loading...

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

December 16, 2016
loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada umumnya tanaman hanya dapat menghasilkan bunga,bilamana telah dewasa, cukup besar dan mengandung banyak zat-zat cadangan. Tanaman yang baru berkecambah atau masih terlalu muda biasanya tidak dapat berbunga. Ia harus tumbuh vegetatif dahulu yaitu membentuk bagian-bagian vegetatif seperti akar,batang,dan daun. Fase pertumbuhan tanaman yang dimulai dari perkecambahan biji hingga tanamannya menjadi besar disebut fase vegetatif atau fase juvenile. Selama tanaman itu masih muda dan belum mencapai tingkat dewasa,maka dalam pertumbuhan selanjutnya tanaman itu hanya akan mengalami perubahan kuantitatif saja, Artinya ia akan menjadi makin besar, lebih berat dan menimbun zat cadangan lebih banyak terutama karbohidrat yang kelak akan dipakai sebagai bahan utama untuk pembentukan bunga.
Apabila tanaman itu telah mencapai tingkat dewasa dan telah mempunyai persediaan zat cadangan cukup banyak, maka ia dapat mengalami perubahan kualitatif menuju kearah pembungaan. Dalam fase pertama ia akan membentuk primordia bunga,yaitu bakal bunga yang akan tumbuh menjadi kuncup bunga. Tanpa pembentukan primordia terlebih dahulu tidak akan terjadi kuncup bunga. Dengan terbentuknya primordial bunga, maka tanaman mulai mengalami peralihan pertumbuhan dari fase vegetatif ke fase generatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu Mengapa tanaman tidak dapat mau berbunga atau membentuk umbi ?
1.3 Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini yaitu Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menyebabkan tanaman tidak dapat berbunga atau membentuk umbi.
Kegunaan dari pembuatan Makalah ini yaitu Agar dapat dijadikan sebagai tambahan Ilmu Pengetahuan Mengenai factor penyebab tanaman tidak dapat berbunga atau membentuk bunga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada beberapa tumbuhan bunga merupakan organ reproduksi yang sangat penting, khususnya tumbuhan angiospermae. Bunga merupakan salah satu hasil dari perkembangan yang nyata dari suatu tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan, proses terbentuknya bunga sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan (Latunra, 2012).
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Penyinaran cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu faktor eksternal yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi pembungaan (Natania, 2008).
Dalam siklus hidup tumbuhan, akhir pembentukan daun dan internodus oleh meristem merupakan awal terjadinya proses pembungaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembungaan antara lain fitokrom, fotoperiodisitas, vernalisasi, dan hormon pembungaan (Anonim, 2008).
Kejadian musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan. Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi tunas merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang umumnya terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism) (Campbell, dkk., 2003).
Fotoperiodisme merupakan fenomena yang tersebar luas dialam. Dalam tulisannya, Garner dan Allard (1920) telah mengemukakan bahwa migrasi burung mungkin dikendalikan oleh fotoperiode, dan segera fotoperiodisme pada burung dibuktikan. Sejak itu, banyak respon hewan terhadap fotoperiodisme telah di dokumentasikan, termasuk beberapa perubahan perkembangan pada serangga, perubahan bulu, serta peningkatan reproduksi pada serangga reptilian, burung dan mamalia. Pada dasarnya semua aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh fotoperiode (Latunra, 2012).
Beberapa tumbuhan harus mengalami periode suhu rendah selama fase vegetatifnya sebelum terbentuk bunga, sedangkan tumbuhan lain akan berbunga bila mendapatkan cahaya yang cukup. Pengaruh lamanya penyinaran pada proses pembentukan bunga dan perkembangan tumbuhan disebut fotoperiodisme (Latunra, 2012).





















BAB III
PEMBAHASAN
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman dan lingkungannya (oikos). Tujuan dari ekologi tanaman tersebut yaitu untuk memperoleh hasil yang optimal dari tehnik budidaya yang di lakukan untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari kerusakan sebagai warisan untuk anak cucu kita.
Ekologi sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman, oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari ekologi tanaman. Dan pada pembahasan ini akan di bahas mengenai “mengapa tanaman tidak dapat membentuk bunga ” pada umumnya tanaman hanya dapat menghasilkan bunga, bilamana telah dewasa, cukup besar dan mengandung zat-zat cadangan. Dan juga di pengaruhi oleh beberapa factor seperti suhu, curah hujan, cahaya, Fitokrom, dan Hormon Pembungaan . Apabila salah satu syarat yang di perlukan untuk pertumbuhan tidak terpenuhi maka tanamannya sering kali tidak mau berbunga apalagi membentuk umbi.
1. Pengaruh suhu
Untuk dapat berbunga tiap jenis tanaman memerlukan suhu jenis tertentu misalnya tanaman kembang kol( Brassica oleracea L. var. batyris) di Indonesia kembang kol tidak dapat berbunga pada iklim yang panas. Tanaman tersebut akan lekas berbunga bila di tanam di daerah pegunungan yang beriklim dingin yaitu daerah pegunungan pada tinggi 1000-2000 m di permukaan laut. Contoh lain pada tanaman kubis( Brassica oleracea L. var capitata) beberapa jenis kubis yang berasal dari Eropa dan sengaja di seleksi untuk daerah dingin misalnya jenis Danish ball head pada umumnya tidak dapat berbunga di Indonesia, baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut.
2. Pengaruh curah hujan
Pembungaan tanaman kopi berhubungan erat dengan distribusi curah hujan. Untuk pembentukan dan pertumbuhan primordia bunga hingga menjadi kuncup bunga diperlukan air dan zat makanan. Selama musim hujan proses asimilasi akan berjalan dengan giat dan tanaman akan membentuk cabang-cabang, daun-daun serta tunas-tunas muda dan tak lama setelah itu akan membentuk bakal bunga.
3. Pengaruh Cahaya Matahari
Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan salah satu factor pertumbuhan yang penting bagi tanaman berdaun hijau. Jika jumlah intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman itu terlalu kecil, maka tanamannya tidak dapat tumbuh normal. Untuk pembungaan yang normal tanaman memerlukan Intensistas cahaya tidak boleh lebih rendah.

Fotoperiodisitas
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya, misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generative jika menerima penyinaran singkat <10 Jam.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
• Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari.
• Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.
• Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
• Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsive terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Pengaruh lamanya periode Gelap
Pengaruh cahaya terhadap proses pembungaan selalu disebut sebagai Lamanya siang hari bukan lamanya malam hari. Ternyata lamanya periode gelap di waktu malam hari memegang peranan pula dalam pembungaan tanaman. Misalnya pada Tanaman Kedelai Biloxi agar dapat berbunga tanaman memerlukan cahaya 8 jam dan keadaan gelap selama 16 jam setiap hari. Jika siang hari fotoperiode diselang dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada pengaruh pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode diselang dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan berbunga. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan malam pendek, apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian cahaya. Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam kritis. Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di banding dengan panjang kritis dan tumbuhan hari panjang akan berbunga ketika malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang malam kritis.
4. Fitokrom
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk menyerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah dan infra merah. Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil. Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom. Penelitian rintisan terhadap pengaruh cahaya merah dan merah jauh terhadap pertumbuhan tumbuhan antara 1940-1960 dilakukan oleh Sterling Hendricks dan Harry Borthwick dari Pusat Penelitian Pertanian Beltsville di Maryland, dengan menggunakan spektrograf dari bahan-bahan sisa Perang Dunia Kedua. Dari hasilnya diketahui bahwa cahaya merah memacu perkecambahan dan memicu tanggap untuk pembungaan.


5. Hormon Pembungaan
Hormon pada tumbuhan sering disebut fitohormon atau zat pengatur tubuh,Berikut Merupakan Hormon yang merangsang proses pembungaan:
Giberelin, merangsang pembelahan dan pembesaran sel serta merangsang perkecambahan biji. Pada tumbuhan tertentu, giberelin dapat menyebabkan munculnya bunga lebih cepat, tetapi tidak semua GA efektif untuk merangsang pembungaan, misal GA6 dan GA8
Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan organ tubuh. Berdasarkan organ yang dibentuknya, kalin dibedakan atas: Kaulokalin : merangsang pembentukan batang, Rhyzokalin : merangsang pembentukan akar. Sekarang telah diketahui bahwa rhyzokalin identik dengan vitamin B1 (thiamin), Filokalin : merangsang pembentukan daun, dan Antokalin : merangsang pembentukan bunga.
2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, antara lain: cahaya, air, mineral, kelembapan, suhu, dan gaya gravitasi.
a. Nutrisi dan Air
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan nutrisi. Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang, antara satu dengan yang lain. Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat-zat organik (C, H, O, dan N) dan garam anorganik (Fe2+. Ca2+, dan lain-lain).
Berdasarkan jumlah kebutuhan tumbuhan, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah besar disebut unsur makro. Contohnya: C, H, O, N, P, K, S, dan asam nukleat. Sedangkan, unsur mikro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Contohnya: Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, dan Mo.
Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika salah satu unsur yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsur nitrogen dan fosfor pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan magnesium dan kalsium menyebabkan tanaman mengalami klorosis (daun berwarna pucat).
Pemenuhan kebutuhan unsur tumbuhan diperoleh melalui penyerapan oleh akar dari tanah bersamaan dengan penyerapan air. Air dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis, tekanan turgor sel, mempertahankan suhu tubuh tumbuhan, transportasi, dan medium reaksi enzimatis.
Penemuan zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan manusia mengembangkan suatu cara penanaman tumbuhan dengan memberikan nutrisi yang tepat bagi tumbuhan. Contoh aplikasinya adalah kultur jaringan dan hidroponik.
Kultur jaringan membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Media tanam kultur jaringan berupa larutan atau padatan yang kaya nutrisi untuk tumbuh tanaman. Kultur jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan, hidroponik adalah metode penanaman dengan menggunakan air kaya nutrisi sebagai media tanam.

Untuk lebih memahami, mari cermati Tabel Nutrisi tumbuhan berikut ini.

Nutrien Bentuk yang Tersedia Fungsi Utama Gejala Kekurangan
Makronutrien Penyusun bahan organik (karbohidrat, Pertumbuhan dan metabolisme
Karbon (C) CO2 (udara) lemak, protein, enzim dan turunannya) terhambat, akhirnya mati
Hidrogen (H) H2O (air) Penyusun bahan organik (karbohidrat, Pertumbuhan dan metabolisme
Oksigen (O) O2 (udara), H2O lemak, protein, enzim dan turunannya) terhambat, akhirnya mati
Fosfor (P) (air) Penyusun bahan organik (karbohidrat, Pertumbuhan dan metabolisme
Kalium (K) H2PO4, HPO4 lemak, protein, enzim dan turunannya) terhambat, akhirnya mati
Nitrogen (N) NO3, NH4 dari
tanah Penyusun asam nukleat, fosfolipid Pertumbuhan terhambat, daun
Sulfur (S) SO4
2– membran sel, ATP, NADP, koenzim berwarna hijau tua, daun bercak
Kalsium (Ca) Ca2+ Kofaktor atau aktivator enzim dalam kemerahan, ada bagian yang mati
Besi (Fe) Fe3+, Fe2+ sintesis protein dan metabolisme Perubahan kabohidrat terhambat,
Magnesium Mg2+ Berperan dalam pembentukan klorofil,
merupakan komponen penting enzim
sitokrom, peroksidase, dan katalase Klorosis, daun menjadi kuning pucat,
dan mati

Mikronutrien
Boron (B) H3BO3 Penyusun klorofil dan kofaktor enzim Klorosis dari batang bawah ke ujung
Mangan (Mn) Mn2+ dalam metabolisme karbohidrat daun, pucat dan mati
M o l i b d e n u m MoO4 Berperan dalam translokasi glukosa Ujung batang mengering dan rusak
(Mo) Zn2+ Komponen enzim yang mereduksi nitrat Pertumbuhan terhambat
Seng (Zn) CU+, CU2+ menjadi nitrit. Penting untuk fiksasi N Ukuran daun dan panjang ruas-ruas
Tembaga (Cu) Cr pada bakteri menjadi berkurang
Klor (Cl) H3BO3 Dibutuhkan dalam sintesis triptofan Daun muda berwarna hijau tua, daun



b. Cahaya
Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zat metabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis, intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadi cahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukan organ-organ tumbuhan.
Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya (fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan kecambah dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh di tempat gelap akan mengalami etiolasi atau kecambah tampak pucat dan lemah karena produksi klorofil terhambat oleh kurangnya cahaya. Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh di tempat terang, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek karena aktifitas hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya cahaya.
1) Fototropisme
Percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada ujung koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi yang teduh daripada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil membelok ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon auksin yang berguna untuk pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari ke sisi terlindung. Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari, dalam hal ini lembar datar daun selalu hampir tegak lurus terhadap matahari sepanjang hari. Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropisme ini terjadi pada famili Malvaceae.
2) Fotoperiodisme
Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 - 20 jam. Respon tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruhi oleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies tertentu biasanya berbunga serempak. Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat menguntungkan, karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukan silang.

Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a) Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari.

b) Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 - 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.

c) Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.

d) Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.

c. Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan.

d. Suhu udara
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan. Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian, pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies atau varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum ini tumbuhan tidak dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan mati.
e. Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman

Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air yang digunakan selama musim tanam, dimulai dari proses penyiapan lahan hingga pasca panen.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air irigasi untuk tanaman adalah sebagai berikut :
1. Jenis tanaman
Dapat dijelaskan bahwa jenis tanaman sangat menentukan jumlah kebutuhan airnya, misalnya tanaman padi, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan tanaman lainnya seperti palawija.
2. Jenis Tanah
Jenis Tanah sangat mempengaruhi pemakaian air bagi tumbuhan , misal tanah berpasir passti berbeda dengan jenis tanah lempung atau lumpur.

3. Kehilangan Air
Maksud dari kehilangan air disini adalah saluran kadang kadang bisa menjadi besar dari perkiraan dari perhitungan karena adanya kebocoran bukan hanya penguapan.

4. Pemakaian Air
Adapun cara pemakaian sangat mempengaruhi kebutuhan air,sehingga dalam hal cara pemakaian air, harus dipilih agar cara yang dilakukan hemat.


A. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan parameter :
1. Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
5. Curah hujan efektif (Ref)




Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi (NFR) :
1. Kebutuhan air bersih di sawah untuk padi :
NFR = Etc + P – Re + WLR
2. Kebutuhan air bersih untuk palawija
NFR = Etc + P – Re
3. Kebutuhan bersih air dipintu pengambilan ( intake)
DR =
a. Analisis Kebutuhan Air.
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990):
( KAI = ET + KA + KK ) dengan :
 KAI = Kebutuhan Air Irigasi.
 ET = Evapotranspirasi.
 KA = Kehilangan air.
 KK = Kebutuhan Khusus.
Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu periode adalah 5 mm perhari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari maka.kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut KAI = 5 + 2 + 3 = 10 mm perhari.
Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitu pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah. PAI = KAI - HE – KAT dengan :
 PAI = Pemberian air irigasi.
 KAI = Kebutuhan air.
 HE = Hujan efektif .
 KAT = Kontribusi air tanah
Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm perhan, maka air yang perlu diberikan adalah PAI = 10 – 3 -1 = 6 mm per hari.

ALELOPATI
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Sedangkan menurut Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain, yaitu autotoxin, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya dan antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya (Indrianto 2006).
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia. Definisi lain, alelopati adalah pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuah terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Anonim, 2011).
Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Efek penghambatan bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsun.akan tetapi proses penghambatan yang terjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti (Setyawati, 2001).


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti hormon dan faktor eksternal yaitu cahaya, suhu, air, dan kelembapan.
Seperti yang kita ketahui Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari intraksi atau hubungan timbal balik antara tumbuhan-tumbuhan dengan lingkunganya.Lingkungan sebagai suatu faktor ekologi yang terdapat di sekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik.
Lingkungan biotik (makhluk hidup) adalah lingkungan yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup yang ada (tumbuhan, hewan atau mikrobiota) dan lingkungan tak hidup (abiotik), misalnya habitat, air, dan cahaya.
Dalam Ekologi Tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja. Kajian tersebut dinamakan autekologi (ekologi populasi), misalnya tentang aspek tahap-tahap kehidupannya atau respon dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA

Gardner, dkk., 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.
Syamsuri, Istamar, DKK. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII semester 1. Jakarta. Erlangga
Sasmitamihardja, dkk., 1996, Fisiologi Tumbuhan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, FMIPA-ITB

loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929