loading...

Sejarah timbulnya tarikat

December 27, 2016
loading...
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah timbulnya tarikat
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbu sebagai sesuatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun menurut Asy-Syibi dalam buku anwar mengungkapkan tokoh yang pertama kali memperkenalkan sistem thariqat (tarikat) adalah syekh Abdul Qadir Al-jailani di baghadad, Sayyid Ahmad Ar-rifai’i di mesir dengan tarikat riffa’iyyah. Dan jalal Ad-din Ar-rumi diparsi. Tarekat pada awal kemunculannya memang dibawa oleh ketiga tokoh diatas. Ia menjelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap islam muncul sejak awal sejarah islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spritual personal mereka dengan melibatkan pratik-pratik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustakaan tentang kesalehan. Para sufi ini terkadang terlibat konflik dengan otoritas-otoritas dalam komunitas islam dan memberikan alternative terhadap orientasi yang lebih bersifat legalitik, yang disampaikan kebanyakan ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur penting dalam kehidupan keagamaan dikalangan penduduk awam dan mulai mengumpulkan kelompok-kelompok pengikut yang diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan tasawuf khusus (tarekat) sang guru. Menjelang abad ke-12 M (ke-5 H), jalan-jalan ini mulai menyediakan basis bagi kepengikutan yang lebih permanen, dan tarikat-tarikat sufi pun muncul sebagai organisasi sosial utama dalam komunitas islam.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah yaitu khurasan (iran) dan mesepotamia (irak). Pertumbuhan tarekat telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun perkembangan dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Tarikat dikenal di dunia islam terutama abad ke 12/13 M (6/7 H) dengan hadirnya tarikat Qadiriyah yang didasarkan pada sang pendiri Abd Qadir al-jailani (1077-1166 M), seorang ahli fiqih hambali yang memiliki pengalaman mistik mendalam.
Pada perkembangannya, kata tarikat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarikat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarikat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal tuhan secara mendalam. Dari sinilah, terbentuklah suatu tarikat, dalam pengertian “jalan menuju tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Setelah suatu tarikat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat.

Tarikat-tarikat yang paling menonjol pada abad keenam dan ketujuh hijriyah.
a. Salah seorang di antara para tokoh tarekat-tarekat mutakhir yalah syeikh Abdul Qadir al-jailani, pendiri tarikat al-Qadiriyyah. Dia lahir di jailan tahun 470 H. Pada tahun 478 H dia merantau ke baghdad untuk mempelajari fiqh madzhab hambaliyyah serta mengikuti jalan para sufi. Pada tahun 521 H dia pun menjadi seorang da’i dan mulai terkenal. Sejak itu dia mulai berpakaian ulama, dan tarikatnya disebarluaskan murid-muridnya ke berbagai kawasan islam, seperti yaman, syria, dan mesir. Tarikat tersebut kemudian tersebut luas di india, turki, afrika dan menjadi sebuah tarikat besar. Menurut trimingham, tarikat al-Qadiriyyah sampai sekarang tetap diikuti berjuta-juta orang al-jailani meninggal tahun 561 H, dan dimakamkan di baghdad. Sementara tarikatnya, sampai sekarang tetap berkembang di mesir, sudan, dan di berbagai kawasan asia maupun afrika. Megenai tarikat al-Qadiriyyah syeikh ali ibn al-hiti berkomentar tarikatnya adalah tauhid semata, disertai kehadiran dalam sikap sebagai hamba tuhan.

b. Pada masa Abdul Qadir al-jailani, terdapat pula seorang tokoh sufi lain dari irak, yaitu syeikh ahmad al-rifa’i, pendiri tarekat al-rifa’iyyah. Dia berasal dari sebuah kabilah arab, yaitu banu rifa’ah, di kawasan al-batha’ih. Di situlah al-rifa’i meninggal dunia tahun 578 H. Dia banyak mempunyai murid, yang dikenal sebagai para pengikut tarikat al-rifa’iyyah atau al-batha’ihiyyah.


c. Pada abad ketujuh hijriyah, di dunia islam, baik di kawasan timur maupun barat, tumbuh berbagai tarikat sufi yang bergerak secara aktif. Di sebelah barat muncul tarikat al-syadziliyyah, yang terus melebarkan sayapnya ke mesir, dan dari situ lalu menyebar ke berbagai kawasan islam. Tarekat al-syadziliyyah dinisbatkan kepada abu al-hasan al-syadzili, seorang sufi penganut aliran sunni. Dia berasal dari syadzilah, tunisia, dan dari sana, bersama para murid dan pengikutnya, pergi ke mesir lalu tinggal di kota iskandariah, sekitar tahun 642 H. Kemudia mereka membentuk sebuah aliran sufi yang nantinya terkenal sebagai tarekat al-syadziliyyah. Di antara para muridnya, yang pergi bersama al-syadzili ke mesir, yalah syeikh abu al-abbas al-mursi. Tokoh inilah kelak yang menggantikan al-syadzili, sebagai pemimpin para pengikut tarikat al-syadziliyyah. Kepemimpinan tarekat tersebut tetap di pegang al-mursi sampai dia meninggal dunia di iskandariah tahun 686 H. Dia digantikan salah seorang muridnya, yang asal mesir, yaitu ibn atha’illah al-syakandari.

d. Tarekat-tarekat sufi lainnya yang sezaman dengan tarikat al-syadziliyyah, adalah tarekat al-ahmadiyyah. Tarikat ini didirikan syayyid ahmad al-badawi (596-675 H.) yang berasal dari maroko, tapi kemudian merantau ke makkah, lalu ke mesir, sekitar tahun 634 H. Dia tinggal di mesir serta menetap di kota thandtha. Dan menyeru orang ke jalan allah. Sepeninggalnya, kepemimpinan tarikat al-ahmadiyyah dipegang oleh muridnya, abdul muta’al al-anshari (meninggal tahun 733 H).

e. Tarekat di mesir lainnya, yang sezaman dengan tarikat al-ahmadiyyah dan juga tersebar luas di negeri tersebut, adalah tarikat al-birhamiyyah. Tarekat ini didirikan putra mesir, syeikh ibrahim al-dasuqi al-Qursyi (meninggal tahun 676 H di damaskus). Darikatnya tersebar luas di kawasan mesir, syria, hijaz, yaman dan hadramaut. Al-dasuqi menekankan bahwa tasauf perlu konsisten terhadap aturan-aturan syari’at. Syari’at adalah pokok, sementara hakekat adalah cabang. Jadi syari’at menhimpun seluruh ilmu yang diwajibkan dan hakekat menghimpun seluruh ilmu yang sembunyikan. Sementara semua tingkatan dan keadaan justru berada di bawah keduanya.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Tarekat bila dilihat secara etimologis mempunyai arti “jalan”. Jalan yang dimaksud adalah jalan yang di tempuh oleh para sufi menuju allah, menurut syekh muhammad amin al-kurdiy dalam bukunya mustafa tarekat adalah pengalaman. Syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.

2. Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah yaitu khurasan (iran) dan mesepotamia (irak). Pertumbuhan tarekat telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun perkembangan dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Tarikat dikenal di dunia islam terutama abad ke 12/13 M (6/7 H) dengan hadirnya tarikat Qadiriyah yang didasarkan pada sang pendiri Abd Qadir al-jailani (1077-1166 M), seorang ahli fiqih hambali yang memiliki pengalaman mistik mendalam.

3. Tarekat-tarekat sufi lainnya yang sezaman dengan tarikat al-syadziliyyah, adalah tarekat al-ahmadiyyah. Tarikat ini didirikan syayyid ahmad al-badawi (596-675 H.) yang berasal dari maroko, tapi kemudian merantau ke makkah, lalu ke mesir, sekitar tahun 634 H. Dia tinggal di mesir serta menetap di kota thandtha. Dan menyeru orang ke jalan allah.


DAFTAR PUSTAKA

 Abu al-wafa, dari zaman ke zaman, pustaka salman istitut teknologi, bandung 1974
 Anwar, mukhtar sholihin, ilmu tasawuf, pustaka setia, bandung 2006
 Abuddin nata, ahlak tasawuf, PT. Raj grafindo pesada, jakarta 1996
 Answar, rosibon dan mukthar, solihin. Ilmu tasawuf. Bandung: pustaka setia. 2004.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929