loading...

Mata Pelajaran Morfologi

April 16, 2013
loading...
Mata Pelajaran Morfologi
Istilah-istilah afiks, prefiks, sufiks, suprafiks, dan sebagainya dipergunakan disini, bukan karena kami menganjurkan istilah yang keasing-asingan, melainkan semata-mata demi kerapian dan kecermatan pemakaian istilah. Berikut ini didafatarkan jenis dan jumlah afiks yang berperan dalam pembentukan kata bahasa Indonesia
3.1.3 Morfofonemik
Prefiks meng-, per-, ber-, dan ter- mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Proses berubahnya suatu fenem menjadi fenem lain sesuai dengan fenem awal atau fenem yang mendahuluinya dinamakan proses morfonemis. Berikut adalah kaidah morfonemik untuk semua prefiks dan sufiks bahasa Indonesia.

3.1.3.1 Morfologi Prefiks meng-
Ada delapan kaidah morfofonemik untuk prefiks meng¬-, kaidah morfofonemik 1-5 tidak berlaku untuk dasar yang bersuku satu, yang dicakup pada kaidah 6. Kaidah 7 berlaku untuk sejumlah dasar asing dan kaidah 8 memberikan pola reduplikasi yang berprefiks meng-.

1. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /e/, /k/, /g/, /h/, atau /x/, bentuk meng- tetap meng- /men/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + ambil → mengambil
meng- + ikat → mengikat
meng- + ukur → mengukur
meng- + elakukan → mengelakukan
meng- + olah → mengolah
meng- + eratkan → mengeratkan
meng- + kalahkan → mengalahkan
meng- + garap → menggarap
meng- + harap → mengharap
meng- + khawatirkan → mengkhawatirkan Jikok
Iket
Kur
Ngelakoke
Ngolah
Deketke
Ngalahke
Kerjake
Ngarep
Was-was

Perlu diperhatikan bahwa fenom awal /k/, seperti pada dasar kalah, menjadi luluh kedalam fenom /n/. Akan tetapi, peluluhan /k/ kadang-kadang tidak terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu. Prefiks meng- yang dihubungkan dengan kaji, misalnya, menghasilkan mengaji (memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dengan belajar kepada guru agama) dan mengkaji (memikirkan secara mendalam).

2. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /i/, /m/, /n/, /n/, /n/, /r/, /y/, i atau /w/, berbentuk meng- berubah menjadi me-.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + latih → mengambil
meng- + makan → mengikat
meng- + namai → mengukur
meng- + nyatakan → mengelakukan
meng- + nganga → mengolah
meng- + ramaikan → mengeratkan
meng- + yakinkan → mengalahkan
meng- + wajibkan → menggarap Ngelatih
Mangan
Njenengi
Ngungkapke
Domblong
Ngerameke
Yakinke
Wajibke

3. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /d/ atau /t/, bentuk meng- berubah menjadi men-/men/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + datangkan → mengambil
meng- + tanamkan → mengikat
meng- + duga → mengukur
meng- + tuduh → mengelakukan Tekokke
Nandurke
Ngiro
Nuduh

Perlu diperhatikan bahwa fenom /t/, seperti yang terdapat pada kata tanam dan tuduh menjadi lulu kedalam fenom /n/. Pada dasar yang dimulai dengan ter- seperti pada tertawa dan terjemah, fenom /t/ kadang-kadang luluh, kadang-kadang tidak. Dengan demikian, kata yang sering dipakai umumnya cenderung untuk luluh, sedangkan yang jarang dipakai lebih sering muncul tanpa peluluhan. Perhatikan contoh berikut.
Proses
terjemah → menerjemahkan atau menterjemahkan
tertawa → menertawakan atau mentertawakan

4. Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai denagn fenom /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- berubah menjadi mem- /mem/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + babat → membabat
meng- + patuhi → mematuhi
meng- + fokuskan → memfokuskan
meng- + buat → membuat
meng- + pakai → memakai
meng- + fitnah → memfitnah Nerbas
Nutur
Ngamatke
Gawe
Nganggo
Nuduh

Dasar yang bermula dengan fenom /b/ berasal dari bahasa asing, perlu diperhatikan bahwa fenom /p/ dari patuhi dan pakai menjadi luluh ke dalam fenom /m/. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi fenom /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- dan pe-.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + pertinggi → mempertinggi
meng- + pertaruhkan → mempertaruhkan
meng- + perdalam → memperdalam
meng- + perdulikan → memperdulikan
meng- + personakan → mempersonakan Nduwurke
Mempertaruhke
Njeroke
Open
mempersonakan

5. Jika ditambah pada dasar yang dimulai dengan fenom /c/, /j/, /s/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi meny- /men/. Didalam ejaan yang dibakukan bentuk meny- yang bergabung dengan huruf , , dan pada awal dasar disederhanakan menjadi men-.
(Catatan: didalam ejaan yang lama kaidah itu ditetapkan untuk menghindari penulisan menjtjari dan menjdjadjah sehingga menjadi mentjari dan mendjadjah. Penghilangan huruf itu hingga sekarang dipertahankan)
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + satukan → menyatukan
meng- + sadari → menyadari
meng- + sucikan → menyucikan
meng- + cari → mencari
meng- + jatuhkan → menjatuhkan
meng- + syaratkan → mensyaratkan Nyatuke
Nyadarke
Nyuceke
Goleki
Tiboke
Syarate

Pada contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa fenom /s/ menjadi luluh dalam fenom /n/ yang ejaannya ialah ny.

6. Jika ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge- /mene/. Disamping itu, ada bentuk yang tidak baku, yaitu yang mengikuti pola 1-5 diatas tanpa adanya peluluhan.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + tik → mengetik
meng- + bom → mengebom
meng- + cek → mengecek
meng- + pel → mengepel
meng- + rem → mengerem Ngetik
Ngebom
Ngecek
Ngepel
Ngerem

7. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing diperlakukan berbeda-beda, bergantung pada frekuensi dan lamanya kata tersebut telah kita pakai. Jika dirasakan masih relative baru, proses peluluhan diatas tidak berlaku. Hanya kecocokan artikulasi saja yang diperhatikan dengan catatan bahwa meng- didepan dasar asing yang dimulai dengan /s/ menjadi men-. Jika dasar itu dirasakan tidak asing lagi, perubahan morfonemiknya mengikuti kaidah yang umum.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
meng- + produksi → memproduksi
meng- + proses → memproses atau memroses
meng- + klasifikasi → mengklasifikasi
meng- + kategori → mengkategorikan
meng- + transper → mentransper
meng- + teror → menteror
meng- + survey → mensurvey
meng- + sukseskan → mensukseskan Gawe
Mroses
Mbedake
Ngelompoke
Ntansfer
Neror
Ngamatke
Nyuseske

8. Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur nge- didepan dasar yang direduplikasi. Surfiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu
tulis → menulis → menulis-nulis
karang → mengarang → mengarang-ngarang
sulitkan → menyulitkan → menyulit-nyulitkan
pijit → memijit → memijit-mijit
cek → mengecek → mengecek-ngecek
baca → membaca → membaca-baca
ulangi → mengulangi → menulang-ulangi Nulis
Ngarang
Nyulitke
Mijet
Ngecek
Mboco
Ngulang

3.1.3.2 Morfofonemik Prefiks per-
Ada tiga kaidah morfofonemik untuk prefiks per-
1. Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
per- + rendah → perendah
per- + ringan → peringan
per- + runcing → peruncing
per- + kerjakan → pekerjakan Ngerendah
Ngetengke
Ngeruncingke
Kerjake

Dalam proses afiksasi tersebut fenom /r/ pada per- dihilangkan sehingga hanya ada satu r saja.

2. Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
per- + ajari → perendah Pelajari

3. Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk bila bergabung dengan dasar lain diluar kaidah 1 dan 2 di atas.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
per- + lebar → perendah
per- + panjang → peringan
per- + luas → peruncing Ngelebarke
Dowoke
Waske

3.1.3.3 Morfofonemik Prefiks ber-
Ada empat kaidah morfofonemik untuk prefiks ber-
1. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /r/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ber- + ranting → beranting
ber- + rantai → berantai
ber- + runding → berunding Ngeranting
Berante
Ngeruding

Sebagaimana afiks per-, dalam proses afiksasi ber- diatas pun yang terjadi ialah penghilangan fenom /r/ pada prefiks ber-. Dengan demikian, hanya ada satu r saja.

2. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ber- + kerja → bekerja
ber- + serta → beserta
ber- + pergi + an → berpergian
bandingkan dengan
ber- + karya → berkarya
ber- + kurban → berkurban Kerjo
Kambek
Lungo

Berkarya
Korban

Ber- pada dua contoh diatas tidak berubah karena suku pertama kedua kata ini tidak berakhir dengan er, tetapi ar dan ur.

3. Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ber- + ajar → beranting
ber- + unjur → berantai Sinau

4. Prefiks ber- tidak berubah bentuknya bila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-3 diatas
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ber- + layar → berlayar
ber- + main → bermain
ber- + peran → berperan Ngelayar
Dolan
Melu

3.1.3.4 Morfofonemik Prefiks ter-
Ada tiga kaidah Morfofonemik Prefiks ter-
1. Prefiks ter- berubah menjadi te- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fenom /r/.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ter- + rebut → terebut
ter- + rasa → terasa
ter- + raba → teraba Ngerebut
Ngeroso
Ngeraba

Sebagaimana afiksasi per- dan ber-, ter- juga kehilangan fenom /r/ sehingga ada satu r saja.

2. Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fenom /r/ pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak

Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ter- + percaya → terpercaya
ter- + cermin → tercermin
ter- + percik → terpercik Terpecaya
Ketok
Kecipratans

3. Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
ter- + pilih → terpilih
ter- + bawa → terbawa
ter- + luka → terluka
ter- + ganggu → terganggu Kepilih
Kegowo
Loro
Keganggu

3.1.3.5 Morfofonemik Prefiks di-
Digabung dengan dasar pun, prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
di- + beli → dibeli
di- + ambil → diambil
di- + pukul → dipukul
di- + tes → dites Dituku
Dijikok
Digebok
Di tes

Perhatikan bahwa di- sebagai prefiks harus dibedakan dari di sebagai preposisi. Jika di diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, penulisannya dipisah.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
di meja Bandingkan: dimejahijaukan
di rumah dirumahkan
di Indonesia diIndonesiakan
di dalam didalami
di peti es dipetieskan
di belakang dibelakangi Disidang
Neng omahkan
Neng Indonesiake
Dijeroke
Dipeteskan
dibureke

3.1.3.6 Morfofonemik Sufiks kan-
Surfiks ¬–kan tidak mengalami perubahan apabila ditambahkan pada dasar kata apapun.
Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
tarik + -kan → tarikkan
letak + -kan → letakkan Tareke
Dekeke

Surfiks –kan seringkali dikacaukan dengan sufiks ¬–an yang kata dasar katanya kebetulan berakhir dengan fenom /k/ seperti pada kata tembakkan dan tembakan. Kata tembakkan adalah verba yang diturunkan dari dasar tembak dan sufiks –kan, sedangkan tembakan adalah nomina yang diturunkan dari dasar tembak dan surfiks –an. Karena itu, sebagai verba jumlah huruf ke-nya ada dua; tetapi sebagai nomina, huruf k-nya hanya satu.

3.1.3.7 Morfofonemik Sufiks –i
Seperti halnya dengan –kan, surfiks –i¬ juga mengalami perubahan jika ditambahkan pada dasar kata apapun. Hanya saja perlu diingat bahwa kata dasar yang berakhir pada fenom /i/ tidak dapat diikuti oleh sufiks –i. Dengan demikian, tidak ada kata seperti memberii, mengirii, ataupun mengisii.

3.1.3.8 Morfofonemik Sufiks –an
Sufiks –an tidak mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan dasar kata apapun. Jika fenom terakhir suatu dasar adalah /a/, dalam tulisan fenom itu dijejerkan dengan surfiks –an.

Contoh:
Proses Bahasa Ibu Saya
dua → berduaan
sama → bersamaan
mesra → bermesraan Wong loroan
Batengan
Mesra

3.1.4 Afiksasi Sebagai Proses
Proses afiksasi bukanlah hanya perubahan bentuk saja, melainkan juga pembentukan morfem menjadi kelas tertentu. Atas dasar itu, berikut ini diurutkan masing-masing afiks pembentuk verba, adjektiva, nomina, adverbia, numeralia, dan introgativa.
loading...
Previous
Next Post »
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929