loading...

Model Pembelajaran Robert Gagne dan Model Perkembangan Intelektual Jean Piaget

April 26, 2013
loading...
Model Pembelajaran Robert Gagne dan Model Perkembangan Intelektual Jean Piaget

Robert Gagne (1977; Gagne & Driscoll, 1988) adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah memperkenalkan berbagai pandangan tentang belajar salah satunya adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada model pemprosesan informasi. Dalam memahami belajar, Gagne tidak memperhatikan apakah proses belajar terjadi melalui proses penemuan (discovery) atau proses penerimaan (reception) sebagaimana yang dikenalkan oleh Bruner dan Ausubel, menurutnya yang terpenting adalah kualitas, penetapan (daya simpan) dan kegunaan belajar.

A. HAKIKAT BELAJAR MENURUT GAGNE
Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar.bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Contohnya keterampilan belajar "menjumlah" (fambahan) akan berguna bagi siswa untuk belajar "membagi". Siswa tidak perlu belajar menjumlah lagi ketika belajar membagi. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa.
Berdasarkan pandangannya itu, Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Margaret G. Bell. 117-129).

1. Ragam Belajar
Kapasitas orang untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir mirip. Berdasarkan pandangannya tentang belajar ini Gagne menemukan bahwa ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal, keterarnpilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori memperoleh label atau nama-nama, fakta, dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun. Kegiatan dalam mengetahui kapabilitas informasi verbal dilakukan dengan mengatakan, memberi nama lain yang hampir sama, membuat ikhtisar dari informasi yang telah dipelajari.
Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan intelek berhubungan dengan pendidikan formal dari mulai tingkat dasar dan seterusnya. Keterampilan intelek ini terdiri atas empat keterampilan yang berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit, yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep konkret dan konsep menurut definisi, belajar kaidah, dan belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi.
Keterampilan gerak (motor) adalah kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmani, termasuk keterampilan yang bersifat sederhana. Ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan kemulusan/kehalusan bertindak dan pengaturan waktu. Keterampilan ini bila sering dipraktekkan akan bertambah sempurna untuk itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan atau latihan-latihan disertai umpan balik dari lingkungan.
Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang perlu diambil. Ciri kapabilitas ini adalah tidak menentukan tindakan khusus apa yang perlu diambil. Belajar memperoleh sikap didasarkan pada informasi tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan apa akibatnya.
Siasat kognitif adalah kapabilitas yang mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berpikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan. Hal ini mempengaruhi perhatian siswa dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya. Kapasitas ini mempengaruhi siasat siswa dalam rangka menemukan kembali hal-hal yang telah tersimpan. Siasat kognitif ini suatu proses inferensi atau induksi di mana seseorang mengingat objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan induksi. Siasat kognitif sama dengan proses berpikir siswa sendiri.
Kelima ragam belajar ini diperoleh dengan cara yang berlainan, yaitu masing-masing memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan perangkat langkah proses kognitif yang berbeda pula yang disebut kondisi belajar internal.
Ada dua prasyarat yang mendukung terjadinya lima ragam belajar, yaitu prasyarat esensial dan prasyarat pendukung. Prasyarat esensial adalah kapabilitas khusus yang merupakan bagian terpadu, dan prasyarat pendukung adalah kapabilitas-kapabilitas yang memperlancar proses belajar.



2. Proses Kognitif dalam Belajar
Menurut Gagne ada sembilan tahap pengolahan (proses) kognitif yang terjadi dalam belajar yang kemudian disebut "fase-fase belajar". Fase-fase belajar ini kemudian digolongkan ke dalam (1) fase persiapan untuk belajar, (2) fase perolehan dan perbuatan, dan (3) alih belajar. Kesembilan tahapan (fase belajar) ini harus dilakukan secara berurutan dan setiap tahap belajar perlu didukung oleh suatu peristiwa pembelajaran tertentu agar pada setiap fase belajar menghasilkan aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri siswa. Fase-fase belajar ini sangat penting karena selalu ada dalam setiap -tindakan belajar dan digunakan secara berlainan pada ragam belajar yang berlainan pula.
Bagaimana hubungan antara fase-fase belajar dan sembilan peristiwa pembelajaran dapat dilihat melalui diagram di bawah ini.


Gambar peristiwa pembelajaran yang mendukung setiap fase belajar
(Gagne dan M. Driscoll dalam Woolfolk; 1993)

3. Model Sembilan Peristiwa Pembelajaran
Sembilan peristiwa pembelajaran ini tidak lain adalah aktivitas-aktivitas belajar yang menurut Gagne perlu diterapkan sebagaitnana dalam fase-fase belajar. Dengan penerapan model ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan.
Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar (internal) di dalam diri siswa. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran untuk setiap pembelajaran berbeda-beda, bergantung kepada kapabilitas yang diharapkan atau harus dicapai sebagai hasil belajar. Kesembilan peristiwa pembelajaran yang ada pada setiap fase belajar dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Membangkitkan perhatian. Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kondisi yang ada, misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati siswa, dan lain-lain), perubahan suara, menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik perhatian dan menunjukkan atau menyebutkan contoh-contoh yang ada di dalam kelas atau di luar kelas, dan lain-lain.
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa. Agar siswa mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar maka kepada siswa perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran, manfaat materi yang akan dipelajari bagi siswa, dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan apakah is telah belajar? Apakah materi yang dipelajari telah dikuasai? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuan tercapai.

c. Merangsang ingatan pada materi prasyarat. Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada pelajaran, guru perlu mengingatkan siswa pada materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari, misalnya dengan mengingatkan siswa pada topik-topik yang telah dipelajari dan meminta siswa untuk menjelaskannya secara singkat.

d. Menyajikan bahan perangsang. Peristiwa pembelajaran keempat adalah menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu guru sudah harus menentukan bahan apa yang akan disajikan, apakah berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan/bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Misalnya bila akan mengajarkan sikap, pilihlah bahan yang berupa model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan keterampilan motorik, demonstrasikan contoh bahan keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.

e. Memberi bimbingan belajar. Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran. Misalnya, bila siswa harus menguasai konsep-konsep kunci, berilah cara mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteristik dari setiap konsep. Bila siswa harus menguasai suatu keterampilan tertentu maka bimbinglah dengan cara menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menguasai keterampilan tersebut. Dalam hal ini bimbingan belajar harus diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa beserta kesulitan-kesulitannya.

f. Menampilkan unjuk kerja. Untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai kemampuan yang diharapkan, mintalah mereka untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru. Misalnya, bila ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa, beri siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengukur tingkat penguasaannya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah mereka melakukan suatu tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.

g. Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik merupakan fase belajar yang terpenting. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik umpan balik diberikan secara informatif dengan cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai.siswa. Misalnya, jelaskan jawaban yang sudah lengkap dan yang perlu dilengkapi atau dipelajari kembali oleh siswa dengan cara "sudah baik", "pelajari kembali", atau "leng'kapi ", dan lain-lain.

h. Menilai unjuk kerja. Merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk itu perlu dibuat alat penilaian yang relevan dengan tujuan sehingga dapat untuk mengukur tingkat pencapaian belajar siswa.

i. Meningkatkan retensi. Peristiwa pembelajaran terakhir yang harus dilakukan guru adalah upaya untuk meningkatkan retensi dan alih belajar. Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan.

Menurut Gagne, yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal) yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal.

B. MODEL PERKEMBANGAN INTELEKTUAL JEAN PIAGET
Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan intelektual anak. Dalam rangka memahami proses dan tingkat perkembangan intelektual anak ini Piaget telah melakukan observasi bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang terjadi pada anak-anak. Ia mulai melakukan observasi dan interview pada tiga orang anaknya, kemudian pada anak-anak lain dan para remaja melalui berbagai pemberian tugas intelektual, kemudian mencatat jawaban-jawaban yang diperolehnya. Melalui penelitian yang ekstensif akhirnya secara detail Piaget dapat menggambarkan teori proses perkembangan intelektual yang terjadi pada anak mulai dari bayi sampai remaja.
Teori Piaget ini telah membantu ahli pendidikan untuk memahami bagaimana tingkah laku seorang anak harus dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam teorinya ini Piaget menjelaskan pemahamannya tentang pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terbentuk (terjadi).
Sebagai upaya memahami mekanisme perkembangan intelektual, Piaget menggambarkan fungsi in!elektual ke dalam tiga perspektif, yaitu (1) proses ntendasar bagainrana terjadinya perkembangan kogaitif (asintilasi, akomodasi, dan eqoalibrium), (2) cara bagaimana pentbentukan pengetahuaa, dan (3) tahap-tahap perkenrbangan irttelektual.

1. Prinsip Perkembanpan Intelektual
Prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual adal£lh sebagai berikut.
a. Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewasa yang mampu bernalar dan alih berpikir menggunakan hipotesis.
b. Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya :uasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan mya
c. Lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
d. Kecerdasan adalah proses adaptasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
e. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.
f. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam cara.
g. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri (ekuilibrium).

2. Proses Perkembangan Intelektual
Proses belajar berhubungan dengan proses perkembangan intelektual. Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi, dan eqarilibrasi (penyeimbangan).
Asirrrilasi, adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk terjadinya asimilasi ialah struktur internal yang menggunakan informasi baru. Namun, seseorang sering tidak memadukan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya karena ia tidak memiliki struktur asimilasi yang cocok.
Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru. Dalam proses akomodasi ini seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersama-sama dalam menghadapi lingkungan (beradaptasi) pada semua tingkat fungsi intelek. Misalnya, bila bayi sudah tahu bahwa ia dapat menggenggam, ia dapat menggenggam setiap benda yang dilihatnya. Namun, bila benda itu besar, diperlukan akomodasi (penyesuaian) untuk dapat menggenggam benda tersebut, misalnya dengan menggunakan kedua tangannya. Begitu sebaliknya, bila ia menggenggam benda yang lebih kecil.
Dalam perkembangan intelektual, akomodasi mempunyai arti dalam pengubahan struktur kognitif individu. Bila ia menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan mengorganisasikan cara berpikir sebelumnya. Reorganisasi inilah yang menghasilkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang, dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang. Equilibrasi bukan keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis yang secara terus-menerus mengatur tingkah laku. Proses ekuilibrasi ini disebut juga proses penyeimbangan antara "dunia luar" dengan "dunia dalam". Tanpa proses ini perkembangan intelektual seseorang akan tersendat-sendat (terganggu), berlangsung secara tidak seimbang.
Ekuilibrasi proses berpikir seseorang terjadi pada bagian fungsi kognitif yang berbeda, yaitu (1) hubungan antara asimilasi, akomodasi dalam perjumpaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, (2) sub-subsistem pengetahuan yang timbul pada diri seseorang, dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan dan pengetahuan dan sistem pengetahuan total seseorang.

3. Hakikat Pengetahuan dan Bagaimana Membentuknya
Hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan lingkungannya. Pengetahuan ini dibangun dalam pikiran anak sambil anak mengatur pengalaman-pengalamannya yang terdiri atas struktur mental atau skema-skema yang sudah ada. Dengan demikian, pengetahuan merupakan proses bukan barang jadi. Untuk dapat memiliki pengetahuan, seseorang dituntut untuk tidak bersifat menerimanya melainkan mencoba mencarinya melalui proses pembentukan yaitu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, ia merasakan bagaimana derajat pengetahuan yang dimilikinya terus meningkat.
Menurut Piaget, ada empat ciri konsepsi pengetahuan, yaitu:
a. Pengetahuan bersifat berubah;
b. Berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya;
c. Lingkup bidang yang diselidiki;
d. Bersifat interdisiplin antardisiplin filsafat, psikologi, dan biologi.

4. Proses Penyusunan Pengetahuan
Pada hakikatnya, proses penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dan akomodasi yang diatur oleh ekuilibrasi. Menurut Piaget, penyusunan pengetahuan ini diatur menurut jenis jenis pengalaman yang ada pada diri siswa. Ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logis-matematis.
Pengalantan fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan tempat individu mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpainya, misalnya bayi yang mulai merasakan bentuk mainannya atau suara dari bunyi boneka. Dalam pengalaman fisik ini, bentuk atau sum dari suatu objek mulai diasimilasikan ke dalam struktur mental anak dan pada waktu yang sama terjadi akomodasi di mana stuktur mental mulai menyesuaikan diri pada intensitas kelembutan benda atau warna suara dari suatu objek. Contoh pengalaman fisik yang lain: fakta balon meletus ketika ditusuk, gelas pecah ketika jatuh di lantai.
Sumber pengetahuan baru siswa dalam pengalaman fisik adalah objek-objek yang ada di luar diri siswa, sedangkan prosesnya melalui pengabstraksian ciri-ciri fisik dari objek tersebut Jenis pengalaman ini oleh Piaget disebut pengetahuan eksogen (bersifat pengalaman eksternal) atau proses abstraksi empiri (pengalaman).
Pengalaman logis-matematis terjadi saat sifat-sifat fisik dari objek diabstraksikan dan dihubuna hubungkan dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik. Contoh hubungan dalam kerangka kerja adalah perbedaan balon merah dengan balon kuning. Perbedaan ini hanya dapat terjadi dalam pikiran orang yang menempatkan kedua objek tersebut dalam suatu hubungan. Bila orang tidak dapat menciptakan hubungan, perbedaan itu tidak akan pernah ada.
Sumber pengetahuan dari pengalaman logis-matematis adalah proses berpikir yang merupakan aktivitas siswa sendiri. Dalam pengalaman logis matematis ini kegiatannya merupakan refleksi tindakan waktu sekarang dan mereorganisasikannya pada tingkat yang logis. Oleh. karenanya hal itu disebut abstraksi refleksif (melalui proses berpikir yang berefleksi pada diri sendiri).
Adanya jenis pengalaman fisik dan logis-matematis ini menunjukkan bahwa pengembangan/penyusunan pengetahuan yang baru dalam diri seseorang terjadi melalui cara-cara yang berlainan. Pada masa usia awal, proses abstraksi empiri dan retleksif dalam diri anak tidak terdiferensi namun proses abstraksi empiri mendominasi cara berpikir anak. Pada usia selanjutnya pengalaman logis-matematis berpikir anak menjadi lebih logis dan ia mulai mampu mengambil keputusan secara logis yang sebenarnya. Hal itu ditandai oleh menonjolnya proses abstraksi refleksif.

5. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, pre-operasional, konkret operasional, dan formal operasi. Tahapan ini hendaknya tidak dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan mental anak mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya: Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat mengembangkan struktur mentalnya untuk menghadapi berbagai situasi dengan cara yang lebih baik.

a. Tahap sensori-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang teijadi pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (indranya) dan tindakan-tindakannya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek-objek secara permanen. Artinya anak belum dapat mengenal dan menemukan objek, benda apa pun yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar. Benda-benda tersebut dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya ada di tempat lain. Dalam usia 18-24 bulan barulah kemampuan anak untuk mengenal objek secara permanen mulai muncul secara bertahap dan sistematis. Anak mulai mencari benda-benda dan orang-orang yang ada di sekitarnya bila ia memerlukannya.

b. Tahap preopernsional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memahami objek-objek secara sempurna. Artinya, anak sudah mempunyai kesadaran akan eksistensi suatu benda yang ada atau biasa ada walaupun benda tersebut sudah tidak dilihat atau didengarnya lagi. Perolehan kesadaran akan eksistensi suatu benda terjadi karena ia sudah memiliki kapasitas kognitif baru yang disebut representation atau mental representation (gambaran mental). Tetapi ia belum mengembangkan kemampuan untuk melakukan transportasi mental yang disebut operasi. Representasi adalah sesuatu yang mewakili atau menjadi simbol dan ini merupakan bagian penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi suatu benda atau kejadian tertentu walaupun ia tidak melihatnya. Dalam periode ini, di samping mendapatkan kapasitas-kapasitas baru, anak juga mulai memiliki kemampuan berbahasa (mulai menggunakan kata-kata yang tepat mengekspresikan kalimat-kalimat pendek yang logis).

c. Tahap konkret operasional, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun. Dalam tahap ini anak sudah mulai melakukan operasi, mulai dapat berpikir rasional. Namun demikian, kemampuan berpikir intuitifnya seperti pada masa praoperasional tidak hilang sampai anak memasuki masa remaja. Pada periode ini seorang anak mulai memperoleh tambahan kemampuan yang disebut satuan langkah berpikir (system . of operations) yang berfungsi untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri sehingga ia mampu mengambil keputusan secara logis. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada pengalaman perorangan yang bersifat konkret.dan bukan operasi formal.

b. Tahap formal operasi, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 11 sampai 15 tahun. Tahap formal operasi ini dapat dikatakan terjadi pada anak yang mulai beranjak remaja. Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan secara simultan ataupun secara berurutan penggunaan kapasitas/kemampuan. kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis, seorang remaja akan mampu berpikir hipotetik, yaitu berpikir, untuk memecahkan masalah dengan menggunakan hipotesis yang relevan. Dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstraknya, remaja mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya agama, matematika, dan lain-lainnya. Ada empat cara berpikir yang merupakan prasyarat bagi berpikir operasi formal, yaitu skema tindakan pada bayi, berpikir semilogis, praoperasi pada anak-anak, dan operasi konkret pada masa anak berangkat remaja. Dalam menjalani tahap formal operasi anak mulai memahami dan menggunakan prinsip-prinsip yang abstrak. Pada kondisi ini, pola berpikir anak berubah ia sudah mulai asyik dengan konsep-konsep abstrak seperti keadilan, ideal, tanggung jawab, dan lain-lainnya.

Dengan memahami tahap-tahap perkembangan intelektual anak beserta karakteristiknya seperti diuraikan di muka, diharapkan guru atau orang tua dapat membantu siswa atau anaknya untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perkembangan intelektual anak.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan pengertian belajar menurut Robert Gagne!
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan fase-fase belajar dan apa saja tahapannya!
3) Jelaskan bagaimana terjadinya proses penyusunan pengetahuan menurut Jean Piaget!
4) Uraikan prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual!
5) Sebutkan tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dan apa ciri perilaku dari setiap tahapan!

Petunjuk Jawaban Latihan
1) Belajar menurut Gagne adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa (waktu) dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
2) Fase-fase belajar pada dasarnya adalah tahapan proses kognitif yang terjadi dalam kegiatan belajar yang terdiri dari fase persiapan, fase perbuatan atau perolehan, dan alih belajar. Setiap fase belajar ini didukung oleh suatu peristiwa pembelajaran tertentu yang menghasilkan suatu aktivitas.
3) Proses penyusunan pengetahuan menurut Jean Piaget pada dasarnya sama dengan tahapan proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi yang diatur oleh ekuilibrasi.
4) Ada beberapa prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual di antaranya:
a. Bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu mulai dari masa bayi, anak-anak, sampai dewasa;
b. Hasil dari perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal;
c. Kecerdasan adalah proses adaptasi dengan lingkungan dan pembentukan struktur kognitif yang diperlukan dalam adaptasi tersebut.
5) Tahap-tahap perkembangan intelektual adalah tahap sensori motor (belum memahami objek-objek secara permanen), tahap preoperasional (telah memahami objek secara permanen/sempurna dengan kata lain telah memiliki kesadaran), konkret operasional (mulai dapat berpikir rasional atau telah memiliki sistem operasi) dan tahap formal operasi (telah dapat menggunakan operasi konkretnya).

RANGKUMAN
Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan model pemrosesan informasi, yaitu suatu model penyimpanan informasi yang terjadi pada manusia. Menurut Gagne, belajar bukan merupakan proses yang tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, yang merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Ia mendefinisikan belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang dapat mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh kapasitas yang baru.
Ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Proses kognitif dalam belajar terjadi melalui sembilan tahap proses kognitif yang kemudian dikelompokkan dalam tiga fase belajar, yaitu fase persiapan, fase perolehan dan perbuatan, serta fase alih belajar. Selanjutnya, dari setiap fase belajar ini dikembangkan sembilan peristiwa (aktivitas) pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu memberi perhatian, menjelaskan tujuan pada siswa, merangsang ingatan, menyajikan materi perangsang, memberi bimbingan belajar dan menampilkan kemampuan, memberi umpan balik, menilai kemampuan dan meningkatkan retensi dan transfer.
Jean Piaget adalah seorang psikolog yang sangat memperhatikan perkembangan intelektual anak mulai bayi sampai dewasa. Menurutnya, ada tiga fungsi intelek, yaitu 1) proses mendasar bagi terjadinya perkembangan kognitif, 2) cara bagaimana pembentukan pengetahuan, dan 3) tahap-tahap perkembangan intelektual.
Ada enam prinsip teori perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual itu sendiri terjadi melalui proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Menurut Jean Piaget, hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan lingkungannya. Ciri konsepsi pengetahuan, yaitu 1) pengetahuan bersifat berubah, 2) berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya, 3) lingkup bidang yang diselidiki, 4) bersifat interdisiplin antara disiplin filsafat, psikologi, dan biologi.
Jenis-jenis pengalaman, yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logis matematis. Pengalaman fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan tempat individu mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpai. Pengalaman logis-matematis terjadi karena sifat-sifat fisik dari objek diabstraksikan dan dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik.
Tahap perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, pra-operasional, konkret operasional, dan tahap formal operasi.

TES FORMATIF 3
1) Belajar menurut Robert Gagne adalah proses ....
A. Yang kompleks yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap
B. Perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung satu masa dan bukan proses pertumbuhan
C. Yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan
D. Yang kompleks untuk menghasilkan tingkah laku yang diharapkan

2) Ada dua prasyarat yang mendukung terjadinya ragam belajar, yaitu prasyarat ....
A. Stimulus-respons
B. Esensial dan pendukung
C. Intrinsik-ekstrinsik
D. Reward-reinforcenient

3) Peristiwa belajar apa yang perlu dilakukan guru pada fase persepsi seleksi adalah ....
A. Memberi bimbingan
B. Menyajikan materi
C. Menampilkan kemampuan
D. Merangsang ingatan

4) Menilai unjuk kerja siswa merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai ....
A. Apakah siswa sudah menguasai tujuan
B. Tingkat retensi siswa
C. Penampilan kemampuannya
D. Kesulitan-kesulitan yang dialami

5) Menurut Jean Piaget, kecerdasan adalah ....
A. Proses adaptasi dengan lingkungan dan pembentukan struktur kognitif yang diperlukan
B. Kemampuan berpikir operasi formal
C. Perkembangan intelektual anak sampai dewasa
D. Kemampuan berpikir menggunakan hipotesis

6) Seorang anak sudah mulai mempunyai kesadaran akan eksistensi suatu benda pada tahap perkembangan ....
A. Sensori-motor
B. Pre-operasional
C. Konkret operasional
D. Formal operasi

7) Salah satu fungsi utama pengaturan awal (advance organizer) adalah ....
A. Mengetahui konsep-konsep yang telah diajarkan
B. Mengetahui konsep yang utama dan subordinat
C. Membuat belajar menjadi bermakna
D. Mengaitkan pengetahuan yang lama dengan yang baru
8) Pada hakikatnya proses penyusunan pengetahuan terjadi melalui tahap-tahap berikut, kecuali ....
A. Asimilasi
B. Akomodasi
C. Ekuilibrasi
D. Sensori mata

9) Menurut model sembilan peristiwa pembelajaran (fase-fase belajar), reinforcement dapat dilakukan dengan cara ....
A. Memberi bimbingan
B. Menyajikan materi yang memotivasi
C. Mencari umpan balik dan tes
D. Meningkatkan retensi dan transfer

Petunjuk soal nomor 10.
A. Jika pernyataan benar alasan benar dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat
C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah, alasan benar
D. Jika pernyataan dan alasan salah
10) Belajar diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru.
Sebab
Belajar sikap adalah kapabilitas yang memperbarui pilihan tentang tindakan mana yang perlu diambil.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap matode Kegiatan Belajar 3.






80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.


Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3
1) D 1) A 1) A
2) B 2) A 2) B
3) B 3) A 3) D
4) A 4) D 4) A
5) A 5) C 5) A
6) C 6) C 6) B
7) B 7) A 7) C
8) C 8) C 8) D
9) D 9) C
10) A 10) B



Daftar Pustaka

Bell, Margaret E. Learning & Interactions. Teory Into Practice. Second Edition.
Bigge,Morris L., Hunt, Maurice P. (1980). Psychological Foundation Of Education. An Introduction To Human Motivation, Development And Learning. New York Hagerstown, Philadelphia, San Fransisco, London.
Bruner, J.S. (1960). The Process of Education. New York: Vintage Books.
Bruner, J.S. (1962). The Process Of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Dahar, Ratna Willis. (1986). Peranan Peta Konsep dalam Proses Belajar Meiigajar. Mimbar Pendidikan, No 24,Oktober. IKIP Bandung.
Dahar, Ratna Willis. (1989). Teori Belajar. Jakarta. Erlangga Press.
Gagne, R, M., Briggs. L.J. and Wager, W.W. (1988). Principles of Instructional Design. New York: Holt, Renehart and Winston.
Gagne, R.M. (1977). The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston.
GagneBerliner. Educational Psychology. Third Edition. Houghton Mifflin Company, Boston.
Muhyibbin Syah. (1993). Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsono, Naswan. Tiga Alternatif Pendekatnn Pembelajaran: Tinjauan dari Sudut Pandang Psikologi. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian No. 12, Oktober 1994. PPS IKIP Malang.
Suparman, Atwi. Teori Belajar. Woolfolk, Anita E. (1993). Educational Psychology. Fifth Edition. Singapore: Allyn and Bacon. Boston, Toronto, Sydney, Tokyo.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929