loading...

filsafat pada zaman kontemporer

December 08, 2016
loading...

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
       Perkembangan dan kemajuan peradapan manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seperti dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu: sejak zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak putus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsure penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Demikian semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontenporer, tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang mengalami perpecahan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa itu filsafat pada zaman kontemporer?
2.      Aliran pemikiran filsafat kontemporer barat?
3.      Aliran pemikiran filsafat kontemporer islam?
4.      Pilar-pilar filsafat kontemporer?
5.      Aliran-aliran filsafat kontemporer?



C.Tujuan Penulis
1.      Untuk Mengetahui filsafat pada zaman kontemporer
2.      Untuk Mengetahui aliran pemikiran filsafat kontemporer barat
3.      Unutuk Mengetahui aliran pemikiran filsafat kontemporer islam
4.      Untuk Mengetahui Pilar-pilar filsafat kontempore
5.      Untuk Mengetahui aliran-aliran filsafat kontemporer























BAB II
PEMBAHASAN

A. Zaman kontemporer
Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa,kebudayaan (antara lain Posmodernisme)kritik social metodologi (fenomenologi,heremeutika strukturalisme)filsafat hidup (Eksistensialisme), filsafat ilmu samapaifilsafat tentang perempuan (Feminisme). Tema-tema filsafat yang banyak dibahas oleh para filsuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia, ilmu pengetahuan kesetaraan gender kuasa dan struktur yang mengungkung hidupmanusia, dan isu-isu actual yang berkaitan dengan budaya, social politik ekonomiteknologi moral ilmu pengetahuan dan hak asasi manusia.Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi disiplinfilsafat. Maksudnya, para filsuf bukan hanya professional di bidang masing-masing,tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi professional dibidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian merekamasing-masing (Zaenal, 2011: 124).[1]

B. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer  Barat
       Pada era “modern” dilewati bangsa Barat pasca Immanuel Kant dua setengah abad yang lalu bangsa Barat hidup dengan konsep sistem nilai baru struktur sosial-budaya pun sama, dengan sebelumnya pra-syarat Rasional, juga dengan ciri-cirinya yang orisinil.[2]Sejauh yang terkait pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik,
ada beberapa aliran pemikiran yang dominan yang semarak.
Ø  tipologi strukturalisme. Tipologi ini memusatkan perhatiannya pada masyarakat sebagai sistem, di mana fenomena-fenommena tertentu menggambarkan “suatu kenyataan sosial yang menyeluruh.”, atau pada landasan epistemologi (canguilhen) akan menggeser inti bahasan dari pemikiran esensialis tentang masyarakat dan pengetahuan kepada wacana yang melihatnya sebagai ciri-ciri struktural fenomena ini, baik ciri differensial atau pun relasional. Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan, rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental.
       Selanjutnya, bapak psikoanalis, Sigmund Freud (1856-1939 M.) merupakan sosok yang amat kontroversial dengan hipotesanya yang amat mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang melihat frued hanya sebagai ateis, materialis. Selain para pemikir di atas, masih dapat kita jumpai para pemikir semisal al-Thuser (1918-1990 M.), Pierre Bourdieu (1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.)
Ø  Tipologi Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan varietas pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai sumber subjektivitas dan kultur yang bersifat paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang bersifat sekunder. Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa (misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan munculnya pemikiran ini. Tipologi ini diwakili oleh Nietzche (1844-1900 M.), prinsip yang diusulkan sebagai suatu kebenaran koheren dan mendasar, beraneka ragam fakta serta penampilannya adalah bersifat idealis. Selanjutnya adalah Michel Foucault (1926-1984 M.), seorang sejarawan, psikolog dan sexolog yang paling cemerlang pada masanya.
Ø  Tipologi post-marxisme. Tipologi ini merupakan elaborasi lebih lanjut dari marxisme dengan karakter dan corak pemikiran yang sangat berbeda. Mereka menggunakan Marx untuk untuk mengembangkan sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada ‘kapitalisme modern’. Para filsuf yang mempunyai kecenderungan berfikir post-Marxisme adalah para pemikir seperti Hannah Arendt, Jurgen Habermas dan Theodor Adorno.

C. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer  Islam
     Filsafat di dunia Islam merupakan benih pembaharuan, meski hasil asimilasi dari budaya asing. Namun sangat disayangkan tak pernah bernafas panjang. Di dunia Islam timur, filsafat lenyap atas jasa Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut al-falasifah. Sedang di dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya Ibnu Rusyd (1198 M.) berakhir pula pengaruh filssafat paripatetik. Setelah ini, filsafat secara geografis berpindah ke Negri para Mullah, Iran, sebagai akibat dari pengaruh metafisika Yunani dan Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn Arabim, al-Hallaj, dan Suhrawardi al-Maqtul sebagai pendekar filsafat gnostik Persia ternama. Kemudian Islam mengalami masa skolastik (kegelapan) yang berlangsung kurang lebih dua abad.Islam terbangun dengan infasi Napoleon Bonaparte di Mesir tahun 1798 M, dengan disusul berdirinya negri-negri independen yang mengatasnamakan Nasionalisme. Sementara dinasti Ottoman sebagai representasi kekuatan Islam kala itu, telah dilumpuhkan dan digerogoti luar-dalam. [3]
Datangnya Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan pemikiran Arab-Islam.Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan. Gerak radikal pemikiran barat yang menyematkan Immanuel kant sebagai puncak modernisasi filsafat menorehkan berbagai macam pertimbangan humanis-rasionalis yang semena-mena tidak boleh dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud kolonialisme modern atas dunia Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme adalah fakta perjuangan cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah pemikiran Islam dari stagnansi masa skolastik dimana agama, lapukan sejarah dan literatur keilmuan telah menjadi Tuhan.
       Ideologi yang digambarkan oleh al-Jabiri atas dunia Arab-Islam masih saja dipahami secara literal dan melahirkan sikap antipati terhadap perkembangan pemikiran Barat. Angan mitologis atau mistisisme yang telah menghantui modernisme Islam sudah selayaknya dihancurlantakkan lalu menaruh sikap inklusif sebagai jembatan pembaharuan.

D. Pilar  Pilar Filsafat Kontemporer
       Filsafat telah melahirkan apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah pemikiran dan memunculkan pilar – pilar Filsafat Kontemporer.
Ø  Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi moralitas yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan oleh para filosof. Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni hidup, atau menempatkan sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian pemikiran ini direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant menjadikan etika yang semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban, dan ini melahirkan konsep sentral etika modern, yaitu konsep otonomi moral. Pemikiran ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel dan dipadukan dengan teori dialektikanya.
Ø  Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel (1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan fenomena yang dibawa ke ruang publik pertama kali oleh Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu mendefinisikan fenomenologi sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi Husserl berbicara tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan Kant.  Para filosof yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida, Kierkegard, Cascirer.
Ø  Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi membahas pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih menekankan masalah seputar eksistensi. Seorang filosof eksistensialis, semisal Sartre, bekerja keras dalam permasalahan esensi dan eksistensi, yang kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa "eksistensi mendahului esensi". Dan ini membalik tradisi pemikiran filsafat Barat sejak Plato, yang selalu mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi.[4]
Ø  Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah daya yang menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif adalah hasil dari kegiatan daya tadi.

E. Aliran-Aliran Filsafat Konterporer
    Beberapa aliran-aliran dalam filsafat kontemporer adalah sebagai berikut:
a.       Eksistensialisme Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema pokok.
b.      Fenomonologi
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani, tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut filsafat fenomenologi,
fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
c.       Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.
d.      Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.[5]








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau sedang terjadi pada saat ini yang tidak terikat dengan aturan aturan jaman dulu dan berkembang sesuai dengan jaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama dengan modern, karena  modern adalah masa kini yang sudah lewat. Setelah era moderen atau pasca Immanuel Kant, muncul aliran aliran filsafat Kotemporer  diantaranya tipologi strukturalisme, Tipologi Post-Strukturalisme, Tipologi  post-marxisme.
Filsafat Arab Islam bangkit setelah kedatangan kolonialis – imperialis di wilayah Timur Tengah, dengan metransformasikan filsafat filsafat barat ke Mesir khususnya. Dari refleksi moralitas yang melahirkan aliran alira filsafat tercipta dari pilar-pilar filsafat yaitu etika, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat budaya dan hermeneutika.

B. Saran
        Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang sempurna.








DAFTAR PUSTAKA

Muntansyir, Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
Noor, Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.


[1] Muntansyir, Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[2] Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
[3] http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
[4]
[5] Noor, Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.

loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929