loading...

Makalah Ilmu Tashawuf

January 23, 2013
loading...
MAKALAH ILMU TASHAWUF

DASAR-DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH TIMBULNYA TASHAWUF

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyususn makalah ini, menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kesalahan. Itu semua bukan unsur kesengajaan kami, tetapi di karenakan kurangnya ilmu pengetahuan kami dalam menyususn makalah ini.

Untuk itu kami meminta maaf kepada seluruh pembaca, saran dan kritik dair semua pihak yang bersifat membangun dan demi perbaikan di masa yang akan datang sangat dibutuhkan.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I SEJARAH TIMBULNYA TASHAWUF 1

1. Beberapa Pendpat ahli Shufi tentang tashauf. 3

2. Dasar Ilmu Tashauf 5

BAB I

SEJARAH TIMBULNYA TASHAWUF

Sebelum habis Abad kedua Hijriah, mulailah terdengar kata-kata “Tasawuf”.

Menurut penyelidikan yang seksama, ahli kebatinan yang mula sekali digelari orang “Shufi” ialah Abu hasyim dari Kaufah yang meninggal dunia pada tahun 150 H. (761 M). Kehidupan sehari-hari Abu Hasyim memang mencontoh kesederhanaan Nabi dan sahabat-sahabatnya, tidak mempedulikan ikatan-ikatan kemegahan dan kemewahan duniawi, yang batasnya tidak ada, kecuali di dalam hati sendiri itu.

Berbagai-bagailah pendapat kalimat Tasawuf itu, ahli-ahli penyelidik bangsa Eropa pun kurang giatnya menyelidiki itu. Bahkan konon, penyelidikannya atas cabang-cabang ilmu keislaman, melebihi daripada penyeldikannya ats cabang-cabang ilmu keislaman yang lain.

Ada yang berkata bahwasanya kalimat Tashawuf itu diambil dari Shafw, artinya bersih, atau shafaa, artinya bersih juga.

Dan ada juga yang berpendapat bahwasanya kalimat ini diambil dari “Shuffah”, yaitu suatu kamar di samping masjid rasulullah di Madinah, yang disediakan buat sahabat-sahabat nabi yang miskin, orang yang mampu dalam kota Madinah. Banyaklah sahabat utama yang pernah tinggal di tempat itu, sebagai Abu dardak, Abu Zarr, Abu Hurairah dan lain-lain.

Dan ada juga yang berpendapat bahwasanya kalimat ini diambil dari "Shuffah", yaitu suatu kamar di samping mesjid Rasulullah di Madinah, yang disediakan buat sahabat-sahabat nabi yang miskin, tetapi kuat imannya, yang makan minum mereka ditanggung oleh orang orang yang mampu dalam kota Madinah. Banyaklah sahabat utama yang pernah ting,gal di tempat itu, sebagai Abu Dardak, Abu Zarr, Abu Hurairah dan lain-lain.

Ada juga yang mengambil sandaran kalimat ini dari "Shaff yaitu baris-barisan shaf seketika sembahyang. Sebab orang-orang yang kuat imannya dan murni kebatinannya itu, biasanya sembahyang memi. lih shai yang pertama.

Ada pula yang mengambil sandarannya dari kalimat "Shau fanah" yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu-bulu yang banyak tumbuh di padang pasir Tanah Arab. Sebab pakaian kaum Shufi itu berbulu-bulu sebagai buah itu pula.

Tetapi penyelidik-penyelidik Barat sebagai Von Harmer mengeluarkan pendapat yang lebih baru dari ambilan logat itu. Kata mereka, kalimat Tasauf itu diambil dari dua kata Yunani, yaitu theo dan sofos. Theo artinya Tuhan, Sofos artinya Hikmat. Jadi "Hikmat ke¬tuhanan" (AI-Hikmatul Ilahiyah). Sebab kata mereka sebagai buah¬buah fikiran yang telah kita terangkan panjang lebar di atas tadi, banyak sekali pengaruh Filsafat Yunani, terutama Neo Platonisme mempenga-ruhi jalan fikiran Alam Islami. Jadi kalimat itu bukanlah ash bahasa Arab, melainkan bahasa Yunani yang telah di Arabkan.

Sandaran-sandaran logat ini tidaklah ada yang kena. Yakni kalau sekiranya hendak kita pakai kias aturan saraf (tata-bahasa) Arab. Kalau sekiranya kita katakan ambilannya Shafw, hendaklah penisbahannya dikatakan Shuffah, hendaklah nisbahannya Suffi, dengan tasydid (dua f). Lebih-lebih lagi jika dikatakan ambilannya dari Shuffanah, tentu nisbahannya bukan Shuf, akan tetapi Shufani.

Cepat-cepat menyatakan bahwa asal kata itu dari bahasa Yunani yang wliarabkan, yaitu gabungan kalimat "Theo" dan "Sofos", bertambah jauh lagi. Sebab, sebelum kembang Emu Pengetahuan Yunani dalam kalangan bangsa Arab di zaman AI-Ma'mun, Abu Hasyim yang meninggal di tahun 150H. (761 m), telah digelari orang Shufi. Al-Kindi seorang Failasoof Yunani, buah tangan Plato, Aristoteles dan ajaran Neo-Platonisme, tentu saja lebih patut digelari orang "Shufi",kalau sekiranya kata-kata ini diambil dari bahasa Yunani.

Dan Abu Hasyim lebih dahulu terkenah dengan gelar "Shufi"nya, daripada Al-Kindi dengan gelar "Filosof Arab"-nya.

Oleh karena itu, maka kebiasaan yang pertama memberikan gelar Shufi, dan ilmunya Ilmu Tasauf; kepada mereka yang telah menyediakan hidupnya bagi kepentingan kerohanian dan kemumian batin, dengan pakaian mereka yang kebanyakan terbuat daripada bulu kasar, belumlah dapat dijatuhkan oleh teori yang lain, sampai sekarang ini. Dan lebih tepat jugalah jika Shufi itu dibangsakan kepada orang-orang yang memakai baju kasar daripada bulu itu (Shufi), Dan kalimat Tasauf tetaplah sebagai suatu pengambilan bahasa yang disebut dalam ilmu saraf "babtafa'-ul ", yang memfaedahkan bagi Shairurah.

1. Beberapa Pendapat ahli Shufi tentang tashauf.

Tashawwafa, yatashawwafu, tasshawwufan. Tashawwafa'al rajulu. (Seorang laki-laki telah mentasauf, artinya telah berpindah halnya dari pada kehidupan biasa kepada kehidupan Shufi).

Sebagaimana di dalam tiap-tiap cabang pengetahuan, ahlinya memberi batas (istilah) suatu kata-kata di dalam batasnya yang tentu maka 'dalam kalangan ilmu 'Tasauf pun demikian halnya. Kaum Shufi telah memberikan beberapa kaidah yang mereka pilih sendiri tentang maksud yang terkandung dalam kalimat Tasauf itu.

Berkata Basyr bin AI-harits, Al-Hafi (*) memberi arti, tentang Tasauf itu:

"Ash-Shufi man shafaa qalbuhu lil Lahi". (Seorang Shufi ialah yang telah bersih hatinya, semata-mata buat- Allah).

Bardar bin A1-Husain, berkata: "Shufi ialah orang yang telah memilih Al-Haq (Allah) semata-mata untuk dirinya, dan dari dirinya sehingga dibersihkannya, dan tidak mendorongnya bekerja memaksa. maksa dan membuat-buat dengan hanya semata mata da'wa".

Abu 'Ali'A1-Ruzbari, berkata: "Seorang Shuti ialah yang memakai kain Shuf untuk membersihkan jiwa, memberi makan hawanya dengan kepahitan, meletakkan dunia di bawah tempat duduk, dan berjalar (suluk) menurut contoh Rasul Mustafa."

Shal bin Abdullah AI-724rturi, berkata: "Orang Shufi ialah yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan fikiran, putus dengan manusia karena menuju Allah, dan, sama baginya harga emas dengan harga pasir".

Ma'ruf Al-Karakhi : "Tasauf ialah mengambil hakikat, asa dari apa yang ada dalam tangan sesama makhluk".

Abu Muhmnmad AI-Jurairai: "Tasauf ialah masuk menurut contoh yang ditinggalkan Nabi, dan keluar yang rendah".

Ruaim, berkata: 'Tasauf ditegakkan atas tiga perangai. Berpegang teguh dengan kefakiran, membuktikan kesanggupan berkurban dan meniadakan diri, meninggalkan banyak kepentingan dan banyak pilihan".

Junald, berkata : "Tasauf ialah ingat kepada Tuhan walaupun; dalam beramai-ramai, rindu kepada Tuhan dan sudi mendengarkan,' dan beramat dalam lingkungan mengikuti contoh yang ditinggalkan?'' Rasul".

Alangkah jauhnya simpang jalan yang kita pilih dengan yang mere.ka pilih. Kita hendak mengupasnya dari segi Ilmu Pengetahuan, mencari asal-usul pengambilan bahasa yang mereka pakai, sandaran logatnya: Tetapi bagi mereka bukanlah itu yang penting. Tasauf memanglah begitu keadaannya. Dia lebih banyak bergantung kepada perasaan, Zauq. Dan memang begitulah umumnya perasaan itu, dapat dirasakan dengan yalus, tetapi tidak dapat dipegang barangnya dan tidak dapat ditentukan tempatnya. Dalam segala ta'rif atau definisi yang mereka kemukakan, adalah penuh perasaan yang tinggi belaka, penuh keindahan (aes-etic) dan budi (ethic). Penuh rasa ni'mat yang dialami jiwa karena Fanaa, atau lenyapnya diri sendiri dari yang lain dan tenggelam kepada rasa berdekatan dengan Tuhan.

Dan sebagai himpunan dari itu, Al-Junaid, yang terhitung sebagai salah seorang ikutan besar dalam hal Tasauf mengemukakan lagi arti Tasauf: Tasauf ialah membersihkan dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan jengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, dekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesama ummat manusia, memegang teguh jai dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikut contoh Rasulullah dalam hal syari'at.

2. Dasar Ilmu Tashauf

Akan dikatakan ilmu, dengan arti ilmu pengetahuan yang ber asat kepada pendapat otak dan manthik, tidaklah selalu tepat. Karena dia le.bih banyak berdasar kepada perigalaman batin. Orang-orang yang telah lebih banyak berdasar kepada pengalaman batin. Orang-orang yang telah lebih tinggi pengalaman artinnya, yang dinamai mereka riadhah (la, ; tihan batin), memberikan petunjuk-petunjuk pengalamannya itu kepada; muridnya.

Kadang-kadang berjalanlah mereka terlalu jauh menyimpang dui pada apa yang dapat dicapai oleh orang yang bekerja tentang Ilmu Zahir tadi.

Kaum Shufi pun tidak banyak memakai kata-kata ilmu. Mereka lebih banyak memakai kata-kata ilmu. Mereka lebih banyak memaku kata-kata 'ina'rifat'; yaitu kata-kata yang lebih tinggi derajatnya dari pada ilmu. Sebab itu orang yang alim dalam pandangan mereka, belumlah setingkat dengan orang yang arif pengalaman-pengalaman', mereka dalam latihan batin tadi, rahasia-rahasia yang terbuka dalam ilham jauh lebih tinggi daripada suatu kesimpulan yang didapat dengan manthik. Ilmu kaku dan tidak mengingat nilai, tetapi ma'rifat nerisi keindahan yang dirasai batin lantaran isyq, yaitu kerinduan mengetahui, ilmu hanya semata-mata mencari jawab dari pertanyaan: "Apa dan bagaimana". Ilmu tidak dapat menjawab: "Dari mana. ke mana

Oleh karena kaum Fiqh semata-mata berfikir dan kaum Shufi mengutamakan rasa, kadang-kadang tidaklah mereka berjumjah lagi. karena simpang jalan sudah terlalu jauh. Oleh sebab itu. Kerap kali terjadilah pertentangan, sebab nyata berlain tempat memandang.

Pandangan umum dari ahli Tasauf. sebagaimana pernah dinyata oleh Suhrawardi dalam kitabnya "Awarif ul Ma'arif", seeala kepatuhan (Inqiaad). Jiwa mereka telah dikokohkan di atas sendi ketaqwaan dan Zuhud terdapat pada dunia yang tidak kekal, yang lekas hilang dari lekas pergi. Lembah jiwa mereka telah dibanjiri oleh air ma'rifat ilmu- ilmu yang haq. Mereka memandang segala ayat dan Hadits, dalam arti yang simbolik. artinya tidak semata-mata melihat yang tertulis, tetapi menyeberang kesebaiik Nash (23) itu. Ilmu mereka menurut jalan sendiri, yang diterima turun-menurun oleh murid dari gurunya dan guru dari gurunya pula.

Tetapi pemimpin-pemimpin Tasauf yang besar dan dalam, memandang bahwasanya gabungan di antara ilmu batin dengan ibadat yang lahir itu adalah puncak kebahagiaan dari Tasauf. Tasauf adalah pakaian hati di dalam melaksanakan amal ibadat, rukun dan syari'at. Zuhud dari dunia, cinta akan akhirat. Tidak diikat oleh yang fahaa dan akan lulang, tetapi hati terlambat kepada yang kekal (baqa) dan abadi.

"Dunia hanya semata-mata laksana "fatamorgana", Mala panas di asir, yang disangka oleh orang-orang kehausan adalah air yang yang sejuk, tetapi bila didatangi kesana, tidak akan terdpat apa-apa. Batin mesti suci, jiwa mesti bersih.

Tetapi sebagai ahli Tasauf yang sejati menjunjung tinggi akan syarat, dan menurutinya dengan tidak banyak tanya, demikian juga ulama-ulama Fiqhi yang tinggi.

a. Tentang penggemblengan jiwa (mujahadah al-nafs), antara lain Allah SWT berfirman:

   •   •    

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orarig yang berbuat baik "(QS. 29:69).

•      •   

• •   

"Dan adapun arang-orangyangtakutkepada kebesaran Tuhannya dan mertahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal (nya) " (QS. 79:40-41). Tentang maqam takwa, antara lain Allah WT berfirman:

b. Tentang maqam takwa, antara lain Allah SWT berfirman:

 ••          

•      •    

"Sesungguhnya orayag yang paling mulia di antara kanau disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. 49:13).

* Makalah Ilmu Tashawuf, Maaf Arabnya dak kebaca ya...?
loading...
Previous
Next Post »
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929