loading...

Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Sahabat(rasulullah).

November 11, 2018
loading...
Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Sahabat(rasulullah).


Sejarah Perkembangan Islam
Pada Masa Sahabat(rasulullah).

Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW.
Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju.

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Kata khulafaur rasyidin terdiri dari dua kata, yaitu khulafa’kata khulafa’ dan arrasyidin. Kata khulafa’ adalah jama’ dari kata kholifah, yang artinya pengganti atau orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa. Kata arrasyidin adalah bentuk jama’ dari kata arrasyid, artinya orang yang mendapat petunjuk.
Jadi, menurut istilah khulafaur rasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa, yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Menurut istilah, khulafaurrasyidin adalah orang-orang yang ditunjuk menggantikan kedududkan rasulullah sebagai pemimpin umat dan kepala negara, setelah Rasulullah wafat.

B. Kedudukan dan Tugas Khulafaur Rasyidin
Semasa rasulullah masih hidup, beliau tidak pernah berwasiat kepada siapapun tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin, setelah beliau wafat. Hal ini menunjukkan bahwa beliau sudah menyerahkan masalah kepemimpinan dan kepala negara kepada semua umat islam.
Karena itulah, setelah beliau wafat bahkan belum sampai jenazah beliau dimakamkan, kaum anshar dan muhajirin sudah memperebutkan kekuasaan dan berkumpul di balai kota bani sa’idah, madinah untuk memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin sebagai pengganti nabi. Kaum anshar dan muhajirin merasa sama-sama berhak menjadi pemimpin dan akhirnya dengan semangat dan ukhuwah islamiah yang tinngi, Abu Bakar terpilih menjadi pemimpin umat islam.
Sebagai pengganti rasulullah, para khalifah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam sejarah umat islam, yaitu :
1. Sebagai pemimpin umat islam
2. Sebagai penerus perjuangan rasulullah
3. Sebagai kepala negara, dan kepala pemerintah

Setelah nabi wafat, banyak umat islam terutama orang-orang yang masih lemah imannya keluar dari agama islam dan juga banyak orang yang tidak mau membayar zakat, bahkan juga ada orang yang mengaku menjadi nabi.
Dengan beberapa faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa tugas khulafaur rasyidin yang terpenting adalah sebagai berikut :

1. Melanjutkan dakwah dan risalah nabi dalam membina umat islam sesuai dengan alqur’an dan sunnah rasulullah.
2. Memerangi orang yang sengaja mau merusak islam.
3. Memerintah sebagai kepala negara dan kepala pemerintah.
4. Mengembangkan dan memperluas wilayah islam.

Adapun nama-nama khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :
1. Abu Bakar as-Siddiq (632-634 M / 11-13 H)
2. Umar bin Khattab (634-644 M / 13-23 H)
3. Usman bin Affan (644-656 M / 23-35 H)
4. Ali bin Abi Thalib (656-661 M / 35-40 H)

C. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar adalah orang pertama yang masuk islam dari kalangan tua. Meskipun pada waktu masuk islam beliau tidak muda lagi tapi semangat beliau tidak setua dengan usianya, beliau mempunyai semangat besar dalam mendakwahkan dan mengembangkan agama yang dibawa oleh Rosulullah. Dan banyak para sahabat yang masuk islam atas jasa beliau, diantaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf. Dan karena kebaiakannya beliau juga membeli budak-budak yang disiksa oleh tuannya karena memeluk agama islam, diantara budak-budak yang dimerdekakannya adalah: “Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah, Zanirah, dan lain-lain”.
Setelah Rosulullah saw. Wafat banyak sekali pertentangan dalam menentukan siapa yang pantas dan berhak menjadi khalifah, salah satu diantaranya adalah kaum anshar yang menginginkan bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah kaum yang berasal dari anshar. Akan tetapi permintaan itu ditolak, dan sebagian besar kaum muslimin pada waktu itu menginginkan Abu Bakar. Maka dipilihlah beliau sebagai khalifah.
Setelah Abu Bakar Ash-Siddiq sebagai khalifah yang pertama, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang beliau hadapi, dengan masa pemerintahan yang singkat yakni kurang lebih 2 tahun 3 bulan, beliau berhasil menghadi persoalan yang terjadi pada waktu itu, diantaranya adalah “melakukan pemberantasan kepada orang-orang murtad, orang-orang yang tidak mau membanyar zakat, dan yang mengaku sebagai nabi.” Selain itu kerja keras yang beliau lakukan pada masa pemerintahannya adalah menerima gagasan untuk menghimpun Al-Qur’an dalam satu mushaf. Yang mana Umar bin Khattab adalah orang pertama yang mengusulkannya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an karena pada waktu itu para sahabat yang hafal Al-Qur’an banyak yang gugur dimedan perang. Inilah untuk pertama kalinya Al-Qur’an dihimpun.
Perluasan wilayah pada masa Abu Bakar ash-Siddiq ditujukan ke Persia dan Syiria (yang dikuasai oleh Romawi timur dibawah pimpinan Kaisar Heraklius).
Di wilayah Persia, Abu Bakar mengangkat Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah sebagai panglima. dan mereka menuai kesuksesan dalam menakhlukkan wilayah ini, setelah itu khalifah Abu bakar memerintahkan kepada kedua panglima tadi untuk membantu dan bergabung dengan pasukan islam yang ada diSyiria. Usaha perluasan wilayah di Syiria, Abu Bakar menugaskan 4 panglima perang, diantaranya:
a. “Yazid bin Abu Sofyan, ditempatkan di Damaskus
b. Abu Ubaidah bin Jarrah, ditempatkan di Homs dan sebagai penglima besar
c. Amr bin Ash, ditugaskan di Palestina
d. Surahbil bin Hasanah, ditugaskan di Yordania”.

Sebenarnya pengembangan islam di Syiria sudah dimulai ketika Nabi akan wafat dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, namun berhenti ketika mendengar berita bahwa Nabi Muhammad saw. Wafat. Dan perluasan wilayah ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar, usaha ini di pimpin oleh 4 panglima yang telah penulis sebutkan sebelumnya dan diperkuat lagi dengan pasukan Khalid bin Walid dan Mutsanna nin Haritsah. Ditengah berkecamuknya perang melawan Romawi ini terdengar kabar bahwa Abu Bakar Ash-Siddiq wafat pada tahun 13H/ 634M. dan kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Khattab.

2. Umar bin Khattab (643-644 M / 13-23 H)

Dalam peradaban islam umar sangatlah berarti penting, jasa-jasanya untuk perkembangan islam dan kepentingan umat sangat kuat. Dapat diibaratkan, Umar bin Khattab bagaikan mutiara yang cemerlang dalam sejarah perkembangan islam. Para ahli sejarah sepakat bahwa umar bin khattab adalah seorang negarawan, seorang jendral yang ahli dalam strategi perang, pemimpin umat dan negara yang jujur, adil, disiplin, dan sangat sedrehana.
Banyak sekali perjuangan dan jasa-jasa Umar bin Khattab, di antara jasa dan hasil perjuangan Umar bin Khattab adalah sebagai berikut :
a) Perluasan wilayah
Pada masa pemerintahan Umar usaha pengembangan wilayah terus dilanjutkan. Khalifah Umar bin khattab melanjutkan perluasan dan pengembangan islam ke persia yang telah dimulai sejak khalifah Abu Bakar.
Beliau juga mengembangkan kekuasaan islam ke mesir, yang pada saat itu penduduk mesir sedang mendapatkan penganiayaan dari bangsa romawi dan sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang islam.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
b) Bidang Pemerintahan
Khalifah Umar bi Khattab sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran pemerintahan. Pembangunan fasilitas kepemerintahan di masa khalifah Umar sangat maju pesat. Di antara sarana-sarana pemerintahan yang dibangun adalah :

1) Mendirikan baitul mal
2) Mencetak mata uang negara
3) Membentuk pasukan penjaga tapal batas
4) membentuk peraturan gaji pegawai pemerintah
5) membuat sarana komunikasi dan informasi

4. Ustman bin Affan

Ibnu Abdil Barr mengatakan, “Utsman sebagai khalifah pada sabtu, 1 Muharram 24 H setelah tiga hari dari pemakaman Umar bin Al-Khathab.
Khalifah sebelumnya, Umar bin Al-Khathab telah menyiapkan sebuah komite yang terdiri dari enam dari sepuluh orang sahabat Rasulullah untuk memilih khalifah diantara mereka. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, thalhah bin Ubaidillah, Abdurahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi waqqash. Di antara mereka yang di pilih sebagai khalifah islam yang ketiga adalah Utsman bin Affan.
Enam tahun pertama masa pemerintahan Utsman bin Affan berjalan dengan damai, namun enam tahun masa pemerintahan sesudahnya, terjadi pemberontakan. Sayangnya utsman tidak bisa menindak tegas para pemberontak ini. Beliau selalu berusaha untuk membangun komunikasi yang berlandaskan kasih sayang dan berlandaskan hati. Tatkala para pemberontak memaksa untuk melepaskan kursi kekhalifahan, beliau menolak dengan mengutip perkataan Rasulullah. “suatu saat nanti mungkin Allah akan memakaikan baju padamu, wahai utsman. Dan jika orang – orang menghendakimu untuk melepaskannya, jangan lepaskan hanya karena orang – orang itu.”
Setelah terjadi pengepungan yang lama, akhirnya pemberontak berhasil memasuki rumah utsman dan membunuhnya. Utsman bi Affan syahid pada hari jumat, 17 Dzulhijjah 35 H, setelah memerintah selama 12 tahun, sejak tahun 23 H.
Selama masa kekhalifahan utsman bin affan, kejayaan islam terbentang dari Armenia, kaukasia, khurasan, kirman, sijistan, Cyprus, sampai mencapai afrika utara. Kontribusi utsman yang paling besar dalam sejarah islam adalah kompilasi dari teks asli Al-Qur’an yang lengkap. Banyak salinan Al qur’an berdasarkan teks asli juga dibuat dan di distribusikan keseluruh dunia islam. Dalam mengerjakan proyek besar ini, beliau dibantu dan banyak mendapatkan masukan dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harits. Utsman berhasil membangun administrasi kekhalifahan yang terpusat dan memantapkan penerbitan Al-Qur’an yang resmi.
Utsman bin Affan bin Abul Ash lahir dari keluarga yang kaya dan berpengaruh dari suku bangsa quraish silsilah bai umayyah. Usia beliau lebih muda lima tahun dari Rasulullah. Ia mendapatkan pendidikan yang baik, belajar membaca dan menulis pada usia dini. Di masa mudanya, ia telah menjadi seorang pedagang yang kaya dan dermawan.
Utsman berasal dari starta social dan ekonomi tinggi yang pertama – tama memeluk islam. Ia memiliki kepribadian yang baik, bahkan sebelum memeluk islam, utsman terkenal dengan kejujuran dan integritasnya. Rasulullah berkata, “orang yang paling penuh kasih sayang dari umatku kepada umatku adalah abu bakar, yang paling gagah berani membela agama Allah adalah umar, dan yang paling jujur kerendahatiannya adalah utsman.
4. Ali bin Abi Thalib (35 – 40 H/656 – 661 M)

Dia adalah khalifah keempat dari khulafaur Rasyidin. Ayahnya abu thalib bin Abdil Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ibunya Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf. Jadi, baik dari ayah maupun ibunya, ali adalah keturunan Bani Hasyim.
Setelah terbunuhya Utsman, kaum muslimin memilih Ali untuk menjadi pemimpin mereka. Pada masa Ali timbul beberapa gerakan yang menentang pemerintahan. Karena itu, selama memerintah beliau banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dan penerbitan keadaan dalam negeri, kholifah Ali mempunyai watak pemberani, pandai memanah dan memainkan pedang, ahli hukum agama. Beliau selalu ikut dalam suatu perang besar Rasulullah kecuali perang Tabuk. Dalam pemerintahannya, beliau melakukan penggantian para gubernur yang di angkat oleh Usman. Tindakan ini menimbulkan beberapa akibat, diantaranya munculnya tiga golongan( golongan Ali, golongan Muawiyahh, dan golongan Aisyah, Zubair dan Thalhah). Meletusnya perang Jamal, perselisihan Ali dan Muawiyah dan terjadi perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin muncullah Khowarij dan Syi’ah. Khowarij adalah kelompok yang keluar dari golongan Ali karena tidak setuju dengan kebijakan Ali memberhentikan perang Shiffin disaat pihaknya merasa hampir menang, di samping tidak setuju diadakannya pertempuran perdamaian dengan pihak Muawiyah di Daumatul Jandal. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Majelis Taklim Daumatul Jandal. Sedangkan Syi’ah adalah golongan yang tetap loyal terhadap Ali.
Beberapa orang Khowarij yang beranggapan bahwa pangkal kekacauan di kalangan umat Islam ada tiga orang Imam yaitu: Ali, Muawiyah dan Amru bin As. Karena itu mereka harus di bunuh. Asda tiga orang Khowarij yang bertugas membunuh mereka yaitu Abd.Rahman bin Muljani bertugas membunuh Ali dan ia berhasil, Barak bin Abdullah bertugas membunuh Muawiyah dan tikamannya hanya mengenai pinggul dan ia tidak meninggal, bahkan Barak sendiri di bunuh sedangkan Amir bin Bakri bertugas membunuh Amr bin Ash dan tidak berhasil karena tidak hadir mengimami sholat, sehingga yang terbunuh adalah wakilnya.
Selama masa Khulafaurrasyidin, dalam bidang kebudayaan mengalami kemajuan, misalnya munculnya seni sastra dan bangunan yang meliputi:
a. Seni bangunan sipil( seperti pembuatan gedung)
b. Seni bangunan agama( seperti pembangunan masjid)
c. Seni bangunan militer( seperti pembangunan benteng pertahanan)

Departemen yang di bentuk antara lain:
a. Al- Nidham Al- Siyasi( menangani masalah politik)
b. An- Nidham Al- Idari( menangani administrasi negara)
c. Al- Nidham Al- Mali( menangani keuangan dan ekonomi negara)
d. An- Nidam Al- Harbi( menangani angkatan perang dan perlengkapannya)
e. An- Nidham Al- Qadha’( menangani masalah kehakiman)




Sejarah Perkembangan Islam
Pada Masa Umayyah dan Pada Masa Abbasiyah

Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

Sejarah Kekhalifahan Ummayah

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah adalah sosok pemimpin yang alim dalam ilmu agama, sederhana dalam hidup, dan tanggung jawab kepada rakyatnya. Dia menjadi imam di Masjid, sekaligus komandan di medan perang. Dia hidup sederhana dan jauh dari sikap mewah. Bahkan, sebagai kepala Negara tidak ada pengawal yang menjaga di sekitarnya. Karena baginya, hidup mati adalah urusan Allah. Adapun untuk mengetahui denyut nadi keadaaan rakyatnya, hampir setiap malam seorang Khalifah mengunjungi kehidupan rakyatnya. Keinginan dan kebutuhan rakyat harus disaksikan dan dirasakan sendiri dengan cara seperti itu. Khalifah sadar bahwa tanggung jawab sebagai pemimpin umat sangatlah berat.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sikap hidup seperti itu tidak akan ditemukan. Sejak Muawiyah memegang kekuasaan, gaya hidup seorang Khalifah sudah berubah drastis. Muawiyah hidup di dalam benteng dengan pengawalan ketat dan bermewah-mewah sebagai raja. Tradisi “Harem” dan perbudakan ditumbuhkan kembali. Pesta-pesta diadakan di istana, lengkap dengan hiburan-hiburan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hal seperti ini diwariskan kepada Khalifah-Khalifah sesudahnya kecuali pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II). Hal lain yang berubah pada masa Bani Umayyahadalah fungsi dan kedudukan Baitul Mal. Ketika era Khulafaur Rasyidin. Baitul Mal adalah harta Negara yang harus dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat. Namun pada masa Bani Umayyah, fungsi dan kedudukan Baitul Mal telah bergeser, sebab Khalifah memiliki wewenang yang besar untuk menggunakan harta Baitul Mal sesuai keinginannya. Kewenangannya, khalifah menggunakan harta tersebut untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya. Kecuali Khalifah Umar II, semua Khalifah memperlakukan Baitul Mal seperti itu. Khalifah Umar II berusaha mengembalikan fungsi dan kedudukan Baitul Mal sebagaimana yang dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin.

Bani Umayyah juga meninggalkan tradisi musyawarah dan keterbukaan yang dirintis oleh pendahulunya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah didampingi oleh sebuah Dewan penasehat yang ikut berperan dalam setiap kebijakan-kebijakan penting Negara. Lebih dari itu, seorang rakyat biasa pun dapat menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan Khalifah secara terbuka. Tradisi positif itu tidak dilanjutkan oleh Muawiyah dan para penerusnya. Walapun lagi-lagi, Umar II berusaha menghidupkan kembali tradisi tersebut, namun penguasa setelahnya segera mengembalikan pada cara-cara kerajaan yang menempatkan sang raja di atas segala-galanya. Satu hal yang memprihatinkan pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah diabaikannya nilai-nilai ajaran Islam oleh para pejabat Negara dan keluarganya. Mereka lebih suka hidup mewah, mengembangkan budaya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), serta tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk tujuan politiknya. Dan tampaknya hal seperti itu direstui oleh sang Khalifah. Bahkan, para Khalifah Bani Umayyah justru menikmati kondisi seperti itu.
Namun demikian, ada pula kemajuan positif yang terjadi pada masa Bani Umayyah. Di antaranya adalah bertambah luasnya daerah kekuasaan pemerintahan Islam yang membentang dari Afganistan sampai Andalusia. Suksesnya politik ekspansi ini menempatkan Islam menjadi kekuatan Internasional yang paling disegani di Timur dan di Barat. Imbas positifnya, dakwah Islam cepat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Islam dapat tersebar dengan cepat dan meluas. Bahasa Arab menjadi bahasa dunia, Masjid-masjid dibangun di setiap kota besar serta kegiatan pendalaman agama dan pengembangan ilmu pengetahuan Islam semarak di mana-mana. Saat itu, Daulah Bani Umayyah adalah sebuah Negara adikuasa di dunia. Sebagai Negara besar, Daulah Bani Umayyah memiliki militer yang sangat kuat. Tidak seperti para pejabat istana, kaum militer ini umumnya terdiri atas orang-orang yang sederhana dan taat beribadah. Mereka berjuang bukan demi Khalifah, melainkan demi tersiarnya Islam diseluruh penjuru bumi. Bagi mereka, mati di medan perang adalah persembahan terbaik kepada Tuhan. Gugur di medan laga adalah syahid di jalan Allah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemenangan pasukan Islam di berbagai wilayah disebabkan oleh semangat seperti ini. Karena itu, Bani Umayyah sangat terkenal dalam suksesnya politik ekspansi. Salah satu kesuksesannya adalah mampu menembus hingga wilayah Spanyol.
Kemajuan Islam di masa Daulah Umayyah meliputi berbagai bidang, yaitu politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di antaranya yang paling spektakuler adalah bertambahnya pemeluk Agama Islam secara cepat dan meluas. Semakin banyaknya jumlah kaum Muslimin ini terkait erat dengan makin luasnya wilayah pemerintahan Islam pada waktu itu. Pemerintah memang tidak memaksakan penduduk setempat untuk masuk Islam, melainkan mereka sendiri yang dengan rela hati tertarik masuk Islam. Akibat dari makin banyaknya orang masuk agama Islam tersebut maka pemerintah dengan gencar membuat program pembangunan Masjid di berbagai tempat sebagai pusat kegiatan kaum Muslimin. Pada masa Khalifah Abdul Malik, masjid-masjid didirikan di berbagai kota besar. Selain itu, beliau juga memperbaiki kembali tiga Masjid utama umat Islam, yaitu Masjidil Haram (Mekkah), Masjidil Aqsa (Yerusalem) dan Masjid Nabawi (Madinah). Al-Walid, Khalifah setelah Abdul Malik yang ahli Arsitektur, mengembangkan Masjid sebagai sebuah bangunan yang indah. Menara Masjid yang sekarang ada dimana-mana itu pada mulanya merupakan gagasan Al-Walid ini. Perhatian pada Masjid ini juga dilakukan oleh Khalifah-Khalifah Bani Umayyah setelahnya.
Perkembangan lain yang menggembirakan adalah makin meluasnya pendidikan Agama Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat penduduk untuk mempelajarinya. Masjid dan tempat tinggal ulama merupakan tempat yang utama untuk belajar agama. Bagi orang dewasa, biasanya mereka belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak, diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu masyarakat sangat antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara sempurna. Jika pelajaran Al-Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang ilmu yang pokok untuk memahami ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang waktu itu suka berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu yang terakhir ini muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani Abbasiyah maupun Bani Umayyah Spanyol.
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan yang maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab maupun Persia-Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain adalah berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan yang sangat indah. Perlu diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini, Khalifah Walid mendatangkan 12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di antara kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam. Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh bangsa-bangsa lain, tidak saja bangsa Arab.

Sedangakan kemunduran dari Bani Umayyah sendiri adalah diakibatkan oleh beberapa sebab yang membawanya kepada kehancuran, maka sebagai berikut:
a. System pergantian khalifah yang telah beralih dari bai’at menjadi berdasarkan keturunan.
b. Tidak dapat dipisahkannya masalah-masalah dan koflik-konflik akibat berselisih dengan kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib.
c. Pertentangan dari suku Arabia utara (bani Qays) dan Arabia selatan (bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan Istana,

2. Sejarah Kekhalifahan Abbasiyah
Bani Abbasiyah dirujuk dari keturunan paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abbas Bin Abdul Muthalib, secara kronologis namanya didapatkan dari nenek moyangnya yaitu al-abbas, Ali Bin Abi Thalib, dan Nabi Muhammad SAW, sehingga ada garis keturunan dari bani Abbas dan Nabi.
Ada tiga tempat yang dijadikan pusat kegiatan kelompok Bani Abbas untuk dapat menegakkan kekuasaannya, tiga tempat itu adalah: Humaimah, Kufah, dan Khurasan. Humaimah adalah kota kecil tempat dimana keluarga bani hasyim bermukim baik dari para pendukung Ali, dan pendukung keluarga Bani Abbas. Kufah adalah kota yang para penduduknya menganut aliran syi’ah para pendukung dari Ali Bin Abi Thalib yang bermusuhan secara terang-terangan dengan Bani Umayyah. Demikian dengan Khurasan yang mendukung Bani Hasyim. Setelah Ibrahim Al-imam meninggal Abu Al-abbas berpindah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Kuffah yang lainnya. Sementara itu pimpinan Bani Umayyah yang terakhir Marwan Ibnu Muhammad dapat ditaklukkan, sehingga melarikan diri ke mesir bersama pasukannya Dan terbunuh di desa Busir pada 750 M. .
Abu Abbas Al-saffah meninggal tahun 754 M, Pemerintahannya singkat hanya dalam kurun waktu empat tahun, setelah itu ia digantikan oleh saudaranya Abu Jafar Al-Mansur, dialah yang dianggap sebagai pendiri Bani Abbasiah. Pada masa pemerintahannya ibu kota Abbasiyah dipindah dari Kuffah ke Baghdad.
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
(1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama;
(3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua;
(4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.
Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional. Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Masa kemunduran bani Abbasiyah sebenarnya sudah dimulai sejak periode kedua. Namun karena khalifah yang berkuasa sangat kuat, benih kehancuran dinasti ini masih belum sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan bani Abbasiyah terlihat bahwa apabila khalifah yang berkuasa kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil yang hanya mendapatkan bayaran, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan sepenuhnya. Di samping kelemahan khalifah yang menjadi penyebab kemunduran, ada beberapa faktor lain yang menjadi sebab kemunduran khilafah bani Abbasiyah, antara lain:
1. Persaingan Antar Bangsa
2. Kemerosotan Ekonomi
3. Konflik Keagamaan
4. Ancaman dari Luar




Kesimpulan
Alkhurafa’ur rasyidin adalah pemimpin yang mendapat petunjuk sesudah nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Nama khulafaur rasyidin ini hanya untuk empat sahabat yang menjadi khalifah secara berturut-turut setelah nabi. Mereka adalah orang-orang yang sangat setia kepada nabi. Pada masa ini, mereka betul-betul menurut teladan nabi, mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Pemerintahan itu sangat berjasa dengan perkembangan Islam,. Karena pada masa ini banyak mengadakan ekspansi-ekspansi ke daerah yang non muslim
- Bani Umayyah
Bani Umayah merupakan salah satu dinasti Islam yang cukup masyhur seperti yang penguasa-penguasa muslim yang lain Namun demikian, Bani Umayah tetaplah bagian penting dan menarik dalam sejarah umat Islam yang harus terus dijadikan sebagai pengalaman sangat berharga, karena tidak semua yang dilakukan Bani Umayah itu jelek, tetapi juga memiliki sisi penting yang harus ditiru oleh umat Islam. Kekuasaan Bani Umayah yang hampir seabad lamanya dalam memimpin umat Islam, tetaplah sebuah prestasi yang harus diapreasi secara kritis.
- Bani Abbasiyah
Masa kekuasaan bani Abbasiyah yang terbagi dalam lima periode terbilang cukup lama. Dengan menerapkan sistem kekuasaan absolutisme, mereka telah menguasai dunia Islam lebih dari 500 tahun. Pada saat itu pula masa kejayaan Islam direngkuh. Kemajuan yang dicapai dalam bidang fisik, ilmu pengetahuan, poltik, ekonomi, dan banyaknya ilmuwan Islam saat itu adalah bukti konkrit bahwa Islam mencapai puncak kejayaannya


loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929