loading...

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bidang Studi

April 26, 2013
loading...
setelah membahas pengertian dan karakteristik konstruktivisme, pada Kegiatan Belajar 3 kita akan membahas berbagai contoh penerapannya dalam pembelajaran bidang studi.

A. KONSTRUCTIVISME DALAM PEMBELAJARAN IPA

Contoh Proses Pembelajaran Fisika

Berikut ini adalah pengalaman pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Adam ketika membahas pokok bahasan 'gerak, kecepatan dan bidang' dalam mata pelajaran fisika.

(Diadaptasi dari Leonard & Garace, 1996)

Gambar di atas adalah gambar dua pipa yang sejajar sama tinggi, meskipun panjangnya tidak sama karena pada pipa 2 terdapat lekukan yang dalam. Pada ujung pipa 1 dan 2 diluncurkan bola yang sama besar dan beratnya. Pertanyaannya adalah apabila kedua bola tersebut dilepaskan pada saat yang sama, bola pada pipa manakah yang akan mencapai ujung pipa atau garis finish lebih dulu?
Pada awalnya banyak siswa yang menjawab bahwa bola pada pipa 1 akan lebih cepat mencapai ujung pipa. Pipa 2 lebih panjang sehingga jarak yang ditempuh bola juga lebih lama.
Siswa lainnya memperkirakan kedua bola akan meneapai ujung pipa pada saat yang sama , karena bola pada pipa 2 meskipun akan bergerak lebih cepat pada bidang yang menurun, akan melambat ketika sampai pada bidang yang menanjak.
Tidak ada seorang pun yang memperkirakan bahwa bola pada pipa 2 akan lebih cepat daripada pada pipa 1.
Ketika dicobakan, anak-anak menjadi terheran-heran, karena setiap kali dilakukan percobaan bola pada pipa 2 setalu mendahului bola pipa 2. Apa yang ada di dalam pikiran mereka tentang apa yang terjadi? Mengapa demikian? Apa ini rahasianya?
Saya sampaikan kepada mereka bahwa ini bukan sulapan, dan saya minta mereka untuk berpikir ulang mencermati apa yang terjadi pada bola tersebut ketika mencapai bagian-bagian pipa tertentu.
Pada mulanya mereka merasa segan mengemukakan pendapat, mungkin karena merasa diuji guru sehingga takut memberi jawaban yang salah. Tapi saya katakan kepada mereka bahwa yang saya inginkan adalah mereka mau berbagi pendapat dengan teman-temannya yang lain, mendiskusikan dengan bebas apa yang terjadi. Satu dua siswa mulai berbicara dan akhirnya menjadi riuh karena hampir semua ikut bicara. Ada yang mengoreksi, ada yang menyatakan setuju, mereka merasa bebas mengemukakan apa yang mereka pikirkan. Dan akhirnya mereka sampai pada kesimpulan sebagai berikut.
Kedua bola mencapai titik A pada saat yang sama dengan kecepatan yang sama.
Bidang miring dari titik A ke B mempercepat gerak bola sehingga mencapai titik B lebih cepat daripada bola pipa 2.
Ketika mencapai titik C bola mana yang lebih cepat? Ananda menjawab bahwa keduanya akan tiba pada saat yang sama. "Mengapa kamu berpikir begitu?" " karena bola pipa 2 meskipun bergerak cepat pada bidang menurun, akan. melambat ketika melalui bidang yang menanjak," sahutnya. Pendapat ini ternyata mengundang pendapat pro dan kontra, karena hasil pengamatan menunjukkan bola pada pipa 2 selalu mendahului bola pipa 2. .
Melalui pertanyaan-pertanyaan saya berusaha mengarahkan pemikiran mereka pada panjang pipa yang merupakan jarak yang ditempuh bola. Dan pada akhirnya mereka dapat menemukan kuncinya, yaitu bahwa bola pipa 2 bergerak lebih cepat daripada bola pada pipa 1, dan kecepatan itu memungkinkan dia untuk melalui jarak yang lebih panjang dengan waktu lebih pendek, sehingga sampai lebih cepat. Ada yang langsung menerima, ada juga yang tidak mudah percaya. Nah, terjadilan debat dan diskusi di antara siswa. Yang penting adalah bahwa pada akhirnya anak-anak dapat memahami bagaimana proses berpikir seorang ahli fisika ketika berusaha menjelaskan suatu fenomena.

(Diadaptasi dari Leonard, W. & Gerace, W. (1996)

Berdasarkan pembahasan pada Kegiatan Belajar 1 dan 2, menurut Anda karakteristik pembelajaran konstruktivistik apa saja yang Anda temukan pada contoh pembelajaran di atas?
Kasus pembelajaran di atas merupakan contoh pembelajaran konstruktivisme yang cukup baik. Guru nampaknya menggunakan pendekatan “pembelajaran melalui menemukan.” Siswa aktif berpikir dan mendiskusikan pemikirannya untuk dapat memahami fenomena fisika yang dihadapi. Kita akan mencermati strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Dalam proses pembelajaran tersebut guru melakukan kegiatan sebagai berikut.
1. Guru memberi suatu kasus untuk dianalisis oleh siswa secara bersama.
2. Guru menugaskan siswa untuk mfngamati suatu fenomena yang merupakan perwujudan konsep atau prinsip terter.tu.
3. Guru mengundang dan mendorong siswa untuk be-pendapat.
4. Guru meminta siswa menjelaskan pendapatnya melalui pertanyaan¬pertanyaan, tanpa memberikan penilaian bahwa suatu pendapat `salah' atau `benar'.
5. Guru memberikan bimbingan sampai siswa akhirnya dapat membuat kesimpulan sendiri.
Dalam melaksanakan pembelajaran diskoveri guru perlu memperhatikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Pastikan siswa telah mengenal dan memahami beberapa konsep dasar yang diperlukan yang relevan dengan tugas yang diberikan guru.
2. Perlu menyusun struktur kegiatan sebagai acuan siswa. Hat ini diperlukan misalnya untuk kegiatan lab ipa, kalau tidak ada prosedur yang jelas percobaan yang dilakukan siswa dapat menjadi tidak bermakna atau bahkan berbahaya.
3. Bimbing siswa untuk menghubungkan hasil pengamatan dan analisis mereka dengan berbagai konsep dan prinsip lain. Dengan ini guru menggunakan `pembelajaran tematik' (thematic instruction) untuk mendorong.siswa membuat kaitan hubungan dan berpikir makro.

B. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK DALAM BIDANG IPS

Dalam suatu pelajaran IPS guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Guru kemudian memberi foto kopi peta provinsi Lampung kepada setiap kelompok. Setelah beberapa saat memberi kesempatan setiap anggota mencermati peta tersebut, guru bertanya "Coba, apa yang menarik dari nama-nama tempat di peta itu?" Siswa bergantian menjawab bahwa banyak nama desa berbahasa Jawa, di 'antaranya seperti 'Pringsewu', `Sukohardjo', dan 'Kalirejo'. 'Menurut kalian mengapa terjadi demikian?'.
Guru berusaha untuk membimbing arah berpikir siswa, mengaitkan kenyataan tersebut dengan aspek sosial, ekonomi dan budaya, seperti 'transmigrasi', 'hubungan sosial antar budaya' atau multikultural, dan sebagainya.
Dalam kesempatan berdiskusi dengan kelompok, siswa berusaha mengembangkan pemahaman tentang interaksi berbagai konsep IPS melalui `nama desa.

Menurut Anda dapatkah pembelajaran di atas dikategorikan sebagai pembelajaran tematik, yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari suatu tema/topik? Apabila ya, kira-kira tema apa yang sesuai dengan contoh pembelajaran di atas?

Perhatikan pula contoh berikut ini!

Dalam suatu pembelajaran matemati.ka, guru bertanya kepada siswa. Saya perlu mengisi bensin mobil saya, dan saya hanya mempunyai uang Rp100.000,00. Harga bensin sekarang Rp4000,00 per liter. Dengan uang tersebut berapa liter bensin yang akan saya peroteh?' Siswa sibuk menghitung dan sating mengecek hasil hitungan dengan teman di dekatnya. `Mirna, jawabnya bagaimana?"
“Hampir 23 liter, Pak," sahut Mirna. 'Tepatnya berapa?' "2,222 liter, Pak. "
"Bagus. Nah, sekarang, menurut kalian harga bensin saat ini mahal atau murah?"
Melalui pertanyaan ini Pak Guru membawa siswa berpikir tentang - berbagai penyebab perubahan harga bensin, kaitannya dengan ketersediaan sumber daya alam, dan sebagainya. Dalam pembelajaran ini siswa mendapat kesempatan untuk berhitung, membahas prinsip ekonomi (naik turunnya harga merupakan fungsi permintaan dengan persediaan barang), dan . pentingnya pengelolaan sumber daya alam dengan baik.
Dalam pembelajaran ini siswa dilatih berpikir lintas disiplin (interdisipliner) dan multi disiplin. Kedalaman dan kompleksitas tujuan pembelajaran tentunya akan bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan.

C. EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

Secara fundamental terdapat perbedaan antara tujuan dan cara mengevaluasi hasil belajar antara pendekatan konstruktivis dengan pendekatan lain yang lebih tradisional. Pada pendekatan tradisional, misalnya pendekatan behavioristik, focus perhatian evaluasi lebih kepada hasil belajar berupa pengetahuan atau kemampuan yang dikuasai. Sedangkan pada pendekatan konstruktivis yang menjadi fokus hasil belajar bukan hanya hasil tetapi juga proses yang teijadi ketika siswa berusaha `mengkonstruksi' pemahamannya. Den-an demikian perkembangan strategi berpikir siswa juga perlu dievaluasi, apakah siswa telah dapat mengembangkan kemampuan berpikir `tinggi' (analisis, pemecahan masalah), sebagaimana diharapkan oleh pendekatan konstruktivistik.
Tes pengetahuan yang dilakukan sebaiknya juga lebih banyak menggunakan soal berbasis kasus, portofolio, dsb. Di samping itu sebaiknya evaluasi siswa tidak terbatas kepada pengetahuan saja, tetapi hasil belajar (kinerja) siswa secara utuh, dengan merrlperhitungkan juga aspek lain seperti keterampilan sosial (yang diperlukan dalam berkolaborasi dalam proses belajar), serta perkembangan afektif (sistem nilai, sikap terhadap behijar, dan sebagainya).

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme memberikan landasan konseptual yang memadai untuk berbagai bentuk pembelajaran yang bercirikan konstruktivisme, yang kemungkinaq telah dilakukan guru meskipun tidak dengan jelas menyebutnya sebagai pendekatan konstruktivistik.
Pendekatan konstruktivistik pada dasarnya merupakan pendekatan pembelajaran yang baik dan sangat berorientasi kepada siswa (student¬centerd). Yang sering dipertanyakan oleh guru adalah bagaimana membagi waktu untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang memperhatikan perkembangan . proses berpikir dan kemampuan berpikir siswa secara individual, sedangkan mereka dituntut untuk dapat menyelesaikan kurikulum pada waktunya. Belum lagi berbagai tugas administratif pembelajaran yang harus diselesaikan.
Dalam hal ini guru harus mempertimbangkan hal-hal apa yang penting dan akan mempunyai pengaruh seumur hidup bagi siswa: Apabila kemampuan untuk berpikir konstruktif dalam memecahkan berbagai masalah penting bagi siswa, bukankah guru juga perlu mengusahakannya? Guru perlu membuat imbangan prioritas dan fleksibilitas dalam mengelola pembelajaran.
Sesuai dengan benang merah pemikiran modul ini, dalam mengelola pembelajaran guru sebaiknya dapat menggunakan prinsip-prinsip yang diturunkan berbagai perspektif pembelajaran, behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme dan lain-lainnya, sesuai dengan tujuan dan sifat materi pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu mengasah daya kreativitasnya untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

LATIHAN :
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

Tentu anda telah memahami tentang pembelajaran. berbasis masalah dan pembelajaran tematik.
Tuliskan langkah-langkah yang harus anda lakukan ketika Anda melakukan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran tematik pada tabel yang tersedia.
Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Tematik










RANGKUMAN
Prinsip-prinsip konstruktivis dapat digunakan dalam pembelajaran bidang studi, dengan menggunakan tahapan pemberian tugas, pembahasan kelompok dan pelaporan. Pendekatan yang dilakukan dapat menggunakan pembelajaran berbasis masalah, tematik dan yang lainnya. Dalam pembelajaran berbasis masalah yang diutamakan adalah berpikir analitis dan integratif, untuk memilah berbagai komponen permasalahan dan berpikir integratif mencari berbagai pemecahan masalah.
Pembelajaran tematik dikembangkan supaya siswa mempunyai wawasan interdisipliner atau multidisipliner, dapat mengaitkan pengetahuan dari berbagai bidang studi.


TES FORMATIF 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

a. Pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengembangkan keterkaitan pengetahuan/pemahaman yanng tidak terbatas satu bidang ilmu disebut pembelajaran ....
A. terstruktur
B. aktif
C. tematik
D. berbasis bidang ilmu

b. Dalam upaya siswa untuk menyusun pemahaman terhadap suatu fenomena, prior learning sangat berperanan. Yang dimaksud dengan prior learning adalah ....
A. hasil belajar yang ingin dicapai
B. strategi belajar yang digunakan
C. pengetahuan awal sebelum belajar
D. metode evaluasi yang digunakan

c. Berupa apa saja prior learning tersebut pada soal 2?
A. Konsep, prinsip, dan prosedur.
B. Sarana prasarana belajar.
C. Media pembelajaran.
D. Sistem evaluasi belajar.

d. Evaluasi pembelajaran konstruktivis berorientasi pada ....
a. hasil belajar siswa
b. proses dan hasil belajar
c. strategi belajar
d. transfer pengetahuan siswa

e. Dalam pembelajaran konstruktivis evaluasi dimaksudkan untuk mengukur kinerja/kompetensi siswa secara utuh. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa nilai akhir siswa ....
A. merepresentasikan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B. menentukan apakah siswa lulus atau tidak
C. memadai selama dihitung dalam perbandingan dengan rata-rata kelas
D. menjadi indikator kualitas sekolah
f. Dalam suatu pembelajaran Bu Guru membuka dengan berkata " Hari ini kita akan membahas tentang 'bencana alam dan bdbagai penyebabnya'. Ibu mengharapkan kalian semua akan mendapat nilai paling rendah 90 dalam tes besok. Untuk itu Ibu minta kalian bekerja berkelompok tiga orang untuk saling membantu memahami materi pelajaran ini. Untuk kelompok yang seluruh anggotanya mendapat nilai lebih dari 90 akan Ibu beri tiket gratis nonton Peterpan."
Dalam contoh pembelajaran tersebut Bu Guru menggunakan mendekatari ....
A. tutor sebaya
B. bersaing antar siswa
C. scaffolding
D. transformatif

g. Rancanglah suatu pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip konstruktivist, dengan menggunakan pendekatan `tematik'! Pilih dan gunakan pokok bahasan yang paling Anda kuasai.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.


Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat mengikuti Ujian Akhir Semester. Selamat! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.



Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Forirsatif 1
1) B. Kognitivisme.
2) A. Behaviorisme.
3) B. Transformasi cara berpikir siswa.
4) C. Proses pembelajaran perlu dikemas dalam bentuk kolaborasi.
5) C. Tahap kemampuan berpikir siswa.
6) D. Konstruktivisme individual.
7) D. Proses dialog siswa dengan lingkungan dan orang lain.
8) C. Behaviorisme.
9) C. Siswa dapat menunjukkan alat ukur daya gravitasi.
10) A. Menggunakan masalah atau contoh yang nyata terjadi.

Tes Formatif 2
1) B. Merupakan indikator perkembangan berpikir.
2) C. Menghafalkan rumus.
3) C. Membuat model prototipe mobil.
4) C. Dibiarkan terjadi sebagai bentuk berpikir jamak.
5) B. Siswa harus membentuk sendiri pemahaman terhadap pengetahuan.
6) D. Memberikan bimbingan bertahap kepada siswa.
7) B. Otentik.
8) C. Siswa akan berbagi informasi dan saling mengoreksi.
9) D. Memungkinkan siswa mengembangkan perilaku individual.
10) A: Mengembangkan kemampuan siswa menghafal berbagai teori.

Tes Formatif 3
1) C. Pembelajaran Tematik.
2) C. Pengetahuan awal sebelum belajar.
3) A. Konsep, prinsip dan progedur.
4) B. Proses dan hasil belajar.
5) A. Merepresentasikan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik.
6) A. Tutor sebaya.
7) Dalam rancangan yang Anda buat harus terlihat:
i. prosedur kegiatan pembelajaran, termasuk jenis penugasan;
ii. bagaimana aspek 'kolaborasi', 'dialog', 'proses berpikir dalam pembentukan pemahaman siswa' terakomodasi dalam kegiatan belajar tersebut.

Daftar Pustaka

Ames, C. (1984). Competitive, cooperative, and individualistic goal structures: A cognitive-motivational analysis. In R. Ames & C. Ames (Eds.), Research on motivation in education: Vol 1. Student motivation. San Diego: Academic Press.
Burger, H.G. (1973). Cultural pluralism and the schools. In C.S. Brembeck & W.H. Hills (Eds.), Cultural challenges to education; The influence of cultural factors in school learning. Lexington, MA: Heath.
Bruning, R.H., Schraw, G.J., dan Ronning, R.R. (1999). Cognitive Psychology and./nstruction (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Merrill.
Cunningham, D. J., &Duffy, T. M. (1996). Constructivism: Implications for the design and delivery of instruction. In D. H. Jonassen (Eds.), Educational communications and technology (pp. 170-198). New York: Macmillian Library Reference USA
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929