loading...

FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI

December 26, 2016
loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Study ilmu komunikasi merupakan mata kuliah pokok pada jurusan komunikasi dan penyiaran islam. Komunikasi selalu terjadi dimana saja dan dimanapun kita berada dengan tidak mengenal usia baik muda maupun tua. Semuanya selalu berkomunikasi namun tidak banyak orang yang mengetahui fungsi dan tujuan komunikasi, sehingga banyak terjadi gagal faham antara komunikator dan komunikan. Yang pada akhirnya menimbulkan percekcokan yang melahirkan permusuhan.
Kita sebagai umat beragama yang di kenal sebagai kaum Intelektual, harus mempunyai pemahaman tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Agar tercapai tujuan komunikasi yang efektif. Sehingga dapat menjalin serta mempererat tali silaturrahmi dan dapat membangun ukhwah antar umat beragama. Karna islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, yang tentunya memberi pemahaman kepada kita bahwa indahnya hidup dengan saling menghargai. Mudah-mudahan kita selalu berada di dalam keridhoan Allah swt. Amin yarobbal ‘alamin..
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, tentang Study IlmuKomunikasi, maka penulis mengangap ada beberapa hal yang perlu di kaji lebih mendalam antaranya :
1. Apa fungsi dan tujuan komunikasi?
2. Bagaimana prinsip dasar komunikasi yang efektif?
3. Bagaimana karakteristik komunikator?
4. Bagaimana bentuk dan penyajian pesan?
5. Bagaimana karakteristik komunikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan di capai dalam makalah ini adalah :
1. Untuk memahami fungsi dan tujuan komunikasi?
2. Untuk menganalisis prinsip dasar komunikasi yang efektif?
3. Untuk memahami karakteristik komunikator?
4. Untuk memahami bagaimana bentuk dan penyajian pesan?
5. Untuk menganalisis bagaimana karakteristik komunikan?
BAB II
FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI SERTA PRINSIP DASAR KOMUNIKASI EFEKTIF
A. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI
Sebelum berkomunikasi ada baiknya kita mengetahui apa saja tujuan dan fungsi komunikasi, agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik. Berikut beberapa uraian dari fungsi komunikasi:
1. Tabligh: artinya penyampaian. Maksudnya komunikasi sebagai media penyampaian ajaran-ajaran Allah swt. Kepada umat manusia. Orang yang menyampaikan disebut muballigh. Allah swt. berfirman yang artinya :
“yaitu orang-orang yang menyampaikan risallah Allah, dan mereka takut kepada-Nya, dan tiada seorang pun yang mereka takuti selain Allah swt”. (Q.S Al-Ahzab: 39).
SabdaRasulullah :
“sampaikanlah daripadaku walaupun satu ayat ! ” ( H.R. Bukhari).
2. Amar-ma’ruf dan Nahi Mungkar : artinya memerintahkan kebaikan dan melarang perbuatan jahat. Maksudnya komunikasi sebagai media yang dapat membatasi perbuatan manusia agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang menyesatkan.
“orang-orang yang jika kami tempatkan di bumi, mereka tetap mengerjakan sholat dan membayarkan zakat dan menyuruh mengerjakan perbuatan baik, dan melarang perbuatan yang salah dan kesudahan pekerjan mereka itu adalah uusan Allah swt”. (Q.S. al-Haj: 41).
3. Maw’idhah : artinya pengajaran. Maksudnya mengajar orang dengan cara yang baik agar mereka sadar kembali ke jalan Allah swt. Allah berfirman yang artinya :
“serulah manusia ke jalan Rabb-mu dengan bijaksana dan pelajaran yang baik”. (Q.S. an-Nahl: 125).
4. Tabsyiir : artinya pengumuman berita yang menggembirakan. Komunikasi yang disampaikan oleh muballigh yang menyampaikan berita gembira tentang rahmat dan nikmat yang akan diperoleh bagi orang yang beriman.
Firman allah :
“Oleh sebab itu, sampaikanlah kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku”. (Q.S. 39 az-Zumar : 17).
5. Indzaar: artinya pemberi peringatan. Maksudnya komunikasi sebagai pemberi peringatan agar manusia jangan tersesat dan peringatan supaya mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman :
“maka hendaklah kamu beri peringatan, karena peringatan itu berguna”. (Q.S. al-A’la : 9). Orang yang menyampaikan pesan itu disebut mudzakkir.
6. Nashihah : artinya nasihat atau pengajaran. Maksudnya komunikasi sebagai nasihat agar seseorang atau ummat ta’at dan bertaqwa kepada Allah.
7. Wasiyyah : artinya wasiat atau pesan. Maksunya komunikasi berfungsi pemberi pesan kebenran, taqwa dan kebaikan. Dalam al-qur’an di jelaskan :
“dan mereka saling bepesan satu sama lain dengan kebenaran dan saling berpesan kepada kesabaran”. (Q.S. al-Ashr : 3).
Kemudian dalam berkomunikasi kita perlu mengetahui tujuan komunikasi, adapun tujuan komunikasi yaitu sebagai berikut :
1. Menemukan
Ada seorang mahasiswa yang bernama Banu. Ia dibesarkan dari keluarga yang keras lantaran bapaknya seorang tentara. Dengan sikap bapaknya yang keras keras tersebut, sehingga mempengaruhi sikap Banu. Banu pun tumbuh menjadi mahasiswa yang keras, sering tidak bisa kompromi kalau tidak menurutnya benar dan tak jarang menggunakan gertakan kalau perlu menggunakan kekerasan.
Ketika Banu memasuki bangku kuliah dia menemukan banyak teman dengan berbagai latar belakang. Karna itu teman-temannya tidak suka diatur menurut kehendaknya. Di awal masa perkuliahan banyak teman yang tidak menyukai banu. Terkadang banu sulit mendapatkan teman sekelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Sebab Banu terlalu kaku dalam bergaul, maunya menang sendiri, dan tak punya kemampuan mendengar pendapat orang lain. Kemudian banu mulai merenung, ia berfikir ini tak bisa terus terjadi. Ia tetap membutuhkan temannya itu. Namun ia tak boleh menjadi orang yang egois dengan hanya memenangkan pendapatnya. Rasul bersabda :
“dari Abu hurairah r.a berkata Rasul saw. bersaba: Allah swt. anak adam mengganggu pada-Ku, karna ia memaki masa padahal akulah masa tersebut sebab di tanganku segala urusan, aku yang mengubah malam dan siangnnya ”. (H.R. Bukhari Muslim).
Salah satu yang dilakukan oleh Bnau itu adalah menyangkut penemuan diri (personal discovery). Penemuan diri ini bisa dilakukan jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain itu, ia akan melihat siapa dirinya, apa yang dikehendaki oleh lingkungannya, dan bagaimana ia harus bersikap.itulah yang dinamakan dengan penemuan diri. Penemuan diri ini sebagian besar dipelaari selama berkomunikasi dengan orang lain.
2. Berhubungan
Di suatu sore Ani sedang bingung karna ada dua kegiatan yang harus ia lakukan. Pertama ia harus hadir dalam rapat organisasi di kampus. Dia waib hadir karna dia adalah kepala bidang u’budiah. Sementara dia harus menjemput ayahnya yang baru pulang dari New Delhi (India) di bandara. Ia tidak mau mengorbankan salah satu dari keduanya karna keduanya sama-sama penting.
Kemudian dia memutuskan untuk menjemput ayahnya dulu di bandara dan menghadiri rapat setelahnya. Namun ia tetap harus menghubungi ketua rapat tersebut, dengan mengatakan ia akan tetap menghadiri rapat tapi akan sedikit terlambat karna harus menjemput ayahnya dahulu.
Komunikasi yang dilakukan oleh Ani karna ia punya tujuan untuk behubungan dengan orang lain. Ia harus berani menyampaikan problem kepada ketua organisasi. Jadi tujuan berkomunikasi juga untuk membina hubungan dengan orang lain.
Rasulbersabda:
“tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kerabat atau keluarga”. (H.R. Bukhari Muslim).
3. Meyakinkan
Pada suatu hari saya tidak masuk kuliah dikarenakan tidak enak badan, setelah minum obat saya memutuskan untuk beristirahat. Tak lama kemudian sekitar jam 10.00 wib, ada seseorang yang mengedor-gedor pintu rumah saya. Sebenarnya saya malas untuk keluar tapi orang tersebut terus menggedor rumah saya, dengan memaksakan diri saya keluar dari kamar dan langsung membuka pintu. Terlihat seseorang yang mengenakan pakaian rapi dan menggunakan dasi sembari membawa barang yang sepertinya akan ditawarkan kepada saya. Saya bisa menduga bahwa dengan penampilan yang seperti itu bahwa ia adalah seorang sales.
Benar saja setelah ia masuk rumah ia pun mulai menawarkan barang bawaannya. Ia terus membujuk saya untuk membeli barangnya yang sebenarnya saya sudah memilikinya. Namun dengan percaya diri dia terus merayu dan meyakinkan saya untuk membeli barang dagangannya.
Sales itu berkomunikasi dengan orang lain untuk meyakinkan bahwa produknya layak di beli. Dengan bujuk rayuan, kata-kata manis, dia mempraktikan itu semua untuk memprosikan produknya kepada calon konsumen. Tak jarang juga seseorang meyakinkan pesan yang dikirimkan ke orang lain ddengan menambahinya dengan cerita fiktif tertentu. Dan ada juga orang yang berusaha menyakinkan orang lain dengan cerita bohong. Artinya pesannya biasa, hanya agar orang yang diberi informasi itu mendukung pendapatnya.
4. Bermain
Jika anda adalah penonton setia televisi, saya punya pertanyaan khusus untuk anda. Berapa lama anda dalam menyaksikan acara hiburan di televisi dibandingkan anda menyaksikan acara formal di televisi seperti berita dan dialog politik. Saya yakin bahwa anda lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyasikan acara hiburan dikarenakan lebih menarik untuk disaksikan.
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain juga tak selalu serius, bahkan ada yang sengaja menyelipkan cerita jenaka sebagai bumbu-bumbu pembicaraan. Maka banyak diantara kita yang memanfaatkan lelucon untuk membius para komunikan agar lebih tertarik mendengar pesan yang kita sampaikan.
5. Membentuk Citra Diri
Saat menjelang pemilihan anggota legislatif atau presiden, para kendidat menginformasikan banyak hal tentang dirinya. Lihat saja baliho, spanduk, brosur, dan semacamnya. Yang tujuannya apalagi kalo bukan agar masyarakat tertarik, dan memilihnya. Tak terkecuali, seseorang mencoba untuk mengomunikasikan dirinya ke orang lain secara sengaja atau tidak telah mencerminkan siapa dirinya.
Dalam ilmu komunikasi itu bisa disebut dengan citra diri. Bagaimana seseorang membangun personal branding, ingin dipersepsikan seperti apa oleh orang lain bagian dari menbentuk dari citra diri. Cira diri bisa disebut dengan watak kepibadian yang kita rasa pada diri kita sendiri seperti (setia, jujur, bersahabat, peduli, empati, judes, dsb). Ini semua contoh bagaimana Citra diri kita dibangun oleh diri kita sendiri agar dinilai orang lain.
Jadi citra diri itu melekat pada seseorang berdasar komunikasi yang dilakukan. Orang hanya bisa menilai citra diri orang lain jika orang lain itu berkomunikasi. Bagaimana mungkin seseorang individu bisa dinilai citra komunikasinya jika tidak pernah mengkomunikasikan siapa dirinya? Citra diri bisa melekat pada diri individu atau indivdu yang berkaitan dengan sebuah lembaga dimana dia berada, misalnya dia berada dan berkerja di lembaga tertentu.
B. PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF
Untuk lebih memahami kemonikasi, ada baiknya kita mengetahui apa saja prinsip komunikasi tersebut. Agar kita dapat memahami dengan baik ilmu komunikasi itu. Dan berikut beberapa prinsip komunikasi :
1. Komunikasi Itu Adalah Sebuah Proses Simbolik
Menurut Susane K. Langera, yang mengungkapkan bahwa salah satu kebutuhan pokok manusia adalah merupakan kebutuhan simbolis atau pengunaan lambang. Karena manusia adalah satu-satunya hewan yang mengunakan lambang atau disebut dengan Animal symbolicum. Lambang atau symbol itu adalah suatu yang digunakan untuk merujuk suatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan suatu kelompok orang. Dan lambang ini meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Contohnya seperti rambu lalu lintas yang banyak sekali tersebar di jalan raya, yang tentunya memiliki makna tersendiri dari semua rambu tersebut.
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Ada istilah yang sangat familiar dalam dunia komunikasi yaitu we cannot not communication , ”kita tidak dapat tidak berkomunikasi”. Hal tersebut tidak berarti semua perilaku yang kita lakukan adalah komunikasi. Betapa tidak, komunikasi terjadi jika seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Jadi semua perilaku kita berpotensi komunikasi, baik dari segi ekspresi muka, bahsa tubuh, terlebih pengucapan baik secara verbal maupun nonverbal.


3. Komunikasi Memiliki Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi muatan (isi) komunikasi,yaitu “apa yang dikatakan”. Sedangakan dimensi hubungan, menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi tersebut, dan bagaimana seharusnya pesan tersebut dapat ditafsirkan. Karna bagaimanapun juga tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama akan ditafsirkan berbeda oleh komunikan, jika disampaikan dengan berbeda pula.
Contohnya dalam komunikasi masa, dimensi isi merujuk pada isi pesan itu sendiri. Sedangakan dimensi hubungan, merujuk pada unsur-unsur lain, termasuk didalamnya jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Seperti pada koran yang kebetulan antara koran sindo dan koran jambi ekspress memiliki pembahasan yang sama. inti dari pesan yang ada pada koran sindo dan koran jambi ekspress tersebut sama, namun dalam penyampaian pesannya tentu terdapat perbedaaan antara keduanya.
4. Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan dari komunikasi yang tidak sengaja sama sekali [ketika anda melamun sementara orang-orang memperhatikan anda], sampai komunikasi yang benar-benar direncanakan [ketika anda menyampaiakan pidato]. Unsur kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi . meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesa kepada orang lain, perilaku kita kerab kali untuk ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita.
Dalam berkomunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak kesalahfahaman antar budaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak sengaja ditafsirkan atau direspon oleh orang dari budaya lain.
5. Komunikasi Berlangsung Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga tergantung pada konteks fisik atau ruang, waktu social dan psikologis. Waktu mempengaruhi makna terhadap pesan. Contohnya dering telfon pada tengah malam akan ditanggapi lain jika dibandingkan dengan dering telfon pada siang hari. Kehadiran orang lain dalam konteks social juga akan mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Dua ornag yang sedang mengalami masalah konflik internal, akan merasa sangat canggung jika tidak ada orang lain di antara mereka. Namun, masalah mereka akan sedikit mencair jika ada seseorang diantara mereka, ataupun juga salah seorang diantara mereka mau menyapa atau meminta ma’af erlebih dahulu.
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Komunikasi akan terikat oleh aturan dan tata krama. Orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang akan menerima pesan atau respons. Dan prediksi itu tidak dapat disadari dan bahkan cendrung berlangsung cepat. Kita tidak dapat memprediksikan perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prinsip ini mengamsumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial dapat diramalkan.
7. Komunikasi Itu Bersifat Sistematik
Komunikasi itu mengandung dua system yaitu system internal dan system eksternal. System internal biasa disebut dengan kerangka rujukan. Sistem internal merupakan seluruh system yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosial.
Sedangkan system eksternal, terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan luar individu, termasuk di dalamnya kata-kata yang dipilih dalam berkomunikasi, isyarat fisik pesrta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan cahaya, dan temperatur ruangan. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi, tetapi persepsi atas lingkungan juga mempengaruhi cara berperilaku.
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakain Efektif Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya atau para komunikan. Kesamaan dalam hal tertentu akan mendorong orang-orang saling tertarik dan pada gilirannya karna kesamaan tersebutlah komunikasi mereka akan menjadi lebih aktif. Sebagai contoh, keamaan bahasa akan membuat orang lebih mudah berkomunikasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, dibandingkan dengan orang-orang yang berkomunikasi tidak dengan Bahasa yang sama.
9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Pada hakikatnya, komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya [komunikasi tatap muka] bersifat dua arah. Komunikasi sirkuler atau komunikasi dua arah ini ditandai dengan berbagai hal diantaranya adalah :
a. Orang-orang yang berkomunikasi di anggap setara.
b. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah), karena karena model pun tidak di tandai dengan suatu garis lurus bersifat linear (satu arah).
c. Dalam praktiknya, kita tidak lagi memperhatikan pesan dengan umpan balik karena pesan komunikator A sekaligus umpan balik bagi komunikator B, dan sebaliknya umpan balik B merupakan pesan B, begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan pula, meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses komunikasi, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak terpola secara kaku. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial alih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses komunikasi.
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, Dan Transaksional
Komunkasi bersifat prosesual adalah bahwa komunikasi itu tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir melainkan proses sinabung (continous). Bersifat dinamis adalah dalam proses komunikasi para peserta akan saling mempengaruhi, seberapa kecil pengaruh itu baik lewat komunikasi verbal meupun komunikasi non verbal. Sedangkan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
11. Komunikasi Bersifat Irreversible
Komunikasi bersifat irreversible adalah merupakan implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Dalam komunikasi sekali terjadi pengiriman suatu pesan, maka anda tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut terhadap khalayak, apalagi menhilangkan efek dari pesan tersebut.
12. Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelelesaikan persoalan atau konflik yang di sebabkan oleh factor komunikasi. Sesungguhnya konflik tersebut bias jadi berkaitan dengan masalah kultural, walaupun banyak persoalan atau konflik antara manusia yang di sebabkan oleh masalah komunikasi. Dan untuk itu, agar komunikasi berjalan efektif, maka kendala structural tersebut juga harus diatasi atau diselesaikan.
C. KARAKTERISTIK SUMBER/KOMUNIKATOR
Salah satu yang menjadi faktor pendukung keberhasilan komunikasi adalah komunikator, yang merupakan salah satu komponen penting dari komunikasi tersebut. Sebaiknya sebagai seorang komunikator kita hendaknya memiliki beberapa sifat-sifat sebagi berikut :
1. Harus benar-benar istiqamah dalam keimanannya dan percaya seyakin-yakinnya akan kebenaran agama islam yang dianutnya untuk kemudian diteruskan kepada ummat. (QS. Al-Baqarah [2]: 285) dan (QS. Fussilat [41]: 30).
2. Harus menyampaikan dakwah/pesannya dengan lisannya sendiri. Dia tidak boleh menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai harga yang rendah. (QS. Ali ‘Imran [3]: 187).
3. Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya, tetapi sejalan dengan perbuatannya. (QS. Albaqarah [2]: 44) dan (QS. Ash-Shaff [61]: 3).
4. Dalam penyampaian dakwah/pesan harus secara adil dan jujur terhadap semua golongan dan kelompok ummat dan tidak terpengaruh oleh penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah, dan sebagainya. (QS. Al-Ma’idah [5]: 8) dan (QS. Al-Hujarat [49]: 10).
5. Dalam penyampaian dakwah/pesan harus dilandasi dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharapkan rida-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]: 265) (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).
6. Menjadikan Rasulullah saw. sebagai contoh teladan utama dalam sgenap kehidupan, baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga. (QS.Al-Ahzab[33]: 21).
7. Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah/menyampaikan pesan, namun memahami batas-batas keimanan yang jelas. (QS. Al-An’am [6]: 108) dan (QS. Al-Fath [48]: 29).
8. Mengutamakan persaudaran dan persatuan ummat, sebagai perwujudan Ukhwah Islamiyah. (QS. Al-Hujarat [49]: 10) dan (QS. Al-Hasyr [59]: 9).
9. Bersifat terbuka dan penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa. (QS. Al-Baqarah [2]: 265) dan (QS. Al-‘Ashr [103]: 3).
10. Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun, dengan keyakinan bahwa Allah akan berpihak kepada orang yang benar dan memberikan petunjuk untuk iu. (QS. Al-Jumu’ah [62]: 10-11).
D. BENTUK DAN PENYAJIAN PESAN
Di dalam penyampaian bentuk dan penyajian pesan sebaiknya kita harus mengetahui dahulu bagaimana latar belakang dari komunikan atau si penerima pesan, seperti kelompok awam dan itelektual, kelompok masyarakat kota dan desa, kelompok industry dan pegawai negri, serta kelompok remaja pria dan wanita. Agar dapat memudahkan pelaksanaan penyampaian pesan/dakwah tersebut. Berikut beberapa bentuk atau metode penyajian pesan :
1. Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Cara Hikmah
Sayyid Quthub berpendapat, bahwa hikmah adalah melihat situasi dan kondisi obyek dakwah serta tingkat kecerdasan penerima pesan atau dakwah. Dalam bahasa Indonesia, kata hikmah di terjemahkan dengan istilah “kebijaksanaan”. Seseorang yang bijaksana tidak hanya dilihat dari luasnya ilmu pengetahuan atau kemampuan bicara serta kemampuan memilih pokok pembicaran yang sesuai dengan tingkat kecerdasan lawan bicaranya, tetapi juga dilihat dari perilakunya dalam bermasyarakat. Karna itu kata hikmah mengandung pengertian yang lebih luas daripada sekedar ilmu pengetahuan yang hanya dapat dihadapkan pada golongan cerdik pandai, maka penyampaian pesan/dakwah dengan hikmah dapat dipergunakan kepada semua golongan atau lapisan masyarakat.
Saifuddin zuhri memberi pandangan yang berkaitan dengan penyampaian pesan/dakwah yang diperjelas dengan peribahasa berikut “dimana bumi dipijak, disa langit di junjung, dimana air di sauk, di situ ranting di patah ”. peribahasa ini mengambarkan bahwa seseorang yang berperilaku bijaksana harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat di mana dia berada (sepanjang tidak keluar dari norma-norma Islam), sihingga keberadaanya di tengah masyarakat di akui dan diterima dengan sepenuh hati.
Pengertian kata hikmah atau bijaksana semacam ini perlu dipahami dan diperkokoh dalam diri seorang komunikator, seebab dia bukan hanya sekedar membei pesan, ceramah atau khutbah. Tetapi juga sebagai seorang penasehat, pembimbing, pemberi petunjuk, dan pencari jalan keluar terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh komunikan atau masyarakat. Selain itu, seorang komunikator/juru dakwah juga bertindak sebagai tokoh panutan dan suri tauladan bagi masyarakat dalam seluruh dimensi kehidupannya.
2. Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Nasehat Yang Baik (al-mau’izhah al-hasanah)
Menurut Sayyid Quthub, penyampaian pesan/dakwah dengan pengajaran yang baik ialah penyampaian pesan/dakwah yang mampu meresap kedalam hati dengan halus dan merasuk ke dalam perasaan dengan lemah lembut, tidak bersikap menghardik, memarahi dan tidak membuka kesalahan-kesalahan penerima dakwah/pesan. Karna sikap halus dalam menyampaikan pengajaran kebanyakan mendatangkan petunjuk bagi hati yang sesat dan menjinakkan bagi hati yang benci serta mendatangkan kebaikan, ketimbang hardikan, kemarahan dan ancaman.
Dengan demikian, perilaku yang baik merupakan salah satu perwujudan dari dakwah bil hikmah lalu diterapkan dalam dakwah bil mau’izah al-hasanah. Jadi diantara keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Karna itu, seorang komunikator harus menjaga dan memelihara perilakunya dengan hati-hati sehingga perkataannya sesuai dengan perbuatannya.
Allah swt. berfirman di dalam al-Qur’an pada surah al-Shaff / 61 : 2-3, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan ” (QS. Al-Shaff [61]: 2-3).
3. Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Mujadalah bi al-laty hiya ahsan
Menurut Sayyid Quthub dakwah dengan mujadalah bi al-laty hiya ahsan merupakan metode dan dialog diskusi tidak bertujuan mencari kemenangan, tetapi bertujuan agar komunikan patuh dan tunduk terhadap ajaran agama untuk mencapai kebenaran. Fokus perhatian dalam penyampaian pesan/dakwah bil al-mujadalah bil al-laty hiya ahsan meliputi dua aspek. Aspek golongan umat mana yang tepat di ajak dalam perdebatan, dan bagaimana sikap komunikator yang seharusnya di lakukan dalam berdebat. Mujadadalah hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang dari golongan cerdik pandai, terpelajar dan memiliki wawasan yang luas, karena dalam kehidupan sehari-harinya mereka telah terbiasa berfikir kritis dan rasional.
Mujadalah dapat dilakukan di berbagai forum dialog yang diadakan dalam berbagai bentuk, seperti symposium, seminar, diskusi panel, yang tampaknya lebih menarik perhatian masyarakat golongan cerdik pandai dan golongan terpelajar saat ini, yaitu apa yang disebut dengan dialog terbuka.
E. KARAKTERISTIK KOMUNIKAN
Komunikan memiliki berbagi macam karakter, maka dari itu komunikator mesti pandai dalam menyampaikan pesan sesuai karakteristik komunikan. Berikut adalah beberapa karakter komunikan:
1. Keimanan atau ketauhidan, kita telah berada pada zaman dimana kata-kata makian telah menjadi bahasa sehari-hari, dimana anak-anak sudah banyak yang tidak menghormati orang tuanya, dimana seorang murid memenjarakan gurunya, dan masih banyak lagi contoh buruk lainnya. Yang kita kenal dengan zaman krisis moral. Disinilah peran komunikator untuk merubah watak buruk dari komunikan agar memiliki pondasi keimanan yang kokoh. Sehingga terciptalah keharmonisan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Umumnya komunikan yang seperti ini di dominasi orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki pengetahuan agama, yang yang dari kecil pun tidak mendapat bimbingan dari orang tua. Contohnya: anak punk, pelaku kejahatan dsb.
2. Budaya, lain daerah lain pula budaya yang di anutnya. Komunikator harus memahami betul bagimana adat di tempat akan disampaikannya pesan/dakwah tersebut, supaya kedepannya tidak menimbulkan perselisihan karna perbedaan pendapat. Agar nantinya apa yang kita sampaikan dapat di amalkan di daerahnya masing-masing. Orang yang sudah terikat dengan aturan adat ini biasanya adalah orang yang tinggal sebuah pedesaan.
3. Kaum intelektual, merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Sudah seharusnya sebagai komunikator mengetahui bagimana cara memberikan materi atau menyampaikan pesan pada orang tersebut. Karakter komunikan yang seperti ini biasanya terdiri dari mahasiswa dan para tenaga pengajar.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi komunikasi (Tabligh, Amar-ma’ruf dan Nahi Mungkar, Maw’idhah, Tabsyiir, Indzaar,Nashihah, dan Wasiyyah) dan tujuan komunikasi (Menemukan, Berhubungan, Meyakinkan, Bermain dan Membentuk Citra Diri). Bentuk dan Penyajian Pesan (Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Cara Hikmah, Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Nasehat Yang Baik (al-mau’izhah al-hasanah), Metode Penyampaian Pesan/Dakwah Dengan Mujadalah bi al-laty hiya ahsan). Karakteristik Komunikan (Keimanan atau ketauhidan, Budaya, Intelektual).
Dari pernyataan di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa komunikasi yang efektif itu akan terjadi jika kita mengetahui dan mengamalkan fungsi, tujuan, prinsip komunikasi, karakteristik komunikator/komunikan dan bentuk penyajian pesan, agar terjalinnya silaturrahmi yang baik antara komunikator dan komunikan, dan supaya pesan yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik, hingga selanjutnya bisa di amalkan dan dapat memberi dampak yang positif di dalam kehidupan sehari-hari oleh komunikan. Dan ketika semua hal tersebut telah memberi dampak dan pengaruh yang besar bagi masyarakat maka saat itulah komunikasi ini bisa di bilang efektif.
B. Kritik dan Saran
Sebagai manusia kita tentu tidak lepas dari salah dan khilaf, penulis sangat berterima kasih kepada Dosen dan para teman-teman yang mau menyampaikan kritik dan sarannya untuk dapat memperbaiki makalah kami ini. Karna pengalaman adalah guru terbaik untuk memperbaiki langkah kedepan sehingga dalam penyusunan makalah selanjutnya bisa mendekati kata sempurna.





DAFTAR PUSTAKA
Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode dakwah, (Semarang, RaSAIL, 2005).
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Da’wah & Leadership, (Bandung, CV.Diponegoro, 1973).
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah Dari dakwah Konvesional Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta, AMZAH, 2007).
Muhamad fuad ‘Abdul Baqi, al-lu’lu’ wal marjan, (Surabaya, PT Bina Ilmu, 1979), jilid 2.
Nuruddin, ilmu komunikasi ilmiah dan populer, (jakarta PT. Raja Grafindo. 2016).
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010).
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929