loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradapan
manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup
manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seperti dengan sejarah
kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut
dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu: sejak zaman
klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.
Kemajuan
ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak putus
satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsure
penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Demikian semuanya
saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontenporer,
tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari
rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang mengalami
perpecahan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan
manusia itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat pada zaman kontemporer?
2. Aliran pemikiran filsafat kontemporer barat?
3. Aliran pemikiran filsafat kontemporer islam?
4. Pilar-pilar filsafat kontemporer?
5. Aliran-aliran filsafat kontemporer?
C.Tujuan
Penulis
1.
Untuk Mengetahui filsafat pada zaman kontemporer
2.
Untuk Mengetahui aliran pemikiran filsafat kontemporer barat
3.
Unutuk Mengetahui aliran pemikiran filsafat kontemporer
islam
4.
Untuk Mengetahui Pilar-pilar filsafat kontempore
5.
Untuk Mengetahui aliran-aliran filsafat kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Zaman
kontemporer
Filsafat
kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh
variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari
analisis bahasa,kebudayaan (antara lain Posmodernisme)kritik social metodologi
(fenomenologi,heremeutika strukturalisme)filsafat hidup (Eksistensialisme),
filsafat ilmu samapaifilsafat tentang perempuan (Feminisme). Tema-tema filsafat
yang banyak dibahas oleh para filsuf dari periode ini antara lain tentang
manusia dan bahasa manusia, ilmu pengetahuan kesetaraan gender kuasa dan
struktur yang mengungkung hidupmanusia, dan isu-isu actual yang berkaitan
dengan budaya, social politik ekonomiteknologi moral ilmu pengetahuan dan hak
asasi manusia.Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh
profesionalisasi disiplinfilsafat. Maksudnya, para filsuf bukan hanya
professional di bidang masing-masing,tetapi juga mereka telah membentuk
komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi professional dibidang-bidang
tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian merekamasing-masing (Zaenal, 2011:
124).[1]
B. Aliran
Pemikiran Filsafat Kontemporer Barat
Pada era “modern” dilewati bangsa Barat
pasca Immanuel Kant dua setengah abad yang lalu bangsa Barat hidup dengan
konsep sistem nilai baru struktur sosial-budaya pun sama, dengan sebelumnya
pra-syarat Rasional, juga dengan ciri-cirinya yang orisinil.[2]Sejauh
yang terkait pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik,
ada
beberapa aliran pemikiran yang dominan yang semarak.
Ø tipologi strukturalisme. Tipologi ini memusatkan perhatiannya pada
masyarakat sebagai sistem, di mana fenomena-fenommena tertentu menggambarkan
“suatu kenyataan sosial yang menyeluruh.”, atau pada landasan epistemologi
(canguilhen) akan menggeser inti bahasan dari pemikiran esensialis tentang
masyarakat dan pengetahuan kepada wacana yang melihatnya sebagai ciri-ciri
struktural fenomena ini, baik ciri differensial atau pun relasional. Tipologi
ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat
ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi
strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem,
pelopor sebuah filsafat pengetahuan, rasionalitas dan tentang konsep-filsafat
dengan landasan yang lebih kental.
Selanjutnya, bapak psikoanalis, Sigmund
Freud (1856-1939 M.) merupakan sosok yang amat kontroversial dengan hipotesanya
yang amat mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang melihat frued hanya
sebagai ateis, materialis.
Selain para
pemikir di atas, masih dapat kita jumpai para pemikir semisal al-Thuser
(1918-1990 M.), Pierre Bourdieu (1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.)
Ø Tipologi Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan
varietas pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai
sumber subjektivitas dan kultur yang bersifat paradoks, yang sebelumnya
merupakan hal yang bersifat sekunder. Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu
tentang subjektifitas dan bahasa (misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan
tulisan) menuntut akan munculnya pemikiran ini. Tipologi ini diwakili oleh Nietzche (1844-1900 M.), prinsip yang
diusulkan sebagai suatu kebenaran koheren dan mendasar, beraneka ragam fakta
serta penampilannya adalah bersifat idealis. Selanjutnya adalah Michel Foucault (1926-1984
M.), seorang sejarawan, psikolog dan sexolog yang paling cemerlang pada
masanya.
Ø Tipologi post-marxisme. Tipologi ini merupakan elaborasi lebih lanjut
dari marxisme dengan karakter dan corak pemikiran yang sangat berbeda. Mereka menggunakan Marx untuk untuk
mengembangkan sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada
‘kapitalisme modern’. Para filsuf yang mempunyai kecenderungan berfikir
post-Marxisme adalah para pemikir seperti Hannah Arendt, Jurgen Habermas dan
Theodor Adorno.
C. Aliran Pemikiran Filsafat
Kontemporer Islam
Filsafat di dunia Islam merupakan benih
pembaharuan, meski hasil asimilasi dari budaya asing. Namun sangat disayangkan
tak pernah bernafas panjang. Di dunia Islam timur, filsafat lenyap atas jasa
Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut al-falasifah. Sedang
di dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya Ibnu Rusyd (1198 M.)
berakhir pula pengaruh filssafat paripatetik. Setelah ini, filsafat secara
geografis berpindah ke Negri para Mullah, Iran, sebagai akibat dari pengaruh
metafisika Yunani dan Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn Arabim, al-Hallaj, dan
Suhrawardi al-Maqtul sebagai pendekar filsafat gnostik Persia ternama. Kemudian
Islam mengalami masa skolastik (kegelapan) yang berlangsung kurang lebih dua
abad.Islam terbangun dengan infasi Napoleon Bonaparte di Mesir tahun 1798 M,
dengan disusul berdirinya negri-negri independen yang mengatasnamakan
Nasionalisme. Sementara dinasti Ottoman sebagai representasi kekuatan Islam
kala itu, telah dilumpuhkan dan digerogoti luar-dalam. [3]
Datangnya
Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan pemikiran Arab-Islam.Kemudian
muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani dan
Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme
yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.
Gerak radikal pemikiran barat yang menyematkan Immanuel kant sebagai puncak modernisasi
filsafat menorehkan berbagai macam pertimbangan humanis-rasionalis yang
semena-mena tidak boleh dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud
kolonialisme modern atas dunia Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme
adalah fakta perjuangan cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah
pemikiran Islam dari stagnansi masa skolastik dimana agama, lapukan sejarah dan
literatur keilmuan telah menjadi Tuhan.
Ideologi yang digambarkan oleh al-Jabiri
atas dunia Arab-Islam masih saja dipahami secara literal dan melahirkan sikap
antipati terhadap perkembangan pemikiran Barat. Angan mitologis atau mistisisme
yang telah menghantui modernisme Islam sudah selayaknya dihancurlantakkan lalu
menaruh sikap inklusif sebagai jembatan pembaharuan.
D. Pilar
Pilar Filsafat Kontemporer
Filsafat telah melahirkan
apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah pemikiran dan memunculkan pilar –
pilar Filsafat Kontemporer.
Ø Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi
moralitas yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan
oleh para filosof. Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni
hidup, atau menempatkan sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan
kemudian pemikiran ini direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant
menjadikan etika yang semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban, dan ini
melahirkan konsep sentral etika modern, yaitu konsep otonomi moral. Pemikiran
ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel dan
dipadukan dengan teori dialektikanya.
Ø
Pilar
yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel
(1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling
berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan
fenomena yang dibawa ke ruang publik pertama kali oleh Hegel dengan ruh
absolutnya. Husserl lalu mendefinisikan fenomenologi sebagai ilmu tentang
penampakan (fenomena), dan bagi Husserl berbicara tentang esensi di luar
eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang membedakan fenomenologi
Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan Kant.
Para filosof yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida,
Kierkegard, Cascirer.
Ø
Pilar
yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih menekankan masalah
seputar eksistensi. Seorang filosof eksistensialis, semisal Sartre, bekerja
keras dalam permasalahan esensi dan eksistensi, yang kemudian memunculkan sebuah
tesis bahwa "eksistensi mendahului esensi". Dan ini membalik tradisi
pemikiran filsafat Barat sejak Plato, yang selalu mengatakan bahwa esensi
mendahului eksistensi.[4]
Ø
Pilar
yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis
akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif
adalah daya yang menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik,
sedangkan dimensi obyektif adalah hasil dari kegiatan daya tadi.
E. Aliran-Aliran Filsafat
Konterporer
Beberapa aliran-aliran dalam filsafat
kontemporer adalah sebagai berikut:
a.
Eksistensialisme
Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri
atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri
dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan
eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan
cara wujud manusia sebagai tema pokok.
b. Fenomonologi
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau
lawan bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu
fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga
di lihat secara rohani, tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan,
bahwa menurut para pengikut filsafat fenomenologi,
fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa
yang menampakkan diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
c. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal
dari bahasa Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman
pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan
bermanfaat.
d. Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar
daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas,
karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya
mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh
dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara
kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja
(golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja
atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah
evolusi secara drastis.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat
Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau sedang
terjadi pada saat ini yang tidak terikat dengan aturan aturan jaman dulu dan
berkembang sesuai dengan jaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama
dengan modern, karena modern adalah masa
kini yang sudah lewat.
Setelah era
moderen atau pasca Immanuel Kant, muncul aliran aliran filsafat Kotemporer diantaranya tipologi strukturalisme, Tipologi
Post-Strukturalisme, Tipologi
post-marxisme.
Filsafat Arab Islam bangkit setelah kedatangan kolonialis – imperialis
di wilayah Timur Tengah, dengan metransformasikan filsafat filsafat barat ke
Mesir khususnya.
Dari
refleksi moralitas yang melahirkan aliran alira filsafat tercipta dari
pilar-pilar filsafat yaitu etika, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat
budaya dan hermeneutika.
B. Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami selaku penulis menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi makalah yang
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Muntansyir,
Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
Noor,
Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.
[1] Muntansyir,
Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[2] Maksum,
Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
[3] http://pakdhekeong.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-kontemporer.html
[5] Noor,
Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.
loading...
0 Komentar
Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya