loading...

Controling Organisasi Pendidikan

April 13, 2013
loading...
Kata Pengantar

BISMILLAHIRAHMANNIRARAHIM…..
Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT, karena telah memberikan karunia kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun mungkin masih ada kerancuan yang terdapat didalamnya.
Tak lupa sholawat teriring salam penulis persembahkan kepada Nabi junjungan seluruh umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah berjuang sampai akhir hayatnya untuk menegakkan kebenaran dan memusnahkan kehancuran di Dunia saat ini.
Dalam makalah yang berjudul “COUNROLING ORGANISASI PDD” ini penulis sedikit memaparkan bagaimana sebenarnya suatu kurikulum itu bisa berjalan dengan baik dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, lembaga pendidikan sudah pasti ada program-program pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya, maka sebelum hal itu dilaksanakan maka dengan adanya kurikulum diharapkan harapan dan tujuan dari program pendidikan tersebut bias berjalan dengan baik sesuai dengan komponen-komponen suatu kurikulum.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan para pembaca khususnya.
Selain itu, guna kesempurnaan makalah ini, penulis dengan tangan terbuka sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kondusif untuk membantu perbaikan makalah ini.


Penulis

Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II Pembahasan
Countroling (Pengawasan) Organisasi PDD
A. Pengertian Pengawasan
B. Tipe-tipe dan Unsure-unsur Pengawasan
C. Tahap-tahap dalam Proses Pengawasan
D. Pentingnya Pengawasan
E. Rancangan Proses Pengawasan
F. Bidang-bidang Pengwasan Strategi
G. Alat ………Pengawasan manajerial
H. Karakteristik-karakteristik pengawasan yang spektif
1. berbagai teknik dan metode
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengawasan adalah tahap proses manajerial mengenai pemeliharaan kegiatan organisasi dalam batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan. Pengawasan organisasi itu saling berkaitan erat dengan perencanaan. Rencana menberikan kerangka bagi bekerjanya proses pengawasan itu sering kali mengidentifikasi kebutuhan akan rencana atau strategi baru atau yang disesuaikan. Unsur dasar dari proses pengawasan adalah sama untuk setiap individu atau organisasi. Alat-alat yang dipakai untuk mengemudi atau mengatur kegiatankegiatan itu biasanya berbeda-beda menurut keadaan. Biasanya, perilaku individu dan organisasi itu dituntun oleh urutan yang kontinyu dari siklus perencanaan-pelaksanaan-pengawasan.
Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikanya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), suatu anggaran yang berlebihan, dan kegiatan-kegiatan yang lain yang menyimpang dari rencana. Bab ini akan membahas proses pengawasan manajerial, melalui mana manajemen berusaha memperoleh jaminan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Juga, akan dibahas konsep pengawasan secara luas dan umum.
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan (controlling), antara lain evaluating, apparaising, atau correcting. Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena mengandung konotasi yang tidak mencakup penetapan standar, pengkuran kegiatan, dan pengambilan tindakan korektif.
B. Tujuan
Adapun penulisan makalah ini bertujuian untuk memenuhi tugas terstruktur sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir semester, sekaligus untuk menambah wawasan pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN
Controling Organisasi Pendidikan

A. PENGERTIAN PENGAWASAN
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiata sesuai yang ditentukan.
Perkataan pengawasan (control) mempunyai beberapa artidan, lebih spesifik beberapa konotasi yang bermakna adalah:
1. Mengecek atau memeriksa
2. Mangatur
3. Membandingkan dengan suatu standar
4. Melaksanakan wewenang (mengrahkan atau memerintah)
5. Mengekang atau mengendalikan
B. TIPE-TIPE DAN UNSUR-UNSUR PENGAWASAN
1. pengawasan pendahuluan (feedrorward control). Pengawasan pendahuluan, atau sering disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselasaikan.

2. pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Pengawasan iini, sering disebut pengawasan “Ya-Tidak”, screening control atau “Berhenti-Terus”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “Double-Check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. pengwasan umpan balik (feedback control).pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai Past-Action control, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat histories, pengukuran dilakukan setelah kagiatan terjadi.










Gambar 17.2. Tiga Tipe Pengawasan.
UNSUR-UNSUR PENGWASAN
Ada 4 unsur pokok yang lazim terdapat dalam semua sistem pengawasan. Unsur-unsur ini tetap berlaku, bagaimanapun tingkat kecanggihan sistem itu. Artinya ia tidak bergantung pada mekanisasi atau komputerisasi.
Pengawasan itu umunya dijaga dengan alat-alat keputusan yang dibuat sebagai bagian dari proses yang berlanjut. Dalam setiap proses pengambilan keputusan, arus informasi merupakan unsur kunci. Misalnya, mengetahui standar berarti mengetahui informasi tentang sistem. Mengindera (sensing) atau mengukur juga membutuhkan informasi yang dipakai dalam tahap perbandingan (comparing phase). Arus infomasi itu adalah inti dari umpan balik yang perlu untuk mengubah sistem jika perlu. System pengolahan data internal memberikan informasi untuk dipakai mengawasi informasi yang sedang berjalan. Iktisar dan laporan-kekecualian juga memberikan informasi untuk keputusan manajemen. Informasi yang dihasilkan didalam, digabung dengan informasi dari lingkungan luar, memberikan bahan mentah untuk keputusan penyesuaian dan pembaharuan dalam menetapkan sasaran dan perencanaan tindakan.
















C. TAHAP-TAHAP DALAM PROSES PENGWASAN
Proses pengawasan biasanya terdiri paling sedikit lima tahap. Tahap-tahapnya adalah:
1) penetapan standar pelaksanaan (perencanaan), 2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, 4) perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard an penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan 5) pengambilan tindakan koreksi bila perlu. Tahap-tahap ini akan diperinci berikut.



Gambar. Proses pengawasan










Tahap 1: penetapan standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalam penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung aerti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil, tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
Tiga bentuk standar yang umum adalah:
a. standar-standar phisik, mungkun meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.
b. Standar-standar moneter, yang ditujukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatn penjualan, dan sejenisnya.
c. Standar-standar waktu, meliputikecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan.
Setiap tipe standar dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dihitung. Ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada para bawahan secara lebihjelas dan tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dab diterima mereka yang bersangkutan.
Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga memainkan peran penting dalam proses pengawasan. Memang, pengawasan dengan standar kualitatif lebih sulit dicapai, tetapi hal ini tetap penting untuk mencoba mengawasinya. Missal standar kesehatan personalia, promosi karyawan yang terbaik, sikap kerja sama, berpakaian yang pantas dalam bekerja, dan sebagainya.
Tahap 2: Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan : berapa kali (how often) pelaksanaan seharusnya diukur- setiap jam, harian, mingguan, bulanan? Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan-laporan tertulis, inveksi visual, melalui telephone? Siapa (who) yang akan terlibat-manajer, staf departemen? Pengukuran ini sebainya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat diterangkan kepada para karyawan.

Tahap 3: Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan teru-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1) pengamatan (observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan maupun tertulis, 3) metode-metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sample. Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intern (internal auditor) sebagai pelaksana pengkuran.

Tahap 4: Perbandingan Pelaksanaan dengan standar dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaanyang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterperetasikan adanya penyimpangan (deviasi).

Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisis menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk.
Diantaranya:
1. Mengubah standar mula0mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
2. Mengubah pengukuran pelakasanaan (inpeksi terlalu sering frekuensinya atau kurang atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri).
3. Mangubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.


D. PENTINGNYA PENGAWASAN
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi . faktor itu adalah:
1. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukanya bahan baku baru, adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisai semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa dan dicatat secara tepat, bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri, perlu selalu dimonitor.disamping itu organisasi sekarang lebih bercorak desentralisasi, dengan banyak agen-agen atau cabang-cabang penjualan dan kantor-kantor pemasaran, pabrik-pabrik yang terpisah secara geografis, atau fasilitas-fasilitas penelitian yang tersebar luas. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif .
3. Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pemngawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan-kesalahan –memesan barang atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengwasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tesebut sebelum menjadi kritis.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahanya satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepada dirinya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.
Kata “pengawasan” sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan, karena dianggap akan mengamncam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang akhirnya merugkan organisasi sendiri. Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan.
E. PERANCANGAN PROSES PENGAWASAN
Wiliwm H. Newman telah mengemukakan prosedur untuk penetapan sistem pengawasan. Pendekatanya terdiri atas lima langkah dasar yang dapat diterapkan untuk semua tipe kegiatan pengawasan:
1. Merumuskan hasil yang diinginkan. Manajer harus merumuskan hasil yang akan dicapai sejelas mungkin. Disamping itu, hasil yang diinginkan harus dihubungkan dengan individu yang bertanggung jawab atas pencapaiannya.
2. Menetapkan petunjuk (predictors) hasil. Tujuan pengawasan sebelum dan selama pengawasan dilaksanakan adalah agar manajer dapat mengatasi dan memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan. Tugas penting manajer adalah merancang program pengawasan untuk menemukan sejumlah indikator-indikator yang terpercaya sebagai penujuk apabila tindakan koreksi perlu diambil atau tidak. Newman telah mengidentifikasikan beberapa “early warning predictors” yang dapat membantu manajermemperkirakan apakah hasil yang diinginkan tercapai atau tidak, yaitu:
a. Pengukuran masukan. Perubahan dalam masukan pokok akan mangisyaratkan manajer untuk merubah atau mengambil tindakan koreksi. Sebagai contoh, pesanan-pesanan yang masuk akan menunjukkan volume produksi, atau biaya bahan baku akan mempengaruhi harga produk.
b. Hasil-hasil pada tahap-tahap permulaan. Bila hasil dari tahap permulaan lebih baik atau lebih jelek dari pada yang diperkirakan, maka perlu dilakukan penilaian kembali. Penjualan awal yang mengembirakan akan merupakan indikasi yang sangat berguna bagi keberhasilan diwaktu yang akan datang.
c. Gejala-gejala (symptoms). Ini adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil akhir, tetapi tidak secara langsung mempengaruhinya. Sebagai contoh, bila agen penjualan terlambat menyampaikan laporan, manajer laporan dapat menduga bahwa kuota belum tercapai. Kelemahan gejala adalah dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
d. Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan. Perkiraan mula-mula didasarkan atas asumsi-asumsi dengan kondisi “normal”. Perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti pengembangan produk baru oleh pesaing, atau kekurangan bahan, akan menunjukkan perlunya penilaian kembali taktik dan tujuan perusahaan.
Manajer juga perlu menggunakan hasil-hasil diwaktu yang lalu untuk membuat perkiraan siklus berikutnya.
3. Menetapkan standar penunjuk dan hasil. Penetapan standar untuk petunjuk dan hasil akhir adalah bagian penting perancangan proses pengawasan. Tanpa penetapan standar, manajer mungkin memberi perhatian yang lebihterhadap penyimpangan kecil atau tidak bereaksi terhadap penyimpangan besar.
4. Menetapkan jaringan ionformasi dan umpan balik. Langkah keempat dalam perancangan suatu siklus pengawasan adalah menetapkan sarana untuk pengumpulan informasi petunjuk dan pembandingan petunjuk terhadap standar. Jaringan kerja komunikasi dianggap baik bila aliran tidak hanya keatas tetapi juga kebawah kepada siapa yang harus mengambil tindakan koreksi.
Komunikasi pengawasan sering didasarkan pada prinsip “management by exception”. Prinsip ini menyarankan bahwa atasan hanya diberi informasi apabila terjadi penyimpangan besar dari standar atau rencana.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil, dan kemudian mengambil tindakan.
Informasi tentang penyimpangan dari standar harus dievaluasi terlebih dulu, sebelum tindakan-tindakan koreksi alternatif dikembangkan, dievaluasi/dinilai dan diimplementasikan.
F. BIDANG-BIDANG PENGAWASAN STRATEGIK
Agar manajer dapat merancang sistem pengawasan efektif, maka perlu didentifikasikan bidang-bidang strategik bidang satuan kerja atau organisasi. Bidang-bidang ini merupakan aspek-aspek satuan kerja organisasi yang harus berfungsi secara efektif agar keseluruhan organisasi meraih sukses. Bidang-bidang strategik (kunci) biasanya menyangkut kegiatan-kegiatan utama organisasi-separti transaksi-transaksi keuangan, hubungan manajer-bawahan, atau operasi-operasi produksi. Penetapan bidang-bidang pengawasan strategik akan membantu perumusan sitem pengawasan dann standar yang lebih terperinci bagi manajer-manajer tingkatan bawah
Disamping itu penting juga untuk menentukan titik-titik kritis dalam sistem dimana monitoring dan pengumpulan informasi harus dilakukan, atau yang disebut titik-titik pengewasan strategik (strategic control). Metoda penentuannya adalah dengan menganalisa bidang-bidang operasi dimana perubahan selalu terjadi dan pemusatan pada unsur-unsur paling vital dalam operasi tertentu.
G. ALAT BANTU PENGAWASAN MANAJERIAL
Ada banyak teknik yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan pengawasan menjadi lebih efektif. Dua teknik yang paling terkenal adalah:
Management By Exceptio (MBE)
MBE, atau prinsip pengecualian, memungkinkan manajer untuk mengarahkan perhatinnya pada bidang –bidang pengawasan yang paling kritis dan mempesilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi-variasi rutin(lihat gambar 17.5). Hal ini dapat diprakterkan oleh manajer-manajer penjualan, produksi, keungan, personalia, pembelian, pengawasan mutu, dan bidang-bidang fungsional lainnya. Bahkan manajer-manajer ini pertama dapat mempergunakan prinsip ini dalam pengawasan harian mereka.
Pengawasan yang ditujukan pada terjadinya pengecualian ini murah, tetapi penyimpangan baru dapat diketahui setelah kegiatan terlaksana. Biasanya pengawasan ini dipergunakan untuk operasi-operasi organisasi yang bersifat otomatis dan rutin.
Management – Information System (MIS)
Sistem informasi manajemen ataumanagement-information system mamainkan peran penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metode formal mengadakan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yangdiperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkunkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi dilaksanakan secara efektif. MIS adalah sistem pengadaan, pemprosesan, penyimpanan dan penyebaran informasi yang direncanakan agar keputusan-keputusan manajemen yang efektif dapat dibuat. Sistem menyediakan informasi waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang serta kejadian-kejadian didalam dan diluar organisasi.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama, yaitu:
1) Tahap survei pedahuluan dan perumusan masalah
2) Tahap disain konsepsual
3) Tahap disain terperinci
4) Tahap implementasi akhir.
Agar perancang MIS berjalan efektif, manajemen perlu memperhatikan 5 (lima) pedoman berikut ini:
1. Mengikuti sertakan pemakai (unsur) kedalam tim perancang.
2. Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem.
3. Memperlakukan informasi yang releven dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka.
4. Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
5. Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi operasi dan pemakai sistem.

Konsep MIS berhubungan sangat erat dengan teknologi komputer, yang mencakup kapasitas komputer, program dan bahasan program, teminal jarak jauh, diskette, dan lain-lainnya. Organisasi mungkin mempunyai MIS tanpa komputer, tetapi sistem akan kehilangan sebagian “keampuhanya” tanpa bantuan komputer. Jadi, pada dasarnya MIS membantu manajemen melalui penyediaan personalia yang tepat dengan jumlah yang tepat dari informasi yang tepat pula pada waktu yang tepat.




H. KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat-waktu. Infomasi harus dikumpukan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan
3. Objektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik-titik penggunaan srategik. Sistem pengwasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
6. Realistis secara organisasional. Sistem pengwasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7. Terkoodinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi karena (1) setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan (2) informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukanya.
8. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi tarhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
9. Besifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengwasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharunya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengwasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
I. BERBAGAI TEKNIK DAN METODA PENGAWASAN
Ada banyak alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu organisasi atau keberhasilan organisasi lainnya. Tetepi masalah yang selalu berulang dalam semua organisasi yang gagal adalah tidak atau kurang ada pengawasan yang memadai. Berbagai teknik dan metoda pengawasan yang dapat digunakan agar fungsi pengawasan dapat berjalan denga n efektif dan efisien

Metoda Pengawasan Non-Kuantitatif
Metoda pengawasan non-kuantitatif adalah metoda-metoda pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsu manajemen. Pada umumnya hal ini mengawasi keseluruhan (overal) “performance” organisasi. Dan sebagian besar mengawasi sikap dan “performance” para karyawan.
Teknik-teknik yang sering digunakan meliputi: (1) pengmatan (control by observation), (2) inspeksi teratur dan langsung (control by regular and spot inspection), (3) pelaporan lisan dan tertulis (control by report), (4) evaluasi pelaksanaan , dan (5) diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Ukuran-ukuran tersebut biasanya digunakan dalam pengarahan dan pengawasan satuan kerja.

Teknik-teknik pengawasan Kuantitatif
Sebagaian besar teknik-teknik pengawasan kuantitatif cenderung untuk menggunakan data khusus dan metoda-metoda kuantitatif untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran (out-put). Metoda-metoda kuatitatif terdiri dari:
1. Anggaran (budget). Seperti a) anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas, dan lian-lainnya, dan b) anggaran-anggaran khusus, seperti Plainning-Programming-Budgeting Systems (PPBS), Zero-Base Budgeting (ZBB), dan Human Resource Accounting (HRA).
2. Audit. Seperti a) internal audit, b) external audit, dan c) management audit.
3. Analisa breck-even.
4. Analisa rasio
5. Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti a) Bagan Gantt, b) Program Evaluation And Review Techinique (PERT) dan c) Crtical Parh Method (CPM).

BAB III
KESIMPULAN
Pengawasan: tahap dan dari sistem manajerial yang menjaga keseluruhan kegiatan organisasi agar tetap berada dalam batas-batas yang rencanakan dan pengwasan adalah kegiatan yang saling berkaitan dengan rencana menyediakan kerangka kerja untuk tahap pengawasan dari manajerial pengawasan. Metode dan alat dari sistem menejerial yang menjaaga keseluruhan kegiatan-kegiatan organisasi dalam penetapan sejauh mana tercapainya tujuan organisasi tersebut agar organisasi berjalan secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan dan pengawasan sangat berperan penting dalam pancapaian tujuan organisasi dengan baikdan tepat sasaran

DAFTAR PUSTAKA

-kast, fremout E (1991) organisasi dan manajemen edisi 4, jakarta : .......aksana
- handoko......(2003) manajemen edisi kedua, yogyakarta: BPFE
loading...
Previous
Next Post »
https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929