loading...

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK PAKAN

May 11, 2018
loading...
TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK PAKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt karena dengan rahmat dan karunianya kami dapat mengerjakan dan menyusun laporan-laporan mingguan dalam praktikum teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan Sejalan dengan itu semua, dengan segala kemampuan yang ada penulis berusaha di dalam penyusunan laporan ini agar mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Dengan demikian jika para pembaca menjumpai susunan kata-kata yang kurang baik, atau menjumpai hal-hal yang tidak berkenan dihati, seperti di dalam bahasa yang kurang tepat, sudihlah kiranya memberikan teguran positif. Insya Allah dengan teguran dan pembentukan dari pembaca, laporan ini akan lebih sempurna.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kapada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kepada para pembaca yang telah memberi teguran penulis ucapkan terima kasih semogga Allah akan memberikan pahala yang setimpal. Amien.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III MATERI DAN METODA 5
2.1 Tempat dan Waktu 5
2.2 Materi 6
2.3 Metoda 7
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 8
3.1.feed complit blok 8
3.2. amoniasi 9
3.3.mineral blok 10
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan 12
4.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel.1. hasil analisis fisik feed complit blok .. 8
Tabel 2. Hasil analisis feed komplit blok 8
Tabel 3.hasil analisis amoniasi 9
Tabel 4.hasil analisis mineral blok 11


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hijauan merupakan pakan utama dari ternak ruminansia ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional, lahan kosong yang mempunyai jenis hijauan beragam baik secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan lahan tandus. Wafer merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dalam bentuk fisik yang kompak dan ringkas (Trisyulianti et al., 2003). Wafer merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam (ASAE, 1994). Penggunaan bahan perekat pada wafer ransum komplit dapat mempertahankan sifat fisik wafer mulai dariproduksi hingga ke tingkat konsumen. Wafer pakan komplit dapat terjaga kualitasnya bila disimpan dengan pengemasan yang baik. Pakan yang diolah tidak akan awet apabila tidak dilakukan penanganan lanjut.Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetankarena dapat memperpanjang umur simpan pakan dan tidak menurunkan kualitas.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu penyediaan pakan harus diusahakan dengan biaya murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Reksohadiprodjo,( 1984 Bagas tebu merupakan sisa penggilingan tebu baik oleh pabrik ataupun usaha tradisional rakyat. Dari total jumlah tebu yang digiling akan menghasilkan bagas tebu sekitar 30 – 35 % .
Amoniasi adalah proses fermentasi yang menggunakan urea, tujuan untuk meningkatkan daya cerna, meningkatkan kadar protein dan menurunkan serat kasar.Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan bagas tebu sebagai pakan ternak ruminansia adalah rendahnya nilai kecernaan sebagai akibat tingginya kandungan lignin. Proses amoniasi bagas tebu dengan urea diharapkan dapat memperbaiki kualitas bahan pakan yang diberikan kepada ternak. Sutardi dkk. (1993) menyatakan bahwa proses amoniasi akan memutuskan ikatan ligno sellulosa dan ligno hemisellulosa dalam rangkaian sellulosa, sehingga sel-sel memuai dan terbuka dan pada akhirnya memudahkan bakteri masuk ke dalam sel atau jaringan

1.2 tujuan
untuk menyediakan pakan suplemen mineral dan nitrogen yang murah bagi ternak ruminansia dan agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pebuatan lamtoro mineral blok,untuk memanfaatkan kelebihan produksi pada musim tertentu yang nantinya dapat digunakan pada saat hijauan berkurang dan agara praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan silase dan untuk mengurangi keambaan pakan dengan memanfaatkan limbah dan diharpak dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau

1.3 Manfaat
Manfaat dari dilaksanaknya praktikum teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan feed complet blok (fcb), cara pembuatan silase, dan cara pembuatan wafer serta praktikan dapat mengetahui cara analisis proksimat.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Faharuddin, 2014) yang menyatakan bahwa penurunan kadar abu mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kandungan bahan organik substrat, bahan organik mengandung zat-zat makanan yang cukup penting seperti protein lemak dan karbohidrat serta vitamin oleh karena itu kehilangan bahan organik berarti juga akan kehilangan zat nutrient yang cukup penting.
Heller (2009) peningkatan tersebut diduga karena perlakuan tersebut ditambah urea 10%,urea merupakan sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya kandungan protein kasar.
Jayusmar (2000) menyatakan,faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan.
wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak.
Jayusmar (2000) wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak
Miasari, (2004)..Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan .
Nurul, (2012) bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat (Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti) dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia.
Reksohadiprodjo,( 1984 Bagas tebu merupakan sisa penggilingan tebu baik oleh pabrik ataupun usaha tradisional rakyat. Dari total jumlah tebu yang digiling akan menghasilkan bagas tebu sekitar 30 – 35 % .
Sutardi dkk( 1993)menyatakan bahwa proses amoniasi akan memutuskan ikatan ligno sellulosa dan ligno hemisellulosa dalam rangkaian sellulosa, sehingga sel-sel memuai dan terbuka dan pada akhirnya memudahkan bakteri masuk ke dalam sel atau jaringan.
Surono dkk., (2006). peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana.
Surono dkk (2006) Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat.
Santoso dkk.,( 2008)bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.
Trisyulianti et al,( 2003).Wafer merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dalam bentuk fisik yang kompak dan ringkas
Winarno (1992), Wafer kecoklatan pada wafer di sebabkan oleh reaksi browning terjadi akibat adanya reaksi browning secara non enzimatis. Dari segi aroma berubah drastis pada hari ke-9 yakni dari bau molases menjadi tengik karena sudah adanya jamur yang disebabkan (karamelisasi dan maillard) menyebabkan wafer ber aroma molases
winarno,(1992). molases merupakan sukro sayang jika diuapkan sampai seluruh air menguap akan terjadi karamelisasi, sedangkan reaksi maillard terjadi apabila adanya reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer .
Wolayan, 1998; Christiyanto,( 1998) Proses amoniasi akan melemahkan ikatan lignoselulosa bagas tebu serta fermentasi telah terbukti dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar protein kasar
Wolayan 1998; Christiyanto, (1998).kandungan serat kasar mengalami penurunan karena teknik amoniasi dengan menggunakan urea sebagai sumber NPN dapat menghancurkan ikatan- Mikroba yang sering digunakan sebagai agen fermentasi limbah yang mengandung serat kasar tinggi adalah kapang Trichoderma viride. Kapang tersebut akan menghasilkan enzim untuk mencerna serat kasar .
































BAB III
MATERI DAN METODA
2.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini bertempat di laboratorium gedung C Fakultas Peternakan. dilaksanakan pada hari jum,at febuari sampai 20 maret 2018 pukul 13.00 wib sampai dengan selesai.

2.2.MATERI
Dalam praktikum ini alat yang digunakan dalam pembuatan wafer adalah mesin copper (pencacah rumput), terpal, paralon, triplek, botol kaca,semen,jerami jagung,padi,bagas tebu,mineral mix,molases,urea,air,dedak halus,bungkil kelapa,rumput lapang, Dan alat yang digunakan untuk analisis nya cawan porselen, eksikator, oven 1050C , neraca analitik, pennjempit, desikator, tanur, pembakar buzen, labu destruksi, labu destilasi, destilator, pemanas listrik, labu erlnmayer, biuret, corong, pipet, gelas ukur, batu didih, kertas saring, pompa vakum, dan corong buchner.

2.3.METODA
Cara kerja untuk pembuatan feed komplit blok (fcb) berbasis rumput lapang dicacah dengan ukuran 3-5cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran. Rumput yang sudah kering kemudian digiling. Bahan harus halus semua campurkan urea, mineral mix dan bungkil kelapa homogenkan, lalu tambahkan dedak halus dan rumput lapang lalu jagung halus dan ratakan dengan molases, tambahkan sedikit air dengan adonan tepung, lalu cetak dan keringkan. Setelah kering lalu dianalisis secara proksimat dengan metode AOAC.
cara kerja untuk pembuatan amoniasi yaitu timbang bahan yang akan digunakan sesuai kebutuhan. Persiapkan larutan urea dan air sesuai perbandingan yang sudah ditentukan. Bahan yang sudah ditimbang, dibasahi (diciprati) dengan larutan urea. Setelah merata, bahan dibagi menjadi tiga bagian yang sama. Kemudian masing-masing bagian dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat hingga kedap udara. Kemudian timbang kembali bahan dalam kantomg plastik (berat awal). Setelah ditimbang, bahan kemudian disimpan di suhu ruang selama 3 minggu. Setelah 3 minggu bahan ditimbang kembali (berat akhir) dan produk amoniasi siap untuk dianalisis kimia (proksimat).
Cara kerja pembuatan mineral blok yaitu Sedangkan cara kerja untuk pembuatan wafer,limbah pertanian dicuci bersih lalu dicacah dengan ukuran 3-5cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta mempermudah dalam pencampuran dengan bahan perekat. Limbah pertanian yang sudah dicacah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 24 jam. Leguminosa yang sudah kering kemudian digiling. Limbah pertanian yang sudah kering dicampur dengan bahan perekat dan konsentrat lalu diaduk hingga homogen. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah disiapkan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan,setelah itu sampel dimasukan kedalam oven selama 18 jam ,dan setelah itu di uji perlakuan fisik.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. feed komplit blok
Analisis fisik dari hari k-3 sampai ke-9 diperoleh hasil yang beragam seperti pada perubahan-perubahan yang tidak terlalu signifikan. Banyak hal yang mempengaruhi hasil pengamatan antara lain panca indra yang di gunakan oleh masing-masing pengamat berbeda. Hasil nyatanya sebagai berikut.
Tabel.1 hasil analisis fisik feed komplit block
Parameter Hari ke-
3 6 9
Warna Hijau Coklat krem Coklat lumutan
Aroma Molaes molases Tengik

Tekstur renyah padat Lembut
Kerapa tan Bagus Bagus Kuat
Bentuk fisik Padat padat Padat
Apabila kerapatan konsisten pada standar bagus dan kuat maka teksturpun mengikuti yakni renyah menjadi lembut hal ini baik untuk cara pengonsumsian pada ternak ruminansia.Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan. Miasari,( 2004). Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan.
Tabel.2 hasil analisis fisik feed komplit block

Parameter Hari ke-
3 6 9
Warna Hijau Coklat krem Coklat lumutan
Aroma Molaes molases Tengik

Tekstur renyah padat Lembut
Kerapa tan Bagus Bagus Kuat
Bentuk fisik Padat padat Padat

Pada hasil tabel diatas, dari tiga perlakuan dapat dilihat bahwa warna terus berubah dari hiaju menjadi coklat. hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1992), bahwa Wafer kecoklatan pada wafer di sebabkan oleh reaksi browning terjadi akibat adanya reaksi browning secara non enzimatis. Dari segi aroma berubah drastis pada hari ke-9 yakni dari bau molases menjadi tengik karena sudah adanya jamur yang disebabkan (karamelisasi dan maillard) menyebabkan wafer ber aroma molases.. Bentuk fisik wafer akan mempengaruhi transportasi dan lama penyimpanan menurut Jayusmar (2000) wafer dengan kerapatan rendah hanya bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja dan kerapatan wafer komplit dapat mempengaruhi tingat palatabilitas terhadap ternak. Secara umum warna wafer yang di hasilkan adalah terlihat cokelat kehijauan karena banyak mengandung rumput lapang sebesar 20%Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan
3.2.Amoniasi
Tabel 3. Hasil analisis amoniasi bagase tebu

Perlakuan K.Air (%) Abu (%) PK (%) SK (%)
P0 6 5,3 3,5 18
P1 13,33 9 7 12,3
P2 15 5 12,25 11
P3 17,67 3,67 14,88 10
P4 24,33 2,67 16,63 8,67

Ket: P0 = Bagase tebu sebelum amoniasi tanpa urea ;P1= Bagase tebu + urea 4% ;P2=6% ;P3= 8% ;P4=10%. Semakin tinggi persen urea, maka kadar air nya pun meningkat. Terlihat p2 mengalami peningkatan 1,67% dibandingkan p1, pada p4 mengalami peningkatan yang paling tinggi yaitu 6,67% dari p3. menurut (Surono dkk 2006) menyatakan bahwa Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. (Surono dkk., 2006). Pada protein didapatan bahwa p4 lebih tinggi dibanding p3,p2,p1 dan po dimana p4 lebih tinggi 2,75 dari p3. Berdasarkan tabel 2 diatas kandungan protein tertinggi adalah p4 yaitu 16,63. Menurut pendapat Heller (2009) peningkatan tersebut diduga karena perlakuan tersebut ditambah urea 10%,urea merupakan sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya kandungan protein kasar. hal ini sesuai dengan pendapat Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat (Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti) dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih lanjut Santoso dkk., (2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.Menurut pendapat (Wolayan, 1998; Christiyanto, 1998) Proses amoniasi akan melemahkan ikatan lignoselulosa bagas tebu serta fermentasi telah terbukti dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar protein kasar. Namun hasil analisis yang didapatkan sesuai dengan pendapat (Faharuddin, 2014) yang menyatakan bahwa penurunan kadar abu mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kandungan bahan organik substrat, bahan organik mengandung zat-zat makanan yang cukup penting seperti protein lemak dan karbohidrat serta vitamin oleh karena itu kehilangan bahan organik berarti juga akan kehilangan zat nutrient yang cukup penting.
3.3Mineral blok
Mineral merupakan zat makanan yang berperan penting pada berbagai proses fisiologis dalam tubuh ternak dan mempengaruhi efisiensi produksi.Kebutuhan mineral pada ternak ruminansia tidak hanya untuk mencukupikebutuhan pokok ternak sendiri tetapi juga dibutuhkan oleh mikroba didalamrumen. Widyhari dkk,( 2015) Mineral dalam rumen digunakan untuk aktivitas pembentukan sel,aktivitas selulolitik dan pertumbuhan mikroba. Mineral juga berguna dalammengatur tekanan osmotik, sebagai larutan penyangga, sebagai potensi reduksidan mengatur laju kelarutan didalam rumen. Salah satu faktor yang memengaruhikualitas semen adalah pemberian ransum dengan nilai nutrisi yang baik. Salahsatu mineral yang harus ada dalam ransum untuk meningkatkan reproduksinyadan mampu mengatasi infertilitas adalah mineral Zn.
Tabel 5. Analisis fisik mineral blok calopogonium
Parameter Hasil
Warna Hijau kehitaman
Aroma Khas molases dn daun calopo
Tekstur Padat dan Keras
Kondisi Fisik Bundar, padat, keras dan utuh
Ketahanan Benturan Sangat tahan benturan

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa bentuk fisik mineral blok; Warna berdasarkan hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat yaitu menggunakan daun sengon, Warna yang didapati adalah warna hijau kehitaman, hal ini disebabkan oleh pigmen hijau yang berasal dari daun sengon itu sendiri ,Bau bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, terdapat aroma atau bau yang menyengat,Tekstur bardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun sengon, teksturnya adalah keras sehingga sulit untuk dihancurka ,KetahananBardasaran hasil praktikum lamtoro mineral blok yang di buat menggunakan daun colopogonium. Menurut Jayusmar (2000), faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah jenis bahan baku dan pemadatan hamparan pada mesin pengempaan. Miasari,( 2004). Besarnya variasi kerapatan di sebabkan oleh penyabaran bahan pada saat di lakukan pencetakan yang tidak merata, selain itu ukuran partikel bahan yang berbeda juga mempengaruhi nilai kerapatan.






BAB V
PENUTUP
5.1.kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dari penelitian ini adalah wafer rumput lapang dengan perekat molases dapat dipertahankan selama sembilan hari penyimpanan dengan kandungan serat kasar, protein kasar, kadar air dan kadar abu masing masing yaitu 13%, 7.18%, 19.75% dan 5.3%. Pada analisis fisik di dapatkan bahwa wafer rumput lapang selama penyimpanan 9 hari masih memiliki bentuk fisik bulat, tekstur renyah, aroma molases menjadi tengik dan kerapatan yang tinggi. Penggunaan urea pada proses amoniasi sangat tepat membantu meningkatkan kualitas bagase tebu dari limbah menjadi pakan alternatif yang dapat menekan biaya produksi. Perlakuan 4 yang menggunakan amoniasi 10% sangat baik karena pk nya tinggi dan Sk nya redah.

5.1 saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akam cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti.



DAFTAR PUSTAKA
AOAC (Association of Official AnalyticalChemists). 1990. Official Methods of Analysis of Assosiaciation of Official Analytical Chemists. AOAC Inc,Washington DC.1141 Gaman, P. M. dan Sherrington, K.B. 1994. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Miasari (2004) Biochemical, Functional and Nutritive Changes During Storage. In : C. M. Christensen (ed). Storage of Cereal Chemist, St. Paul, Minnesota.
Faharuddin.2014.Analisis Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik Dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu (Saccharum Officinarum L.) Yang Difermentasi Dengan Urea, Molases Dan Kalsium Karbonat. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar 2014.
Nurul, A., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., dan Lebdosoekojo, S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
Santoso, B., B. T. Hariadi, Alimuddin dan D. Y. Seseray. 2008. Kualitas Fermentasi dan Nilai Nutrisi Silase Berbasis Sisa Tanaman Padi yang Diensilase dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat Epifit. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Surono. Soejono. M dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering Dan Bahan Organik Silase Rumput Gajah Pada Umur Potong Dan Level Aditif Yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP-Deptan Vol 2:91-103. Bogor.
Supriyati, T. Haryati, T. Purwadaria dan I.P. Kompiang. 1996. Pengaruh jenis kemasan, suhu ruang dan lama penyimpanan limbah sagu terfermentasi terhadap kualitas nutrisi. Pros. Temu Ilmiah Hasil-hasil Penelitian Peternakan. Bogor, 9 – 11 Januari 1996.
Trisyulianti, E., Suryahadi & V.N. Rakhma.2003. Pengaruh penggunaan molases dantepung gaplek sebagai bahan perekatterhadap sifat fisik wafer ransumkomplit. Med.Pet. 26: 35
Wolayan, F.R. 1998. Pengaruh Fermentasi Bungkil Kelapa Menggunakan Trichoderma viride terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Protein pada

LAMPIRAN

HASIL ANALISI FCB HARI KE 3

KADAR AIR =(C+D) )/D 100 %
((18,54+3)/3) -20,90 X 100 =21,3 %

PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
((22,85-21,8)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3 =9,18 %
KADAR ABU = (H-F X 100%)/6
(18,70-18,54 X 100 %)/3=5,3 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
(22,34-21,09-1,01 X 100%)/1 =24 %

ANALISIS HARI KE 6

KADAR AIR (%) =(C+D) )/D 100 %
((29,70+3)-32,12)/3 X 100%=19,33

PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
((23,92-22,89)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3=9,01 %
KADAR ABU =(H-F X 100%)/6
(29,88-29,70 X 100 %)/3= 6 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
(20,08-18,89-0,88 X 100%)/1 =31 %
ANALISI HARI KE 9

KADAR AIR =((C+D) )/D 100 %
=((26,54+3)/3) -29,36 X 100 =19,75 %


PROTEIN KASAR (%) = ((k-j) x norm x 0,014 x6,25x 100%)/i
= ((23,92-23,1)-0,3 x 0,014 x 6,25 x 100 %)/0,3 =19,75%

KADAR ABU =(H-F X 100%)/6
= (26,70-26,54 X 100 % )/3=5,3 %

SERAT KASAR =(Q-R-O X 100%)/P
=(25,51-24,34-1,04 X 100%)/1 =13 %
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929