loading...

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik

October 31, 2013
loading...
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, puji sykur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena atas berkahnya kami dapat menyelesaikan makalah ”BAHASA INDONESIA” makalah ini berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh pihak tertentu yang insyaallah memuat materi pendidikan. Saya harap kiranya makalah ini mendapat perhatian yang baik dikalangan mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah “Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik”. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotifasi dalam ember inspirasi atas kelancaran penulisan makalah ini dan saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu kami mohon kerja sama dari kalangan pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Jambi…..Oktober 2013   BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar. Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang “Berbahasa Yang Baik Dan Benar” B.Rumusan Masalah a. Apakah pengertian bahasa indonesia yang baik dan benar? b. Pengertian bahasa indonesia baku? c. Pengertian bahasa indonesia tidak baku? d. Ciri-ciri bahasa indonesia baku? BAB II PEMBAHASAN 1. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 1.1 Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian pertama berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan dengan soal keserasian atau kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai. Pengertian kedua berkaitan dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau betul di sini berhubungan dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati kaidah tata bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandardisasikan berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah diterima berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada praktik pelajaran bahasa indonesia. Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan hal-hal aneh, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar tetapi tidak baik penerapannya karena suasana mensyarakat yang memiliki ragam bahasa. 2. Bahasa Indonesia Baku 2.1 Pengertian Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam, tiap-tiap ragam itu memiliki kekhasan. Akan tetapi, dari berbagai ragam itu masih dapat dikenali dan dimengerti sebagai bahasa Indonesia karena masing-masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu pada salah satu ragam yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap sebagai patokan inilah yang dijadikan tolok ukur perbandingan bagi pemakaian ragam yang lain. Dengan adanya tolok ini orang dapat mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar dan mana yang tidak benar. Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai tolok semacam itu disebut dengan bahasa baku atau bahasa standar. Dengan demikian, bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai tolok bandingan bagi pemakaian ragam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi. Bahsa Indonesia baku dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut: 1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya. 2. Untuk wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran pekerjaan, karya ilmiah,dan sebagainya. 3. Pembicaraan di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah, pengajaran di sekolah,dan sebagainya. 4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati misalnya guru, pejabat pemerintahan, atasan, atau orang yang belum atau baru saja dikenal. 2.2 Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu: 1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. 2. Bersifat kecendekiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. 3. Keseragaman. Di sini, istilah "baku" dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragaman bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa. 3. Bahasa Indonesia Tidak Baku 3.1 Pengertian Menurut Suharianto Bahasa tidak Baku (nonstandar) adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakain bahasa tidak resmi.Bahasa Indonesia. Bahasa tidak baku juga dapat diartikan sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus. Contoh kata baku dan tidak baku dalam bahasa indonesia : Baku Tidak baku Karena Karna Isteri Istri Ibu Nyokap Negeri Negri Terampil Trampil Ijazah Ijasah Saya Gue Kamu Elo 3.2 Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia. Pemilihan kata dalam rangka penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca. Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu dapat dirinci sebagai berikut: Kesalahan struktur 1. Kalimat aktif tanpa subjek. Contoh: • Menurut ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berakhir jika hukum ditegakkan. (salah) • Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir jika hukum ditegakkan. (benar) 2. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Contoh: • Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah) • Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar) 3. Tanpa unsur predikat menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek. Contoh: • Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah) • Dokter bekerja di rumah sakit. (benar) 4. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan. Contoh: • Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah) • Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar) 5. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat. Contoh: • Ia rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah) • Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar) 6. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat. Contoh: • Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah) • Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar) 7. Salah urutan. Contoh: • Majalah itu saya baca. (salah) • Saya sudah membaca majalah itu. (benar) Kesalahan diksi 1. Diksi kalimat salah jika : a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar- supaya,adalah -merupakam, bagi- untuk, demi- untuk, naik- ke atas, turun- ke bawah, dan lain-lain.Contoh: • Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (salah) • Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (benar) b. Menggunakan kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.Contoh: • Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (salah) • Desa tempat kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota. (benar) c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melaikan juga.Contoh: • Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah) • Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar) d. Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic yang tidak sesuai. Misalnya: Benar Salah Bergantung kepada/pada Tergantung dari Tergantung dari pada Bergantung dari Berbeda dengan Berbeda dari/ daripada Disebabkan oleh Disebabkan karena Hormat akan/kepada/terhadap Hormat atas/sama Berdasar pada/kepada Berdasarkan atas/pada kepada (berdasarkan) Terdiri atas (dari) terdiri Sesuai dengan sesuai Contoh: • Model pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah) • Model pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar) e. Penempatan numeralia distrubituf Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif. Kata setiap atau tiap-tiap memiliki arti yang sangat mirip dengan kata masing-masing. Perbedaannya adalah kata masing-masing berdiri sendiri tanpa nomina, sedangkan kata setiap dan tiap-tiap tidak bisa berdiri sendiri tanpa nomina. Contoh: • Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah) • Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar) 2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun) a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya. b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat saya… sebaiknya menggunakan data menunjukkan bahwa… penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa… c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya. d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi. e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak). Kesalahan ejaan Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan. Jenis kesalahan ejaan: 1. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal, 2. Pemenggalan kata, 3. Penulisan kata baku, 4. Penulisan unsure serapan 5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring, 6. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, dan lain-lain 7. Penulisan kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan langsung, kutipan tidak langsung, 8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi 9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah, jurnal, 10. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian, 11. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.   BAB III PENUTUP Kesimpulan Dalam urainan diatas dapat dismpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang dalam penggunaan nya sesuai dengan kaidah tata bahasa.Kaidah bahasa yaitu kaidah bahasa Indonesia baku atau yang danggap baku. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia dianjurkan menggunakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi resmi maupun kehidupan sehari-hari.Namun masih minim nya pengetahuan tentang bagaiman bahsa Indonesia yang baik dan benar,sehingga masih banyak yang tidak menggunakan nya secara tidak tepat.   DAFTAR PUSTAKA Ening Herniti dkk.2005.Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Pokja Akademik UIN sunan kalijaga Yogyakarta. Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929