loading...

Mukjizat Al-Qur’an Menurut Agama Islam

December 26, 2016
loading...
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mukjizat Al-Qur’an Menurut Agama Islam
Sebelum kita membicarakan tentang keajaiban al-qur’an, sebelumnya saya akan membahas terlebih dahulu tentang mukjizat al-qur’an. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “kata Mukjizat” diartikan sebagai kejadian yang luar biasa yang sukar dijangkau oleh akal pikiran manusia. Pengertian ini punya muatan yang berbeda dengan pengertian I’jaz dalam perspektif Islam.
I’jaz sesungguhnya menetepkan kelemahan  ketika mukjizat telah terbukti, maka yang nampak kemudian adalah kemampuan atau “mu’jiz” (yang melemahkan). Oleh sebab itu I’jaz al-Qur’an menampakkan kebenaran Muhammad dalam pengakuannya sebagai Rasul yang memperlihatkan kelemahan manusia dalam menandingi mukjizatnya.
Kemukjizatan menurut persepsi ulama harus memenuhi criteria 5 (syarat) sebagai berikut:
1.      Mujizat harus berupa sesuatu yang tidak disanggupi oleh Allah Tuhan sekalian alam.
2.      Tidak sesuai dengan kebiasaan dan tidak berlawanan dengan hukum Islam.
3.      Mukjizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seorang mengaku membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran dan pengakuannya.
4.      Terjadi bertepatan dengan penagakuan nabi yang mengajak bertanding menggunakan mukjizat tersebut.
5.      Tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Al-Qur’an oleh Rasulullah digunakan untuk mempersilahkan orang Arab untuk menantang al-Qur’an. Menurut Manna Al-Qaththan bahwa tantangan al-Qur’an terhadap penantangnya ada tiga Tahapan:
Menurut Manna Al-Qaththan bahwa tantangan al-Qur’an terhadap penantangnya ada tiga Tahapan:
a.       Tahapan pertama, tantangan yang bersifat umum mencakup manusia dan jin untuk membuat seperti al-Qur’an (QS. Al-Isra 17: 88)
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Terjemahannya:
Katakanlah, “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
b.      Tahapan kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surah seperti dalam     (QS. Hud 11: 13)
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Terjemahannya:
Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah mambuat al-Quran itu”, katakanlah: “(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat yang menyamainya, dan panggillah yang orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.

c.       Tahapan ketiga, tantangan untuk membuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada pada al-Quran seperti dalam (QS. Al-Baqarah 2: 23)
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Terjemahnnya:
Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

            Miftah Faridh dan Agus Syihabuddin menyatakan mukjizat al-Quran itu dapat dilihat dari beberapa anasir berikut ini:
a.       Gaya bahasa al-Quran yang mengagumkan, yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun
b.      Kandungan al-Quran mengenai sejarah dan ramalan hidup manusia yang menakjubkan
c.       Al-quran sebagi sumber ilmu pengetahuan
d.      Al-Quran sebagai pedoman seluruh kehidupan manusia\
e.       Al-Quran   bebas dari kesalahan-kesalahan
f.       Penerima wahyu al-Quran adalah nabi Muhammad Saw. sebagai seorang rasul yang ummi
g.      Isi al-Quran terpelihara dari pemalsuan
Jika mengacu pada pengertian diatas, maka ada empat unsure mukjizat yaitu: pertama, terjadi pada seseorang yang mengaku nabi. Kedua, mengandung tantangan bagi mereka yang meragukan kenabian. Ketiga, tantangan tersebut tidak dapat dilayani dan keempat hal atau peristiwa yang luar biasa.      
.    Para ahli bahasa terpukau dengan keindahan gaya bahasa al-Quran. Al-Baghalani mengemontari bahwa keindahan bahasa al-Quran dengan berbagai formulasi berbeda dengan system dan tata urutan umum yang dikenal oleh orang Arab.
Bahasa atau kalimat-kalimat al-Quran adalah kalimat-kalimat yang menakjubkan yang sangat signifikan perbedaannya dengan kalimat diluar al-Quran. Al-Quran mampu mengeluarkan sesuatu yang absatrak  kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga didalmnya ada dinamika. Adapun huruf tidak lain hanya symbol makna-makna. Sementara lafadz memiliki petunjuk etimologis yang berkaitan dengan makna tersebut. Menuangkan makna-makna yang abstrak tersebut kepada bathin seseorang dan kepada hal-hal yang biasa dirasakan (al-mahsusat) yang bergerak didalam imajinasi dan perasaan bukan hal yang mudah dilakukan.




B. Keajaiban Al-Qur’an
1.      Segi Kebahasaan
a.       Keseimbangan dalam pemakain kata. Seperti kata “al-hayy” (hidup) dan “al-maut” (mati) masing-masing sebanyak 145 kali. Kata “jahr” dan “al-alaniyah” (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali. Kata “al-kafirun” dengan “an-narlah ahraq” sebanyak 145 kali. Kata-kata “al-salim” dengan “al-thayyibah” sebanyak 60 kali. Kata “yaum” dalam bentuk tunggal sebanyak 365 kali, sesuai jumlah hari dalam setahun. Sedangkan kata “ayyam” dalam bentuk jamak atau “yaumaini” dalam bentuk mutsanna jumlah pemakaiannya sebanyak 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata “syahr” (bulan) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
b.      Konsistensi huruf yang menjadi pembuka surah, seperti huruf “mim” berulang sebanyak 133 kali. Bila jumlah ini dibagi 19 sesuai jumlah huruf dalam basmalah maka akan habis.
c.       Keindahan susunan dan pola kalimatnya. Seperti firman Allah dalam (QS. al-Baqarah: 179):
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Terjemahannya:
“Dan dalam Qisas itu terdapat (jaminan kelangsungan) hidup bagimu wahai orang-orang yang berakal”.

           Komposisi kalimat di atas merupakan rumusan padat dengan penyederhanaan redaksional sehingga melahirkan bentuk “kalam” yang indah namun tetap utuh, karena makna yang dimaksud dapat dipahami dari konteks kalimat secara umum. Rasyid Ridha mengatakan mengatakan jika diungkapkan secara detail, akan membuat kitab al-Quran menyerupai buku-buku hasil karya para ulama, bahkan ajaran-ajarannya akan menjadi kaku terhadap intrepertasi-interpretasi  baru. Sebagaimana firman Allah dalam (QS. al-Nur: 39).
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
Terjemahannya:
“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana patamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang dahaga, tetapi apabila didatangi ia tidak memperoleh apa-apa”.

Dalam ayat diatas Allah amal ibadah orang-orang kafir. Secara actual. Allah menyamakan sifat tersebut seperti patamorgana. Dengan pola seperti ini Allah menjelaskan sesuatu yang konsepsioanal kepada kehidupan actual agar dipahami oleh pembaca.
Rumusan redaksi diatas memberikan ilustrasi yang mampu ditangkap oleh indra dan akal manusia. Dalam ilmu “balaqah”, rumusan dikenal dengan ”tasybih”. yaitu ungkapan yang memperlihatkan bahwa sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu atau beberapa sisi/sifat. Sebagaimana firman Allah dalam (Q.S: al-Baqarah: 19)
يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ
Terjemahannya:
“Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara/petir sebab takut akan mati”.

                       Ayat diatas memperlihatkan bahwa orang-orang kafir yang sangat resisten terhadap ajaran Islam, bahwa setiapa kali mendengar seruan kebenaran mereke menyumbatkan jari-jarinya pada telinganya, padahal mereka sebenarnya menyumbatkan ujung jarinya. Allah tidak mengatakan “al-anamil” yang bermakna ujung jari, tetapi menggunakan “al-asabi” (jari-jari). Tidak mungkin menyumbat telinga dengan keseluruhan jari-jari. Hal ini menunjukkan sikap orang kafir yang berlebihan.
                       Dalam ilmu balaghah, rumusan redaksi seperti ayat di atas dikenal sebagai majaz yaitu menyandarkan sesuatu perbuatan pada sesuatu yang lain karena ada hubungan antara keduanya karena faktor tertentu yang menuntut pengalihan penyandaran. Bentuk seperti ini adalah “majaz aqli”. Sedang bentuk yang lain adalah “majaz lugawi” yaitu penggunaan lafal bukan pada makna yang sebenarnya karena ada faktor yang menghalangi penggunaannya.
2.    Segi Pemberitaan
Sebagimana dalam firman Allah (Q.S: : 45)
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
Terjemahannya:
“golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”.
                        Melalui ayat diatas, Allah memberitahukan Muhammad Saw bahwa kaum musyrikin Quraisy akan dapat dikalahkan. Ayat ini turun semasa Rasulullah masih tinggal di Mekah. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1984 mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath al-Makkah.
3.    Aspek ilustrasi keilmuan
Salah satu tema penting dalam al-Quran adalah ungkapan tentang reproduksi manusia yang dalam sains modern termasuk kedalam disiplin ilmu biologi yang merupakan dasar pengembangan ilmu kedokteran. Firman Allah dalam (Q.S: al-Tin: : 4)
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Terjemahannya:
            “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-sebaiknya”.

Ayat diatas merupakan pernyataan bahwa manusia adalah mahluk yang paling baik bentuknya. Kemudian Allah menjelaskan proses kejadian manusia yang bermula dari embrio sampai terbentuknya tubuh yang sempurna sebagaimana firman Allah dalam (Q.S: al-Infithar:7-8):
الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ. فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ

Terjemhannya:
            “Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu”.

            Kemudian dipertegas kembali oleh Allah
وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
            “Dan Dia telah menjadikanmu dalam beberapa tingkatan kejadian”. (Q.S: Nuh: 14)

            Kemudian Allah menggambarkan proses kejadian  manusia, yang berasal dari setetes sperma yang membuahi sel telur wanita dalam rahim yang cukup kokoh sebagimana firman Allah:
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
            Terjemahannya:
            “Dia telah menciptakan manusia dari air mani, namun tiba-tiba menjadi pembantah yang nyata”. (Q.S. AL-Nahl: 4)

            Kemudian air mani membuahi sel telur dalam rahim sebagimana firman Allah:
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
Terjemahannya:
“Kemudian Kami jadikan saripati air mani, (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh”.(Q.S. al-Mu’minun :13)

            Pembuahan ini terjadi ketika ada proses penumpahan air mani tersebut sebagaimana dalam firman-Nya:
            Kemudian Allah menjelaskan sperma yang membuahi, dari sekian ribu sel sperma hanya satu yang akan melakukan pembuahan yaitu yang paling baik dan kuat, sebagimana dinyatakan dalam firman-Nya:
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Terjemahannya:
“Kemudian menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”.(Q.S. al-Sajadah: 8)

Kemudian Allah menjelaskan bahwa untuk pembuahan itu memerlukan pancaran. Allah berfirman:
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
Terjemahannya:
“Ia ciptakan dari air yang terpencar”. (Q.S. al-Thariq: 6).
Kemudian Allah menjelaskan embrio yang terbentuk dari pembuahan lekat di dinding rahim sampai membesar dan membentuk menjadi manusia sempurna. Hal ini diisyaratkan Allah dalam firman-Nya:
وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

Terjemahannya:
“Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan”.(Q.S. al-Haj :5)

            Sedangkan perkembangan embrio selanjutnya digambarkan Allah dalam firman-Nya:
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Terjemahannya:
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu  kami jadikan segumpal daging, dan segumpal dagim g itu Kami jadikan tulang belulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia mahluk yang berbentuk (lain), maka Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik”. (Q.S. al-Mu’minun: 14)

Dilihat dari konteks sosiologisnya, ilustrasi tersebut dalam ayat-ayat diatas merupakan sesuatu yang luar biasa dan menakjubkan, kerena bangsa Arab saat itu belum mengenal masalah reproduksi manusia merupakan bagian dari system kehidupan mereka sendiri.
Keajaiban lainnya yaitu:
1. Zaman Kekaisaran Bizantium
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi. Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.
2. RAMALAN TENTANG KEMENANGAN PALESTINA
Seorang Syaikh Yusuf Qardhawi, ketua Persatuan Ulama Dunia, mengatakan bahwa apa yang terjadi di Jalur Gaza adalah kemenangan perlawanan Palestina atas alat pembunuh Zionis Israel dalam perang yang berlangsung selama lebih dari 3 pekan dan mengakibatkan lebih 7 ribu warga Palestina gugur dan terluka.
Qardhawi mengucapkan selamat kepada Palestina baik pemerintah maupun rakyatnya atas kemenangan ini. Dia memuji pertempuran yang ditorehkan putra-putra Gaza pada hari-hari pertempuran, persatuan dan kesetiakawanan antara rakyat Gaza.
Qardhawi juga memuji pemerintah Palestina di Jalur Gaza yang berdiri di shaf pertama untuk melawan agresi Zionis Israel. Dia mengatakan, "Bila pemerintah-pemerintah Arab terpisah dengan rakyatnya, maka pemerintah Gaza menyatu dengan rakyat dan aparatnya melebur bersama anak bangsa Palestina lainnya hingga seorang menteri dalam negerinya, Said Sheyam, gugur besama keluarganya.
Qardhawi menyanjung fenomena bahu-membahu yang terjadi di Jalur Gaza antara keluarga-keluarga Palestina dan rakyat Jalur Gaza di belakang pemerintah PM Ismail Haniyah dan perlawanan Palestina dalam menghadapi agresi Zionis Israel.
Qardhawi mengatakan, "Sesungguhnya apa yang terjadi di Jalur Gaza adalah kemenangan dalam arti sebagaimana disebutkan dalam al Quran al Karim." Dia menegaskan bahwa jalan pertama untuk kemenangan adalah iman, serta kemenangan untuk orang-orang beriman dan dengan bantuan orang-orang beriman. Meskipun musuh memiliki benteng dan persenjataan.
Qardhawi menilai, "Siapa yang tidak mengakui kemenangan nyata ini bagi orang-orang yang gigih berjuang di Gaza adalah orang buta. Karena target-target Zionis Israel sama sekali tidak terealisasi dalam perang ini. Dan perlawanan belum hancur, Hamas belum jatuh, orang tidak bergeming dari perlawanan disebabkan oleh agresi, bahkan bahu membahu, gigih berjuang dan bersatu."
Dia mengatakan, "Siapa yang menimbang perang dan pertempuran dengan kerugian dan bukan target, maka dia belum memahami al Quran al Karim. Allah swt berfirman, "Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua.." Ini artinya al Quran menilai penusiran Nabi saw dari Makkah adalah kemenangan, meskipun dalam pandangan mata kita rugi."
Qardhawi juga menyanjung Turki dan sikapnya atas agresi Israel ke Jalur Gaza. Dia menilai Turki telah memberi contoh terbaik bagi Negara-negara Arab. Dia menegaskan bahwa kemenangan pasti datang. Namun sunatullah mengakhirkan kemenangan ini sampai umat ini bersiap penuh untuk menyongsong kemenangan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan demikian, siapapun yang telah diberi informasi tentang al-Quran ini mengemban kesaksian dan peringatan. Sifat dasar kesaksian ini tiap-tiap ayat dalam kitab Allah berisi penegasan secara ilmiah. Setiap ayat berisi pengetahuan ketuhanan. Setiap abad, kaum cendekiawan membuat kemajuan baru pada bidang mereka yang bermacam-macam.

Allah telah berfirman:
". . . tetapi Allah mengakui al-Quran yang diturunkan-Nya kepadamu, Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya. . . " (QS an-Nisa : 166)
Al-Quran adalah keajaiban yang memulai lagi dirinya sendiri dengan cara yang sesuai untuk setiap zaman / masa.

Allah telah berfirman:
"Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. " (QS al-An'am : 67)




















DAFTAR PUSTAKA
Bucaille, Maurice. Bible, Quran, dan Sains Modern. Terjemahan H.M. Rasyid. Jakarta: Bulan Bintan, 1978.
Daffer, Ahmad Van. Ulumul Quran: an Introduction to the Silences of the Quran, diterjemahkan oleh Ahmad Nasir Budiman dengan Judul Ilmu Al-Quran: Pengantar Dasar. Cet. I; Jakarta: Rajawali, 1998.
Departemen agama RI., Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang. CV. Toha Putra, 1989.
Al-Jarimi, Ali dan Mustafa Amin. Al-balaqah, Albalaqah Al-Wadihah. Jakarta: Jaya Murni, 1973.
Al-Munawwar, Agil Husin, S., H. Dr. MA., I’jaz A-Quran dan Metodologi Tafsir. Semarang: Dina Utama, 1994.
Al-Qaththan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulumil Quran, diterjemahkan oleh Muzakkir AS. Dengan judul Studi-Studi Ilmu Al-Quran. Cet. Bogor: Pustaka Lentera Antara Nusa, 1996.
Al-Shaleh, Sabhi. Mahahis fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar al-Ilm li al-Malyin, t. th.
Al-Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqan fi Ulum al-Quran, Jilid. II, Beirut: Dar al-Fikr, 1997.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Quran dari Segi Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan yang Ghaib. Cet. IV; Bandung: Mizan 1998.
---------------, dkk. Sejarah dan Ulum Al-Quran dalam Azyumardi Azra (ed). Jakarta Pustaka Firdaus, 2000.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid I, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.
Al-Zahabi, M. Husain. ‘Altijaht Al-Munharifat fi Tafsir Al-Quran Al-Karim Dawafiuhu Wadafuhu, diterjemahkan oleh Machnun Husain dengan judul Penyimpangan dalam Penafsiran Al-Quran. Cet. IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929