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan acuan bahan belajar yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

b) Memberikan pembelajaran dengan model NHT, yaitu dengan membentuk kelompok 4-6 orang yang heterogen. Setelah pembagian kelompok, selanjutnya adalah memberikan penomoran. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan pertanyaannya dapat bervariasi, kemudian siswa mengajukan pendapatnya terhadap pernyataan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya untuk mengetahui jawabannya. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sama harus mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. penutup, diakhiri dengan meyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan.

Penulis menggunakan perincian sebagai berikut :

a) Lima menit pertama menjelaskan tentang tujuan pembelajaran baik tujuan umum maupun khusus

b) Sepuluh menit kedua membagi kelompok dan memberikan penomoran

c) Lima belas menit ketiga memberikan bahan ajar atau materi

d) Dua puluh menit ke empat siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal dalam kelompok

e) Sepuluh menit kelima pembahasan soal-soal dari nomor yang telah di panggil

f) Lima menit terakhir penutup dengan menyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan.

2) Perlakuan pada kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas control meliputi beberapa tahap :

a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan materi yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Melaksanakan pembelajaran model biasa, yaitu berupa ceramah, Tanya jawab dan latihan soal.

c) Penutup, diakhiri dengan kegiatan mengerjakan soal yang sama dengan kelas eksperimen.

c. Pelaksanaan tes akhir

Pemberian tes akhir dilakukan setelah tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas control dengan soal yang sama pada kedua kelompok.

3. Tahap Evaluasi

Dilakukannya pre tes sebelum perlakuan dan dan setelah perlakuan

Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan cooperative learning tipe NHT apakah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran model biasa? Dengan cara membandingkan hasil dari kedua kelas yang menggunakan masing-masing model pembelajaran tersebut.

d. Prosedur Pengolahan data

Data hasil dari penelitian ini diolah dengan menggunakan MINITAB 14 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas data

Uji normalitas data pretes dan postes dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi nilai pretes dan postes.Uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-mirnov yang berguna untukmenguji apakah suatu sampel berasal dari suatu populasi dengan distribusi tertentu, terutama distribusi normal.

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Adapun penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas sebagai berikut :

Jika probabilitas (p) > 0,05, maka H0 : diterima

Jika probabilitas (p) < 0,05, maka H1 : ditolak 2. Uji Homogenitas Varian Uji homogenitas dilakukan jika kedua kelompok berdistribusi normal, yaitu dengan menguji varian kedua kelompok menggunakan uji F. pengujian tersebut untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama tau berbeda. Sedangkan jika kedua kelompok berdistribusi tidak normal maka dilakukan pengujian non parametik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara Depdikbud (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka Hudojo, H (1988) Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Ibrahim, dan Sudjana (2009).Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung : Sinar Baru Algensindo. Kagan. 2000. Cooperative Learning Structure. Numbered Heads Together, (Online), http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm (5 Desember 2007). Kagan. 2007. Numbered Heads Together, (Online), http://www.eazhull.org.uk/ nlc/numbered_heads.htm, (5 Desember 2007). Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-dan-hipotesis-tindakan.html (24 Oktober 2010) Munjiali, (2004).Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar Rahayu, Sri, (Online), http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-together-html (4 Januari 2009) Russefendi, (1991) Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung : Tarsito. Sardiman, (1986).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : CV. Rajawali Sudijono, H (2001) Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada Suhena, E (2001) Pembelajaran Keterampilan Proses Matematika Melalui Belajar Kooperatif. Tesis Pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Xpresiriau,(Online) http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pembelajaran-konvensional (27 Oktober 2010) Yusuf, M (2003) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, dalam pengertian sebagai upaya sadar untuk membina dan mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya

Metode Pembelajaran Keterampilan

February 02, 2013
A. Metode Pembelajaran Keterampilan

1. Metode Eja

Pembelajaran dan menulis permulaan dengan metodenya ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huru-huruf secara alfabetis. Huruf – huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagi (a), (be), (ce), (de), (e), (ef), dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, tahapan untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenal misalnya :

B, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja/ be-a / (ba)

d-u du (dibaca atau dieja/ de-u / (du)

ba-du  dilafalkan  badu

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah bisa menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambilah kata ‘badu’ tadi, selanjutnya anak diminta menulis seperti ini : ba-du badu. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti kaedah-kaedah yang ditentukan.

Demikianlah halnya dengan pengajaran menulis dimulai dari huruf lepas, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

• Menulis huruf lepas

• Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata

• Merangkaikan suku kata menjadi kata

• Menyusun kata menjadi kalimat.

2. Metode Bunyi

Proses pembelajaran membaca pada metode bunyi ini berasal dari pertama atau pemula dari kata yang ia dengar, melalui proses pelatihan. Prinsip dasar dari proses pembelajarannya tidak jauh dengan metode eja/ abjad.

3. Metode Suku Kata

Proses pembelajaran menulis metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti : ba, bi, bu, be, bo / ca, ci, cu, ce, co, / da, di, du, de, do / ka, ki, ku, ke, ko dan seterusnya. Duku suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi panduan suku kata menjadi kata bermakna, untuk bahan ajaran membaca, menulis permulaan.

4. Metode Kata

Proses pembelajaran menulis seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh proses pembelajaran menulis permulaan diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu.

5. Metode Global

Metode ini sering dikatakan dengan metode kalimat. Dikatakan demikian karena alur proses pembelajaran membaca, menulis permulaan yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Sebagai contoh : memperkenalkan gambar, mengurangi salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf.

6. Metode Struktural Analitik Sintetik

Metode ini merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran menulis bagi siswa pemula. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.

7. Metode Kata Lambang

Metode kata lembaga dimulai mengajar dengan langkah - langkah sebagai berikut:

1) Mengenalkan kata

2) Merangkaikan kata antar suku kata

3) Mengurakan suku kata atas huruf-hurufnya

4) Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996 : 5)

8. Metode SAS

Menurut (Supriyadi, 1996 : 334 – 335) penegrtian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya, terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak, 1996 : 8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelakasanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut :

 Struktur yaitu menampilkan keseluruhan

 Analitik yaitu melakukan proses penguraian

 Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktural semula.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis

Langkah-langkah kegiatan menulis terbagi kedalam dua kelompok, yakni :

a. Pengenalan huruf

Kegiatan ini dilakkan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar.

b. Latihan

Ada beberapa bentuk latihan menulis yang dapat kita lakukan seperti :

 Latihan memegang pensil dan duduk sikap dan posisi yang benar

 Latihan gerakan tangan

 Latihan mengeblat

 Latihan menatap bentuk tulisan

 Latihan menulis halus indah

 Latihan dikte

 Latihan melengkapi tulisan

C. Pendekatan Pembelajaran Menulis

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi :

a. Pendekatan Komunikatif

pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran, pendekatan komunikatif tampak pada pembelajaran, misalnya mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan.

b. Pendekatan Integratif

pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran.

c. Pendekatan Keterampilan Proses

pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterprestasi, dan mengkomunikasikan.

d. Pendekatan Tematis

Pendekatan Tematis, menekankan tema pembelajaran sebagai pemandu dalam pembelajaran, pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misalnya menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan. Dalam metode tematis, semua komponen materi pembelajaran di integrasikan kedalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan yang harus dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

D. Metode Kontruktivistik

Asumsi sentral metode kontruktivistik adalah belajar itu menemukan artinya meskipun guru menyampaiakn sesuatu kepada siswa. Mereaka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi tersebut kedalam pemahaman mereka.

E. Metode - Metode Membaca Pemulaan

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpiih secara baik untuk mencapai suatu maksud. Cara mengajar (KKB, 1984 : 649) sedang yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas satu dengan tujuan agara siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna mengahadapi kelas berikutnya.

dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat digunakan antara lain :

 Metode Abjad

 Metode Bunyi

 Metode Kupas Rangkai Suku Kata

 Metode Kata Lembaga

 Metode Global

 Metodek Struktural Analitik Sisteksis (SAS)

F. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya :

a. Metode abjad : bo-bo-bobo

la-ri- lari

metode bunyi : na-na-nana

lu-pa-lupa

b. Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga

Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan, misalnya :

Metode kupas rangkai suku kata : ma ta-ma ta

pa pa-pa pa

Metode lembaga : bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola

c. Metode Global

Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna dari ada jumlah bagian-bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.

d. Metode SAS

Metode ini dibagai menjadi 2 tahap, yaitu (1) tanpa buku (2) menggunakan buku. Mengenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara yaitu :

1. Tahap Tanpa Buku, dengan Cara :

 merekam bahasa siswa

 menampilkan gambar sambil bercerita

 membaca gambar

 membaca gambar dengan kartu kalimat

 membaca kalimat secara struktural (S)

 Proses Analitik (A)

 Proses Sintetik (S)

2. Tahap dengan Buku, dengan Cara :

 membaca buku pelajaran

 membaca majalah bergambar

 membaca bacaan yang disusun oleh siswa guru dan siswa.

 membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok

 membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual

Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah :

 Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.

 Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.

 Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri

 Kelemahan metode SAS, yaitu kurang praktis
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929