loading...

Pemahaman Terhadap Takdir Baik dan Buruk Dalam Menyikapi Persoalan Hidup Dalam Keluarga

December 15, 2016
loading...
Pemahaman Terhadap Takdir Baik dan Buruk Dalam Menyikapi Persoalan Hidup Dalam Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Sejak awal manusia diciptakan, takdir atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-qadaru merupakan masalah pelik dan mendasar. Bahkan boleh jadi bisa mempengaruhi keimanan seseorang kepada Allah Swt dan bisa mempengaruhi hubungan terhadap keluarga jika tidak dipahami sesuai dengan tujuan diberlakukannya menurut syariat isalam. Untuk itu dalam hal ini makalah kami terkait membahas mengenai tentang “PEMAHAMAN TERHADAP TAKDIR BAIK DAN BURUK DALAM MENYIKAPI PERSOALAN HIDUP DALAM KELUARGA” Smoga melalui makalah singkat ini kita dapat lebih memahami mengenai takdir baik dan buruk serta cara menyikapinya didalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok-pokok permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan takdir ?
2. Apa manfaat mempercayai takdir ?
3. Apakah takdir bertentangan dengan kemauan seseorang ?
4. Bagaimana pengertian takdir menurut Al-quran dan al-sunnah ?
5. Apakah ada hubungan antara takdir, ikhtiar dan berdoa ?
6. Apakah pengaruh keimanan terhadap takdir dlam kehidupan manusia?
7. Apa hubungan antara takdir, kehendak dan hidayah ?





BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Takdir
Makna kata takdir adalah ketetapan yang telah dibuat oleh Allah Swt menurut ilmu dan sesuai dengan kehendakNya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang telah terujud di masalalu, di masa kini maupun dimasa yang akan datang semuanya telah di tetapkan keujudannya aleh Allah Swt. Berdasarkan pada ilmu dan kehendakNya. Atau dengan bahsa yang lebih urai dapat dikatakan, bahwa segala sesuatu yang pernah ada atau yang akan ada di masa mendatang telah ditetapkan oleh Allah swt berdasarkan ilmu dan kehendakNya.Mempercayai adanya takdir Allah Swt merupakan salah satu keenam rukun iman. Setiap mu’min wajib beriman kepada adanya Allah Swt, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, dan adanya hari kebangkitan setelah kematian. Selanjutnya, setiap mu’min harus beriman kepada adanya takdir Allah Swt., yang baik maupun yang buruk. Jika seorang Mu’min tidak mempercayai adanya takdir Allah Swt, maka sama artinya dengan keimananya kepada Allah Swt tidak sempurna, dan kehidupannya akan tersesat di alam dunia serta sia-sia.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.
B. Manfaat Beriman Kepada Takdir Baik dan Buruk
Sesungguhnya seorang yang mengetahui masalah takdir dengan baik, dan sekali gus dapat menangani setiap rahasia yang terdapat di dalam qalbunya meskipun harus ditempuh setahap demi setahap, adalah seperti seorang yang berhasil menangani segala kesulitannya. Dan, biasanya ia akan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt sebab ia memahami makna dari firman Allah Swt berikut ini


Artinya: “Dan Allah-lah yang telah menciptakan kalian, berikut apa yang kalian perbuat,” (QS Al-Shaffat [37]: 96)
Memang, sebenarnya Allah Swt yang telah menjadikan kita semua berikut segala perbuatan kita, sampai pada makan minum kita, tidur dan bangunnya kita, pemikiran serta ucapan kita semua itu termasuk hasil dari ciptaan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya apa saja yang berkaitan erat dengan makhluk (hasil ciptaan Allah Swt) maka semua itu termasuk ciptaan (makhluk). Inilah pendapat yang pernah disampaikan oleh seorang penulis buku Al-Imanu al-Washilu Ila A’maqihi al-Ba’idah yang bernama Imam al-muntahi. Masalah ini sangat jelas bagai jelasnya sinar matahari di waktu siang. Sebab, yang demikian itu sangat berkaitan erat dengan perjalanan serta tingkat keimanan seseorang
Jika seseorang mnyandarkan seluruh perbuatannya hanya kepada Allah SWT,mak ia akan berusaha untuk berlepas diri dari segala bentuk keburykan yang akan dan telah (pernah ia laukan) ia akan beranggapan,bahwa kebaikan ataupun keburukan yang telah maupun ia lakukan termasuk bagian dari rangkaiian takdir serta ketetapan Allah SWT.sehingga ia tidak akan perbah menolak untuk bertanggung jawab atas segal bentuk keburukan yang pernah ia lakukan,dan ia tidak akan merasa bangga denag segala jenis kebaikan yang ia telah ( pernah) kerjakan.
Hendaknya setiap muslim mengetahui,bahwa seluruh perbuatan baik yang perna di lakukan hanya bersumber dari sisi Allah SWT.dan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan takdirnya.sebab,manusia tidak dapat menetapkan hasil atas perbuatan baik yang pernah ia lakukan sedikitpun untuk dirinya.Jika seseorang merasa,bahwa perbuatan baik yang telah ia lakukan adalah di dasarkan atas atau merupakan hasil dari kehendaknya semata,maka ia telah masuk ke dalam perangkap syirik yang tersembunyi ( tersamarkan ). Sebab,Allah SWT yang telah menakdirkan baginya melakukan kebaikan dimaksud. terlebih lagi jika ia menegtahui dan menyadari bahwa hawa nafsunya akan senantiasa mengajaknya untuk melakukan keburukan. Perlu di ketahui, bahwa segal perbuatan baik yang telah di kehendaki Allah SWT dalam rangkaian takdirNya. Sebab,pada dasarnya setiap orang akan di ajak oleh nafsu amarahnya kepada perbuatan dosa dan menyimpang.
Sesunguhnya nafsu amarah selalu menagjak seseorang utuk melakukan keburkan. Oleh sebab itu,ia harus mempertanggung jawabkan setiap perbuatan dosa yang pernah di lakukannya,Adapun firman Allh SWT berikut ini telah menghimpun dua pokok (asas) menajdi satu, dan menerangkan seputar permasalahan ini secara lebih detail dan jelas. Firman Allah SWT di maksud adalah :


Artinya:Apa saja nikmat yang kalian peroleh adalah dari sisi Allah dan apa saja bencana yang menimpah kalian,merupakan akibat dari kesalahan diri kalian sendiri ( QS Al-Nisa[4]:79).
Dari firman Alla SWT di atas dapat kita simpulkan bahwa seseorang tidak boleh membanggakan dirinya ketika ia telah memperbuat kebaikan.sebab, seluruh perbuatan baik hanya bersumber dari ke murahan Allah SWT yang telah Dia anugrahkan kepadanya dan setiap kebaikan berasal dari sisi Allah serta akan bermuara kepadaNya.oleh karena itu, seorang muslim harus mensyukuri dan merendahkan dirinya kepada Allah SWT. Bukan justru membanggakan dirinya karena ia telah berbuat kebaikan. Adapun segala bentuk perbuatan dosa yang telah kita lakukan,maka kita sendirilah yang telah memilihnya. Sebab, Allah SWT hanya memberi sarana maupun prasarananya bagi kta untuk melakukan tindakan yang bernilai dosa tersebut,meskipun sesungguhnya dia telah melarang kita untuk melakukan setiap perbuatan dosa apapun bentuknya. Oleh karena itu kita hars mempertanggung jawabkan seluruh perbuatan dosa yang tela kita perbuat di hadapan Allah Azza wa jalla kelak.
Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salah satu rukun iman dan prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia mengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu berlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’ Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah (no. 2439), karya Syaikh Albani rahimahullah)
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الإيمان أن تؤ من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتؤ من بالقدرخيره وشره
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan (VIII/1, IX/5))
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (IV/2045), Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/452), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (I/32), dan al-Hakim dalam al-Mustadrak
C. Takdir tidak bertentangan dengan kemauan seseorang.
Sedikitpun tidak ada pertentangan antara takdir dengan kemauan seseorang. Bahkan antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Ketika seseorang dengan amal-amal kebajikannya, masuk kedalam surga, dan sebaliknya dengan dosa-doasanya ia akan masuk kedalam neraka. Maka, apapun yang terjadi, semuanya sesuai dengan takdir yang datangnya dari sisi Allah Swt dan dari segi yang lain hanyalah merupakan dukungan semata bagi kemauan seseorang. Dengan kata lain, didalam diri seseorang ada kekuatan yang akan mendorongnya untuk melakukan amal-amal kebajikan sehingga memasukannya kedalam syurga. Pada saat yang sama ia juga diberi kekuatan yang dapat mendorongnya kepada kejahatan dan perbuatan dosa yang dapat menyebabkannya masuk kedalam api neraka. Kekuatan inilah yang terbentuk dari sistem e yang bertalian erat dengan kehendak manusia. Oleh karena itu, kemauan manusia tidak akan pernah bertentangan sedikitpun dengan takdir yang telah Allah Swt tetapkan.
Sebenarnya kita dapat melihat mengenai perkara di maksud pada perbuatan kita sendiri. Seperti, jika kita ingin menangkap tangan kita, sudah tentu kita dapat melakukannya selama disana tidak ada halangan (belenggu) apapun yang bisa membendung kita untuk mengangkatnya. Demikian pula jika kita ingin berbicara, maka kita dapat melakuaknnya selama disana tidak ada penghalang untuk berbuat seperti yang kita inginkan.
Sebagai kesimpulan sementara, bahwa setiap orang yang melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu menunjukan bahwa ia mempunyai kemauan tertentu atas apa yang sudah terserta akan dilakukannya. Dengan kata lain, jika seseorang mempunyai kemauan apapun, maka kemauannya itu tidak bertentangan dengan takdir yang sudah di tetapkan oleh Allah Swt atas diri maupun pilihan yang dilakukannya. Jika kita pandang dari sisi takdir AllahSwt maka akan kita mengerti bahwa Allah seolah-olah berkata kepada manusia “sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa kalian hendak melakukan sesuatu pada hari ini, oleh karna itu, aku takdirkan bagi kalian perbutana itu dapat kalian ujudkan seperti yang kalian kehendaki” semua ini menunjukan bahwa Allah Swt tidak pernah menghalangi keinginan seseorang untuk memilihnya.
D. Takdir menurut Al-qur’an dan Al-sunnah
Berdasarkan pada keyakinan Ahlu sunnah wal jama’ah, seseorang tidak dapat mengenal takdir dengan baik jika ia tidak berpedoman kepada petunjuk yang bersumber dari Al-qur’an dan Al-sunnah. Jika seseorang mendasarkan pengertiannya tentang takdir tanpa sandaran dari Al-qur’an dan Al-sunnah, maka pemahamannya itu akan menyimpangkan dirinya menuju pemahaman kaum Mu’tazilah maupun kaum jabariah, oleh karena itu, dalam kesempatan yang sangat penting ini kami berusaha sekuat tenaga untuk mengambil kesimpulan tentang makna takdir berdasarkan firman-firman Allah Swt dan hadis-hadis yang shahi. Sebagai mana Sabda baginda Nabi besar Muhammad sebagai berikut :









Artinya: Ibnu’ Abbas ra. Pernah mengatakan,pada suatu hari aku pernah membonceng di belakang keledai Rasulullah Saw. Pada saat itu beliau bersabda kepadaku, Wahai anak muda aku akan mengajari engkau beberapa petunjuk, maka perhatikan baik-baik. Jagalah Allah baik-baik, pasti engkau akan dijaga oleh Allah. Jagalah Allah baik-baik pasti engkau senantiasa akan mendapat Allah senantiasa ada di hadapanmu. Jika engkau memohon sesuatu maka mohonlah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan terhadap sesuatu maka ajukan permohonan itu hanya kepada Allah semata. Ketahuilah bahwa jika semua orang berkumpul dan bersepakat akan memberi kebaikan pada dirimu, maka kebaikan itu tidak akan pernah sampai kepadamu sedikitpun kecuali apa yang telah di tetapkan Allah bagimu. Dan ketahuilah pula, bahwa jika semua manusia berkumpul serta bersepakat untuk memberimu keburukan maka keburukan itu tidak akan sampai kepadanmu sedikitpun, kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Ketahuilah bahwa semua tulisan sudah dicatat dengan rapi dan penanya telah diangkat serta tulisannya sudah mengering .
Makna hadis diatas adalah, berikan hak atas seluruh perintah Allah Swt agar engkau mendatangkan kebaikan kepada pihak lain yang dapat pula memberimu kebaikan. Jika engkau memerlukan seuatu, maka janganlah engkau memintanya kepada seorangpun selain hanya kepada Allah Swt jangan lah engkau merendah diri karna berharp kepada seseorang, akan tetapi rendahkan dirimu hanya kepada Allah Swt sebab segala kebutuhanmu hanya akan dipenuhi oleh Allah Swt dan hanya Dia yang dapat mengabulkannya. Alhasil jika engkau membutuhkan sesuatu, maka ajukan permohonanmu itu hanya kepada Allah Swt semata. Jika engkau mengajukan permohonan itu kepada selain Allah Swt mungkin akan berakibat tidak baik bagimu sebab, yang dapat mengabulkan kebutuhanmu hanyalah Allah semata. Oleh karena itu janganlah engkau menyelipkan perantara yang terselip diantara engkau dengan Allah Swt sedikitpu. Sebaliknya ajukan semua harapanmu hanya kepada Allah Swt karna selain Allah adalah makhluk yang sama lemahnya dengan dirimu sedangkan pemegang kekuasaan langit dan bumi hanyalah berada pada sisi Allah Swt.
Hadis diatas sengaja disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada Abdullah bin Abbas ra., karena ia adalah seorang pemuda yang sangat cerdas dikalangan umat islam pada saat itu, sehingga ia akan dapat memahami masalah takdir dengan baik. Demikian lah hendaknya setiap orang memahami masalah takdir dengan baik. Sebab, masalah takdir ini sangat bertalian dengan persoalan keyakinan, hingga setiap orang cndrung mempercayainya menurut keyakinan masing-masing.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Umar Ibnu Khattab ra. Pernah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah sebagai berikut :



Artinya :ya Rasulullah, menurut pendapatmu apakah amal-amal kita ini termasuk usaha kita, ataukah termasuk sesuatu yang telah di tetapkan oleh Allah? Beliau menjawab,’semua amal kalian telah ditetapkan oleh Allah. Lanjut ‘Umar,’kalau begitu kami akan bersunguh-sungguh dalam beribadah kepadaNya”.
Setelah itu kami dapati para sahabat ra. Bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Swt mereka menyibukan diri masing-masing untuk beribadah kepad Allah azza wa Jalla di aktu malam dan siang. Mereka beranggapan, bahwa setiap jalan yang mereka tempuh pasti akan tiba di tempat yang dituju.
Itulah pemahaman para sahabat Nabi Saw. Tentang takdir Allah swt sehingga tidak seorangpun diantara mereka yang malas untuk melakukan amal kebajikan menurut mereka, perjalanan yang mereka tempuh pasti akan sampai di ujungnya, dimana mereka beranggapan bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh Allah Swt bagi manusia. Oleh karena itu mereka selalu menempuh jalan-jalan yang baik, demi meraih keridoan Allah Swt.
E. Ikhtiar dan Berdo’a serta Hubungannya dengan Takdir
Manusia diwajibkan berikhtiar untuk mencapai apa yang di cita-citakannya. Apa yang dimaksud dengan ikhtiar? Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memperoleh sesuatu yang di inginkan. Walaupun segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah di tetapkan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan segala usaha manusia sebagai bentuk ikhtiar yang memberi kesempatan dan kebebasan manusia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Kewajiban berikhtiar ini telah ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam semuah hadis. “Suatu ketika Nabi didatangi oleh seorang arab badui yang menunggangi sebuah unta. Setelah sampai, ia turun dari untanya dan langsung menghadap Rasul tanpa terlebi dahulu mengikat untanya. Nabi Saw menegur orang tersebut, kemudian orang badui itu berkata “biarlah saya bertawakal kepada Allah.” Nabi bersabda “ikatlah untamu, setelah itu baru bertawakallah kepada Allah.”
Dari riwayat tersebut jelaslah, meskipun Allah menentukan segala sesuatu manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak tau apa yang akan terjadi pada diri kita. Oleh sebab itu kita harus berikhtiar (berusaha) sebagai contoh: apabila ingin pandai, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh. Bila ingin kaya kita harus bekerja tekundan sebagainya.
Disamping itu, ikhtiar juga harus ditopang oleh kekuatan do’a. Berdoa mengandung pengertian pemohonan pertolongan kepada Allah atas segala sesuatu. Berdoa tidak saja dikala di timpa musibh, melainkan dalam keadaan segar dan sehat. Dengan berdoa kita mengembalikan segala urusan kita kepada Allah. Dengan demikian, apa yang akan terjadi pada diri kita akan kita terima dengan ridha dan ikhlas.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini para ulama berpendapat bahwa takdir itu ada dua macam:
1. Takdir Mu’allaq, yaitu takdir yang erat kaitanya dengan ikhtiar manusia, takdir ketergantungan. Maksudnya takdir yang masih dapat diubah bergantung pada ikhtiar (usaha) manusai. Contoh seorang ingin menjadi dokter, maka ia harus giat sekolah dengan belajar yang tekun sesuai dengan jurusannya. Dalam hal ini Allah berfirman,



Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri yang mengubahnya” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 11)
2. Takdir mubran, yakni takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi. Contohnya tentang kematian, kelahiran, jenis kelamin, banyak sedikitnya rezeki, dan sebagainya. Dalam hal ini Allah menegaskan :


Artinya :
“Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya.”
(Q.S. Yunus [10]: 49)
F. Pengaruh Keimanan Terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia.
Dengan beriman kepada takdir dalam bentuk yang benar,niscaya manusia akan giat berjuang dan berusaha. Sebab, tanpa perjuangan dan usaha yang berpijak pada sunnatullah niscaya perjuangan danusaha itu tidak akan sampai pada tujuan yang diinginkan, kendatipun yang memperjuangkannya adalah kaum Muslimin. Dengan memahami takdir dalam bentuk yang tepat pula, manusia akan terhindar dari sikap fatalis yang akan menjerumuskannya pada bencana dan kesengsaraan. Oleh karena itu, setiap mukmin harus beribadah, bertindak, berjuang,dan berusah dengan berpijak pada sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah itu. Tanpa kerja keras dan berpijak pada sunnatullah, perjuangan tak mungkin bisa di menangkan dan cita-cita tak mungkin pula dapat tercapai.
G. Hubungan antara Takdir, Kehendak dan Hidayah
Menurut pemahaman yang berlaku secara umu, hidayah terbagi menjadi dua jenis. Pertama, hidayah al-jabariah al-jariah yang datangnya sesuai dengan tuntunan syariat secara fitrah. Yang kedua, hidayah yang diambil dari kehendak manusia menurut pandangan i’tibar.
Segala sesuatu yang ujud (ada) akan tercipta menurut kehendak dan takdir Allah Swt sesuai dengan ilmunya yang meliputi segala sesuatu secara nyata misalnya manusia di ciptakan dari sekerat daging yang tumbuh didalam rahim seorang ibu. Kemudian sekerat daging itu tumbuh dan berkembang secara perlahan-lahan sehingga menjadi bayi yang tumbuh. Semua itu terjadi sesuai dengan aturan dan kehendak Allah Swt. Meskipun pengikut faham sekuler menampakan proses pertumbuhan seseorang dari awal kejadianya hingga sempurna dengan nama “perkembangan secara alami” . Dan umat islam meyakini bahwa proses pertumbuhan seseoran dari awal kejadia hingga sempurna dari kehendak Allah Swt dan takdirnya.
Sebenarnya, dalil adanya hidayah termasuk salah satu dalil-dalil yang berkaitan dengan persoalan tauhid, yaitu : sesuatu yang berdiri sendiri menurut kehendak dan petunjuk Allah Swt sehingga manusai meyakini adanya Allah yang maha esa. Segala sesuatu akan terjadi mulai dari unsur yang paling kecil hingga berkembang pada unsur yangn terbesar, semua itu telah ditakdirkan menurut Allah Swt.
Misalnya, seekor ayam betina yang mengerami telur-telurnya selama beberapa waktu (sekitar 21 hari) dan ia sanggup menahan lapar dan haus dengan menahan teriknya panas matahari. Juga ia tidak meninggalkan telur-telurnya barang sesaatpun . kejadian itu apakah berjalan menurut kehendak alam atau berjalan sesuai dengan kehendak Allah ? Apalagi induk ayam sudah mengetahui, bahwa calon anak-anaknya akan menyayangi induknya dalam mencari sumber penghidupan ? tentunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu bagi seorang mu’min akan mengatakan bahwa semua itu terjadi menurut takdir atau kehendak Allah Swt.







BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman yang benar akan masalah qadar (takdir) amat penting, karena sangat terkait dengan presepsi dan sikap kita terhadap apa yang sudah kita miliki dan apa yang harus kita lakukan, boleh jadi kita akan terjerumus dalam kekafiran atau bisa juga terjerembab pada sikap apatis atau liberal bila kita salah memahami makna Qadar (takdir) Allah baik ataupun buruk.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.

B. Saran
Demikian pembuatan tugas makalah dari kami. Kami menyadari masih banyak memiliki kekurangan atas makalah ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan.







DAFTAR PUSTAKA
Al-Qadaru fi Dhau-i al-kitab wa al-sunnah/Fathu Gulen-jl Raya marga satwa No.12 Ragunan,pasar minggu, Jakarta selatan xiv+211 halaman Afif muhammad.
et.al., Tauhid Dunia ilmu, bandung 1986, hlm. 68.
Akidah Akhlak/Rosihon Anwar-cv Pustaka setia-cet. 1-Bandung:pustaka Setia, 2008 275 hlm.:12x20 cm






loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929