loading...

Keyakinan akan Kemampuan Diri dan Keterampilan Mengatur Diri | Materi Studi Hadits

April 26, 2013
loading...
Keyakinan akan Kemampuan Diri dan
Keterampilan Mengatur Diri

Keyakinan akan kemampuan diri atau self-efficacy adalah konsep utama yang besar pengaruhnya terhadap perilaku. Secara teknis hal ini didefinisikan sebagai, penilaian seseorang terhadap kemampuan diri sendiri dalnrn mengatur dan melaksarrakan suatu seri tindakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kerja yang telah ditentuknn sebelumnya (Bandura, 1986). Dengan perkataan lain, ini adalah keyakinan pribadi seseorang akan seberapa besar kemungkinan dirinya akan berhasil, berdasarkan keyakinan akan kemampuan dirinya, dalam mengatasi situasi yang sulit, seperti tes, wawancara, kontes, mengajar sebuah kelas, atau dalam pertemuan keluarga. Keyakinan akan kemampuan diri ini bukart rrierupakan fecr2gsi dari keterampilan seseorang, tetapi nterarpakan penilaian yang dibuat orang tersebut mengenai apa yang dapat dilakukannya dengan keterampilan yang dimilikinya itu. Self-efficacy itu merupakan rasa percaya akan kemampuan diri untuk mengatasi kesulitan agar tetap unggul dalam berbagai situasi.

A. PENGARUH KEYAKINAN AKAN KEMAMPUAN DIRI TERHADAP PERILAKU
Bandura (1977) membedakan antara harapan akan kemampuan diri, atau keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat berhasil menunjukkan suatu perilaku, dan hasil dari harapan tersebut, atau perkiraan orang itu bahwa suatu perilaku akan menghasilkan suatu keluaran (outcome) tertentu. Dalam situasi sekolah, hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa untuk melakukan suatu tindakan akan tergantung pada keyakinan siswa itu bahwa tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berhasil, dan bukan perkiraan kemungkinan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan suatu keluaran tertentu. Jadi, bukan nilai dari hasil tindakan tersebut atau kemungkinan mendapatkan hasil tersebut yang memotivasi dilakukannya suatu tindakan, menurut Bandura; melainkan keyakinan bahwa tindakan tersebut akan berhasil dilakukan. (Tentu saja, siswa itu harus memiliki keterampilan yang perlu agar dapat melakukan perilaku tersebut)



Gambar 4.3.

Perbedaan antara keyakinan akan kemampuan diri, keyakinan akan hasil yang mempengaruhi perilaku dan hasil perilaku tersebut (dikutip dari Bandura, 1977, hat. 193)

1. Dampak dari Keyakinan akan Kemampuan Diri
Teori keyakinan akan kemampuan diri meramalkan bahwa seseorang akan: 1) menghindari situasi-situasi yang diyakininya akan melampaui kemampuannya dalam mengatasi situasi tersebut, tetapi 2) akan melibatkan diri dalam situasi-situasi yang diyakininya mampu ditanganinya. Dengan perkataan lain, keyakinan akan kemampuan diri akan berdampak pada keputusan untuk mencoba atau tidak mencoba suatu perilaku atau tugas (Bandura, 1977). Penilaian terhadap kemampuan diri juga akan berdampak terhadap jumlah energi atau usaha yang akan dikerahkan oleh seseorang, dan derajat ketekunannya dalam mengerahkan usaha tersebut, jika dihadapkan pada berbagai rintangan atau dihadapkan pada waktu yang panjang.
Suatu penelitian, mendapatkan bahwa anak-anak yang memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan pribadi sebagai pelajar akan mengerahkan usaha yang besar dan akan mengalami konsekuensi belajar yang lebih baik saat mereka berada dalam situasi belajar yang mereka sendiri menilainya sebagai situasi yang sulit. Sebaliknya anak-anak itu hanya akan mengerahkan sedikit usaha dan sebagai konsekuensinya akan mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dalam situasi belajar yang mereka nilai mudah. Suatu keyakinan yang kuat akan kemampuan diri akan membantu seseorang untuk tabah menghadapi kegagalan dalam berbagai situasi yang penuh tantangan.
Bandura (1986) juga mengusulkan bahwa rasa percaya akan kemampuan diri akan menghasilkan berbagai perasaan atau emosi dalam mengantisipasi suatu tindakan. Untuk jelasnya, lihat ilustrasi pada Gambar 4.4. Bila seorang siswa berpikir bahwa dirinya mungkin akan berhasil dalam melakukan suatu tugas tertentu maka akan timbul rasa yang positif, seperti rasa senang. Sebaliknya, saat siswa tersebut mengira dirinya akan mengalami kegagalan maka akan timbul rasa yang negatif, seperti rasa kuatir atau takut. Perasaan-perasaan inilah yang akan berdampak pada tindakan itu sendiri. Jadi, pikiran adalah sumber berbagai perasaan. Dalam situasi sekolah, untuk mengubah atau menghilangkan berbagai perasaan negatif seperti marah, takut, atau depresi dalam diri seorang siswa, Anda, sebagai guru, pertama kali harus membantu siswa itu untuk mengubah pikiran yang negatif tersebut, terutama pikiran mengenai kemampuan pribadi dalam mengatasi berbagai situasi yang sulit.


Perasaan tersebut akan menimbulkan perilaku tidak
seperti mau berusaha, marah-marah sehingga menimbulkan
hasil kerja
yang buruk






























Gambar 4.4.
Pengaruh Keyakinan akan Kemampuan Did terhadap Perilaku yang Sulit

2. Karakteristik dari Keyakinan akan Kemampuan Diri
Dampak keyakinan akan kemampuan diri terhadap perilaku tergantung pada tiga karakteristik pribadi seseorang (Bandura, 1977). Pemruna, tergantung pada besarnya tingkatan rasa percaya terhadap kemampuan diri itu. Tidak peduli apakah rasa percaya tersebut hanya diterapkan saat menghadapi tugas-tugas yang mudah pada suatu lingkup tertentu ataupun dalam menghadapi tugas-tugilS dengan tingkat kesulitan sedang, demikian pula dalam menangani tugas-tugas yang sangat sulit. Sebagai contoh, seorang siswa diberikan buku untuk dibaca. Apakah ia yakin ia dapat membaca buku tersebut? Jika ia percaya bahwa tingkat kemampuan membacanya rendah maka ia hanya percaya bahwa ia akan dapat membaca bila buku itu mudah. Tetapi bila siswa itu percaya bahwa tingkat kemampuan membacanya cukup tinggi maka ia pun akan yakin dapat membaca buku tersebut seberapapun sul itnya.
Karakteristik yang kedrra adalah generalisasi, atau luasnya cakupan di mana seseorang dapat menerapkan penilaian terhadap kemampuan pribadinya. Jika rasa percaya atas kemampuan diri seorang anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya mencakup semua bidang pelajaran di sekolahnya maka ia akan yakin bahwa ia akan dapat menyelesaikan tugas apapun yang diwajibkan oleh sekolah, baik matematika, fisika, bahasa maupun hafalan.
Karakteristik yang ketiga adalah kekuatan, atau seberapa kokoh keyakinan akan kemampuan diri dalam hal-hal tertentu. Jika siswa memiliki keyakinan yang kokoh akan keterampilan atau penguasaan akan suatu kemampuan maka ia tidak akan mudah terpengaruh oleh kegagalan-kegagalan kecil yang dialairiinya. Lain halnya jika keyakinan akan kemampuan diri itu lemah.

LATIHAN

1) Coba tuliskan, dengan kata-kata Anda sendiri, definisi mengenai keyakinan akan kemampuan diri!
2) Terangkan pula mekanisme dampak keyakinan akan kemampuan diri terhadap tindakan yang akan diambil!
3) Terangkan karakteristik personal yang mem.Dengaruhi keyakinan akan kemampuan diri!


B. SUMBER INFORMASI MENGENAI KEYAKINAN AKAN KEMAMPUAN DIRI

Bagaimana seseorang mengembangkan keyakinan yang kokoh mengenai kemampuan pribadinya? Bandura (1977, 1986) mengusulkan empat sumber yang dapat mempengaruhi perkembangan atau perubahan persepsi terhadap keyakinan akan kemampuan diri. Keempat sumber tersebut akan diuraikan berikut ini.
Pengalaman pribndi dalant keberhasilnrr merupakan sumber mengenai kemampuan diri dalam meyakinkan untuk belajar bahwa dengan benar-benar melakukan tindakan tersebut dan mengalami keberhasilan. Bila seseorang mengalami sendiri suatu kesuksesan maka akan mendapat pelajaran bahwa ia pun' dapat berhasil. Demikian pula, melakukan tindakan yang nrentberi informasi yang paling berpengaruh bertindak. Tidak ada cara yang lebih suatu tindakan dapat dilakukan kecuali kesuksesan yang berulang-ulang akan dapat berperan sebagai bantalan jika kemudian sekali-sekali orang itu mengalami kegagalan. Lebih jauh lagi, jika dasar dari keyakinan akan kemampuan diri seseorang itu adalah tinclakan dan keberhasilan yang dialaminya sendiri maka keyakinan tersebut akan cenderung [ergeneralisasi untuk berbagai kegiatan yang mirip.
Dampak keberhasilan terhadap keyakinan akan kemampuan diri seseorang akan lebih kecil jika tugas yang membawa kepada keberhasilan itu dirasakan mudah daripada bila tugas tersebut dinilai sulit. Orang umumnya menilai bahwa tugas yang mudah tidak memerlukan kemampuan sebanyak tugas yang sulit. Selanjutnya, jika seseorang memerlukan pertolongan orang lain untuk mencapai suatu keberhasilan maka keyakinan akan kemampuan pribadinya tidak meningkat sebanyak bila keberhasilan itu diraihnya sendiri. Tetapi orang-orang yang memiliki rasa takut yang besar, hampir tidak mungkin melakukan usaha, yang menurut mereka sangat berat atau yang menakutkan, tanpa pertolongan orang lain. Sebagai contoh, seorang siswa Yang sangat takut bicara di muka kelas, kecil sekali kemungkinannya untuk mengambil inisiatif sendiri untuk mengutarakan pendapat. Dalam kasus seperti ini berbagai metode haruslah diterapkan untuk membargkitkan atau menolong SISWa Itll agar dapat melaksanakan tugas yang diberilkan, karena pasti kecil kemungkinannya siswa tersebut akan dapat melakukan sendiri tugas yang ditakutkannya itu, meskipun tugas tersebut harus dikerjakan oleh siswa itu sebagai bagian dari proses belajar dalam kelas.
Bagaimana guru.dapat memberi semangat agar siswa dapat melakukan suatu tugas sehingga ia mampu mengalami peningkatan keyakinan akan kemampuan diri sebagai dampak keberhasilan yang dialaminya'? Salah satu teknik adalah siswa tersebut diGintbing unluk nceninu suatu perilaku. Siswa tersebut dibantu untuk melaksanakan atau meniru satu langkah kecil dari suatu tugas secara perlahan-lahan dan teratur. Dapat juga ia diajarkan untuk menyelesaikan suatu tugas dimulai dari versi yang paling sederhana dan meningkat secara bertahap ke versi-versi yang lebih sulit (seperti dalam pembentukan perilaku). Cara yang lain adalah meminta siswa untuk menyelesaikan suatu tugas dengan bekeija sama dengan siswa yang lebih mampu atau boleh juga berpasangan dengan gurunya. Dengan makin meningkatnya keyakinan akan kemampuan r;;ri siswa itu maka bantuan¬bantuan tambahan dapat dihilangkan secara bertahap sehingga akhirnya siswa itu dapat melakukan berbagai tugas yang mirip dengan berhasil tanpa pertolongan. Cara ini berarti sedrang siswa, yang agak kurang yakin akan kemampuan dirinya dalam melakukan suatu tugas, didorong untuk melakukan sendiri tugas itu, dengan mendapatkan semua pertolongan yang dibutuhkan, kemudian pertolongan tersebut dihentikan secara bertahap.
Bagaimanakah seorang guru dapat memodelkan suatu tindakan untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri para siswanya? Pertama, guru harus selalu mengajak para siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sulit dengan cara mencontohkan kegiatan itu sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar untuk memperkirakan kemampuan apa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sebagai contoh, dalam menyelesaikan soal matematika, para guru sebaiknya tidak' menggunakan jalan pintas sehingga siswa merasa bahwa soal tersebut lebih mudah daripada kenyataannya. Kedata, guru sebaiknya mendemonstrasikan teknik-teknik yang sangat efektif dalam mengatasi aspek-aspek dari kegiatan tersebut yang mungkin menakutkan bagi siswa sehingga siswa dapat belajar mengendalikan ketakutan mereka dalam situasi-situasi yang sejenis dan dapat mengatasi rasa takut tersebut dengan cara yang baik. Misalnya, jika ada cara bagi siswa untuk mengecek hasil kerja mereka saat mereka berusaha menyelesaikan soal ma tematika yang sulit itu maka sebaiknya guru menunjukkan cara pengecekan tersebut. Selanjutnya guru dapat membangun semangat siswa dengan memberikan umpan balik yang spesifik untuk tindakan-tindakan tertentu, misalnya dengan mengatakan kepada siswa: "Hasil kerja kamu dalam menyelesaikan tugas ini menunjukkan bahwa kamu tahu apa yang harus kamu kerjakan dan kamu telah membuktikan sendiri bahwa kamu mampu melakukan hal itu dengan baik."

LATIHAN:
1) Coba terangkan bagaimana dampak keberhasilan dalam melakukan suatu perilaku dapat menjadi sumber informasi bagi keyakinan akan kemampuan diri seorang siswa!
2) Mengapa dampak keberhasilan, terhadap keyakinan akan kemampuan diri seorang siswa, untuk tugas yang dirasakan mudah, lebih kecil daripada untuk tugas yang dinilai sulit oleh si siswa?
3) Coba tuliskan cara Anda membantu siswa di sekolah Anda untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri!

C. PERAN SEKOLAII DALAM MEMBENTUK KEYAKINAN AKAN KEMAMPUAN DIRI

Di sekolah, pengetahuan dan keterampilan berpikir siswa secara terus¬menerus diuji dan dievaluasi dan para siswa itu sering dibandingkan satu terhadap yang lain. Siswa yang cerdas/baik akan dengan cepat mengembangkan keyakinan akan kemampuan pribadinya. Sedangkan siswa yang kurang cerdas akan mendapatkan bahwa penilaian mereka !°rhadap kemampuan diri mereka sendiri ternyata tidak baik, dan membawa kepada kineija yang terus-menerus buruk. Hal ini dapat terjadi bila: 1) praktek pengajaran di dalam kelas sangat kaku, di mana semua siswa diajarkan hat yang sama pada waktu sama; 2) siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga mengurangi penilaian siswa, yang digolongkan berkemampuan yang rendah, terhadap kemampuan pribadi mereka sendiri; atau 3) jika perolehan prestasi dilakukan secara penuh persaingan, karena hat ini memperbesar kemungkinan gagal bagi siswa yang kurang cerdas untuk dapat memberi kemenangan kepada beberapa siswa saja yang dinilai sangat cerdas (Bandura, 1986).
Para guru yang merasa frustrasi, karena kegagalan yang berulang, kali yang dialami para siswa mereka yang tergolong berprestasi rendah, mengalami kehilangan apa yang disebut rasa percaya terhadap kemampuan pribadi dalam mengajar. Para guru yang demikian itu menganggap bahwa diri mereka tidak mampu mengatasi tekanan dan tuntutan dalam mengajar. Para guru harus peka terhadap kebutuhan para siswa mereka, tetapi guru-guru itu perlu untuk mengalami berbagai keberhasilan dalam mengajar agar mereka merasa bangga den.-an pekerjaan mereka sebagai guru.
Apakah ada jalan keluarnya? Karena persepsi diri terhadap kemampuan kognitif sebagian besar didasarkan pada perbandingan sosial dan perbandingan ahtarsiswa maka para guru sebaiknya:
1. membuat para siswa terlibat dalam beragam kegiatan;
2. merancang program pembelajaran sesuai dengan keterampilan siswa;
3. menerapkan pendekatan kooperatif bukan kompetitif;
4. menghindari membuat evaluasi untuk membandingkan siswa yang satu terhadap yang lain.

Teknik-teknik tersebut merangsang siswa untuk membandingkan kemajuan belajar mereka terhadap standar yang mereka tetapkan sendiri sehingga akan mengembangkan kompetensi mereka, daripada, mereka harus menghadapi perbandingan sosial yang dapat menyebabkan turunnya rasa percaya diri mereka. Struktur pembelajaran dalam kelas yang disesuaikan dengan minat dan bakat individu siswa akan menghasilkan persepsi terhadap kemampuan diri yang lebih tinggi dan menurunkan ketergantungan siswa pada pendapat guru atau temannya dalam kelas. Keberhasilan siswa dalam lingkungan kelas yang memberi perhatian kepada setiap pribadi siswa dan penuh penerimaan terhadap mereka seperti itu akan meningkatkari pula rasa berhasil para guru dalam mengajar.
Beberapa langkah spesifik yang dapcU digunakan oleh para guru untuk meningkatkan rasa percaya siswa akan kemampuan dan prestasi pribadi serta kemampuan dalam mengatur diri dapat dibaca pada uraian berikut ini. Penelitian oleh Tuckman (1990) menunjukkan bahwa tindakan-tindakan guru berikut ini akan membantu siswa, terutama mereka yang rendah keyakinan akan kemampuan diri, untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka, dan akhirnya akan membantu para siswa itu untuk tekun dalam kegiatan belajar mereka sebagai berikut.
1. Pecahlah tugas yang besar menjadi tugas-tugas kecil. Beri siswa lebih banyak tugas tetapi usahakan agar setiap tugas cukup kecil dan mudah dilakukan. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk menyelesaikan fugas tersebut dengan cukup cepat dan melihat keberhasilan mereka segera.
2. Sebelum member tugas, tetapkan kriteria untuk menilai hasil penyelesaian tugas oleh para siswa dan beri tahu mereka mengenai kriteria tersebut sebelum mereka melaksanakan tugas tersebut sehingga mereka tahu dengan tepat apa yang harus mereka capai.
3. Berikan kepada siswa umpan balik dalam bentuk nilai (angka) dan komentar yang spesifik, setelah mereka menyelesaikan setiap tugas dan ulangan/tes sehingga siswa mengetahui di mana kedudukannya tet'hadap kriteria yang telah ditetapkan di atas.
4. Berikan motivasi untuk unjuk kerja para siswa, dengan menunjukkan apa yang telah mereka lakukan dengan baik dan bukan yang mereka lakukan dengan buruk.
5. Buat siswa berpartisipasi dalam menulis tujuan mereica secara formal sebelum mereka melakukan tugas-tugas atau ujian/tes tertentu, dan dorong mereka untuk menentukan tujuan-tujuan yang mampu mereka capai.
6. Buat siswa menuliskan rencana mereka masing-masing mengenai kapan, di mana dan bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan apa yang akan mereka buat untuk mengatasi halangan yang mungkin timbul.
7. Berikan insentif untuk unjuk kerja yang baik, di luar angka yang normalnya akan mereka dapatkan, seperti angka bonus yang dapat dikumpulkan untuk meningkatkan nilai akhir yang akan mereka dapat.
8. Terapkan metode kooperatif saat mengajar, tetapi setiap siswa harus menyerahkan hasil kerja yang ditulisnya sendiri untuk evaluasi
9. Dorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan bekerja dengan teratur dengan menggunakan cara-cara yang disebutkan di atas:

LATIHAN:

Coba terangkan langkah-langkah rind seperti usulan Tuckman di atas untuk mengajarkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab Anda sekaligus Anda melatih siswa untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri masing-masing!



D.KEMAMPUAN MENGATUR DIRI (SELF-REGULATION)

Kemampuan mengatur diri atau melatih untuk mempengaruhi perilaku sendiri, adalah salah satu fakta dari eksistensi manusia. Jika aksi ditentukan hanya oleh berbagai keadaan di luar diri seseorang maka orang tersebut akan mudah terombang-ambing oleh pengaruh luar apapun yang mengenai dirinya pada saat tersebut. Meskipun demikian kemampuan mengatur diri tidak akan didapat hanya karena kuatnya keinginan pribadi. Setiap orarrg rnentiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri yang rnembuat ntcreka marnpu urrtuk menerapkan kendali terhadap pikirart dan tirrdakan mereka sendiri berdasarkan konsekuensi dari pikiran dan tindakan tersebut terhcrdap diri mereka serrdiri (Bandura, 1986, p. 335). Meskipun demikian, banyak orang bersikap agak kurang yakin terhadap kemampuan diri mereka dalam menerapkan kendali terhadap perilaku mereka sendiri. Mereka cenderung untuk tidak yakin dengan usaha mereka sendiri untuk mengatasi berbagai situasi, terutama yang memeras atau menantang kemampuan pribadi mereka, secara efektif.

E. KEMAMPUAN MENGATUR DIRI DAN KEYAKINAN AKAN KEMAMPUAN DIRI

Kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri untuk memilih, untuk bertahan, untuk tekun, dan untuk berhasil dalam usaha seperti belajar, diet, berolahraga, untuk berada dalam suasana hati yang menyenangkan, untuk bangun di pagi hari, untuk pergi kerja, atau untuk melakukan kerja yang berat atau menantang tergantung, sebagian besar, pada keyakinan akan kemampuan pribadi untuk melaksanakan berbagai hal tersebut. Ringkasnya, kenuunpuan pengattwan 0iri teiganttuts parla rasa percaya akatt kentampttan pribadi.
Keyakinan akan kemampuan diri dan, sebagai konsekuensinya, keyakinan akan kendali diri mampu menahan agar tidak terlibat, misalnya, dalam pemakaian obat-obatan terlarang. Jika keyakinan akan kemampuan untuk mengendalikan diri tidak kuat maka keyakinan tersebut dapat terganggu karena adanya ketidakmampuan dalam mengatasi emosi negatif, -tekanan sosial untuk menggunakan obat-obatan terlarang, serta konflik antarrekan. Sekali saja seseorang melihat dirinya tidak berdaya maka usaha selanjutnya dalam mengatasi berbagai persoalan tidak akan dilakukan lagi, dan hasilnya adalah hilangnya kemampuan total dalam mengendalikan diri.
Keterampilan yang perlu untuk mengatasi persoalan dan rasa percaya akan kemampuan pribadi untuk mengatur diri ternyata dapat dibentuk dengan cara mengalami sendiri suatu keberhasilan dan menguasai keterampilan (rttastety). Siswa yang tinggi keyakinan akan kemampuan pribadinya akan lebih cenderung untuk berpartisipasi secara sukarela dalam program pekerjaan rumah tambahan sehingga mereka mendapat bonus yang ditawarkan, daripada mereka yang rendah keyakinan akan . kemampuan dirinya. Para pasien, yang sedang dalam proses penyembuhan dari serangan jantung, yang melihat diri mereka sendiri berada dalam tingkat keyakinan akan kemampuan fisik yang tinggi akan melakukan lebih banyak latihan olahraga daripada mereka yang melihat diri mereka memiliki tingkat kemampuan fisik yang rendah.
Jadi, cukup pantas jika disimpulkan bahwa pepatah yang benar adalah "percaya adalah melihat (believing is seeing)" Gukan seGalikttya (seeing is believing). Jika Anda percaya akan kemampuan Anda untuk mengendalikan diri sendiri maka Anda akan cenderung untuk bertindak sedemikian rupa sehingga memungkinkan Anda melihat hasil yang Anda harapkan. Jika Anda yakin tidak dapat melakukan sesuatu maka Anda akan melihat hasil yang konsisten dengan apa yang menjadi keyakinan Anda itu, yaitu Anda akan gagal. Kunci dari kemampuan mengatur diri adalah percaya pada kemampuan Anda untuk mengendalikan diri dalam situasi-situasi yang penuh kesulitan, penuh risiko dan tantangan.

F. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM PENGATURAN DIRI

Ada tiga elemen atau komponen dari pengaturan diri itu, yaitu:
1. Pentantnuan diri mengetahui apa yang Anda lakukan, sadar, dan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan tepat, bukan sekadar bertindak berdasarkan kebiasaan. Semua ini akan memberikan kepada Anda informasi yang Anda perlukan untuk menentukan standar prestasi yang realistis dan terus-menerus memantau dan mengevaluasi perubahan dalam perilaku.
2. . Evaluasi diri - memutuskan apakah suatu prestasi tertentu harus dinilai baik atau tidak baik berdasarkan standar yang Anda tetapkan sendiri dan perbandingan terhadap prestasi orang lain. Hal ini akan memberikan Anda informasi yang Anda perlukan untuk bereaksi terhadap perilaku Anda sendiri.
3. Reaksi diri - menciptakan berbagai insentif (hadiah) untuk perilaku Anda sendiri, mengakui dan membuktikan kompetensi dan kemampuan Anda; merasa puas akan diri Anda sendiri, meningkatkan minat Anda untuk melanjutkan usaha tersebut. Makin lemah tuntutan dari luar terhadap prestasi, makin berat keharusan Anda untuk mengandalkan reaksi diri Anda sendiri.

Prosedur yang diuraikan di bawah ini sangat disarankan untuk memastikan agar ketiga komponen di atas menimbulkan dampak positif dan maksimal pada kemampuan pengaturan diri, yang secara langsung juga akan meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri.

1. Penentuan Tujuan (Goal Setting)
Menurut Bandura (1986, hal. 469), "Tujuan meningkatkan motivasi ,melalui pengaruh yang merupakan reaksi diri." Saat orang memantapkan diri terhadap suatu tujuan yang jelas maka kemungkinan besar ia akan melakukan apa yang perlu dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Jika mereka gagal mencapainya, rasa tidak puas yang muncul biasanya akan merupakan insentif baginya untuk berusaha lebih keras lagi. Baik informasi mengenai prestasi maupun standar pembanding untuk prestasi itu, diperlukan untuk menimbulkan. efek motivasi, dan tujuanlah yang memberikan standar pembanding itu. Tujuan bukan saja dapat menolong orang untuk menilai seberapa baik kerja mereka, tetapi juga memberikan mereka dasar untuk menilai kemampuan mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dapat berdampak kepada keyakinan akan kemampuan diri.
Tujuan, menurut Bandura, haruslah:
a. spesifik dan jelas, jangan samar sehingga Anda dapat menggunakannya sebagai standar;
b. menantang tetapi tetap dapat dicapai, jangan terlalu mudah sehingga dapat mendorong Anda untuk berusaha keras, tetapi jangan terlalu sulit karena akan mematahkan semangat Anda jika Anda tidak dapat mencapainya;
c. dekat, yaitu segera dapat Anda capai, dan tidak lama sehingga Anda dapat segera melakukan sesuatu saat ini untuk mencapainya;
d. ditentukan atau dipilih oleh diri Anda sendiri, jangan ditentukan oleh orang lain sehingga Anda akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan upaya dalam pencapaian tujuan itu;
e. dibuat dari tujuan-tujuan bagian yang kecil yang merupakan langkah untuk mencapai tujuan yang besar sehingga dengan demikian pencapaian dari setiap tujuan bagian tersebut dapat menimbulkan rasa puas dan merupakan alat untuk melangkah mencapai tujuan bagian seJanjutnya, serta jika sekali-sekali mengalami kegagalan akan mudah mengatasinya.

Tujuan bagian ini mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pengarah dan perangsang untuk segera bertindak. Pencapaian tujuan bagian ini akan menghasilkan dua hal, yaitu informasi mengenai keyakinan akan kemampuan diri dan rasa puas diri yang akan membantu untuk tetap tekun. "Kegigihan akan membawa kepada penguasaan suatu tugas atau kemampuan sehingga memastikan untuk terus maju mencapai tujuan bagian selanjutnya, dengan kemungkinan berhasil yang tinggi" (Bandura, 1986, p. 475).

2. Tanggung Jawab (Commitment)
Sekali Anda telah membuat tujuan maka Anda harus bertanggung jawab untuk mencapainya. Tanggung jawab itulah yang memastikan bahwa Anda akan:
a. menganggap tujuan tersebut adalah hal yang penting,
b. berikrar bahwa diri Anda akan mencapainya,
c. merasa terikat untuk melakukan upaya guna mencapainya,
d. tidak menunda usaha Anda,
e. akan menilai buruk diri Anda sendiri apabila Anda.gagal berusaha, dan
f. merasa bertanggung jawab terhadap hasil yang harus dicapai.
Makin kuat tanggung jawab Anda terhadap suatu tujuan, makin kuat pula usaha Anda untuk mencapainya. Bandura (1986) menyarankan untuk mengumumkan tanggung jawab Anda untuk mencapai suatu tujuan - dengan cara menceritakannya kepada orang lain - karena hal tersebut akan mendorong Anda untuk berusaha lebih keras untuk menghindari konsekuensi sosial yang negatif seperti rasa malu.

3. Insentif
Insentif atau hadiah bagi suatu prestasi, akan membantu membudidayakan rasa yakin akan kemampuan mengatur diri dan meningkatkan minat terhadap tugas yang harus dilaksanakan. Bandura (1982) membedakan antara task-contingent incentives, yaitu insentif yang diberikan kepada seseorang hanya karena mereka melaksanakan tugas yang berulang dan rutin dari waktu ke waktu, dan competence-contingent incentives, yaitu hadiah karena penguasaan suatu tugas yang terpantul pada keyakinan akan kemampuan diri. Pencapaian prestasi yang memungkinkan seseorang untuk memenuhi standar pribadi, akan meningkatkan minat terhadap pekerjaan, dan meningkatnya keyakinan akan kemampuan diri harus menyertai insentif tersebut. Hal ini dapat bersifat internal (dari dalam diri orang tersebut sendiri), seperti rasa bangga terhadap diri sendiri, maupun eksternal (dari luar diri orang itu), seperti memenangkan hadiah atau memberi hadiah kepada diri sendiri. Hadiah dari luar ini juga memberikan informasi mengenai keyakinan akan kemampuan diri karena perolehannya berhubungan dengan kerja yang dilakukan dengan baik.
Sangat penting untuk mengusahakan agar siswa melihat bahwa kinerja yang kompeten merupakan alasan mereka mendapat hadiah, bukannya melihat hadiah tersebut sebagai penyebab otomatis dari kinerja yang kompeten itu. Dalam memberikan hadiah untuk hasil belajar siswa, para guru sebaiknya menjelaskan bahwa kemampuan siswa tersebutlah yang menyebabkan ia mendapat hadiah, bukan sekadar, hasil kerjanya. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan meminta siswa untuk membuat suatu pernyataan lisan yang mempertegas kemampuan mereka sendiri, saat pemberian hadiah. Dengan melakukan hal ini dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan pencapaian prestasi tersebut.
Dua bahaya yang harus dihindari adalah: 1) mencari orang lain untuk mengatur hidup Anda dan mengharapkan orang itu untuk mengendalikan diri Anda dan 2) menerima permintaan orang lain untuk mengendalikan dirinya. Dalam kasus yang pertama, Anda akan kehilangan semua rasa yakin akan kemampuan pribadi Anda, sedangkan dalam kasus yang kedua, Anda akan mengerjakan semua pekerjaan dan menanggung semua kesusahan dan kegagalan orang lain.
Ketika seseorang membebankan kendali dirinya kepada orang lain maka ia akan berhenti berusaha. Biasanya alasannya adalah bahwa ia ragu akan kemampuan dirinya untuk berhasil atau ia ragu apakah usahanya akan menghasilkan prestasi karena ketidakpedulian atau hukuman yang mungkin timbul dari lingkungannya. Dalam kedua kasus ini akan muncul perasaan patah semangat dan apatis. Sebagai seorang guru, penting bagi Anda untuk memberikan kepada siswa lingkungan di mana keberhasilan prestasi dapat dicapai dan diakui serta diberi hadiah, dengan demikian mereka dapat mengembangkan kendali diri yang perlu untuk pengaturan diri. (Lihat rangkuman mengenai intervensi yang relevan oleh guru.)
Kemampuan mengatur diri ditunjukkan dengan kemampuan untuk menetapkan jadwal harian dan menaatinya. Cara melakukan hal ini diberikan oleh Tuckman (1992). Menurut Tuckman dalam diri setiap orang ada "setan" yang selalu menganjurkan untuk menunda pekerjaan yang seharusnya segera diselesaikan. Sebagai contoh, Anda tahu bahwa ujian di Universitas Terbuka dilaksanakan hanya satu kali yaitu di sekitar akhir semester. Karena merasa masih lama maka -Anda terus-menerus menunda mempelajari mata kuliah yang Anda ambil pada semester tersebut. Tiba-tiba Anda menyadari bahwa waktu ujian tinggal satu bulan lagi dan Anda harus mempelajari lima atau enam mata kuliah. Waktu Anda mulai belajar, Anda merasa sulit untuk mengingat dan memahami berbagai informasi dalam waktu yang begitu singkat. Hal ini menyebabkan Anda berpikir tidak perlu bersusah-payah berusaha belajar, karena Anda yahin bahwa nilai Anda pasfi buruk. Anda mulai menyalahkan berbagai faktor di War diri Anda seperti, kesibukan mengajar, berumah tangga, bertetangga dan lain sebagainya yang menyebabkan Anda kekurangan waktu dalam belajar. Lebih jauh lagi, bila Anda ternyata memang mendapat nilai buruk maka pikiran Anda akan menyatakan bahwa ujian tersebut tidak adil, tidak ada di buku dan lain sebagainya. Setan yang menggoda dengan menyuruh kita untuk bersenang¬senang saja dan melupakan tanggung jawab kita sebenarnya adalah pikiran kita sendiri yang tidak rasional. Bagaimana kita dapat mengatasi hal ini?
Cobalah saran-saran berikut (Tuckman, 1992):
a. Bagilah tugas yang menjadi tanggung jawab Anda menjadi bagian- bagian yang secara realistis dapat Anda capaj. Misaanya Anda jadwalkan untuk belajar empat jam dalam seminggu den-an jadwal yang jelas dimulai dari awal semester.
b. Tulislah baik konsekuensi positif dari pembuatan ; adwal di atas, maupun konsekuensi negatif yang akan muncul bila Anda tidak rnernbUat dan menaati jadwal tersebut. Dengan kata lain, pikirkanlah konsekuensi¬konsekuensi yang muncul bila Anda bertindak secara rasional ataupun secara tidak rasional.
c. Janjikan pada diri Anda hadiah bila Anda menaati jadwal belajar yang , telah Anda tetapkan di atas (seperti belilah makanan yang Anda sukai, atau lakukanlah hobi Anda).
d. Ciptakan sistem sosial yang dapat menunjang pekerjaan Anda, seperti bentuklah kelompok belajar, atau ajaklah arak/kakak/adik serta isteri/suami Anda (orang yang serumah den-an Ar.da) untuk bersama¬sama membuat jadwal yang dapat menunjang jadwal belajar Anda dan ajaklah mereka menaati jadwal tersebut.
e. Belajarlah dari kesalahan Anda.

Seperti yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 2 ini, keyakinan akan kemampuan diri (self-cficacy) dan kemampuan mengatur diri (self-regulation) ternyata cukup penting dan dapat membantu siswa untuk mau belajar dengan sungguh-sungguh dan memastikan keberhasilan mereka. Kenyataannya di kelas banyak siswa yang tidak memiliki keyakinan yang besar akan kemampuan diri mereka dalam belajar dan mengatur kegiatan mereka. Karena Anda adalah guru SD dan SMP yang sekarang dapat disebut sebagai pendidikan dasar maka Anda dapat membantu siswa untuk mengembangkan keyakinan akan . kemampuan ini dengan cara mengembangkan strategi belajar untuk siswa yang belum memiliki hal ini.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

Untuk memantapkan pemahaman Anda cobalah kembangkan rencana pengajaran "strategi belajar" dengan menerapkan prinsip belajar lewat pengamatan terhadap. model seperti yang telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1 dan cara membangun keyakinan akan kemampuan diri serta kemampuan mengatur diri seperti yang diuraikan pada Kegiatan Belajar 2 ini.
Petunjuk Jownban Latihnn

Untuk memudahkan Anda dalam mengerjakan latihan tersebut, perhatikan rambu-rambu berikut.
1. Sebagai model Anda dapat mengambil siswa yang cerdas di kelas Anda dan memasangkan mereka dengan dua atnu tiga siswa lain yang kurang dalam kemampuan belajar. Siswa yang cerdas dibimbing untuk memodelkan keyakinannya akan strategi belajar yang baik, sedangkan siswa yang mengamati dibantu untuk melihat hal-hal apa yang penting untuk diperhatikan kemudian diterapkan sendiri.
2. Untuk mengembangkan kemampuan mengatur diri yang paling mudah adalah dengan cara menentukan tujuan dan membuat jadwal untuk pencapaian tujuan itu. Ajaklah siswa Anda untuk menetapkan tujuan, misalnya bahwa mereka ingin mendapatkan nilai paling sedikit tujuh untuk semua mata pelajai-an. Kemudian ajak mereka untuk melihat . berapa nilai rapor terakhir mereka untuk berbagai mata pelajaran. Contohkan bagaimana. melakukan analisis perbedaan antara nilai yang pemah mereka dapat dan nilai yang ingin mereka capai. Ajak masing¬r-.using anak untuk menenfukan kekurangannya sendiri dan ajari ,'nembuat jadwal belajar. Jadwal belajar tersebut sebaiknya juga memasukkan jadwal mereka untuk membantu orang tua masing-masing di rumah. Ralau perlu ajak juga orang tua untuk memperhatikan apakah anak-anak tersebut menaati jadwal yang mereka buat. Pantau terus selama satu caturwulan untuk melihat apakah ada perubahan yang menuju kepada perbaikan kemampuan mengatur diri.

RANGKUMAN

1. Keyakinan akan kemampuan diri (Self-effcacy) adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk melaksanakan suatu perilaku tertentu atau suatu seri tindakan dengan sukses. Ini berbeda dari perkiraan bahwa suatu perilaku akan membawa kepada suatu hasil tertentu atau outcome expectation.
2. Konsep keyakinan akan kemampuan pribadi ini meramalkan bahwa orang akan memilih, bertahan, dan mengerahkan usaha dalam , melakukan tindakan yang mereka yakin mereka mampu menanganinya dan akan menghindari situasi yang mereka percaya berada di luar kemampuan mereka untuk menanggulanginya. Penilaian terhadap kemampuan diri ini juga akan membangkitkan emosi - rasa senang karena percaya akan mendapat sukses dan rasa. takut atau cemas saat mereka merasa akan mendapatkan ancaman atau kegagalan - di mana besar, generalisasi dan kekuatan dari emosi tersebut merupakan fungsi dari keyakinan akan kemampuan pribadi.
3. Informasi yang mendasari penilaian akan kemampuan diri ternyata berasal dari empat sumber. Pengalam.an pribadi dalam melakukan suatu tindakan, atau keberhasilan dalam unjuk kefja atau penguasaan kemampuan (ntastery experiences), adalah'satu sumber informasi yang paling berpengaruh. Cara untuk menumbuhkan keyakinan akan kemampuan diri dapat dilakukan dengan melakukan sendiri suatu perilaku, tentu saja dengan bantuan di mana perlu, untuk meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan tersebut dapat dilaksanakan. Cara yang lain adalah dengan menolong meyakinkan orang mengenai kemampuan diri mereka dengan cara memberdayakan mereka sehingga mampu melakukan hal tersebut sendiri.
4. Hasil yang dialami ssorang model yang mirip dengan diri pengamat sendiri merupakan sumber informasi yang kedua, yang dapat dimanfaatkan pengamat untuk menilai dapat atau tidak dapatnya dirinya melakukan perilaku tertentu. Model dapat merupakan model nyata (benar-benar ada) atau simbolis (seperti aktor di televisi, film, atau buku).
5. Untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri para siswa, para guru dianjurkan untuk meragamkan kegiatan dalam kelas, sejauh mungkin menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa. Menggunakan pendekatan kooperatif, dan menghindari evaluasi yang bersifat membandingkan antara siswa yang satu dengan yang lain.
6. Kemampuan mengatur diri sendiri (self-regnlation), adalah usaha seseorang untuk mempengaruhi perilakunya sendiri. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan orang itu akan kemampuan pribadinya, atau keyakinan bahwa ia dapat mengendalikan dirinya sendiri. Keyakinan diri seseorang akan menimbulkan kemampuan untuk.mengendalikan diri, yang dapat membawa kepada perbaikan mutu kehidupannya sendiri. Pengaturan diri ini memerlukan kemampuan pemantauan diri, evaluasi diri dan reaksi diri.
7. Untuk membuat proses pemantauan dan evaluasi diri ini dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan mengatur diri melalui peningkatan keyakinan akan kemampuan pribadi maka disarankan untuk melakukan beberapa teknik berikut ini: penentuan tujuan yang spesifik, menantang, dapat dilakukan sekarang juga, ditentukan oleh diri sendiri, dan memecahnya menjadi beberapa tujuan bagian (tujuan bagian ini dapat memberikan pengarahan dan dorongan); tanggung jawab untuk memastikan pengerahan usaha dan ketekunan; insentif atau hadiah berupa internal (rasa puas) dan eksternal (pujian dari guru atau orang tua), untuk pencapaian kompetensi; dan bertanggung jawab untuk mengendalikan tingkah laku sendiri bukan dikendalikan oleh orang lain (proxy control).

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban.yang paling tepat!

1) Yang memotivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan secara berhasil yaitu adanya .... .
A. adanya keyakinan bahwa tindakan tersebut dapat dilakukan secara berhasil
B. perkiraan bahwa tindakan tersebut akan berhasil
C. kemungkinan tindakan tersebut akan berhasil
D. nilai dan hasil dari tindakan yang dilakukannya

2) Seseorang akan menghindari berbagai situasi yang diyakini akan melampaui kemampuannya dalam mengatasi situasi tersebut. Pendapat tersebut menurut teori....
A. keterampilan mengatur diri
B. belajar sosial
C. keyakinan akan kemampuan diri
D. kemampuan mengatur diri

3) Penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri akan berdampak pada ....
A. besar usaha yang akan dikerahkan orang tersebut
B. derajat ketekunan dalam mengerahkan usaha tersebut
C. hasil usahanya sendiri
D. jawaban A dan B benar .

4) Keyakinan akan kekuatan diri sangat bergantung pada ....
A. keyakinan itu sendiri
B. generalisasi keyakinan tersebut
C. kekokohan keyakinan tersebut
D. semuanya benar

5) Keyakinan akan kemampuan untuk mengatur diri dapat dikembangkan dengan cart mengalami sendiri suatu keberhasilan dan ....
A. mengatur jadwal secara ketat
B. perumusan tujuan yang jelas
C. penguasaan keterampilan berkat usaha yang keras
D. pemberian insentif yang memuaskan

6) Kemampuan memantau diri, evaluasi diri dan reaksi diri adalah faktor¬faktor yang dapat mempengaruhi ...:
A. keberhasilan seseorang
B. keyakinan akan kekuatan diri
C. keyakinan akan kemampuan mengatur diri
D. tingkat kepercayaan diri

7) Untuk meningkatkan kemampuan mengatur diri seseorang dapat dilakukan den-an cara menentukan tujuan, tanggung jawab, pemberian insentif, serta cara lainnya yang tepat adalah ....
A. mengikuti pelatihan
B. pengaturan jadwal yang ditaati
C. kerja kelompok
D. pembagian pekerjaan secara jelas

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap mated Kegiatan Belajar 2.


Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 - 89°Io = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.



Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Fornaatif 1 Tes Fhrnxuif 2
1) D 1) A
2) C 2) C
3) D 3) D
4) B 4) D
5) C 5) C
6) D 6) C
7) D 7) B
8) D



DAFTAR PUSTAKA


Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 84, 192-215.
Bandura, A. (1978). The Self-system in Reciprocal Determinism. American Psychologist, 33, 344-358.
Bandura, A. (1982). Self-efficacy Mechanism in Human Agency. American Psychologist, 37, 122-147.
Bandura, A. (1983). Self-efficacy Determinants of Anticipated Fears an Calamities. Journal of Personality and Social Psychology, 45, 464-469.
Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Bandura, A., & Cervone, D. (1983). Self-evaluative and Self-efficacy Mechanism, Governing Motivational Effects of Goal Systems. Journal of Personality and Social P'sychologgy, 45, 1017-1028.
Barrios; B. A. (1983). The Role Off Cognitive Mediators in Heterosocial Anxiety: A Test of Self-efficacy Theory. Cognitive Therapy and Research, 7, 543-554.
Tuckman, B. W. , & Sexton, T. L. (1990). The Relation Between Self-beliefs and Self-regulated Performance. Journal of Sccial Behavior and Personality, 5, 465-472.
Tuckman, B. W. (1992). Educational Psychology: From Theory to Application. New York: Harcourt Brace Jovanovich.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929