loading...

Strategi Penguasaan Implikasi Percakapan

April 17, 2013
loading...
Strategi Penguasaan Implikasi Percakapan
Strategi penguasaan IP anak ialah langkah-langkah kegiatan dan cara yang dilakukan oleh anak dalam usahanya agar ia dapat menguasai IP dengan baik, yang dimaksudkan menguasai IP adalah kemampuan memahami IP yang ada pada T yang didengar dan kemampuan mewujudkan IP ke dalam T yang digunakan dalam percakapan untuk berkomunikasi. Ada dua macam langkah yang dilakukan oleh anak, yakni langkah reseptif dan langkah produktif. Langkah reseptif ialah langkah menyimak anak untuk memehami IP yang dipakai oleh orang lain. Langkah produktif ialah langkah yang dilakukan oleh anak untuk mencipta sehingga ia menghasilkan IP yang sudah terepresentasikan dalam BL yang digunakan pada percakapannya dengan orang lain.
Dilihat dari pola aktivitas yang dilakukan oleh anak ditemukan adanya empat macam strategi penguasaan IP oleh anak, yakni strategi pelesapan, pengembangan ilokusi penalaran dan pembiasaan.
2.1 Strategi Pelesapan
Anak sering mengikuti berbagai situasi ajar dalam kehidupannya sehari-hari beserta tuturan yang muncul untuk keperluan komunikasi. Anak pun mendengar dalam suatu situasi, ibunya memakai suatu IP. Si ibu, misalnya menyajikan IP sudah siang, Nak ketika anak-anak di kamarnya bergurau sehabis makan sepulang dari sekolah sekitar pukul 13.30. pada mulanya implikasi yang menjadi tujuan ibunya pada IP itu kemungkinan tidak dipahami oleh anak karena terbukti anak belum memberikan reaksi sesuai dengan yang dikehendaki anak tetap bergurau dan bermain melihat belum adanya reaksi anak, ibu mengulangi IP yang telah diucapkan dengan tujuan dan alasan terjadi percakapan 17, misal:
17. Hari sudah siang, Mbak adik (18a)
Raka : Iya, Ma
Winda : Iya, Ma
Hami : Sudah siang (18b) tidur dulu1 (18c) istirahat bia sehat
(18d) nanti sore boleh main lain (18e)
Raya : Iya, Ma
Winda : Iya, Ma (D 201)

Dalam kasus percakapan 17, anak memahami IP melalui masukan yang berupa wacana tuturan langsung, keseluruhan si Ibu yang berupa keempat kalimat sudah siang. Tidur dulu! Istirahat biar sehat. Nanti sore boleh main lagi yang disertai dengan situasi ujarnya dapat dipahami oleh anak, tuturan si Ibu baru menjadi IP jika kemudian pada suatu siatuasi ujat yang serupa diujarkan kalimat pertamanua saja, dengan kasus percakapan 17 itu secara praktis anak memahami IP melalui wacana tuturan langsung yang dilesapkan bagian-bagiannya sehingga menjadi IP.

2.2 Strategi Pengembangan Ilokusi
Ketika anak-anak masih bayi, mereka bisa mengompol. Mulanya tangisan bayi menandai bahwa anak kencing, tetapi ketika anak sudah mulai berbicara, mereka sering mengujarkan tuturan pis lalu berkembang menjadi pipis, pada mulanya orang tua mendengar tuturan pipis dari anaknya menafsirkannya sebagai tanda informasi dari anak yang membuat ia harus segara membawa anak ke belakang, kebiasaan orang tua semacam itu pada diri anak menanamkan kesan bahwa untuk dapat diantar ke belakang ketika terasa hendak kencing, anak cukup mengucapkan kata pipis.
Kesimpulan yang telah mengedan itu tetap saja dipegang teguh oleh anak kendati ia telah besar dan telah cakap berbahasa, contohnya dapat diberikan misalnya percakapan 20, 21, dan 22 yakni percakapan antara anak dan bapak. Percakapan 20 ini terjadi pukul 20.45 tanggal 07 Juli 1994 dirumah pondokan Jln. Surakarta 5 Malang ketika Reli berumur sembilan tahun.
20. R : Pa, pipis (21a)
M : Ya, cepat sana
R : sama papa (21b)
M : Tadi papa kebelakang kok nggak pipis, ayok (D 033)

Percakapan 21 ini terjadi pada pukul 03.05 tanggal 13 September 1994 dirumah Jln, Barajingga 124 Jambi
21. R : Pa, mbak Reli pipis (22a)
M : ngmpol
R : Mau pipis (22b)
M : Ya pipislah
R : Antarin, Pa! (22c)
M : Yo (D 046)

Percakapan 22 ini terjadi pada pukul 04.04 tanggal 1 Oktober 1994 dirumah Jln. Darajingga 124 Jambi
22. R : Pa, pipis , pa (23a)
M : Ya, sana
R : Ndak berani, pa (23b)
M : Sudah pagi, kan?
R : Gelap (23c) (D049)

Tuturan pipis dari anak yang semula hanya mengutarakan satuan pragmatik berupa ilokusi menyatakan kehendak ternyata kemudian berkembang, selain ilokusi yang menjadi Sp, tuturan mempunyai SP dengan ilokusi perintah yang menjadi implikasi pragmatis. Hal itu berarti bahwa tuturan langsung kemudian menjelma menjadi tuturan tak langsung yang bermuatan IP karena adanya pengembangan ilokusi. Pengembangan itu secara tidak sengaja telah dirintis oleh orang tua sebagai model dalam berbahasa melalui tindakannya, kemudian tindakan itu disimpulkan oleh anak sebagai implikasinya.
loading...
Previous
Next Post »
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929