loading...

Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Penyebaran Agama Islam

April 26, 2013
loading...
Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Penyebaran
Agama Islam


A. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

1. Perdagangan dan Penyebaran Islam di Indonesia

Masuknya agama Islam sejalan dengan berkembang dan ramainya perdagangan antara abad ke-7-15 M. teor yang selama ini banyak dianut di kalangan sejarawan adalah bahwa Isam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan. Adapun Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari daerah Gujarat, India.
Melalui jalan darat, para pedagang Islam melintasi Jazirah Arab dan menjelajah daerah barat ke Gurun Sahara dan Afrika Tngah, sedangkan ke timur melalui Bashra, Baghdad, Damaskus, Samarkand, Bukhara, dan kota – kota Turkmenistan di Asia Tengah terus ke daratan Cina. Jalur yang menghubungkan Baghdad, Asia Tengah, dan Cina melalui kota – kota tersebut dikenal dengan nama Jalan Sutra, disebabkan banyaknya sutra yang mereka angkut dari Cina.
Pengaruh yang ditimbulkan dari ramainya perdagangan anatara abad ke-8 15 M yang dilakukan melalui jalur laut pada dunia Islam yaitu sebagai berikut:
a. Para pedagang Islam telah mengembangkan perdagangan bebas yang ditandai dengan jual beli barang tanpa batas.
b. Para pedagang Islam jugam engembangkan teknik dagang yang mampu meningkatkan perdagangan, misalna dengan menggunkan sakk atau check yang memudahkan dalam segi pembayaran.
c. Mereka juga telah memelopori pedagang-pedagang modern abab ke-20 dengan dikembangkannya perdagangan saham, sehingga para pedagang bias menginvestasikan modalnya dengan cara membeli saham perusahaan.
d. Mengembangkan istilah-istilah dagang yang kelak digunakan dalam Bahasa Inggris. Istilah Arab yang pernah popular pada abad 8-12M, seperti check, coffer, cipher, nadir, zenith, zero, dan risk diadopsi dari bahasa Inggris.
e. Diperkenalkannya penggunaan kompas yang ditemukan bangsa Cina kepada bangsa Eropa. Sejak abad ke-12, kompas yang alat yang sangat penting dalam navigasi atau pelayaran.
f. Perdagangan antara jazirah Arab dengan India dan Asia tenggara dilakukan melalui jalur laut berpengaruh terhadap semakin cepatnya penyebaran Islam kea rah daerah Timur termasuk ke Indonesia. Pelabuhan-pelabuhan penting, yang dilalui oleh para pedagang menjadi tempat berlabuhannya para pedagang serta penyebar Islam. Pelabuhan-pelabuhan tersebut adalah Muskat di Jazirah Arab(Oman), Basra di Teluk Parsi, Cambay (Gujarat) dan Calicut (Malabar) di India, Chittaging di Teluk Benggala Bangladesh, Pasai di ujung utara Pulau Sumatera, Malaka di Semenanjung Malaka, dan Canton di Cina, Pelabuhan Pasai dan Malaka menjadi pusat penyebaran agama Islam di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

2. Sumber – sumber Sejarah Mengenai Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia
a. Keterangan dari Para Pedagang Arab
Masuknya agama Islam pertama kali ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Berita – berita dari bangsa Asing menunjukkan bahwa bangsa Arab dan Persia telah mengenal kerajaan maritim Sriwijaya pada abad ke-9. Menurut keterangan Ibnu Hordadzbeth (844-848M), ahli geografi mas’udi (955M), Kerajaan Sribuza (Sriwijaya) berada di bawah kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jalur dagang dengan kerajaan Oman. Dari Sribuza, para pedagang Arab memperoleh kayu sapaan dan rempah-rempah.
Sumber tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Alasannya bahwa para pedagang Arab sudah berhubungan dengan kerajaan Sriwijaya sebagai maritim yang kegiatan ekonominya adalah perdagangan.
b. Keterangan dari Marco Polo
Para penganut Islam di Indonesia semakin banyak pada abad ke 13. Keterangan dari Maco Polo, yang melakukan perjalanan pulang dari Cina menuju Apersia dan singgah di Perlak tahun 1292 menyebutkan telah ada kerajaan Islam di Tumasik dan Samudra Pasai. Kedua kerajaan tersebut menguasai perdagangan di Selat Malaka dan masih mengakui kedaulatan Majapahit. Kedua kerajaan itu juga memiliki pelabuhan-pelabuhan dagang penting untuk mengekspor lada ke Gujarat dan benggala dan menampung barang-barang dari pelabuhan-pelabuhan di Jawa seperti Gresik, Tuban, dan Banten.
Di antara pelabuhan penting di jalur dagang internasional yang melalui Selat Malaka dan berkembang menjad kerajaan Islam besar adalah Malaka. Pelabuhan ini mulai ramai pada abad ke-12M, ketika Majapahit masih memiliki hegemoni di kawasan tersebut, dan ketika para pedagang Islam dari berbagai bangsa sudah melakukan perdagangan dengan pedagang di kawasan ini.
c. Berita dari Tome Pires
Menurut berita, seorang Portugis bernama Tome Pires pelabuhan Malaka ramai dikunjungi para pedagang dari Barat, seperti Kairo, Makkah, Ade, Abesenia, Kiliwa, Malindi, Ormus, Persia, Turki Armenia, Gujarat, Goa, Malabar, Keling, Orisa, Sailan, benggali, Arakan, Pegu, dan Kedah.
Bertemunya para pedagang dari negeri – negeri Arab, Persia, Gujarat, dan Benggala dengan pedagang dari Nusantara berpengaruh terhadap terciptanya pertukaran pengalaman, kebudayaan dan peradaban di antara mereka. Pertemuan ekonomi antar pedagang tersebut merupakan sarana yang paling penting dalam proses Islamisasi di Indonesia. Dari mereka Islam mengenal ke seluruh penduduk yang tinggal di pelabuhan-pelabuhan serta pesisir Melalui perdagangan, proses Islamisasi di Indonesia berjalan lebih intensif. Dapat disimpulkan bahwa melalui proses perdagangan, agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia yang dipelopori penduduk di pesisir pantai.
d. Keterangan dari Batu Nisan Raja – Raja Islam
Bukit – bukit adanya pengaruh Islam dari Gujarat di Indonesia dapat dilihat pada jirat atai batu nisan makam yang ditemukan di Sumatra dan Jawa. Beberapa makam di antaranya adalah :
1. Makam Sultan Malik al-Saleh (1297 M) yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Samudra Pasai.
2. Jirat yang menggunakan ornamen (hiasan) Gujarat terdapat pada nisan makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim di gresik yang wafat tahun 1419.
3. Di daerah lainnya di Jawa, batu nisan atau jirat yang khas Gujarat diperkirakan dibuat pada masa kerajaan Majapahit, yaitu di Troloyo dan Trowulan. Jirat tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pemeluk Islam sudah ada di kerajaan Majapahit dan kebudayaan Islam yang dianut mendapat pengaruh kebudayaan Gujarat.
e. Keterangan dari sejarawan Cina
Sejarawan Cina bernama Ma-Huan yang melakukan pelayaran ke Asia Tenggara bersama Laksamana Cheng-Ho menyatakan bahwa sekitar 1400 M telah banyak pedagang Islam yang tinggal di psisir pantai utara Pulau Jawa.



B. Peranan Pedagang dan Wali dalam Proses Awal Islamisasi di Indonesia
1. Proses Perdagangan dan Penyebaran Islam
2. Proses Hubungan Sosial yang Terbuka
3. Daya Tarik dan Kedudukan Pedagang Islam
4. Daya Tarik Ajaran Islam
5. Mobilitas dan migrasi Para Pedagang Islam
6. Kegiatan Dakwah Oleh Para Wali
Cara penyebaran Islam dilakukan wali songo dengan menggunakan metode – metode yang paling memudahkan ajaran Islam diterima oleh berbagai golongan masyarakat.
a. Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M) atau Maulana Magribi yang dimakamkan di Gresik, menyeberkan Islam dengan cara pendekatan pergaulan.
b. Sunan Ampel, seorang kemenakan dari raja Majapahit, Kertawijaya (1467 M) menyebarkan Islam melalui pendidikan pesantren.
c. Sunan Giri atau Rade Paku, murid dari Sunan Ampel, menyebarkan Islam melalui dunia seni, dia juga banyak berpengaruh terhadap jalannya pemerintahan Kerajaan Demak.
d. Sunan Bonang yang lahir pada 1465 M, adalah putra Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Tuban dan menggunakan kultur pra-Islam dalam penyebaran ajaran Islam.
e. Sunan Drajat, putra ketiga dari Sunan Ampel, melakukan penyebaran Islam dengan cara pendekatan sosial.
f. Sunan Kudus yang menyebarkan Islam di Kudus menggunakan pendekatan seni dalam menyebarkan Islam. Masjid yang dibangunnya menggunakan gaya arsitektur setempat yang mirip dengan candi Jawa Timur.
g. Sunan Muria banyak menyebarkan Islam di daerah pedalaman Kudus. Pendekatan kebudayaan dilakukan untuk menarik rakyat golongan bawah untuk masuk dan memeluk agama Islam.
h. Sunan Kalijaga berasal dari lingkungan keraton Majapahit menyebarkan Islam dengan memanfaatkan sarana wayang yang digemari masyarakat pedalaman Jawa.
i. Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di Jawa Barat, terutama Cirebon dan Banten.
Dengan menggunakan pendekatan kebudayaan tersebut, ajaran Islam mudah dimengerti oleh penduduk Jawa yang waktu itu telah memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Budha.

C. Kerajaan – kerajaan Indonesia yang Bercorak Islam
1. Kerajaan Samudra Pasai
a. Awal Berdirinya
Kerajaan Samudra Pasai dalam sejarah Indonesia sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Rajanya yang pertama bernama malik al-Saleh (1290 – 1297). Setelah raja ini wafat, pemerintahan dipegang berturut – turut oleh keturunannya, yaitu Sultan Muhammad Malik al-Thaher (1297 – 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin. Tidak adanya data sejarah yang lengkap menyebabkan tidak diketahui masa berdiri dan runtuhnya kerajaan ini dengan jelas.
b. Letak Geografis
Posisi geografis kerajaan ini yang sangat strategis, yaitu di Lhokseumawe, Aceh Utara yang berbatasan langsung dengan Selat malaka, menyebabkan kerajaan ini tumbuh dan berkembang pesat sebagai kerajaan dagang. Dengan demikian, aspek ekonomi kerajaan ini adalah perdagangan.
c. Peranannya di Bidang perdagangan
Peranan kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka yang runtuh abad ke-13 digantikan oleh Samudra Pasai untuk menguasai perdagangan di selat tersebut.
Informasi mengenai keadaan masyarakat Samudra Pasai diketahui antara lain dari catatan perjalan Marco Polo, seorang pengembara dari Venesia, Italia, dalam perjalanan pulang dari Negeri Cina yang singgah di Perlak tahun 1292. Islam yang mereka anut adalah yang bermahzab Syafii. Dalam kegiatan dagang, mereka telah menggunakan mata uang emas.

2. Kerajaan Malaka
a. Awal Berdirinya
Menurut versi sejarah Melayu dan Majaahit, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Paramisora. Setelah terjadi perang saudara di Majapahit, yaitu Perang Paregreg (1401-1406), pangeran ini melarikan diri ke Tumasik (sekarang Singapura) dan kemudian ke Malaka. Bersamaan dengan tumbuhnya Malaka sebagai pelabuhan yang ramai, Paramisora menjadikan Malaka sebagai satu kerajaan dan dia sendiri sebagai rajanya yang pertama. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama Islam yaitu Iskandar Syah. Raja pertama ini digantikan oleh Muhammad Iskandar Syah (memerintah tahun 1414-1424) dan menikah dengan putrid Pasai, Sultan Mudzafar Syah, Sultan Mansur Syah (1488-1511). Kerajaan ini mengalami keruntuhan setelah direbut oleh bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonzo d’Alburwuerque tahun 1511.
b. Kehidupan Ekonomi
Kerjaan Malaka memiliki peran yang sangat besar di bidang perdagangan. Bidang ini merupakan sumber utama kehidupan ekonomi penduduknya. Pelabuhan Malaka menjadi pusat kegiatan ekonomi pada masa kejayaannya, para pedagang Indonesia banyak yang berlabuh di Pelabuhan Malaka dan mengadalakan transaksi dagang dengan pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Benggala, dan Cina, dan negeri lainnya. Dengan demikian. Pelabuhan Malaka berfungsi sebgai pelabuhan internasional. Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan mengenao perdagangan di Malaka.
Pertama, Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang, mereka memiliki kapal dan nahkoda dan awak yang bekerja kepadanya.
Kedua, Pajak bea-cukai yang dikenakan pada setiap barang dibedakan atas asal barang.
Ketiga, Perdagangan dijalankan dalam dua jenis, yaitu 1) pedagang memasukkan modal dalam barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain, dan 2) pedagang menitipkan barang kepada nahkoda atau meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang yang member modal. Raja dan keluarganya juga terlibat dalam perdagangan kedua jenis tersebut.
Keempat, agar perdagangan berjalan lancer, kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di kerjaan tersebut.
c. Kehiduan Politik
Kehidupan politik di mlaka berpusat pada struktur politiknya. Struktur politik pemerintahan kerajaan malaka terdiri dari beberapa lapis. Dipuncak kekuasaan terdapat seorang raja yang membawahi patih yang disebut paduka raja di Malaka. Patih membawahi semua pejabat tinggi kerajaan. Di bawah patih terdapat bendahara yang memegang urusan pengadilan, pajak, keuangan, an memiliki wewenang menjatuhkan hukuman mati. Yang berkedudukan sama dengan bendahara adalah laksamana yang tugasnya memimpin angkatan laut dan semua kapal yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan kerajaan malaka. Dia juga berperan sebagai pengawal keluarga raja dan seluruh kerjaan. Ditingkat lebih bawah terdapat golongan-golongan bangsawan yang juga memiliki kekuasaan politik di daerah tertentu.


d. Kehidupan Feodal dan Runtuhnya Kerajaan
Gaya hidup feodal raja, pembesar, dan golongan bangsawan berakibat pada melemahnya Malaka di bidang politik dan pertahanan. Mereka menjadi lupa akan pertahanan negara. Dengan demikian, ketika bangsa Portugis datang ke Malaka dan berambisi menaklukkan kekuatan-kekuatan Islam, Malaka tidak memiliki persiapan untuk menghadapainya. Dengan mudah kerajaan ini dapat ditaklukkan bangsa Portugis pada 1511.
Dalam pelaksanaan kehidupan beragama, rakyat Aceh mendapat pengaruh dari ajaran sufi dan tasawwuf. Ahli tassawuff yang sangat menonjol waktu itu adalah Hamzah Fansuri yang pernah mengembara ke Pahang, Banten, Kudus. Muangthai, dan Makkah. Ulama ini memiliki murid bernama Syamsuddin as-Samatrani. Yang juga mengembangkan ajaran tassawuff.
Dengan semakin meningkatnya hubungan antara Aceh dan negeri-negeri Arab, maka pengaruh ajaran Islam dari Timur Tengah terhadap kehidupan agama di Aceh semakin meningkat. Lambat laun pengaruh tasawwuf menurun dan Aceh sebagai “Serambi Makkah” menunjukkan adanya pengaruh Islam yang kuat dari negeri-negeri Arab.

3. Kerajaan Demak
a. Awal Berdirinya
Kerajaan Demak dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Menurut cerita pendiri kerajaan ini adalah Raden Patah seorang putra raja majapahit yang beristrikan seorang Cina.
Raden Patah digantikan oleh Cu-cu atau Sumangsang. Menurut catatan Tome Pires, raja ketiga adalah Pati Unus yang naik tahta tahun 1507. Raja ini dikenal dengan sebutan Sebrang Lor, setelah tahun 1512 dan 1513 menyerang malaka dalam menjalankan politik ekspansinya untuk menguasai perdagangan di Selat Malaka dan Laut Jawa.
Kerajaan Demak mengalami kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546) dan mengalami kemunduran pada masa pengganti –penggantinya. Kemunduran dan keruntuhannya disebabkan perselisihan di antara anggota keluarga dalam perebutan tahta kerjaan.
b. Kehidupan Agama
Kerajaan Demak dianggap sebagai pusat penyebar ajaran Islam dan sekaligus penakluk kekuasaan Hindu Majapahit. Sebagai pusat penyebar ajaran Islam. Demak banyak melahirkan para wali dari Wali Songo, seperti Sunan Kalijaga, Sunan bonang, Sunan Kudus dan Sunan Muria, Pranan sunan-sunan tersebut sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Realisasi penyebaran Islam tersebut adalah dengan didirikannya masjid-masjid besar di Demak dan Kudus.
Dua masjid yang terkenal dalam sejarah adalah masjid Raya Demak dan masjid Raya Kudus yang arsitekturnya merupakan perpaduan antara gaya Jawa (Hindu) dan gaya Islam.
c. Perluasan Wilayah
Sebagai penakluk kekuasaan Hindu Majapahit, Demak telah melakukan ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil, antara lain banyumas, Bagelen, Klungkung, Pengiang, Terung dan Tuban.
Pada 1527, ibu kota kerajaan majapahit direbut, dan dengan demikian riwayat kerajaan Majapahit pun berakhir. Setelah itu, kerajaan-kerajaan kecil bercorak Hindu satu per satu ditaklukkan. Mereka adalah wirasari (1528), madiun (1529). Blora (1530), Surabaya 91531), pasuruan 91535), lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1549), dan Blambang 91946). Pada penaklukan Blambangan, Raja Trenggana terbunuh.

d. Kehidupan ekonomi
Sebagai kerjaan Islam yang memiliki wilayah dipedalaman, Demak menaruh perhatian pada sektor agraria. Beras merupakan salah satu hasil utama dan dijadikan komoditi dagang.

4. Kerajaan Cirebon
a. Awal berdirinya
Enurut cerita di Jawa barat pendiri kerajaan Cirebon adalah Nurullah yang kemudian dikenal dengan Sunan Gunung jati yang juga sebagai salah seorang wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa barat.
Sumber lain mengatakan dia menikah dengan seorang putrid Raja Trenggono. Menurut sumber Histografi tradisional Banten, di Banten dia membentuk pemerintahan kerajaan Banten. Di Banten dia membentuk pemerintahan kerajaan Banten.
Dari uraian singkat diatas diketahui bahwa pendiri kerajaan Banten dan Cirebon adalah Sunan Gunung jati.
b. Pusat penyebaran Islam
Cirebon berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Walaupun terdapat perbedaan dalam menyebut raja dan peristiwa, sumber-sumber tradisional mencatat persamaan bahwa kedua kerajaan tersebut diduduki oleh orang-orang pelajaran yang telah masuk Islam.

5. Kerajaan Banten
a. Awal berdirinya
Menurut cerita di Banten, pendiri kerajaan Banten adalah hasanudin bukan Sunan Gunung jai. Putranya, hasanudin yang memulai pemerintahan dib ante setelah di beri mandate oleh ayahnya memerintah kota pelabuhan pajajaran.
Seperti halnya ayahnya, Hasanudin memiliki hubungan keluarga dengan raja Demak melalui perkawinan dengan putri Sultan Terenggono. Hasanudin memperoleh dua orang anak yaitu Maulana Yusuf dan pangeran Jepara.
b. Kehidupan politik
Kehidupan politik pemerintaha Banten di tandai adanya konsolidasi pemerintahan terutama pada masa awal berdirinya kerajaan. Dibawah pemerintahan Maulana yusuf wilayah Banten di perluas kehampir seluruh wilayah Jawa Barat.
c. Masa Kejayaan
Sejarah Banten mencatat bahwa pemerintahan Sultan Ajeng tirtayasa. Banten mengalami masa kejayaan. Berkembangnya Banten sebagai kerajaan dagang didukung oleh faktor:
1) Faktor Geografis
Secara geografis, kerajaan Banten memiliki pelabuhan Banten yang sangat strategis, pelabuhan ini berhadapan langsung dengan jalur perdagangan nusantara yang sangat ramai, yaitu Selat Sunda dan laut Jawa.
2) Faktor Politis
Secara politis, jatuhnya malaka ke tangan orang-orang Portugis tahun 1511 dan pergolakan politik di Jawa Tengah dan Jawa Timur menambah ramainya pelabuhan Banten. Sejak jatuhnya Malaka, banyak pedagang Melayu memilih Banten sebagai tempat transit barang dagangan mereka setelah diekspor ke tempat tujuan.
3) Faktor Kultural
Secara kultural atau budaya dengan semakin banyaknya peagang yang berlabuh di Banten serta pelarian politik dari daerah lain, terjadilah pertukaran budaya di antara mereka. Dari pertukaran tersebut terjadi perpindahan pengalaman berdagang dari para pedagang kepada orang yang ingin berdagang. Akibat positifnya adalah lahirnya pedagang baru di pelabuhan Banten yang kemudian menambah keramaian pelabuhan tersebut.
d. Kehidupan Sosial
Banyaknya pedagang dari berbagai bangsa yang berdagang dan bermukin di pelabuhan Banten berpengaruh kepada pola hubungan sosial masyarakat Banten. Bangsa-bangsa yang berdagang di Banten membentuk pola pemukiman sendiri yang umumnya dihuni oleh etnis yang sama. Misalnya, Kampung Cina, kampung Keling (yang khusus dihuni orang-orang India), kampung Pacinan, kampung banda, dan kampung melayu.
Walaupun pemukiman edagang tersebut tampak ekslusif, hubungan antar-etnis di kampung-kampung tersebut berlangsung baik. Selain kebudayaan Jawa, kebudayaan Islam juga cukup berpengaruh dalam membentuk kebudayaan Banten. Sikap raja-raja Banten yang cukup tegas dalam menentang pengaruh Hindu pajajaran berpengaruh positif terhadap pembentukan corak kebudayaan Islam pada masyarakat Banten.

6. Kerajaan Mataram
a. Awal Berdirinya
Kerajaan Mataram bersifat agraris. Kerajan yang beribu kotadi pedalaman Jawa ini banyak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Hindu baik pada lingkungan keluarga raja maupun pada golongan rakyat jelata.
Banyak versi mengenai masa awal berdirinya Kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan legenda. Pada umumnya, versi –versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurt salah satu versi, setelah Demak mengalami kemunduran, ibu kotanya dipindahkan ke Pajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur. Setelah berhasil menaklukkan penguasaan-penguasaan lokal di Jawa Timur Raja Pajang memberikan hadian kepada dua orang yang berjasa dealam penaklukan tersebut, yaitu kakak beradik, Kyai Ageng (KA) Pamanahan, dan KA panjawi. Oleh raja pajang, kedua tokoh tersebut ditempatkan di Mataram (KA Panamahan) dan di Pati (KA Panjawi).
Di daerah baru tersebut, Pamanahan mendirikan keraton tahun 1578 yang berpusat di Plered sebagai ibu kota Mataram. Setelah Pamanahan meninggal anaknya, senopati, menggantikannya, senopati yang menggantikan ayahnya meletakkan dasar-dasar pemerintahan Mataram sebagai kerajaan pedalaman yang sering dikaitkan dengan Majapahit. Menurut salah satu versi, dia dianggap sebagai pendiri kerajaan Mataram yang sebenarnya.
b. Kehidupan Politik dan Perluasan Wilayah
Kehidupan politik Mataram ditandai dengan perebutan kekuasaan serta upaya perluasan wilayah. Sejak pemerintahan Senopati dan pengganti-pengantinya sampai Sultan Agung (1613-1645).
Sampai berakhirnya pemerintahan Sultan Agung (1645), wilayah kekuasaan Mataram membentang dari Jawa Timur ke Jawa Barat bagian Timur termasuk Cirebon dan galuh. Cita-citanya untuk menyatukan seluruh Jawa tidak berhasil. Di sebelah barat, kerajaan Banten tidak berhasil ditaklukkannya. Bahkan kerajaan ini menampung pelarian politik dari Mataram yang tidak menyukai Sultan Agung. Serangannya ke Batavia untuk mengusir kekuatan VOC yang dilakukannya pada 1628-1629 tidak berhasil karena tidak didukung dengan kemampuan logistik yang memadai.
c. Perebutan Hemegoni Politik dan Pengaruhnya
1) Disintegrasi
Gerakan pemisahan diri dilakukan oleh kerajaan-kerajan kecil yang pernah ditaklukkannya, ternyata tidak bisa diatasi Sultan Agung dan para penggantinya. Pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
a. Pemberontakan ati ada 1627, pertentangan antara penguasa pesisir (Pati) dan pedalaman (Mataram)
b. Perlawanan Panembahan Giri yang memiliki pengaruh luas di maluku, banda, dan Ambon, tidak menyukai gaya pemerintahan Sultan Agung yang pemerintahan politiknya banyak menguras tenaga rakyat. Panembahan Giri mendapat dukungan moral dari Sunan Giri yang berperan sebagai pemimpin kharismatik di pesisir utara Jawa.
c. Pemberontakan di Sumedang dan Ukur yang terjadi pada 1628, merupakan reaksi atas kegagalan Mataram menaklukkan Batavia.

2) Timbulnya Kemiskinan Rakyat Mataram
Mengenai kemunduran kondisi sosial ekonomi sejarawan Sartono kartodirdjo 91987) memberi gambaran sebagai berikut:
“Kecuali meningkatnya kriminalitas dan perbandingan, juga sangat mencolok adanya banyak pengemis dan gelandangan, pendeknya orang-orang kehikangan akar, dienyahkan dari kampung halamannya atau merikan diri untuk menghindari cengkeraman alat-alat kerajaan yang atau melarikan masuk pasukan atau dipekerjakan sebagai setengah budak. Diberikan bahwa ada 27 desa yang secara terbuka menentang raja, para pemberontak ditawan dan digiring ke nagari’.

3) Timbulnya Campur Tangan Asing
Akibat persaingan politik di dalam negeri dan gagalnya dalam melaksanakan politik luar negeri, pihak asing (Belanda) ikut campur dalam urusan Mataram.
Melalu taktik politiknya, Belanda berhasil memecah belah Mataram hingga menjadi kerajaan kecil yang wilayahnya hanya berpusat di Jawa Tengah. Dalam Perjanjian Giyanti (1755), wilayah Mataram kembali dibagi menjadi dua wilayah kerajaan yaitu:
1. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang kemudian disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
2. Daerah Kasuhunan Surakarta Daerah ini diperintah oleh kesultanan Pakubuwono.
Atas campur tangan Belanda, kerajaan Mataram terbagi lagi menjadi beberapa bagian, sehingga sejak tahun 1813 terdapat empat keluarga raja yang masing-masing memiliki wilayah kekuasaan, yaitu kerajaan Yogyakarta kesusuhunan Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegara.

d. Kehidupan Ekonomi
Dalam aspek kehidupan ekonomi, sektor agraria merupakan kegiatan utama ekonomi penduduk selain perdagangan di pesisir utara Jawa. Ciri lain dalam kehidupan ekonomi Mataram adalah keterlibatan raja dalam kegiatan ekonomi perdagangan.
Sultan-sultan Mataram pengganti Sulta Agung tidak terlibat langsung dalam kegiatan dagang. Sebab ekayaan mereka lebih banyak diperoleh dari hasil upeti dan tanah yang digarap para petan. Bagi keluarga raja dan para bangsawan serta priyayi keraton, profesi dagang merupakan pekerjaan yang terhormat. Mereka menghindari profesi tersebut. Cara pandang seperti itu kemungkinan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu yang menempatkan pedagang dalam kasta rendah. Dengan demikian, sektor agraria merupakan sumber penghasilan utama keluarga raja dalam kerajaan yang agraris tersebut.




e. Kehidupan Sosial
Salah satu ciri kehidupan sosial kerajaan Mataram adalah fendalisme yang lahir bersamaan dengan tumbuhnya kerjaan ini yang bersifat agraris.
Sistem seperti itu berpengaruh terhadap lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa. Seorang yang memiliki tanah di daerah tertentu merasa berkuasa atas tanah dan penduduk yang mendiaminya. Pemilik tanah berperan sebagai patron dan penggarap sebagai client. Ikatan di antara keduanya berupa patron and client relationship. Atau hubungan timbal balik antara patron (pemilik, penguasa atau pemimpin) dengan client (petani, penggarap atau rakyat biasa).

f. Kehidupan Keraton
Keraton mataram yang dibangun Sultan Agung tahun 1614 dan 1625 di Karta dan Siringgil (Yogyakarta) yang dilengkapi dengan alun-alun, tembok keliling, pepohonan, masjid-masjid besar, dan kolam memiliki tinggi untuk melambangkan status raja.
Fungsi keraton Mataram sebagai simbol kebesaran dan kekeramatan. Sartono Karodirdjo (1987) menjelaskan.
“karaton perlu memberi pemandangan yang mengagumkan dan mencerminkan kebesaran sehingga lewat kesan-kesan itu tercipta suasana keagungan dan kekeramatan, suatu cara efektif untuk mempengaruhi baik rakyat maupun pihak-pihak luar. Bangunan-bangunan itu berfungsi simbolis untuk memantapkan legitimasi kedudukan raja. Segala benda-benda disekeliling raja, upacara perayaan-perayaan, kecuai mempunyai fungsi sakral –magis juga turut menambah menyemarakkan suasana kerajaan dengan segala keagungannya.
Selain sebagai simbol kebesaran raja, keraton Mataram juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan Jawa, sehingga aspek kehidupan budaya berpusat di sekitar keraton.

g. Kehidupan religi atau Kepercayaan
Upacara-upacara tradisi Hindu zaman Majapahit, seperti upacara grebeg dilakukan pada hari-hari menurut penanggalan kalender Islam sehingga terdapat Grebeg Syawal dan Grebeg Maulid. Tradisi seperti itu tetap dipertahankan sampai sekarang.
Dari uraian di atas daat disimpulkan bahwa aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan kerajaan Islam mataram dipengaruhi oleh aspek kehidupan agraris sebagai negara pedalaman.

7. Kerajaan Makassar
a. Persaingan Politik dan Lahirnya Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar merupakan salah satu dari sekian banyak kerjaan yang berkembang di pulau Sulawesi. Kerajaan Makassar, menjadi yang terkuat di antara pesaing-pesaingnya.
Persaingan antara Goa-Tallo, (Makassar) dan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibtan Belanda dalam perang Makassar (1660-1669). Belanda yang berambisi memonopoli perdagangan rempah-rempah dipelabuhan Makassar berpihak pada Bone, sebagai musuh Makassar. Dalam perang itu, Raja Makassar Sultan Hasanuddin 91653-1669).yang membawa kerajaan ini kepuncak kejayaan, tidak berhasil berhasil mematahkan ambisi Belanda menguasai Makassar. Menghadapi dua musuh besar belanda dan Bone serta para penentang didalam negeri. Makassar harus tunduk pada perjanjian Bongaya (1667) yang isinya dipaksakan oleh Belanda. Dengan perjanjian tersebut. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar dan mendirikan benteng pertahanan di kota dagang tersebut, sedangkan Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar.


b. Kehidupan Ekonomi
Seperti kerajaan-kerajaan Islam lainnya di luar jawa, kerajaan Makassar menggantungkan kehidupan ekonominya pada perdagangan antar pulau. Walaupun secara politis Makassar dikuasai Belanda dan perdagangan rempah-rempah di daerah tersebut dimonopoli VOC, para pedagang Makassar terus bertahan dalam kegiatan ekonomi dagangnya.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial yang menonjol pada masyarakat Makassar adalah tradisi merantau. Berbeda dengan kebudayaan Mataram Jawa yang bersifat agraris dan masyarakatnya cenderung bertahan di tanah kelahirannya, masyarakat Sulawesi Selatan senang meninggalkan tanah kelahirannya untuk merantau.
d. Politik Luar negeri
1. Menentang Penjajahan Belanda
Politik luar negeri yang dijalankan oleh Kerajaan Makassar diwujudkan dalam sikapnya menentang Belanda. Walaupun gagal dalam mengusir Belanda dari perairan Makassar, para pejuang Makassar terus menentang dominasi Belanda di perairan Nusantara.
2. Hubungan Diplomatik
Tindakan politik pemerintahan makssar merupakan realisasi dari budaya dagangnya, pada masa pemerintahan Sultan Alauddin 91591-1638) diadakan hubungan dagang dan politik dengan kerajaan Sulu an Mindanao di Filipina Selatan, sedangkan dengan Aceh, banjarmasin, Banten, dan Mataram dijalin hubungan diplomatik. Dengan kerajaan terakhir ini diwujudkan dalam bentuk perkawinan salah seorang raja Goa dengan seorang putri Mataram. Adapun hubungan olitik dengan kerajaan makssar tersebut.

8. Kerajaan-kerajan Islam di Maluku
a. Kerajaan Penghasil Rempah-Rempah Dunia
Kepulauan Maluku dan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku terkenal dalam sejarah dunia sebagai penghasil rempah-rempah bagi perdagangan dunia.
Dari sekian banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan islam kepulauan tersebut yang cukup menonjol peranannya karena berhadapan langsung dengan kekuatan-kekuatan asing yang tersebut menguasai mereka.
Dalam jalur perdagangan internasional, kepulauan Maluku merupakan salah satu pangkal pelayaran dan pergadangan internasional. Rempah-rempah dari maluku diangkat ke tempat pemasaran di jalur dagang tersebut yang berakhir di pelabuhan-pelabuhan Eropa tempat konsumen terbesar berada.
b. Timbulnya Kolonialisme
Kolonialisme berkembang di Indonesia selama ratusan tahun diawali dengan ketertarikan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai sumber rempah-remah di Maluku.
Secara tradisional perdagangan rempah-rempah di kepulauan tersebut dikuasai oleh pedagang Islam di Maluku, makassar, Malaka, dan Jawa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerajaan-kerajaan Islam menguasai perdagangan di kawasan Nusantara abad ke 13-17 dan terlibat dalam perdagangan di jalur dagang internasional. Akan tetapi dalam kegiatan dagang tersebut mereka juga harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan asing yang berambisi menguasai sumber barang dagangan.




D. Perwujudan Akulturasi Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
1. Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Indonesia
Kebudayaan Indonesia semakin kaya dengan masuknya pengaruh Islam. Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia tidak ditentang para pemeluk Hindu dan Budha serta kerajaan-kerajaan Indonesia Kuno yang bercorak Hindu-Budha, kecuali dari kerajaan Pajajaran. Terdapat dua faktor penting yang bisa digunakan sebagai alasan untuk menjelaskan hal tersebut.
Pertama, kebudayaan-kebudayaan Islam yang masuk ke Indonesia bukan berasal langsung dari negeri Arab melainkan dari gujarat, India.
Kedua, Sebelumnya masuknya pengaruh Islam di Indonesia, Indonesia telah memiliki kebudayaan sendiri yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha India. Dengan kedua faktor di atas, ajaran Islam dan kebudayaannya mudah di terima oleh masyarakat Indonesia. Dalam waktu singkat, Islam menyebar di Indonesia terutaa pada masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

2. Wujud Akulturasi dalam Bentuk Gagasan atau Ide
a. Akulturasi dalam bentuk Tradisi
1) Tradisi Perayaan Hari Raya Idul Fitri
Dalam adat-istiadat dan tradisi dapat dilihat pada upacara-upacara ritual yang memadukan tradisi setempat dengan kebudyaaan Islam. Misalnya, Hari rya Idul fitri yang merupakan hari suci umat islam dirayakan di Indonesia dengan sangat meriah, yang ditandai dengan acara silaturrahmi antar keluarga dan tetangga.
Tradisi mohon restu dan maaf kepada orang tua sering direalisasikan dalam lingkungan alam budayanya, kesempatan berlebaran dan bersilaturrahmi dalam lingkungan yang lebih dekat dengan suasana budaya setempat merupakan ciri kebudayaan Islam di Indonesia.

2) Tradisi Berziarah ke Makam Leluhur
Sebagai bentuk dari masa hormat terhadap orang tua dan nenek moyang, masyarakat Islam Indonesia menjalankan tradisi berziarah. Tradisi seperti ini terutama dilakukan pada hari-hari besar islam, seperti idul ftri dan mulud.

b. Akulturasi dalam karya Sastra
1) Karya Sastra Melayu
Hasil sastra kebudayaan Islam Indonesia juga mendapat pengaruh dari seni sastra dunia Arab dan India melalui proses akulturasi. Cerita-cerita dari persia, seperti Cerita 1001 Malam dan Aladin banyak mempengaruhi karya sastra terutama yang berkembang di Sumatera. Misalnya: karya sastra hamzah Fansuri yang berbentuk suluk. Dua karyanya yang terkenal memperlihatkan hasil akulturasi dengan kebudayaan islam dengan kebudayaan setempat, seperti berikut:
a. Syair Perahu. Menggambarkan manusa yang diibaratkan perahu yang menggarungi lautan dengan mengahadapi segaa macam rintangan.
b. Syair Si Burung Pinggi, menggambarkan manusia sebagai seekor burung yang dianggap sebagai zat Tuhan.
Karya sastra bercorak Islam yang telah berakultrasi dengan tradisi Melayu lainnya dapat dilihat pada beberapa syair. Syair Panji Sumirang, cerita Wayang, Kinundang, Hikyat Panji Kuda Sumirang, Hikayat Cekel Wneng Pati. Hikayat Panji Wilakusuma, Syair Ken Tambunan, Lelakon Mesa Kuminir dan sebagainya. Karya-karya sastra tersebut dihasilkan pada masa kesultanan–kesultanan islam mengalami kejayaannya sejak abad ke-16.


2) Karya Sastra Jawa
Beberapa contoh suluk yang merupakan karya sastra di jawa yang berisi maslah gaib, ramalan tentang hari baik atau buruk, dan makna serta simbol tertentu yang dihadapi manusia dalam hidup. Suluk merupakan bagian dari ajaran tasawwuf suatu ajaran yang mendorong pengikutnya untuk mencari kesempurnaan hidup dan dekat dengan Tuhan melalui berbagai cara, seperti contoh berikut:
a) Suluk Malang Sumirang yang menggambarkan orang yang telah mencapai kesempurnaan dengan bersatu dengan Tuhan.
b) Suluk Sukarsa, mirip dengan cerita Dewa Ruci dalam karya sastra Wayang Jawa, menggambarkan usaha manusia mencari kesempurnaan hidup yang bersatu dengan Tuhan.
c) Suluk Wijil, berisi wejangan-wejangan Sunan Bonang, seorang wali penganut tasawuf kepada Wijil, seorang abdi kerajaan Majapahit.

c. Akultrasi dalam Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan raja-raja Islam di Jawa menunjukkan hasil akultrasi dengan konsep kekuasaan raja-raja Hindu. Menurut konse kekuasaan jawa, seperti halnya pada masa kekuasaan raja Jawa yang bercorak Hindu-Budha, raja adalah makhluk yang lebih tinggi di bandingkan manusia lain, bahkan meruakan wakil Tuhan di muka bumi.
Untuk melegitimasikan kekuasaannya berbagai cara dilakukan. Pertama sebagai raja berkuasa di atas muka bumi sesuai dengan konsep kosmologisnya, raja-raja Jawa sering menganggap dirinya bersitrikan Nyi Roro Kidul.
Kedua, Merka mengangkat dirinya sebagai khalifah, penguasa kaum muslimin dan muslimat.
Ketiga, mereka menggunakan gelar-gelar untuk menunjukkan kbesarannya antara lain gelar sunan atau susuhunan atau yang dijunjung tinggi.
Keempat, mereka memiliki lambang-lambang kekuasaan seperti pusaka yang dianggap keramat.

3. Wujud Akulturasi dalam bentuk Fisik atau benda
a. Bentuk Arsitektur Bangunan
Tempat tinggal raja, yaitu keraton merupakan salah satu simbol kekuasaannya dan sebagai perwujudan akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan jawa Hindu-Budha dalam bentuk fisik.
Keraton-keraton yang berada di jawa dihiasai dengan ornamen-ornamen (hiasan) yang khas Islam dipadukan dengan ornamen Jawa yang bercorak Hindu-Budha.
b. Arsitektur Masjid
Raja-raja Islam sebagai pemimpin agama yang bergear khalifahrullah merasa berkepnetingan untuk mewujudkan kepemimpinannya dalam bentuk bangunan tempat ibadah atau masjid yang bisa digunakan oleh raja dan rakyatnya.
Besarnya ukuran masjid barangkali akan menunjukkan kebesarannya. Ketika unsur arsitektur Islam tidak bersamaan masuknya dengan unsur ajaran Islam ke Indonesia maka raja-raja islam mengambil corak arsitektur yang telah lama berkembang dalam masyarakatnya.
c. Arsitektur Makam
Bangunan makam raja-raja Islam di Indonesia juga menunjukkan hasil dari proses akulturasi. Makam nenek moyang dibangun di puncak bukit, dan kemudian dipuja oleh penduduk setempat. Bangunan-bangunan makam yang terdapat dibukit tersebut basanya dihiasi dengan berbagai ornamen jawa seperti yang terdapat pada bangunan candi.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929