loading...

makalah tentang literisasi

November 10, 2018
loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dalam sebuah pembelajaran pastinya tidak terlepas dari sebuah kegiatan membaca maupun menulis. Kedua kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai aspek dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memiliki ketrampilan, kompetensi dalam mengembangakan pembelajaran membaca maupun menulis.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
Sedangkan menulis adalah salah satu media yang digunakan seseorang dalam menyampaikan pesan secara tidak langsung. Oleh karena itu pembelajaran menulispun sangat penting karena berkaitan dengan bagaimana seseorang berinteraksi maupun berkomuniakasi.
Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan dalam sebuah pembelajaran. Oleh karena itu kita harus mengetahui apa itu membaca dan menulis serta bagaimanakah pembelajaranya.

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian literasi?
2.Apa pengertian membaca?
3.Bagaimana pembelajaran membaca?
4.Apa pengertian menulis?
5.Bagaimana pembelajaran menulis?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian literasi.
2.Untuk mengetahui pengertian membaca.
3.Untuk mengetahui pembelajaran membaca.
4.Untuk mengetahui pengertian menulis.
5.Untuk mengetahui pembelajaran menulis

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Literasi
Literasi berasal dari bahasa latin,yaitu literatus,artinya ditandai dengan huruf,melek huruf,atau berpendidikan (toharuddin,2011 hal.1)bagian terbesar dari riset literasi berakal pada tesori psikologi kognitif dan psikolinguistik termasuk riset literasi pada anak. Riset ini akan mendeskripsikan dasar pengetauhan yang diketahui anak anak tentang bahasa tulis. Menurut Clay dalam muspiro (2009 hal.23) anak belajar bahasa secara otentik,holistic dan bertujuan. Cara tersesbut membangkitkan dan mengembangkan control anak terhadap bahsa tulis. Menurut alwasilah (2012 hal.160) literasi adalah memahami, melibatkan, menggunakan, menganalaisis, dan mentranspormasi teks.
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa literasi berhubungan erat dengan kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan menulis dan membaca pada anak dimulai dengan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Kemampuan berbahasa dimulai sejak bayi dilahirkan. Cara bayi berkomunikasi dan menanggis kemudian merespon orang terdekat dengan car tersesnyum dan mengoceh dari ocehan itu berkembang menjai kata dan kalimat selanjutnya bercerita atau mendengarkan cerita diusia 2-3 tahun. Sejak itu mulai lah kemampuan literasi berkembang
Adapun bagian dari kemampuan literasi terbagi menjadi membagi 2 yaitu :

1.Pengertian membaca
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah fikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol tersebut.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7). Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
A.Pengertian Membaca Menurut Para Ahli
1.Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah fondasi dari proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca (reading society) akan melahirkan masyarakat belajar (learning society), karena membangun perilaku dan budaya membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) yang berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.
2.Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of Education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan ia akan memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skema baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang membaca, maka semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang melatarbelakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui seisi dunia dan pola berpikir kita pun akan berkembang.
3.Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses penyadian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording) digunakan untuk mengantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterpestasikan maksudnya sehingga apa yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan baik.
4.Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca merupakan perkembangan ketrampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada mmebaca kritis.
5.Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam sekitar.
6.Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-poladalam penampilanya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
7.Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membantuk makna. Kedua, membaca adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan berbagai strategi, membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa mambaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahsa sendiri.
8.Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakanoleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendk disampiakn oleh penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
B.Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
C.Pengertian Membaca Secara Umum
Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan dalam rangka memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis dalam tuturan bahasa tulis. Di sini membaca berarti memahami teks bacaan baik secara literal, interpretatif, kritis, maupun kreatif.
Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses memperoleh informasi dengna menggunkan teknik membaca yang sesuai dengan bahan bacaan agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pemmabaca.
Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sengat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseornag untuk menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi yang dibutuhkan.
Pada dasarnya, membaca merupakan proses. Murn, Roe, & Ross (dalam Damaianti, 2003) memasukkan proses membaca itu sendiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah kopmunikasi pikiran dan perasaaan penulis pada pembaca.
Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati lambang yang disajikan di dalam teks, (2) menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata tercetak dengan pola linier, logis, dan gramatikal, (4) menghubungkan kata dengan pengalaman langsung yang memberi makna terhadap kata tersebut, (5) membuat interfensi (kesimpulan) dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari pada masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7) mengetahui hubungan antara lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam teks, dan (8) membagi perhatian membaca (Haejasujana dan Damaianti, 2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik, kedelapan kegiatan membaca di atas perlu diperhatikan agar informasi yang terkandung dalam teks dapat kita pahami.
D. Pembelajaran Membaca
Membaca itu bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau informasi yang disampiakan oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, si pembaca haruis mampu memahami makna/lambnag/tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi membaca merupakan proses mengubah lambang/ tanda/ tulisan menjadi wujud makna.
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode, dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik pula.
Begitu juga halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian tersebut lebih ditekankan pada kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa kemampuan:
1.Memahami makna kata-kata yang dibaca;
2.Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
3.Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;
4.Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;
5.Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dicaba, dan menarik kesimpuulan dari suatu wacana yang dibaca;
6.Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis dengan mengguankan bahasa sendiri;
7.Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa sendiri di depan kelas.
Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu menerapkan ujian ketrampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan memahami isi abcaaan [ada siswa dapat diukur dan dinilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengatahui kemampuan siswa dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.
E.Aspek-Aspek yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran membaca
1. Seni (mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak)
2. Kognitif (melatih konsentrasi anak)
3. Bahasa (mengembangkan kosa kata anak)
2.Pengertian Menulis
A.Pengertian Menulis Menurut Para Ahli
1. Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
2. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
3. Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur .
B.Pengertian Menulis Secara Umum
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
C.Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)
Seseorang yang terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun tulis. Akan tetapi, jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan yang dihasilkan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.

D.Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya merupakan keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan yang memerlukan proses panjang dan ketekunan dari si penuls.
Dalam pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang diperhatikan. Penggunaan tanda baca, kalimat yang efektif, paragraf yang baik kurang mendapat perhatian dari guru.
1. Pemilihan Materi Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih materi pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum. Guru pun akan mencari buku sumber yang tepat. Dewasa ini, guru banyak mengambil sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang paling mudah dilakukan oleh guru. Hal itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Akan tetapi, tentu saja kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru terlalu bergantung pada buku paket atau buku pegangan, sehingga ia tidak mampu lagi mengajar tanpa buku paket. Guru dapat juga menggunakan sumber pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di lingkungan sekolah.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk menggunakan buku paket atau buku pegangan guru sebagai bahan pengembangan pembelajaran menulis di sekolah. Langkah-langkah tersebut di antaranya:
a.Menelaah gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang telah ditetapkan.
b.Menelaah buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1)Ketepatan dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang ada dalam SK-KD.
2)Keterkaitan isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.
3)Kesesuaian cara pembahasan dengan kemampuan berpikir siswa.
4)Kemungkinan dapat dimiliki oleh siswa.
5)Kemudahan cara mencarinya.
c.Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah digariskan.
d.Menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran dengan memperhatikan kemudahan, keterkaitan dengan SK-KD, keterkaitan dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.
Pemilihan materi pembelajaran menulis harus memperhatikan hal-hal berikut.
1.Keterampilan menulis yang bagaimana yang harus dikuasai siswa?
2.Jenis tulisan apa saja yang perlu dilatihkan kepada siswa?
3.Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?
Jika pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, pembelajaran menulis dapat dikembangkan dan lebih bermanfaat.
e.Metode dan Media Pembelajaran
Metode apa yang tepat digunakan bagi pembelajaran menulis? Dalam pembelajaran menulis tingkat awal (SMP), guru dapat menggunakan metode terbimbing.
Marcela Frank dalam Sampurno (2003:64) memberikan langkah-langkah menulis terbimbing sebagai berikut.


1) Langkah 1: Tahap berbicara menulis
Langkah ini merupakan langkah prapenulisan. Siswa berdiskusi tentang topic yang sudah diberikan kerangkanya oleh guru.
2)Langkah 2: Tahap menyimak menulis
Sesudah menulis karangannya, siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus diisi dengan komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan kosakata yang berkaitan dengan subyek yang ditulisnya. Akhirnya mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya.
3)Langkah 3: Diskusi berpasangan
Sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan.
4)Langkah 4: Menulis karangan
Siswa disuruh menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusi-kan. Mereka mencoba mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber dari luar.
5)Langkah 5: Proses penguatan
Setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap salah itu.
f.evaluasi Pembelajaran
Sampurno (2003:68), menjelaskan ada beberapa metode untuk menilai sebuah tulisan siswa sebagai berikut.
Pertama, metode impresi. Metode ini mendasarkan penilaiannya pada impresi atau kesan terhadap karangan secara keseluruhan. Pada umumnya, dua atau tiga orang menilai setiap karangan. Hasil penilainya dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Jika ternyata perbedaannya mencolok, perlu diadakan pemeriksaan ulang. Untuk itu, perlu diadakan diskusi sehingga tercapai kata sepakat tentang karangan yang dinilai tersebut. Penilaian karangan dengan metode impresi biasanya menggunakan skala penilaian dengan rentangan yang ditentukan antara penilai. Rentangan nilai itu dapat berkisar antara 0 sampai dengan 5; 0 sampai dengan 10; 0 sampai dengan 20; 0 sampai dengan 100. Penilai diberi waktu khusus untuk menilai sejumlah karangan, misalnya 20 karangan diberi waktu kira-kira satu jam.
Kedua, metode analitik. Metode ini biasanya digunakan guru-guru yang sukar mencari teman guru lain untuk menilai karangan siswanya. Penilaian analitik didasarkan pada suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai. Misalnya, aspek karangan yang akan dinilai ialah aspek ejaan, tata bahasa, kelancaran, dan relevansi. Setiap karangan dapat dinilai dengan menggunakan rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya memperoleh hasil yang baik, perlu adanya pembobotan untuk tiap aspek. Pada tataran elementer, misalnya, penilai memusatkan perhatiannya pada aspek tata bahasa dan kosakata dan kurang memperhatikan kelancaran. Pada tataran menengah, penilai mungkin memusatkan perhatiannya pada relevansi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk memberi bobot 10 untuk relevansi, sedangkan aspek yang lain diberi bobot 5. pada tataran lanjut, penilai memusatkan perhatiannya pada organisasi karangan yang belum termasuk aspek yang dinilai pada tataran sebelumnya. Mungkin juga penilai akan memasukkan register sebagai aspek yang baru serta akan menggabungkan aspek ejaan dengan aspek kelancaran.
Ketiga, metode menghitung kesalahan atau metode mekanis. Metode ini dianggap yang paling mekanis di antara ketiga metode yang ada. Akan tetapi, metode ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena dianggap kurang sahih. Prosedur penilaiannya ialah dengan cara menghitung kesalahan yang dibuat siswa secara keseluruhan.
E.Aspek-Aspek yang bisa dikembangkan melalui pembelajarab menulis
1. Kognitif (mengenal huruf lebih cepat)
2. Sosial Emosional (melatih kesabaran anak)
3. Seni (melatih anak merangkai kata)
4. Motorik Halus (melatih koordinasi gerakan menulis anak)


A.Kesimpulan
Literasi berasal dari bahasa latin,yaitu literatus,artinya ditandai dengan huruf,melek huruf,atau berpendidikan (toharuddin,2011 hal.1)bagian terbesar dari riset literasi berakal pada tesori psikologi kognitif dan psikolinguistik termasuk riset literasi pada anak. Riset ini akan mendeskripsikan dasar pengetauhan yang diketahui anak anak tentang bahasa tulis. Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur


DAFTAR PUSTAKA
Sugihartati, Drs.Rahma. 2010. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Dalman,Dr.H. 2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Percetakan Angkasa.
Hatami, Chaerul. 2011. Pengertian Membaca Menurut Beberapa Ahli.
Alwasilah, Ch. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Kurniawan, K. (2004). “Pembelajaran Menulis dengan Menggunakan Pendekatan Proses”. Jurnal Mimbar Pendidikan No. 2 Tahun XXIII 2004.
Kurniawan, K. (2000). “Pembaharuan Pendidikan Baca-Tulis Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal Pendidikan Mimbar Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, No. 1 Tahun XIX 2000.
Sampurno, A. (2003). Menulis. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sutari, I. (1997). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung : FPBS IKIP.
Tarigan, H.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkas
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929