loading...

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK1

December 03, 2013
loading...
KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU



Setelah mempelajari uraian berikut diharapkan anda dapat :
1. Memahami ciri dan sifat atau karakteristik umum individu
2. Mengenal aspek-aspek pertumbuhan dan perkembanga individu
3. Memahami makna pertumbuhan dan perkembangan, karakteristik dan hukum-hukum dan perkembangan
4. Memahami karakteristik siswa sekolah menengah untuk mempersiapkan kegiatan dalam proses belajar mengajar

A. Individu dan Karakteristiknya
Pokok isi uraian yang disajikan pada bab ini adalah karakteristik individu secara umum. Untuk memahami karakteristik individu tersebut perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan individu itu.
1. Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandangan. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya, merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa, manusia adalah mahluk yang kompleks. Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan menunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusiayang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan sosial, (ii) jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam ekitar atau lingkungannya dan manusia dengan Tuhan.
Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik, haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakiki manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani dan sebagai mahluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akihrat. Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak disandang oleh manusia, sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh. Individu atau individu berarti tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan, keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus itu (Webester’s, 73). Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang perseorangan, oknum (Echlos, 1975 : 519).
Berdasarkan pengertian diatas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
Bukti-bukti telah jelas bahwa eorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau pembentukan pengalaman harus dipelajari. Barangkali tidak ada minat yang bersifat alami, tetapi dorongan-dorongan potensi tertentu atau impul-impul tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak dilingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.
Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian secara seksama. Mengingat pentingnya makna pertumbuhan dan perkembangan ini, maka persoalan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan akan idjelaskan secara khusus dibagian lain. Untuk memberi gambaran bahwa makna pertumbuhan dibedakan dari makna pertumbuhan dan perkembangan akan dijelaskan secara khusus di bagian lain. Untuk memberi gambaran bahwa makna pertumbuhan dibedakan dari makna perkembangan, secara singkat disajikan yaitu bahwa istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pad aawal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya, seperti makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, ia mulai mengenal lingkungan dan bahkan perkembangannya lebih lanjut, ia mulai mengenal lingkungan dan bahkan lingkungan yang lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia membutuhkan, teman, keamanan, dan seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan nonfisiknya semakin banyak. Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dengan demikian telah terjadi perkembangan dalam hal kebutuhan-kebutuhan baik fisik maupun non fisik. Apabila dicermati maka kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjaid dua kelompok besar, yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua atau sekunder. Dengan perkataan lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya.
Seterusnya marilah kita kaji pertumbuhan dan perkembangan manusia pada umumnya secara garis besar dengan mengenal berbagai karakteristiknya. Uraian secara lebih rinci tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja dan hal-hal lain yang berkaitan dengan remaja akan disajikan pada bagian lain.

2. Karakteristik Individu
Setiap uindividu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan Kepribadian terbawa pemabwaan (heredity) dan lingkungan merupakan dua faktor yang bentuk karena faktor berpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh-pengaruh lingkungan.
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seoran ganak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak kemudian.
Natur dan nurture istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteirstik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seorang individu seperti “dia” atau sejauh mana seseorang individu dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, sampai sekarang tetap merupakan subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atua konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing rangsangan tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.

B. Perbedaan Individu
Dari bahasan bermacam-macam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu (1) semua dari manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya dan (ii) didalam pola yang bersifat umum dari apayang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan. Berkaitan perbedaan individual dengan perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka perbedaan dalam perbedaan individual menurut Landgren (1980 : 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak gerak, kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukkan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama lainnya.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirpi, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacanya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa dikelasnya satu per satu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan sebagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil atau tingkat dan ada yang besar atau rendah, ada yang jika berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat psikis yang berbeda-beda.

Bidang-Bidang Perbedaan
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam tugas-tugas sekolhanya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu menangkap / mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan dalam hal ini materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan bahwa par asiswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya dan juga kesamaan-kesamaan diantara mereka meruapkan ciri-ciri dari semua pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan ditetapkan hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut, nampaknya telah mendapat banyak perhatian dari para ahli ilmu dan petugas sekolah.
Umur kronologis, sebagai faktor yang mewakil itingkat kematangan siswa dan karena itu memungkinkan dia dapat dididik hendaknya dilihat sebagai komponen perbedaan. Tidak peduli betapa tingginya kemampuan mental atau fisik seseorang anak seusai 3 tahun, ia tidak dapat diharapkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan anak usia 14 tahun karena perbedan tingkat kematangan. Kecakapan mental secara umum seperti dukur dengan tes ini teligensi juga merupakan indeks kesiapan anak untuk belajar. Kecakapan khusus yang dimiliki anak berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Masalah ini perlu dipertimbangkan pula, terutama dalam mempelajari hal-hal yang memerlukan kemampuan mental tinggi. Tambahan lagi, kesiapan untuk melibatkan diri dalam situasi belajar tertentu berbeda antara individu satu dan lainnya dalam setiap tingkatan umur.
Konstitusi fisik dari individu sejauh mana ia secara fisik mempunyai bentuk-bentuk yang khas, tingkat stabilitas emosional dan temperamennya, sikapnya terhadap pelajaran, dan minat-minatnya, akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai dalam belajar mereka. Faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, pengaruh keluarga, status ekonomi, pengalaman belajar sebelumnya, kesesuaian bahan yang dipelajari, dan teknik-teknik mengajar semuanya berpengaruh terhadap tingkat kemampuan individu untuk mencapai keberhasilan dalam tingkatan belajarnya.
Dalam kaitannya dengan perbedaan individu hendaknya selalu diingat bahwa perbedaan dalam kualitas atau ciri-ciri adalah berjenjang. Tidak ada penggolongan anak-anak ke dalam satu kategori atau sama sekali tidak termasukd alam suatu kategori. Seorang anak dapat dikategorikan intelegen atau tidak intelegen, berminat atau tidak berminat, dapat mengontrol emosi sepenuhnya atau betul-betul sangat terganggu emosinya, 100% siap untuk melakukan kegiatan belajar teretntu atau ada pada tingkat non dalam kesiapan belajarnya. Faktor-faktor luar dari individu sekalipun seperti pengarh keluarga, kesempatan pendidikan sebelumnya, kurikulum yang ditawarkan dan teknik-teknik mengajar tidak sepenuhnya baik dan juga tidak sepenuhnya jelek. Aspek-aspek tingkah laku yang mana pun atau faktor-faktor pengaruh dan bukan berbeda secara absolut dari individu yang lain. Apalagi, di dalam diri individu sendiri ada perbedaan dalam bermacam-macam aspek dari keseluruhan kepribadiannya. Tetapi karena tidak ada satu sifat pun yang berdiri sendiri, berfungsinya satu sifat akan mempengaruhi berfungsinya sifat lain, maka semua sifat-sifat itu mempengaruhi keseluruhan pola tingkah laku individu. Seoran ganak yang telah mengetahui makna tentang kerajinan bagi dirinya dan orang lain, ia akan mempraktekkan berbuat rajin di sekolah maupun dirumah.
Selanjutnya banyak individu cenderung berbeda tetapi perbedaan itu hanya sedikit dalam kaitannya dengan sifat atau kondisi, jadi mereka berada dalam kelompok sekitar rata-rata dari suatu distribusi. Dengan demikian penyimpangan-penyimpangan mulai berkurang ke arah ekstrim. Fakta ini menambah kesulitan dalam memberikan pendidikan untuk semua anak yang memiliki perbedaan individual yang mungkin ada diantara pelajar dalam beberapa aspek kepribadiannya. Jumlah dan macam pengalaman sebelumnya dan pengetahuan yang dibawa individu ke situasi tertentu mempengaruhi kapasitasnya untuk belajar pada tingkat selanjutnya atau sikapnya terhadap mata pelajaran tersebut. Jika siswa merasa (benar atau salah) bahwa ia telah mengetahui banyak tentang isi dari suatu mata pelajaran teretntu ia mungkin akan kehilangan minat untuk mempalajari mata pelajaran tersebut dan akibatnya mereka dapat mengalami kegagalan dalam ata pelajaran selanjutnya.
Garry 1963 (Oxendine, 1984 : 317) mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut :
1. Perbedaan fisik ; usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, kemampuanbertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian disekolah.
Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri yang dapat diamati dengan pancaindera kita, seperti tinggi badan, warna kulit, jenis kelamin, nada suara, dan bau keringat, akan tetapi juga ciri lain yang hanya dapat diketahui setelah diperoleh informasi atau diadakan pengukuran.usia, berat badan, kecepatan lari, golongan darah, pendengaran, penglihatan, dan semacamnya merupakan ciri-ciri yang tidak dapat diamati perbedaannya dengan penginderaan.
Dalam kehidupannya setiap manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan diluar dirinya. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya, manusia bersosialisasi, dan terjadilah perbedaan status sosial dan ekonomi manusia. Manusia juga berhubungan dengan Sang Pencipta atau dengan Tuhannya, maka manusia beragama. Manusia hidup berkelompok dan berkeluarga, sesuai dengan sifat genetik orang tuanya, ketika mengenal kelompok-kelompok / suku yang berbeda di Indonesia ada suku Jawa, Sunda, Irian, Madura, dan sebagainya. Lingkungan, agama, keluarga, keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu.
Scara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimiliknya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya.
Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka dirumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain. Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olahraga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.



a. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kogntiif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu objek. Berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat, bila diperlukan, pengetahuan yang dimiliknya itu dapat direproduksi. Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan tkenologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar). Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif lingkungan dapat dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat. Proses belajar-mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan konitif tergambar pda hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.
Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai tes yang baik, yaitu : bahwa tes tersebut harus bersih(valid) dan handal (reliable). Jika persyaratan tes tersebut dipenuhi, maka variasi nilai kemampuan kognitif yang dihasilkan dengan tes tersebut akan terbentuk sebuah kurva normal.
Inteligensi (kecerdasan) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa antara kecerdasan dan nilai kemampuan kognitif berkorelasi tinggi dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan kognitifnya. Uraian tentang perkembangan kecerdasan (inteligensi) manusia akan disajikan dibagian lain.

b. Perbedaan Individual Dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor-faktor lain yang juga penting antara lain adalah fisik, terutama organ berbicara.
Perkembangan bahasa dan seni merupakan lahan yang subur untuk penelitian bagi para psikologi dan pendidik. Banyak penelitian eksperimental telah dilakukan dengan tujuan untuk menemukan faktor-faktor psikologis yang mendasar keberhasilan atau kegagalan dalam penguasaan bahasa. Guru yang berpengalaman menyadari adanya fakta bahwa siswa-siswa berbeda secara luas dengan kekuatan atau kemampuan untuk menguasai dan memahami bahasa lisan dan tertulis serta kemampuan mereka untuk mengekspresikan diri secara tepat. Individu-individu yang memasuki kegiatan-kegiatan di sekolah formal, pada dasarnya telah membawa kebiasaan-kebiasaan di sekolah formal, pada dasarnya telah membawa kebiasaan-kebiasaan sebagai hasil belajar, baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun dari latar belakang kehidupan sebelumnya. Pengaruh-pengaruh dari lingkungan keluarga tidak hanya terbatas pada pola-pola yang ada dirumah. Pengaruh-pengaruh tersebut secara berkelanjutan akan terus memperlancar atau sebaliknya menghambat kemajuan berbahasa anak. Apabila latar belakang keluarga kaya dengan kultur, anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa dan seni, demikian halnya pada kondisi sebaliknya. Logis bahwa anak-anak yang masuk sekolah dasar sekitar umum 6 tahun, tingkat kematangan mental dan kemampuan berbahasa mereka berbeda-beda. Pengalaman-pengalaman dan kematangan anak sebelumnya merupakan fakto rpendorong perkembangan anak dalam berbagai kemampuan, termasuk kemampuan berbahasa.

c. Perbedaan Dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena kerja syaraf yang sistematis. Alat indera menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalu syaraf sensoris ke syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan. Dengan demikian ketepatan kerja jaringan syaraf akan menghasilkan suatu bentuk kegiatan yang tepat, dalam arti kesesuaian antara rangsangan dan responnya. Kerja ini akan menggambarkan tingkat kecakapan motorik. Makna tersebut secara visual dapat digambarkan seperti berikut :

Rangsangan ─ Indera ─ Syaraf sensoris
(perintah)

Pusat

Respon ─ Penerima ─
(kegiatan) perintah Syaraf motorik

Dari gambar diatas syaraf pusat (otak), yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses berpikir, merupakan faktor penting di dalam koordinasi kecakapan motorik. Ketidaktepatan dalam pembentukan persepsi dan penyampaian perintah, akan terjadi kekeliruan respon dan atau kegiatan-kegiatan yang kurang sesuai dengan tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inteligensi merupakan faktor dalam bentuk yang lebih tinggi dari keterapmilan motorik. Secara umum koordinasi motorik dan kecakapan untuk melakukansuatu kegiatan yang kompleks membutuhkan keterampilan motorik yang lebih kompleks pula.
Seorang individu yang semakin dewasa, menunjukkan fungsi-fungsi fisik yang semakin matang. Hal ini berarti ia akan mampu menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam banyak hal, seperti kekuatan untuk mempertahankan perhatian, koordinasi otot, kecepatan berpnampilan, keajegan untuk mengontrol, dan resisten terhadap kelelahan. Dari kenyataan ini dapat dinyatakan bahwa semakin bertambahanya umur seseorang, berarti ia semakin matang dan akan mampu menunjukkan tingkat kecakapan motorik yang semakin tinggi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing, dan dengan demikian kecakapan motorik setiap individu akan berbeda-beda pula. Anda akan dapat mengamati teman dan anak-anakd I sekeliling. Anda bahwa ada orang yang cekatan, orang yang terampil, dan sebaliknya ada orang yang lamban dalam mereaksi sesuatu.

d. Perbedaan Dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman merek amasing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajra yang disajikan.
Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor-faktor perbedaan diantara para siswa. Faktor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap-sikap anggota keluarga dirumah dan lingkungan sekitar. Latar belakang keluarga, baik dilihat dari egi sosioekonomi maupun sosiokultural, adalah berbeda-beda. Demikian pula lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda.

e. Perbedaan Dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal inilkah makna pendidikan menjadi penting artinya.
Belajar di tingkat sekolah dasar berkaitan dengan penguasaan alat-alat belajar, pemenuhan tentang ajaran umum yang bagi seorang anak yang memiliki kecakapan khusus atau bakat belum begitu menonjol selama tahun-tahun permulaan sekolahnya dibandingkan dengan tahun-tahun selanjutnya. Pad atingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi, program pendidikannya harus telah memperhatikan dan mengupayakan proses belajar mengajar yangmampu merangsang dan memupuk.
Perkembangan bakat yang dimiliki siswa secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan faktor dari hampir semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performasi, namun hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan belum terkait dengan beberapa bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni, dan olahraga. Hasil tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasilan atau kemampuan bidang akademik. Dengan demikian perencanaan pendidikan selanjutnya serta lebih memperhatikan kemampuan atau bakat akademik daripada kemampuan tentang bakat khusus untuk dijadikan dasar pertimbangan.

f. Perbedaan Dalam Kesiapan Belajar
Didepan telah diuraikan, bahwa perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang tersebut, yang meliputi perbedaan sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran disekolah. Dengan demikian perbedaan-perbedaan individu itu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumnya.
Anak umur 6 tahun yang memasuki sekolah dasar (kelas I0, mungkin berbeda satu. Dua bahkan tiga tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal. Hal ini ditunjukkan dari hasil sebuah penelitian bahwa kemampuan mental atau umur mental (mental age), bagi anak-anak kelas satu sekolah dasar ditemtukan dalam rentangan umur kronologis antara 3 tahun sampai 8 tahun/. Hal ini berarti bahwa meskipun umur kronologis telah mencapai tahun (yang secara normal anak ii seharusnya telah duduk di kelas dua atau tiga sekolah dasar) tetapi kemampuan belajarnya masih sama dengan mereka yang duduk di kelas satu. Hal ini menggambarkan produk keluarga yang amat kurang, yang mungkin sekali ekspresi bahasa dan kehidupan keluarga tersebut kurang baik.
Kondisi fisik yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar tehradap orang-orang dan benda-benda, membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.

C. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Dalam banyak buku makna pertumbuhan sering diartikan sama dengan perkembangan, sehingga kedua istilah itu penggunaannya seringkali dipertukarkan (interchange) untuk makna yang sama. Ada penulis yang suka menggunakan istilah pertumbuhan saja dan ada yang suka menggunakan istilah perkembangan saja. Dalam buku ini istilah pertumbuhan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin besar dan atau panjang, sedang istilah perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek tersebut.
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa.
a. Pertumbuhan Sebelum Lahir
Manusia itu ada terjadi dimulai dari suatu proses pembuahan (pertemuan sel telur dan sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan, yang disebut embrio. Embrio manusia yang telah berumur satu bulan, berukuran sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan ukuran embrio itu sebesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau “fetus”. Baru setelah satu bulan kemudian (jadi kandungan telah berumur tiga bulan), janin atau fetus tersebut telah berbentuk menyrupai bayi dalam ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusi ayang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk sistem yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin diakhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan syaraf masing-masing komponen biologi telah mampu berfungsi secara mandiri.

b. Pertumbuhan Setelah Lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan leanjutan pertumbuhannya sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam pertumbuhannya, ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya. Sejak lahir sampai dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan individu, dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir atau pranatal) sampai dengan proporsi yang ideal di masa dewasa, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar diatas menunjukkan bahwa setiap bagian fisik seseorang individu akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehingga masing-masing komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya. Jaringan syaraf otak atau syaraf sentral akan tumbuh dengan cepat karena syaraf pusat itu akan menjdi sentral dalam menjalankan fungsi jaringan syaraf di seluruh tubuh manusia.
Pertumbuhan fisik manusia berbeda dengan pertumbuhan hewan. Demikian anak hewan itu dilahirkan, dalam waktu yang relatif singkat ia segera dapat berjalan mengikuti induknya untuk mencari makan. Tetapi tidak demikian halnya bagi manusia. Pada awal setelah bayi itu dilahirkan, respon terhdap segala rangsangan dari luar dirinya dilakukan secara refleks dan belum terkoordinasikan. Apabila pipinya disentuh (dari sebelah kiri), maka bayi itu akan menggerakkan kepalanya ke arah sentuhan secara reflektif dengan mulut terbuka dan kepalanya terus berputar sampai dengan mulutnya mencpai rangsangan yang diberikan. Respon yang bersifat refleks ini akan berakhir atau menjadi lebih terarah pada sasaran saat bayi berumur 4 sampai 5 tahun.
Kapasitas syaraf sensoris sorang bayi amat berbatas. Bayi yang baru lahir pendengarannya amat baik. Ia mampu membedakan antara suara lembut dan kasar, dan lebih senang pada suara yang lembut daripada yang lain. Penglihatannya masih lemah, walaupun bayi dapat melihat, tetapi amat singkat dan jaraknya tidak lebih dari 1,25 meter. Dalam perkembangan bayi segera dapat membedakan terangnya cahaya, warna, dan mampu mengikuti rangsangan yang bergerak dengan pandangan matanya. Begitu pula syaraf sensoris yang lain seperti perabaan, penciuman, dan pencernaan berkembang sejalan dengan syaraf penglihatan.
Perkembangan fungsi syaraf sensoris semakin sempurna dan lengkap, sehingga anak mampu menginterprestasikan apa yang ia lihat, dengar, sentuh, dan rasakan. Semua ini merupakan potensi yang fungsinya bagi terbentuknya pengetahuan seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan fungsi biologis setiap orang memiliki pola dan urutan yang teratur. Banyak ahli psikologis menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan fisik anak memiliki pola yang sama dan menunjukkan keteraturan. Dari lahir seorang bayi yang hanya mampu menggerakkan tangannya secara reflektif kearah kepalanya, setelah umur satu bulan mulai mampu berguling (memutar badannya), seterusnya pada umur 2 bulan mulai telungkup, merangkak pada umur 3 bulan, duduk dengan sedikit bantuan, duduk sendiri (tanpa bantuan) berdiri dan melangkah satu atau dua langkah, dan kemudian mampu berjalan sendiri setelah anak itu berumur 15 bulan. Pola danurutan pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik ini diikuti oleh perkembangan kemampuan mental spiritual dan perkembangan sosial.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain. Pertumbuhan fisik terjadi secara bertahap, seperti naik turunnya gelombang, ada kalanya cepat dan ada kalanya lambat. Irama pertumbuhan ini bagi setiap orang berbeda-beda, walaupun secara keseluruhan tetap memperlihatkan keteraturan. Ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan cepat, sedangkan anak lain mengalami kelambatan.
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagi menjadi 4 periode utama, dan periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tumbuhnya sangat cepat. Pda akhir tahun pertama kehidupan pascalahirnya, pertumbuhan seorang bayi memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sapmai di anak memasuki tahap remaja, atau tahap kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dapat dimulai ketika anak berusia sekitar 8 sampai 12 tahun. Mulai saat itu sampai ia berumur 15 atau 16 tahun pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali dan biasanya masa ini disebut ledakan pertumbuhan puberitas. Periode ini kemudian akan disusul dengan periode tenang kembali sampai ia memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah tercapai dalam periode keempat ini akan tetap sampai ia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubha-ubah. Meskipun ada kenyataan bahwa daur pertumbuhan fisik dapat dikatakan teratur dan dapat diramalkan, namun terjadi pula keanekaragaman. Seperti dikemukakan oleh Johston : “Jadwal waktu pertumbuhan fisik anak sifatnya sangat individual” (Hurlock, 1991 : 114).
Ukuran dan bangunan tubuh yang diwariskan secara genetik juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Anak-anak yang mempunyai bangun tubuh kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan merek ayang bangun tubuhnya kecil atau sedang. Anak-anak dengan bangun tubuh besar, biasanya akan memasuki tahap remaja lebih cepat daripada teman sebayanya yang mempunyai bangun tubuh lebih kecil.
Kesehatan dan pemberian makanan yang bergizi terutama pada tahun pertama kehidupan seseorang juga menentukan kecepatan atau kelambatan daur pertumbuhan ini. Seorang anak yang memperoleh perawatan memadai, biasanya akan tumbuh dengan cepat dan anak yang kurang memperolehperawatan kesehatan dan gizi yang memadai umumnya akan mengalami kelambatan dalam pertumbuhannya. Anak-anak yang memperoleh imunisasi teratur untuk mencegahnya dari berbagai serangan penyakit, juga merupakan faktor penting dalam percepatan pertumbuhan. Anak-anak ini akan tumbuh lebih cepat karena jarang sakit dan lebih sehat dibandingkan dengan anak yang sering sakit karena kurang teratur imunisasinya.
Anak-anak yang tenang cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami gangguan atau tekanan emosional, dan ketegangan dapat lebih mempengaruhi berat tubuh daripada tinggi tubuh seseorang. Yang paling menonjol dalam variasi pertumbuhan ini adalah faktor pengaruh jenis kelamin. Pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan pada usia tertentu, dan pada suatu saat nanti wanita tumbuh lebih cepat daripada laki-laki ketika mencapai usia tertentu. Misalnya pada usia 9, 10, 13 dan 14 tahun anak perempuan lebih tinggi daripada laki=-laki karena pengaruh perkembangan awal remajanya. Begitu juga di kalangan sesama anak laki-laki, sering banyak variasi yang jelas satu sama lain. Baik pada laki-laki ataupun perempuan, sama-sama mengalami kenaikan berat tubuhpada usia tertentu.
Setelah memahami pertumbuhan fisik manusia, selanjutnya berikut ini diuraikan tentang kemampuan-kemampuan nonfisik seperti kemampuan intelek (berpikir), sosial, bahasa, dan mengenai nilai, moral dan sikap.

2. Intelek
Intelek ataupikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan syaraf otak. Karena pikir pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berpikir, dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Pertumbuhan syaraf yang telah matang akan diikuti oleh fungsinya dengan baik, dan oleh karena itu seorang individu juga akan mengalami perkembangan kemampuan berpikirnya, maka kala pertumbuhan syaraf pusat atau otaknya telah mencapai matang. Perkembangan tingkat berpikir atau perkembangan intelek akand iawali dengan kemampuan mengenal yaitu untuk mengetahui dunia luar. Reaksi atau respon terhadap rangsangan dari luar pada awalnya belum terkoordinasikan secara baik, hampir semua respon yagn diberikan bersifat refleks. Pada umur sekitar 4 (empat) bulan, respon yang bersifat refleks mulai berkurang, pemberian respon terhadap setiap rangsangan telah mulai terkoordinasikan. Sebagai contoh respon terhadap suara,s inar, dan warna mulai ditunjukkan dengan gerakan pandangan mata ke arah asal rangsangan itu diberikan.
Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu berarti telah terdapat proses mempertimbangkan atau yang lazim dikenal dengan proses analisis, evaluasi, sampai dengan kemampuan menarik kesimpulan dan keputusan. Fungsi ini terus berkembang mengikuti kekayaan pengetahuannya tentang dunia luar dan proses belajar yang dialaminya, sehingga pada saatnya seseorang akan berkemampuan melakukan peramalan atau prediksi, perencanaan, dan berbagai kemampuan analisi dan sintesis. Perkembangan kemampuan berpikir semacam ini dikenal pula sebagai perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif seseorang menurut Piaget (Sarlito, 1991 : 81) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap pertama : Masa sensori motor (0,0 2.5 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks (misalnya refleks menyebut penting susu ibu, refleks menangis, dan lain-lain). Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan.

2. Tahap kedua : Masa pra-operasional (2,0-7,0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili sesuatu konsep. Misalnya kata “pisau plastik”. Kata “pisau” atau tulisan “pisau” sebenarnya mewakili makna benda yang sesungguhnya. Kemampuan simboilik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-tindkan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat, misalnya seorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan (dapat) bermain “dokter-dokteran”.

3. Tahap ketiga : Masa konkretor prerasional (7.0-11.0 tahun)
Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu :
a. Identifikasi : mengenali sesuatu
b. Negasi : Mengingkari sesuatu, dan
c. Reproaksi : Mencari hubungan timbal-balik antara beberapa hal

4. Tahap keempat : Masa operasional (11.0-dewasa)
Dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan seperti : Kalau mobil A lebih mahal dari pada mobil B, sedang mobil C lebih murah daripada mobil B, maka ia dapat menyimpulkan mobil mana yang paling mahal dan yang mana yang paling murah.

3. Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Kebutuhan setiap orang dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan-kebutuhan tersebut ada yang prima, yaitu kebutuhan yang harus segera dipenuhi dan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya dapat ditangguhkan. Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan primer, merupakan hal yang wajar bagi setiap individu. Jadi kebutuhan itu tidak segera terpenuhi, maka seseorang akan merasa kecewa dan sebaliknya jika kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan baik, maka ia akan senang dan puas. Kecewa, senang dan puas merupakan gejala perasaan yang mengandung unsur senang dan tidak senang.
Pada awal pertumbuhannya yang dibutuhkan seorang bayi adalah kebutuhan primer, yaitu makan, minum dan kehangatan tubuh. Bayi yang lapar akan menangis dan akan semakin keras tangisnya jika tidak segera diberi makan. Kebutuhan bayi masih amat sederhana, makan dan minum yang dibutuhkannya dapat dipenuhi dengan air susu ibu (ASI). Begitu pula kebutuhan lainnya, selimut untuk kehangatan tubuhnya. Refleks sebagai reaksi biologis terhadap setiap respon belum dibarengi kepeduliannya terhadap lingkungan dan penggunaan berbagai kriteria. Apa pun yang diberikan atau dimasukkan ke mulutnya akan disambutnya, tanpa memperdulikan dari siapa. Semakin besar anak dan semakin dewasa manusia kebutuhan biologisnya semakin kompleks, karena pertumbuhan fisik itu diikuti oleh perkembangan nonfisik.
Sering terjadi dalam kehidupan ini, terdapat persamaan-persamaan kebutuhan antara individu yang satu dengan yng lainnya. Apabila hal yang akan dicapai untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas, maka akan timbul persaingan antarindividu yang sama-sama ingin memenuhi kebutuhannya. Kekalahan dalam persaingan terkadang dapat diterima dengan berbagai alasan, akan tetapi hal itu kadang-kadang tidak dapat diterima. Jika demikian halnya, maka akan timbul perasaan kecewa dan kekecewaan itu dikaitkan dengan orang lain yang menjadi saingannya.
Emosi merupakan gejala perasaan yang disertai dengan perubahan atau perilaku fisik. Seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yanglain. Begitu pula sebaliknya seorang yang gembira ia melonjak-lonjak sambil tertawa lebar, dan sebagainya.

4. Sosial
Bayi lahir dalam keadaan yang sangat lemah. Ia tidak akan mampu hidup terus tanpa bantuan orang lain. Manusia lain, terutama ibunya, akan membantu bayi yang barulahir itu untuk dapat hidup terus. Jadi bayi, begitu juga setiap orang, memerlukan orang lain. Dengan perkataa lain, dalam proses pertumbuhan setiap orang tidak dapat berdiri sendiri. Setiap manusia memerlukan lingkungan, dan senantiasa akan memerlukan manusia lainnya.
Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi orang dewasa itu, akan mengenal lingkungan lebih luas, mengenai banyak manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian mengenal ayah dan saudaranya-saudaranya, dan akhirnya mengenal manusia diluar keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikenalnya semakin banyak dan amat heterogen, namun pada umumnya setiap orang anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis. Anak membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya, memahami dunia anak dan kemudian dunia pergaulan yang lebihluas. Akhirnya manusia mengenal kehidupan bersama, kehidupan bermasyarakat atau kehidupan sosial. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling memerlukan, membantu dan dibantu, memberi dan diberi.

5. Bahasa
Fungsi bahasa adalah sebagia alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang disekitarnya. Sejak bayi manusia telah berkomunikasi dengan dunia lain. Tangis ataumenangis disaat kelahiran, mempunyai arti bahwa disamping menunjukkan gejala kehidupan juga merupakan cara bayi itu berkomunikasi dengan sekitar. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dengan demikian dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai isi pikiran dan pihak penerima isi pikiran. Dalam percakapan atau berdialog pihak-pihak itu saling bergantif ungsinya, antara penerima dan penyampai isi pikiran.
Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Dalam perkembangan awal berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi pikiran atau perasaannya dengan tangis dan atau ocehan. Ia menangis atau mungkin menjerit jika tidak senang atau sakit dan mengoceh atau meraba jika sedang senan. Ocehan-ocehan itu semakin lama semakin jelas, dan bayi itu mampu menirukan bunyi-bunyi yang didengarnya. Di saat itu sebaiknya ibu mengucapkan kata-kata sederhana yang mudah ditirukan sang bayi agar akhirnya setelah bayi semakin besar semakin banyak kata yang dapat dikuasai dan diucapkannya.
Perkembangan lebih lanjut, seorang bayi (anak) yang telah berusia 6-9 bulan, mulai berkomunikasi dengan satu kata atau dua kata, seperti “maem” dan “bu maem”. Demikian seterusnya anak mulai mampu menyusun kalimat tiga kat auntuk menyatakan maksud atau keinginannya.

6. Bakat Khusus
Bakat pada awalnya merupakan hal yang amat penting sehubungan dengan bidang pekerjaan atau tugas. Kemudian pada bidang pendidikan juga memperhatikan masalah bakat tersebut, mengingat fungsi pendidikan itu adalah untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja. Dalam proses pendidikan, bakat merupakan faktor penting untuk mendapatkan perhatian cara pendidik.
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Sumadi Suryabrata (1984) menyimpulkan bahwa pengertian tentang bakat yang dikemukakan oleh para ahli memang belum seragam. Diakui bahwa adanya perbedaan dalam tiap-tiap defenisi bersifat saling melengkapi. Diantara berbagai defenisi tengan bakat, Sumadi tampak lebih mengikuti defenisi yang dikemukakan oleh Guilford. Di dalam defenisi bakat yang dikemukakan Guilford (Sumadi : 1984), bakat mencakup tiga dimensi, yaitu (i) dimensi perseptual, (ii) dimensi psikomotor, dan (iii) dimensi intelektual. Ketiga dimensi itu menggambarkan bahwa bakat tersebut mencakup kemampuan dalam penginderaan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak serta kemampuan berpikir inteligen. Atas dasar bakat yang dimilikinya maka seorang individu akan mampu menunjukkan kelebihan dalam bertindak dan menguasai serta memecahkan masalah dibandingkan dengan orang lain.
Seorang yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol. Bakat khususmerupakan salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti dalam bidang seni, olahraga, atau keterampilan.


7. Sikap, Nilai, dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984 : 390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai dan sikap (afektif), dan penguasaan psikomotor. Masa bayi masih belum mempersoalkan masalah moral, motor. Masa bayi masih belum memperoleh masalah moral, karena dalam kehidupan bayi belum dikenal hirarki nilai dan suara hati. Perilakunya belum dibimbing oleh norma-norma moral. Pada masa anak-anak telah terjadi perkembangan moral yang relatif endah (terbatas). Anak belum menguasai nilai-nilai abstrak yang berkaitan dengan benar salah dan baik buruk. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh perkembangan intelek yang maish terbatas. Anak belum mengetahui manfaat suatu ketentuan atau peraturan dan belum memiliki dorongan untuk mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Menurut Piaget, pada awalnya pengenalan nilai dan perilaku serta tindakan itu masih bersifat “paksaan”, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga, dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku did alam masyarakat dan negara.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA



Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Di dalam bab pertama telah diuraikan tentang arti pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ada beberapa pendapat yang berbeda untuk memberi arti istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang kedua istilah itu, maka pengertian “pertumbuhan” dan “perkembangan” yang dimaksud dalam bab ini akan dibahas terlebih dahulu. Pengertian “pertumbuhan” dan “perkembangan” yang disajikan pada bab kedua ini digunakan secara umum untuk seluruh isi buku.
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinyu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Keuda proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pihal berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyantkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan antar alain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi (the process of coming into being). Organisme merupakan sistem yang mekar secara kontinyu, yang selalu ‘beroperasi” atau berfungsi, juga bersifat dinamis dan tidak pernah statis secara komplit. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang dan ukuran lingkarannya, umpama lingkar kepala, lingkar dada, lingkarp inggul, lingkar lengan dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat-alat kelamin berlangsung paling lambat pada masa knak-kanak, tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya pertumbuhan susunan syaraf pusat berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak, dan relatif berhenti pada masa pubertas.
Perbedaan kecepatan tumbuh masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan perbedaan dalam fungsinya. Kepala seorang bayi misalnya, adalah relatif lebih besar, sedangkan kaki dan tangannya relatif pendek jika dibandingkan dengan keadaan orang dewasa. Pada orang dewasa, perbandingan badan dan anggota badan hampir sama panjangnya. Pada usia 2 tahun, pertengahan badan berada disekitar pusar, sedang pada usia dewasa, pertengahan badan berada di atas tulang kemaluan. Perbandingan atau proporsi badan tersebut seperti tergambar di halaman atas. Contoh lain misalnya pertumbuhan indera penglihatan atau mata lebih cepat daripada pertumbuhanotot-otot tangan dan kaki.
Faktor-faktor yang mempengauhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme bermacam-macam.
Pertama, faktor-faktor yang terjadi sebelum lahir. Umpama, peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri syphilis, terkena penyakit gabag, TBC, kholera, typhus, gondok, sakit gula dan lain-lain.
Kedua, faktor ketika lahir atau saat kelahiran. Faktor ini antara lain adalah intracranial haemorage atau perdarahan pada bagian kepala bayi yang disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek pada susunan syaraf pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangverlossing).
Ketiga, faktor yang dialami bayi sesudah lahir, antara lain oleh karena pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi (janin) terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari (zomestiek). Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit cerebral meningitis, gabag, malaria tropika, dypteria dan lain-lain. Semua penyebab tersebut diatas mengakibatkan pertumbuhan bayi dan anak sangat terganggu.
Keempat, faktor psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya. Sebab lain ialah anak-anak dititipkanpada suatulembaga, seperti rumah sakit, rumah yatim piatu, yayasan perawatan bayi, dan lain-lain, sehingga mereka kurang sekali mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih orang tua. Anak-anak tersebut mengalami kehampaan psikis (innantie psikis), kering dari perasaan sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan pada semua fungsi jasmaniah. Pertumbuhan fisik memang mempengaruhi perkembangan psikologis, demikian juga sebaliknya faktor psikologis dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik.
Jadi istilah pertumbuhan dimaksudkan pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut : “perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak, bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Sejak bayi dilahirkan, ia telah mempunyai gambaran total atau gambaran lengkap tentang dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya, gambaran total yang samar-samar tadi berangsur-angsur menjadi terang dan bagian-bagiannya bertambah nyata, jelas dan strukturnya semakin lengkap. Timbullah kemudian kompleks dan unsur-unsur, umpamanya unsur gerak, jarak, bentuk, struktur, warna dan lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian dari satu totalitas atau keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas tersebut. Dalam hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetik yang dikemukakan oleh Werner ini, maka perubahan-perubahan kearah terorganisasi dan terintegrasinya suatu aspek menunjukkan adanya kontinuitas. Perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada pada perkembangan sebelumnya kearah diferensiasi yaitu timbulnya karakteristik baru yang berasal dari sesuatu yagn sebelumnya masih global disebut diskontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukkan kontinuitas.
Menurut Nagel (1957) perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu oleh karena itu bilaman terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan-perubahan.
Menurut Chneirla (1957), perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan, yakni :
1) Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2) Filogenetik, yakni perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi perkembangan ontogenetik mengarah kesuatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah ke kesempurnaan kemanusiaan.
Bijou dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis yakni perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud disini adalah apakah suatu jawaban tingkah laku akan diperlihatkanatau tidak, tergantung dari perangsang-perangsang yang ada di lingkungannya. Rumusan lain tentang arti perkembangan dikemukakan oleh Libert, Paulus dan Strauss (Singgih, 1990 : 31), yaitu bahwa. Perkembangan adalah proses perubahan dalamp ertumbuhan pda suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilkah perkembangan lebih dapat mencerminkann sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatuproses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan kemasakan dan belajar (Monks, 1984 : 2).
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategoriutama, yakni perubahan dalam ukuran, perubahan dalamp erbandingan, perubahan untuk mengganti hal-hal yang baru.
a. Perubahan dalam ukuran
Perubahan dapat berbentuk pertambahan ukuran panjang atau tinggi maupun berat badan. Berat badan yang semula sekitar 3 kg ketika dilahirkan menjadi 8-9 kg pada umur 6 bulan. Panjang bayi 50 cm ketika dilahirkan menjadi tinggi 60 cm pada umur 1 tahun diikuti oleh organ-organ tubuh lain yang mengalami perubahan ukuran, antara lain volume otak yang membawa akibat terjadinya perubahan kemampuan.
Jumlah suku kata yang dikuasai pada mulanya sedikit atau terbatas, semakin bertambah umur semakin bertambah banyak, sehingga pada umur kurang dari 1,5 tahun anak sudah bisa mengucapkan rangkaian suku kata-suku kata menjadi perkataan-perkataan yang mulai bermakna dan ada hubungannya dengan objek tertentu.
Kemampuan mengenal objek-objek dilingkungannya bertambah sedikit demi sedikit. Semua perubahan diatas menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif yang bisa diukur.

b. Perubahan dalam perbandingan
Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan proporsional antara kepala, anggota badan dan anggota gerak. Misalnya perbandingan antara besarnya kepala dengan anggota badan, semakin bertambah umur, semakin bertambah besar. Sampai pada umur tertentu perbandingan akan menetap, yakni pada usia akhir belasan tahun.
Perubahan secara proporsional juga terjadi pada perkembangan mental. Perbandingan antara yangtidak real, yang khayal dengan hal-hal yang rasional semakin lama semakin besar. Artinya anak-anak masih banyak mengkhayal dan sedikit terdapat realitas pada mereka, tetapi semakin lama akan semakin berubah ke sebaliknya, yakni banyak realita dan sedikit berkhayal.
Dalam perkembangan sosial mereka juga sedikit demi sedikit berubah. Dari bermain sendiri, bermain dengan saudara, bermain dengan anak-anak tetangga, dan kemudian bermain dengan anak-anak lain pada lingkungan yang lebih luas lagi.

c. Berubah untuk mengganti hal-hal yang lama
Pada bayi terdapat kelenjar buntu yang disebut gl. Thymus pada daerah dada yang sedikit demi sedikit mengalami atrophy (penyusutan) dan menghilang setelah dewasa. Pada bayi juga terdapat rambut-rambut bayi yang lama kelamaan akan hilang.
Bahasa bayi yang tidak jelas dan kadang-kadang berbicara cedal semakin menghilang dan diganti dengan perkataan yang lebih jelas artinya. Kebiasaan untuk merangkak kalau mengambil sesuatu akan menghilang sesuaid engan meningkatnya kemampuan-kemampuan motoroik dan berganti dengan berjalan. Dari sudut emosi terjadi perubahan-perubahan kearah kemampuan menunda emosi secara lebih tepat. Kebiasaan untuk melakukan sesuatu tanpa bisa menahan diri dan menunda emosi sedikit demi sedikit akan hilang. Kebiasaan mengompol akan hilang dan anak akan mampu mengatur persyaratan dan perototan yang berhubungan dengan penguasaan saluran dan kantung seni. Pada anak-anak gigi akan tanggal satu demi satu dan diganti dengan gigi tetap.

d. Berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru
Banyak hal yang baru diperoleh selama perkembangan sesuai dengan keadaan dan tingkatan / tahapan perkembangannya. Ketika dilahirkan bayi belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudian (kalaus udah sampai waktunya atau umurnya) akan tumbuh gigi tersebut. Dengan demikian bayi memperoleh atau menambah sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada atau belum dimiliki. Menjelang usia remaja terjadi pertumbuhan bulu-bulu ketiak, bulu-bulu sekitar alat-alat kelamin, timbul kumis pada laki-laki akibat mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin. Tanda-tanda ini dikenal dengan istilah tanda-tanda kelamin sekunder.
Dilihat dari segi mental akan bertambah perbendaharaan kata dan kekayaan bahasa. Nilai dan norma moral semakin meningkat. Berbagai pengetahuan akan diperoleh terutama dari lingkungan pendidikan formal.
Selama perkembangannya manusia masih tetap menerima dan memperoleh hal-hal yang baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan psikis. Pada manusia terdapat kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui/. Jika tidak terpenuhi kebutuhan ini akan menimbulkan kekecewaan dan penderitaan secara psikis. Misalnya kita merasa tidak enak jika tidak memperoleh berita dalam koran dan majalah atau pengalaman lain yang baru. Akan tetapi berita yang diperolehnya tidak sesuai dengan seleranya, juga dapat menimbulkan kekecewaan. Baru pada usia lanjut, setelah anak itu masuk sekolah, intensitas dan dorongan untuk ini pada umumnya mulai berkurang, karena belajar di sekolah pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh sesuatu yang baru secara bertahap dan direncanakan. Sebagian besar kegiatan anak adalah kegiatan untuk memperoleh hal-hal baru sebagaimana dapat dilihat pada anak-anak yang setiap hari harus ke sekolah dan setelah pulang sekolah masih harus belajar. Disini terlihat bahwa proses perkembangan untuk memperoleh hal-hal baru itu, sebagian besar dan untuk waktu yang relatif lama adalah mengenai kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan mental.
Kehidupan psikis anak merupakan kegiatan yang maju, yang meningkat seperti yang sering pada tingkah laku atau ulah seorang anakyang mencampakkan alat permainan yang baru diberikan kepadanya beberapa hari yang lalu. Pada anak itu timbul perasaan bosan dan alat permainan itu tidak menarik lagi. Ia ingin alat permainan yang baru. Pada remaja sering terlihat sifat bosan dan ingin selalu melakukan atau memperoleh yang baru, baik mengenai benda maupun kegiatan yang berhubungan dengan kepuasan secara psikis. Mengikuti mode merupakan perwujudan keinginan mengikuti dan memperoleh sesuatu yang dianggap baru, sekalipun yang baru ini menjadi sangat relatif dan merupakan fungsi dari perubahanw aktu, bisa lama dan bisa cepat. Kebutuhan untuk memperoleh dan mencari sesuatu yang baru merupakan dorongan yang menjadi sebagian ciri kepribadiannya yng berbeda-beda pada setiap orang dan pada setiap tingkatan tahapan perkembangannya.

Tugas-tugas perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Oleh Havighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan perkataan lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus ditempuh. Pada jenjang kehidupan remaja, seseorang telah berada pada posisi yang cukup kompleks, dimana ia telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti misalnya mengatasi sifat tergantung pada orang lain, memahami norma pergaulan dengan teman sebaya, dan lain-lain. Secara sadar pada akhir masa anak-anak seorang individu berupaya untuk dapat bersikap dan berperilaku lebih dewasa. Hal ini merupakan ‘tugas” yang cukup berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas perkembangannya, sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus dihadapi. Tidak lagi ia (mereka) ingin dijuluki sebagai anak-anak melainkan ingin dihargai dan diakui sebagai orang yang sudah dewasa. Dengan demikian para remaja menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup dewasa, dalam arti mampu menghadapi masalah-masalah, bertindak dan bertanggung jawab sendiri. Oleh karena itu tugas perkembangan pada masa remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia (mereka) mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik di dalam kehidupan nyata.
Untuk memahami jenis tugas perkembangan remaja, perlu dipahami hal-hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Makna “dewasa” dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga dikenal istilah dewasa secara fisik, secara sosial, secara psikologis, dewasa menurut hukum, dan sebagainya. Setelah seseorang berusia 17 tahun dikatakan sebagai orang telah dewasa yang dapat diartikan dewasa dari beberapa segi, baik dewasa dari segi fisik yang berarti orang itu telah siap untuk melaksanakan tugas-tugas reproduksi, dewasa dari segi hukumyang berarti seseorang telah dapat dikenai aturan-aturan hukum atau telkah harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu jenis tugas perkembangan remaja itu pada dasarnya mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havighurst (Garrison, 1956 : 14-15) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu :
1. Mencapai hubungan dengan teman teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang.
2. Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial.
3. Menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif.
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa.
5. Mencapai kebebasan ekonomi.
6. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan.
7. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang kompeten.
9. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
10. Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman bertingkah laku.
Secara rinci akan dibahas jenis tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan kehidupan pribadi sebagai individu dan kehidupan sosial kemasyarakatan, sedang tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan kehidupan pendidikan dan karier serta kehidupan berkeluarga akand ibahas dalam bab tersendiri.
Tugas-tugas tersebut pada dasarnya (praktis) tidak dapat dipisahkan secara pilah, karena remaja itu adalah pribadi yang utuh. Dilihat dari perkembangan kehidupan secara menyeluruh, pertumbuhan dan perkembangan di masa remaja relatif berjalan secara singkat. Namun demikian banyak hal yang harus diselesaikan selama masa perkembangan remaj ayang singkat ini. Pada tugas perkembangan fisik upaya untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan yang serba tak harmoni amatlah berat. Hal ini dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-anak telah memiliki konsep yang mengagungkanpenampilan diri pada waktu dewasa nanti. Oleh karena itu tidak sedikit remaja bertingkah kurang baik dan kurang tepat (salah suai).
Di lain pihak remaja telah mengantisipasi tentang tugas-tugas dalam kehidupan sosial. Bagi seorang pria merencanakan untuk menjadi seorang yang bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, sehingga tugas mempersiapkan diri untuk mampu menjadi manusia bertanggung jawab, dalam arti menjadi pelindung keluarga baik dari segi keamanan maupun ketentraman jiwa wanita dan anak-anak telah direncakana. Implikasi pemikiran ini tercermin dalam nalurinya untuk mnjadi seorang yang kuat, secara ekonomis menjadi orang yang produktif, yang hal ini tercermin pada penetapan jenis pekerjaan yang diidamkan. Dengan sendirinya hal itu juga berpengaruh kepada pemilihan jenis pendidikan yang akan ditempuh. Bagi remaja wanita, naluri untuk menjadi wanita yang penuh kasih sayang tetapi sekaligus menjadi wanita yang membutuhkan perlindungan, telah pula mempengaruhi upaya untuk mempersiapkan dirinya memasuki jenjang kedewasaan.
Memasuki jenjang dewasa, telah “terbayang” berbagai hal yang harus dihadapi. Bukan saja menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhanfisik, sosial dan ekonomi, tetapi juga menghadapi tugas yang berkaitan dengan faktor psikologis, seperti pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, persaingan, kekecewaan dan perang batin yang bisa terjadi karena perbedaan norma masyrakat dalam sistem kehidupan sosial dan kata hati setiap individu.

Hukum-hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
Bagi setiap mahluk hidup sejak kelahirannya dan dalam menjalani kehidupan seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenisnya. Di sapming itu terdapat pula pola-pola yang berlaku khusus sehubungan dengan sifat-sifat individualnya. Pola-pola ini mempunyai arti yang universal yang bisa berlaku dimana-mana. Pola kehidupan yang dimaksud bisa dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciri perkembangan anak-anak, misalnya anak-anak di Amerika, anak-anak di Asia, dan juga bagi anak-anak di Indonesia. Itu semua karena ciri dan sifatnya yang universal. Lingkungan dan latar belakang kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan bangsa itu, dan dengan demikian akan terjadi atau terbentuk karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus bangsa yang bersangkutan. Diantara pola-pola khusus itu, dan bahkan antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan lebih jelas apabila dibandingkan secara keseluruhan pribadi bangsa-bangsa itu.
Berdasar persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan itulah diperoleh kecenderungan-kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan. Hukum-hukum perkembangan itu antara lain :

1. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dri kepala ke arah kaki. Bagian-bgian pada kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih”matang” daripada bagian-bagian lain. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota baqdan lainnya. Baik pada masa perkembangan pranatal, neonatal maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.

2. Hukum Proximodisatal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja karena alat-alat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital daripada misalnya anggota gerak seperti tangan dan kaki. Anak masih bisa melangsungkan kehidupannya bila terjadi kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal.
Ditinjau dari sudut biologis, anatomis dan ilmufaal masih banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dna fungsi serta kefalaan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-anggota tubuh akan tumbuh, berkembang dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Contohnya terlihat pada kelenjar-kelenjar kelamin yang baru mulai berfungsi (matang) ketika anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi perubahan besar pada bentuk tubuh, yang bahkan juga mempengaruhi perubahan pada kehidupan psikisnya.

3. Perkembangan terjadidari umum ke khusus
Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh Werner. Anak lebih dahulu mampu menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan terlebih dahulku daripada menggerakkan jari-jari tanggannya. Anak akan mampu lebih dahulu menggerakkan tubuhnya sebelum ia bisa mempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga batang tubuh, melangkahkan kaki dan berjalan.
Dari sudut perkembangan kemampuan juga terlihat penghalusan dari hal-hal yang tadinya umum ke khusus. Seorang anak akan menyebutkan semua wanita “mama”, sebelum ia mampu membedakan mana ibunya, mana pengasuh atau bibinya. Anak mengenal istilah binatang dan mengenal pohon mendahului kemampuannya untuk membedakan mana yang tergolong anjing, kucing, ayam, mengenal pohon pisang, pohon pepaya, dan pohon mangga.
Dilihat dari segi perkembangan emosinya juga terjadi hal-hal yang sama. Anak menangis bila mengalami hal-hal yang tidak enak, yang menyakitkan, yang menyedihkan, yang menjengkelkan dengan reaksi-reaksi yang sama. Ia akan sedikit demi sedikit membedakan rangsangan tertentu dengan reaksi yang berlainan. Anak memperlihatkan reaksi kemarahan terlebih dahulu, sebelum ia bisa memperlihatkan emosi cemburu atau iri hati.

4. Perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yan ada pada suatu masa perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yng lain. Sebenarnya ciri=-ciri yang ada pada masa perkembangan terdahulu dapat diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya, hanya sudah dalam hal ini terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru. Jadi bila seseorang sudah mencapai suatu tahap dalam perkembangannya, maka mungkin saja ia masih memperlihatkan ciri-ciri yang sebenarnya merupakan ciri-ciri masa perkembangannya yang terdahulu, hanya saja apa yang diperlihatkan itu dalam “jumlah” yang kecil. Justru apabila ciri-ciri pada masa-masa perkembangan sebelumnya banyak diperlihatkan dalam perkembangan baru berarti ia belum meningkat ke tahap perkembangan berikutnya.
Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi, yang hal ini disebut fiksasi. Aspek intelek pada anak-anak tertentu yang memang secara konstitusional terbatas, pada suatu saat akan relatif berhenti, tidak bisa atau sulit berkembang dan dikembangkan. Masalah penahapan (periodisasi) perkembangan ini biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli, pendapat mereka mengenai dasar-dasar penahapan itu serta panjang masing-masing tahap juga bermacam-macam, yang pada umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Contoh penahapan dalam perkembangan manusia itu antara lain meliputi : masa pra-lahir, masa jabang bayi (0-2 minggu), masa bayi (2 minggu-1 tahun), masa anak pra sekolah (1-5 tahun), masa sekolah (6-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun), masa dewasa (21-65 tahun) dan masa tua (65 tahun keatas).

5. Hukum tempo dan ritme perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus-menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. Justru perbedaan-perbedaan waktu, yaitu cepat-lambatnya sesuatu penahapan perkembangan terjadi, atau sesuatu masa perkembangan dijalani, menampilkan adanya perbedaan-perbedaan individu. Semakin lambat masa-masa perkembangan dibandingkan dengan norma-norma umum yang berlaku semakin menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan atau hambatan dalam perkembangan. Adanya hubungan-hubungan antara satu aspek dengan aspek lain yang saling mempengaruhi, menunjukkan bilamana satu aspek mengalami kelambatan, maka pada aspek-aspek lain juga akan terjadi hal yang sama, sebaliknya kalau tidak maka ada faktor-faktor khusus yang mempengaruhi perkembangan itu. Karena itu setiap gejal abaru dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Dalam praktek sering terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruha perkembangan mental, yakni :
a. Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalitas fisiknya yang terganggu.
b. Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur empat tahun misalnya masih mengalami kesulitan dalam berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbvatas perbnedaharaan kata, mudah diramalkan anak itu akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan.
Cepat lambatnya sesuatu amsa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan dicapai, selain berbeda antara perkembangan fiogenetik dan ontongenetik, juga menunjukkan perbedaan secara perorangan, meskipun tingkat perbedaannya tidak terlalu terlalu besar. Cepat atau lambatnya suatu amsa perkembangan dilalui, menjaid ciri yang menetap sepanjang hidupnya, bilaman tidak ada hal-hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan secara hebat, misalnya pengalaman kecelakaan dan terjadinya trauma-trauma fisik sehingga proses perkembangan menjadi lambat dan terhambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap / konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai irama perkembangan.
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan irama perkembangan tersebut.

Remaja : Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangannya
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam penggunaan istilah sebaiknya istilah remaja dijelaskan terlebih dahulu. Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan makna remaja, antara lain adalah puberteit, adolescentia, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja. Istilah puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahaa latin : pubertas yang berarti usia kedewasaan (the age of manhood). Istilah ini berkaitan dengan kata latin lainnya pubescere yang berarti maa pertumbuhan rambut di daera tulang “pusic” (diwilayah kemaluan). Penggunaan istilah ini lebih terbatas dan menunjukkan mulai berkembang dan tercapainya kematangan seksual. Puberscence dan puberty sering diartikan sebagai masa tercapaianya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologisnya.
Istilah adolescentia berasal dari kata Latin : Adulescentis. Dengan adulescentia dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukkan masa yang tercepat antara usia 12-22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut. Untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah pubertas dan adolescensia, akhir-akhir ini terlihat adanya kecenderungan untuk memberikan arti yang sama pada keduanya. Hal ini disebabkan sulitnya membedakan proses psikis pada masa pubertas dan mulainya proses psikis pada adolescensia.
Di Indonesia baik istilah pubertas maupun adolescensia dipakai dalam arti umum dengan istilah yang sama yaitu remaja.
Remaja itu sulit didefenisikan secara mutlak. Oleh karena itu dicoba untuk memahami remaja menurut berbagai sudut pandangan, antara lain menurut hukum, perkembangan fisik, WHO, sosial psikologis, dan pengertian remaja menurut pandangan masyarakat Indonesia.


a. Remaja menurut Hukum
Konsep tentang “remaja”, bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi dan Paedagogi. Kecual itu, konsep “remaja” juga merupakan konsep yang relatif baru, yang muncul kira-kira setelah era industrailisasi merata di negara-negara Eropa. Amerika serikat dan negara-negara maju lainnya. Masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam 100 tahun terakhir ini.
Dalam hubungan dengan hukum, nampaknya hanya undang-undang perkawinan saja yang mengenal konsep “remaja” walaupun tidak secara friksi atau konflik-konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan masalah itu, tergantung sekali pada keadaan masyarakat di mana rejama yang bersangkutan tinggal. Remaja yang tinggal dalam masyarakat yang menuntut persyaratan yang berat untuk menjadi dewasa akan menjalani masa remaja ini dalam kurunw aktu yang panjang. Biasanya hal ini terjadi dalam masayrakat kelas ekonomi menengah keatas dan atau masyarakat yang menuntut pendidikan setinggi-tingginya bagi anak-anaknya.
Sebaliknya dalam masyarakat primitif, perubahan fungsi sosial ini tidak dibiarkan berjalan berlama-lama. Penelitian yang dilakukan oleh Kitara (1984, dalam Sarlito, 1991 : 12) menemukan bahwa dikalangan suku-suku primitif yang banyak tabu seksualnya, cenderung dilaksanakan ritual pubertas yaitu upacara pada saat anak menunjukkan tanda-tanda pubertas untuk menyatakan bahwa anak itus udah dewasa. Dengan ritual tersebut anak tidak lagi meragukan identitas dan peranannya dalam masyarakat. Ia diperlakukan dan harus berlaku seperti orang dewasa.
Penelitian lain yang dilakukan oleh antropolog terkenal Margaret Mead (1950) terhadap anak-anak di Samoa membuktikan bahwa anak-anak Samoa tidak mengalami krisis remaja, oleh karena masyarakat Samoa tidak membedakan anak-anak dari orang dewasa. Dalam kehidupan seksual, orang tua di Samoa tidak mentabukan apapun kepada anak-naka mereka. Menurut Ruth Benedict perkembangan jiwa pada masyarakat Samoa merupakan satu kontinuitas (kelanggengan), sedangkan di masayrakat Barat perkembangan jiwa dihadapkan pada masyarakat yang memaksakan diskontinuitas (penjenjangan, pergantian peran), sehingga dituntut kemampuan penyesuaian diri pada remaja di masyarakat Barat lebih banyak daripada di masayrakat Samoa.

b. Defenisi remaja untuk masayrakat Indonesia
Menurut Sarlito (1991), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatkan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Di Indonesia, kita bisa menjumpai masyarakat golongan atas yang sangat terdidik dan menyerupai masyarakat di negara-negara Barat dan kita bisa menjumpai masyarakat semacam masyarakat di Samoa.
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Pertimbangan-pertimbangannya adalah sebagai berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).
2. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) (Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psiko-seksual (Freud), tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Khohlberg) (kriteria psikologik).
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi). Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia, terutama dikalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan setinggi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan. Tetapi dalam kenyataannya cukup banyak pula orang yang mencapai kedewasaannya sebelum usia ini.
5. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.
Rentangan usia dalam masa remaja nampak ada berbagai pendapat, walaupun tidak terjadi pertentangan. Bigot, Kohnstam dan Palland mengemukakan bahwa masa pubertas berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa adolescnece dalam usia 18-21 tahun. Menurut Hurlock (1964) rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam usia masa remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja WHO menyatakan walaupun defenisi diatas terutama didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) dlam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai tahun Pemuda Internasional. Di Indonesia, batasan remaj ayang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dan digunakan dalam Sensus Penduduk 1980.
Mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan perorangan, maka penentuan umur saja belum cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru telaha tau belum mulai. Penggolongan remaja yang semata-mata berdasarkan usia saja, tidak membedakan remaja yang keadaan sosial psikologisnya berlain-lainan.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat adanya:
1. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai hal.
2. Pertentangan, pertentangan-pertentangan yang terjadi didalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orang tua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan remaja yang hebat untuk melepaskan diri dari orang tua. Akan tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan memperoleh rasa aman dirumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan-lingkungan yang aman diantara keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara ekonomis tidak memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam keuangan.
3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba merokok secara sembunyi-sembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh si remaja. Remaja putri mulai bersolek menurut mode dan kosmetik terbaru. Keinginan mencoba pada remaja ini dapat berakibat negatif apabila mereka diajak mencogba mengisap ganja, atau menyuntik morphin. Malapetaka akan dialaminya sebagai akibat penyaluran yang tidak ada manfaatnya. Dalam bidang seksual keinginan besar untuk mendapatkan kepuasan dilakukan dengan onani atau masturbasi. Dengan kata lain gejal aonani atau masturbasi itu merupakan penyaluran seksual yang semu. Hal ini ada yang memandang biasa atau normal karena merupakan upaya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan serta sekaligus merupakan upaya menghindari dari larangan norma sosial dan hukum.
4. Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok atau himpunan pecinta alam (HPA) dan sebagainya. Keinginan menjelajah dan menyelidiki ini dapat disalurkan dengan baik ke penyelidikan yang bermanfaat.
5. Mengkhayal dan berfantasi
Khayalan dan fantasi remaja banyak berkisar mengenai prestasi dan tangga karier. Khayalan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif, dapat juga bersifat positif. Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan konstruktif banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh para remaja.
6. Aktivitas berkelompok
Kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar dari kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul-kumpul melakukan kegiatan bersama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok ini tumbuh sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri masa remaja.

Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Sebagaimana telah diuraikan didepan, bahwa individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. kekompleksan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai mahluk individud an mahluk sosial. Oleh karenanya disamping seorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami lingkngan serta memahami pula bahwa ia adalah mahluk Tuhan. Sebagai mahluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis, dan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yanglebih sempurna dalam kehidupannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semain luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Sumadi, 1971 : 70, Lefton, 1982 : 137). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. lebih lanjut Lefton (1982) menyatakan bahwa kebutuhan dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami goncangan atau ketidakseimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh moif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara laina dalah : makan, minum, bernafas dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuyhan yang didorong oleh motif yang dipelajari, seperti misalnya kebutuhan untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan untuk mengikuti pola hidup bermasyarakat, kebutuhan akan hiburan, alat transportasi, dan semacamnya. Klasifikasi kebutuhan menjadi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder sering digunakan, namun pengklasifikasian semacam itu sering membingungkan. Oleh karena itu Cole dan Brue (1959) (Oxendine, 1984 : 227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Pengelompokkan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Murray (1938) (Oxendine, 1984 : 227) yang diajukan dengan istilah yang berbeda, yaitu kebutuhan viserogenic dan kebutuhan psychogenic. Beberapa contoh kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah : makan-minum, istirahat, seksual, perlindungan diri. Sedang kelompok kebutuhan psikologis, seperti yang dikemukakan Maslow (1943) mencakup (i) kebutuhan untuk memiliki sesuatu, (ii) kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, (iii) kebutuhan akan keyakinan diri, dan (iv) kebutuhan aktualisasi diri. Dalamp erkembangan kehidupan yang semakin kompleks, pemisah jeni skebutuhan yang didorong oleh motif asli dan motif-motif yang lain semakin sukar dibedakan.
Dalam bidang kehidupan ekonomi kebutuhan primer dikenal sebagai kebutuhan pokok, yang mencakup kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak dan harus segera dipenuhi, sedang kebutuhan kedua pemenuhannya dapat ditunda bilaman perlu dan dilihat skala prioritasnya. Kebutuhan sosial psikologis seorang individu terus mengalami perkembangans esuai dengan perkembangan kondisi kehidupannya yang semakin luas dan kompleks. Freud mengemukakan bahwa sikap dan perilaku manusia didorong oleh faktor seksual (dorongan seksual) dan teorinya terkenal sebagai teori libido seksual. Pandangan Freud tentang konsep diri juga dikaitkan dengan teori libido seksual ini. Ia mengemukakan bahwa prinsip kenikmatan senantiasa mendasari perkembangan sikap dan perilaku manusia, dan dengan prinsip itu ia menyatakan baqhwa faktor pendorong utama perilakumanusia adalah dorongan seksual. Semua bentuk perilaku manusia dikaitkan dengan upaya untuk mencapai kenikmatan atau kepuasan seksual. Nama Freud menjadi terkenal sehubungan dengan pandangannya yangpada pokoknya menyatakan bahwa dalam perkembangan manusia terjadi pertentangan antara kebutuhan instink pribadi dan tuntutan masyarakat. Dalam pendekatannya terhadap pembentukan kepribadian, Freud mengemukakan perlunya penyelesaian pertentangan tersebut dengan pendekatan analisis psikologik, sehingga oleh karenanay teori Freud itu terkenal dengan teori psikoanalisis.
Menurut teori Freud, struktur kepribadian seseorang berunsurkantiga komponen utama, yaitu : id, ego, dan superego. Ketiganya merupakan faktor-faktor penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur pribadi. Teori psiko-analisis Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa dorongan utama yang pada hakikatnya berada pada id, senantiasa akan muncul pada setiap perilaku. Id dikenal sebagai instink pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan instink pribadi yang bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang ada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang praktis dan rasional, berdasarkan ego-nya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan berdasarkan ego-nya manusia mencari kepuasan atau kenikmatan berdasarkan kenyataan. Jadi ego adalah komponen pribadi yang mewakili kenyataan (realita), berfungsi menghambat munculnya dorongan asli (id) secara bebas dalam berbagai bentuk. Dengan demikian tugas ego adalah menyalaraskan (menyeimbangkan) pertentangan yang terjadi antara id dan tuntutan sosial. Kadang-kadang tugas ego mencegah id untuk muncul, tetapi pada umumnya ego mendorong manusia bertindak berdasarkan id-nya. Atas dasar pandangannya ini, teori Freud tentang pembentukan pribadi dikenal sebagai conflict theory. Penyelesaian pertentangan atau konflik antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial ini digunakan pendekatan analisis psikologik, superego merupakan bagian dari konsep diri, yang didalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem moral dan ideal.
Erik Erickson (dalam Buss, 1978 : 392-393) dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu yang dikemukakan Erikson lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego. Dalam hal ini Erikson lebih melihat kepentingan sosial. Dengan revisi ini dimaksudkan agar kebutuhan-kebutuhan dalam perkembangan manusia perlu lebih dilihat dari sisi kepentingan sosial.
Carl Rogers (1902) (dalam Buss, 1978 : 395) juga mengemukakan pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa sseorang individu pada hakikatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi, dan bakatnya untuk mencapai tingkat perkembangan pribadi yang sempurna atau mapan. Rogers menyatakan dalam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. Apabila pengaktualisasian diri itu dapat diwujudkan, maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu itu telah mencapai tingkat pertumbuhan pribadi yang semakin luas lingkupnya dan dengan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Manusia dapat beraktualisasi diri dengan baik apabila mereka telah mampu memperluas / mengembangkan konsep dirinya.

Mengapa manusia berperilaku ?
Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan organismik (internal) dan pendekatan lingkungan (eksternal). Pembicaraan tentang motif dna / atau motivasi merupakan bagian yang akan ditinjau secara khusus dalam bagian ini, yang berarti uraian bagian ini menitiberatkan bahwa motif itu merupakan faktor pendorong manusia bertingkah laku. Perilaku merupakan penjgeawantahan atau aktualisasi diri. Perilaku didorong oleh motif. Hal ini tidak berarti bahwa kita mengesampingkan faktor lingkungan, tetapi seperti kita ketahui bahwa motivasi dan lingkungan pada dasarnya berinteraksi, dengan demikian persoalan lingkungan akan dengan sendirinya tercakup di dalam uraian ini.
Banyak pendekatan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan kekuatan dari dalam yang menghasilkan gejala yang dimaksud dengan tingkah laku. Eksperimen-eksperimen psikologi cenderung untuk memilih pendekatan sistem dalam menerangkan tingkah laku dari sisi dorongan, dimana dorongan diartikan sebagai kekuatan / dorongan biologis dalam arti luas, seperti lapar, haus dan dorongan seksual. Bagi guru atau pendidik perlu melihat motivasi yang tidak semata-mata berasal dari faktor / dorongan biologis. Hal ini dikemukakan oleh para psikolog yang telah meninjau perilaku manusia dari faktor dorongan atau motivasi.
Beberapa psikolog, seperti Carl Rogers (1951) Arthus W. Combs dan Snygg (1959) meyakini bahwa motif dasar manusia adalah need for adequacy, yang mereka artikan sebagai suatu great driving striving, force in eachof us by which we are continually seeking to make ourselves ever more adequate to cope with life (Lindgren, 1980 : 36). Kebutuhan akan keyakinan diri ini diekspresikan melalui dua bentuk perilaku, yaitu kebutuhan mempertahankan diri (maintenance) dan mengembangkan diri (enchancement). Sejak lahri hingga meninggal, kebutuhan manusia untuk mempertahankan dirinya agar tetap hidup merupakan kebutuhan dasar. Hal ini berarti menempatkan fungsi organisme menjadi amat penting artinya. Tetapi perlu dipahami bahwa kebutuhan untuk mempertahankan diri itu sebenarnya bukan sekedar tertuju agar manusia tetap hidup, melainkan lebih dari itu, yakni setiap individu senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhn biologisnya yang lebih memadai atau untuk menjadi lebih baik.
Lebih dari pada yang dialami oleh binatang, manusia mampu mengantisipasi kejadina-kejadian masa depan, tidak hanya terbatas untuk mempertahankan dirinya pada saat sekarang, tetapi juga bermaksud mengubah diri dan lingkungannya agar pengembangan dirinya menjadi lebih baik di waktu-waktu yang akan datang. Hal tersebut diartikan sebagai kebutuhan normatif dan bukan semata-mata kebutuhan psikologis.
Kebutuhan psikologis muncul dalam kehidupan manusia, seperti ap ayan gdialami setiap hari secara emosional, yaitu : senang, puas, susah, lega, kecewa dan semacamnya. Berhubung manusia hidup bersama di dalam masyarakat, maka mereka ingin mengatur dan mengikuti peraturan yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat, sekalipun kadang-kadnag hal ini amat sukar. Untuk itu manusia belajar memahami norma-norma atau sifat-sifat normatif, artinya perilaku manusia diarahkan dan disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dan telah digariskan untuk diikuti di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam dunia pendidikan ada kalanya berkembang norma-norma baru dan norma itu segera diberlakukan di masyarakat. Oleh karena itu dalam kehidupan manusia ini juga berkembang kebutuhan-kebutuhan normatif, yaitu kebutuhan yang ditentukan dan sesuai dengan harapan-harapan pihak lain dan yang diterima oleh dirinya, sekarang maupun yang akan datang.

Kebutuhan dasar manusia
Sejak bayi kehidupan manusia kecil itu perilakunya didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. Kebutuhan ini disebut deficiency need artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan memang diperlukan untuk tetap hidup (survival). Kemudian, pada masa kehidupan berikutnya, muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri. Berkembangnya kebutuhan ini terjadi karena pengaruh faktor lingkungan dan faktor belajar, seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki (yang ditandai berkembangnya aku manusia kecil), kebutuhan harga diri, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut oleh Henry A. Murray (Lidgren, 1980 : 40) dinyatakan sebagai need for affiliation atau lazim disingkat n’Aff dan need for achievement sebagai n’Ach. N’Aff ini oleh Carl Rogers dan Abraham H. Maslow (1954) dikenal sebagai self actualizing need. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri ini ditandai oleh berkembangnya kemampuan mengekspresi diri yaitu menyatakan potensi yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan kompeten. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri pada dasarnya merupakan perkembangan dari kebutuhan-kebutuhan tingkat sebelumnya dan kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat tinggi, karena didalamnya termasuk kebutuhan untuk berprestasi.
Kebutuhan-kebutuhan sebelumnya adalah kebutuhan untuk memiliki, baik pemilikan itu berkaitan dengan lingkungan manusia maupun yang berkaitan dengan kebendaan. Dalam tingkat perkembangan tertentu seorang individu berupaya memiliki teman sejawat, mendapatkan kasih sayang, dan memiliki benda-benda yang disenanginya. Dengan munculnya kebutuhan tersebut berarti di dalam dirinya telah terjadi konteks dengan dunia luar dirinya, dengan yang lain atau n’Aff. Sebagaimana dikatakan didepan kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan jasmaniah atau organisme, baik yang berkaitan dengan usaha mengembangkan diri, memperoleh keamanan, maupun mempertahankan diri.
Remaja sebagai individu atau manusia pada umumnya juga mempunyai kebutuhan dasar tersebut. Secara lengkap kebutuhan dasar seorang individu dapat digambarkan sebagai berikut (Lindgren, 1980 : 42).

Deskripsi Karakteristik
4. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan yang terkait langsung dengan pengembangan diri yang relatif kompleks, abstrak dan bersifat sosial
3. Kebutuhan untuk memiliki
2. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang Kebutuhan yang terkait dengan pertahanan diri, khususnya pemeliharaan dan pertahanan diri, bersifat individual
1. Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri

Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hierarki, dari kebutuhan yang beritngkat rendah, yaitu kebutuhan jasmaniah sampai dengan kebutuhan yang bertingkat tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Lewis dan Lewis (1993) kegiatan remaja atau manusia itu didorong oleh berbagai kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan jasmaniah
b. Kebutuhan psikologis
c. Kebutuhan ekonomi
d. Kebutuhan sosial
e. Kebutuhan politik
f. Kebutuhan penghargaan, dan
g. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan remaja, masalah dan konsekuensinya
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hall (dalam Liebert, dan kawan-kawan, 1974 : 478) memandangnya bahwa masa remaja ini sebagai masa “storm and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya) kebutuhan aktualisasi diri. Usaha penemuan jati dii remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar ia dapat mengaktualisasi diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya. Beberapa jeni skebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan organik, seperti makan, minum, bernafas, seks
b. Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain, dikenal dengan n’Aff.
c. Kebutuhan berprestasi atau need of achievement (yang dikenal dengan n’Ach) yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisi.
d. Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial-psikologis di masa remaja pada dasarnya merupakan kelanjutan yang dapat diartikan penyempurnaan, proses pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti halnya pertumbuhan fisik yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat kematangan fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebutuhan fisik dan kebutuhan sosial psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit dilakukan secara tegas. Sebagai contoh, makan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetap pada jenjang masa remaja maka bersama dengan orang tertentu orang lain, makan dengan mengikuti aturan atau norma yang berlaku di dalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebutuhan yang tidak hanya dikelompokkan sebagai kebutuhan fisik semata. Kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam kebutuhan sosial emosional.
Disamping itu remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya, yang menurut Maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan. Remaja membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Faktor nonfisik, yang secara integratif tergabung di dalam faktor sosial psikologis, dijiwai oleh tiga potensi dasar yang dimiliki manusia yaitu pikir, rasa dan kehendak. Ketiganya secara potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan didalam kehidupan bermasyarakat dan tentu saja ia (mereka) berupaya untuk mengikuti aturan-aturan itu.
Dalam kehidupan dunia moderen, manusia tidak saja hanya berpikir tentang kebutuhan pokok, mereka telah lebih maju. Pemikirannya telah bercakrawala luas, oleh akrena itu kebutuhan pokoknya juga sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan misalnya, di dalam masyarakat moderen telah menjadi kebutuhan hidupnya yang mendesak, bahkan telah masuk dalam daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati lingkungan, bahwa perilaku kehidupan manusia telah menjadi begitu kompleks. perubahan ini tentu ada faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan perkembangan sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih lanjut untuk menjadi orang yang berprestasi dan berhasil.
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang di lain pihak harapan ditumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Kegagalan dalam mengatasi ketidakpuasan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih lanjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang.
2. Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena ia (mereka) sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas, juga hal itu tampak pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya wagu dan tidak pantas.
3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dapat berperilaku yang “menentang norma” dan bagi remaja perempuan akan berperilaku “mengurung diri” atau menjauhi pergaulan arahan dengan sebaya lain jenis. Apabila kematangan seksual itu tidak mendapatkan arahan atau penyaluran yang tepat dapat berakibat negatif. Konsekuensi yang diderita sering berbentuk pelarian yang bertentangan dengan norma susila dan sosial, seperti homoseksual, lari ke kehidupan hitam atau melacur, dan semacamnya. Bagi remaja pria secara berkelompok kadng-kadang mencoba pergi bersama-sama ke lokasi berlampu merah atau lokasi WTS.
4. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional, seperti perilaku yang over acting, lancang, dan semacamnya. Kehidupan bermasyarakat banyak menuntut remaja untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi tidak semuanya selaras. Dalam hal terjadi ketidakselarasan antara pola hidup masyarakat dan perilaku yang menurut para remaja baik, hal ini dapat berakibat kejengkelan. Remaja merasa selalu “disalahkan” dan akibatnya mereka frustrasi dengan tingkah lakunya sendiri.
5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja harus menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keragaman norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang di pihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini para remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendiri bagi kehidupan remaja. Sering kali perbedaan norma yang berlaku dan norma yang dianutnya menimbulkanperilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan “nakal”.
7. Usaha-usaha pemenuhan kebutuhan remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.


Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar (survival). Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa dimasa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja. Realisasi hal ini disekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani dan pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup tanggap dan waspada serta secara diri menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama wanita) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu ia (mereka) telah menyadari akan adanya norma agama, sosial, dan hukum, maka banyak dilakukan secara diam-diam aktivitas onani atau masturbasi.
Pendidikan seksual disekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan perhatian. Program bimbingan keluarga, bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan orgnaisasi wanita pada umumnya. Sekolah sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuk memberikan ceramah-penjelasan tentang masalah-masalah remaja, khususnya masalah seksual.
Untuk mengembangkan kemampuan hidup bermasyarakat dan mengenalkan berbagai norma sosial, amat penting dikembangkan kelompok-kelompok remaja untuk berbagai urusan, seperti kelompok olahraga, kelompok seni dan musik, kelompok koperasi, kelompok belajar, dan semacamnya. Pada kesempatan sekolah menyelenggarakan acara-acara tertentu seperti malam pertemuan, perpisahan sekolah, ada baiknya anak-anak ditugasi untuk ikut mengurus atau diamsukkan sebagai panitia penyelenggara.


PERTUMBUHAN FISIK


Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat memahami :
1. Makna dan karakteristik pertumbuhan fisik remaja
2. Perbedaan individu dalam pertumbuhan fisik
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
4. Pengaruh pertumbuhan fisik terhadap tingkah laku
5. Upaya membantu pertumbuhan fisik remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan

Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi : perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder).
Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (Sarlito, 1991 : 51) urutan perubahan-perubahan fisik adalah sebagai berikut :

Pada anak perempuan :
1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang).
2. Pertumbuhan payudara
3. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan
4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya
5. Bulu kemaluan menjadi keriting
6. Menstruasi atau haid
7. Tumbuh bulu-bulu ketiak
Pada anak laki-laki :
1. Pertumbuhan tulang-tulang
2. Testis (buah pelir) membesar
3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap
4. Awal perubahan suara
5. Ejakulasi (keluarnya air mani)
6. Bulu kemaluan menjadi keriting
7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya
8. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
9. Tumbuh bulu ketiak
10. Akhir perubahan suara
11. Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap
12. Tumbuh bulu di dada

Penyebab Perubahan
Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitry yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad yaitu merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Selkuruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endoktrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.
Meskipun kelenjar gonad atau kelenjar kelamin sudah ada dan aktif sejak seorang dilahirkan, namun kelenjar ini seolah-olah tidur dan baru akan aktif setelah diaktifkan oleh hormon gonadotropik dari kelenjar pituitry pada saat si anak memasuki tahap remaja. Segera setelah tercapai kematangan alat kelamin, maka hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan. Dengan demikian pertumbuhan fisik akan terhenti. Keseimbangan yang tepat yang tercipta antara kelenjar pituitry dan gonad menimbulkan perkembangan fisik yang tepat pula. Sebaliknya bila terjadi gangguan dalam keeimbangan ini, maka akan timbul penyimpangan pertumbuhan.
Selama masa remaja, seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baikperubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya hampir semua bagian tubuh perubahannya mengikuti irama yang tetap, sehingga waktu kejadiannya dapat diperkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada bagian pertama masa remaja.
Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja ialah :

1. Perubahan ukuran tubuh
Irama pertumbuhan mendadak menjadi cepat sekitar 2 tahun sebelum anak mencapai taraf pematangan kelaminnya. Setahun sebelum pematangan ini, anak akan bertamba tinggi 10 sampai 15 cm dan bertambah berat 5 sampai 10 kg setelah terjadi pematangan kelamin ini. Pertumbuhan tubuh selanjutnya masih terus terjadi namun dalam tempo yang sedikit lebih lamban. Selama 4 tahun pertumbuhan tinggi badan anak akan bertambah 25 persen dan berat badannya tubuhnya hampir mencapai dua kali lipat. Anak laki-laki tumbuh terus lebih cepat daripada anak perempuan. Pertumbuhan anak laki-laki akan mencapai bentuk tubuh dewasa pada usia 19 sampai 20 tahun sedang bagi anak perempuan pada usia 18 tahun.

2. Perubahan proporsi tubuh
Ciri tubuh yang kurang proporsional pada masa remaja ini tidak sama untuk seluruh tubuh, ada bagian tubuh yang semakin tidak proporsional dan ada pula bagian tubuh yang semakin proporsional. Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh masa puber selesai dilalui sepenuhnya sehingga akhirnya proporsi tubuhnya mulai tampak seimbang menjadi proporsi orang dewasa. Perubahan ini terjadi baik di dalam maupun dibagian luar tubuh anak. Misalnya, di masa kanak-kanak jantungnya kecil sedangkan pembuluh darah kulit kurang begitu tampak. Pada masa puber yang terjadi malah sebaliknya. Di bagian luar tampak pertumbuhan kaki dan tangan lebih panjang dibanding dengan tubuh.

3. Ciri kelamin yang utama
Pada masa kanak-kanak, alat kelamin yang utama masih belum berkembang dengan sempurna. Ketika memasuki masa remaja alat kelamin mulai berfungsi pada saat ia berumur 14 tahun, yaitu saat pertama kali anak laki-laki mengalami “mimpi basah”. Sedangkan pada anak perempuan, indung telurnya mulai berfungsi pada usia 13 tahun, yaitu saat pertam akali mengalami menstruasi atau haid. Bagian lain dari alat perkembangbiakan pada anak perempuan saat ini masih belum berkembang dengan sempurna, sehingga belum mampu untuk mengandung anak untuk beberapa bulan atau setahun lebih. Masa interval ini diebut sebagai “saat steril” masa remaja.


4. Ciri kelamin kedua
Yang dimaksud dengan ciri kelamin kedua pada anak perempuan adalah : membesarkan buah dada dan mencuatnya putting susu, pinggul melebar lebih lebar daripada lebar bahu, tumbuh rambut disekitar alat kelamin, tumbuh rambut di ketiak, suara bertambah nyaring. Sedang ciri kelamin kedua pada anak laki-laki adalah tumbuh kumis dan jenggot, otot-otot mulai tampak, bahu melebar lebih lebar daripada pinggul, nada suara membesar, tumbuh jakun, tumbuh bulu ketiak, bulu dada, dan bulu disekitar alat kelamin, serta perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar. Ciri-ciri kelamin kedua inilah yang membedakan bentuk fisik antara laki-laki dan perempuan. Ciri ini pula yang seringkali merupakan daya tarik antarjenis kelamin. Pertumbuhan tersebut berjalan seiring dengan perkembangan ciri kelamin yang utama, dan keduanya akan mencapai taraf kematangan pada tahun pertama atau tahun kedua masa remaja.
Perubahan fisik sepanjang masa remaja meliputi dua hal, yaitu :
1. Percepatan pertumbuhan, dan
2. Proses kematangan seksual
Disebabkan percepatan pertumbuhan tersebut maka terjadi perbedaan atau keanekaragaman proporsi tubuh.
1. Percepatan pertumbuhan
Masa dan proses pertumbuhan tidak sama bagi semua remaja. Banyak faktor individual mempengaruhi jalannya pertumbuhan ini, sehingga baik awal maupun akhir prosesnya terjadi secara berbeda.
Pada titik awal mulainya pertumbuhan biasanya tidak terdapat banyak berbeda, akan tetapi kecepatan pertumbuhan setiap individu menjadi sangat berbeda sesuai dengan iramanya masing-masing. Jadi perbedaan individual tentang pertumbuhan tampak dalam perbedaan awal percepatan dan cepatnya pertumbuhan.
a. Bagi remaja laki-laki permulaan percepatan pertumbuhan berbeda-beda dan berkisar antara 10,5 tahun dan 16 tahun.
b. Bagi remaja perempuan, percepatan pertumbuhan dimulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun. Puncak pertambahan ukuran fisik dicapai pada umur 12 tahun, yakni kurang lebih bertambah 6-11 cm setahun.

2. Proses kematangan seksual
Meskipun kematangan seksual berlangsung dalam batas-batas tertentu dan urutan tertentu dalam perkembangan ciri-ciri kelamin sekundernya, namun kematangan seksual anak-anak remaja berjalan secara individual, sehingga hanya mungkin untuk memberikan ukuran rara-rata dan penyebarannya saja.
Ada tiga kriteria yang membedakan anak laki-laki daripada anak perempuan yaitu dalam hal :
1. Kriteria kematangan seksual
2. Permulaan kematangan seksual, dan
3. Urutan gejala-gejala kematangan

a. Kriteria kematangan seksual
Kriteria kematangan seksual nampak lebih jelas pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Menarche atau menstruasi pertama dipakai sebagai tanda permulaan pubertas. Sesudah itu masih dibutuhkan satu sampai satu setengah tahun lagi sebelum anak wanita dapat betul-betul matang untuk reproduksi.
Menarche merupakan ukuran yang baik karena hal itu menentukan salah satu ciri kematangan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi untuk konsepsi (hamil) dan melahirkan. Disamping itu menarche juga merupakan manifstasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi perdarahan sedikit.
Kriteria sejelas ini tidak terdapat pada anak laki-laki. Sehubungan dengan ejakulasi (pelepasan air mani) pada laki-laki permulaannya masih sangat sedikit, sehingga tidak jelas. Sering dipakai percepatan pertumbuhan sebagai kriteria penetapan titik awal masa remaja, karena diketahui adanya korelasi antara percepatan pertumbuhan itu dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder maupun primer.

b. Permulaan kematangan seksual
Permulaan kematangan seksual pada anak perempuan kira-kira 2 tahun lebih cepat mulainya daripada anak laki-laki. Menarche merupakan tanda permulaan kematangan seksual dan terjadi sekitar usia 13 tahun dengan penyebaran normal antara 10 sampai 16,5 tahun, jadi kira-kira satutahun sesudah dilaluinya puncak percepatan pertumbuhan.
Pada anak laki-laki baru terjadi produksi spermatozoa hidup selama kira-kira satu tahun sesudah puncak percepatan perkembangan (kurang lebih umur 14 tahun). Namun ejakulasi pertama (mimpi pertama) mendahului puncak percepatan perkembangan, tetapi dalam air mani baru terdapat sedikit sperma.

c. Urutan gejala-gejala kematangan seksual
Pada anak wanita kematangan dimulai dengan suatu tanda kelamin sekunder dengan tumbuhnya buah dada (payudara) yang nampak sedikit mencuat bagian putting susu. Hal ini terjadi pada usia antara 8 dan 13 tahun. Baru pada stadium kemudian, menjelang menarche maka jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh bentuk yang dewasa. Kelenjar payudara baru mengadakan reaksi pada masa kehamilan dengan suatu pembengkakan sedangkan produksi air susu terjadi pada akhir kehamilan. Hal ini merupakan akibat reaksi-reaksi fisiologi yang menyebabkan perubahan-perubahan pada organ-organ kelamin internal dalam hipofise lobus frontalis.
Pada anak laki-laki, kematangan seksual dimulai denga pertumbuhan testes yang dimulai antara umur 9,5 dan 13,5 tahun dan berakhir antara 13,5 dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-16 tahun anak laki-laki maupun pada perempuan pangkal tenggorokan (jakun) mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi lebih panjang. Anak laki-laki mengalami hal itu lebih banyak. Perubahan dalam pita suara tadi menyebabkan anak gadis mendapatkan suara yang lebih tinggi dan lebih nyaring, sedangkan suara anak laki-laki berubah menjadi agar berat. Karena pertumbuhan anatomi yang cepat mendahului penyesuaian urat syarafnya (urat syarafnya belum dapat cocok) maka timbullah keadaan yang khas pada anak laki-laki terdengarlah suara yang tinggi diantara suara yang lebih berat. Seperti halnya pada pertumbuhan anggota-anggota badan, maka keadaan tersebut hanya bersifat sementara namun dalam waktu itu cukup memberikan alasan untuk frustrasi karena suara tidak mau nenanti si pembicara (Monks, 1984 : 288).
Dengan bertambahnya berat dan panjang badan, tampak kekuatan badan juga bertambah. Hal ini tampak lebih jelas pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Pada anak perempuan pertambahan berat badan sebagian besar disebabkan oleh tumbuhnya lemak yang membuat bentuk badan khas perempuan. Selanjutnya tambahanya berat badan pada waktu juga disebabkan oleh pertumbuhan kerangka (membesarnya pinggul) dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh pertumbuhan dan menjadi kuat urat-urat daging.
Pada anak laki-laki disamping pertambahan berat karena pertumbuhan kerangka, pertumbuhan dan penguatan urat daging dan otot-otot juga merupakan penyebab yang penting. Bersama-sama dengan percepatan pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi suatu percepatan pertambahan kekuatan yang mencapai puncaknya pada umur kira-kira 15-16 tahun, yaitu sesudah tercapai puncak percepatan pertumbuhan tadi. Urat-urat daging tumbuh bersama-sama dengan kerangka tetapi bila kerangka mencapai puncak-puncak pertumbuhannya maka baru daging mengalami penguatan (pembesaran) yang terutama menyebabkan bertambahnya kekuatan. Pertumbuhan badan yang berlebih-lebihan pada periode sebelumnya justru dapat melemahkan badan.

3. Keanekaragaman perubahan proporsi tubuh
Walaupun tampak adanya keteraturan dan sebelumnya dalam hal perubahan proporsi tubuh, ternyata perubahan itu sendiri memperlihatkan keanekaragaman.
Sewkatu masih anak-anak, bentuk tubuh mereka tidak terlalu kentara perbedaannya, namun pada akhir masa kanak-kanak, saat mulai memasuki tahap remaja, perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin jelas. Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk tubuh mesomorf (cenderung menjadi anak yang kekar, berat, dan segitiga), sedangkan anak perempuan kalau tidak endomorf (cenderung menjadi gemuk dan berat) akan memperlihatkan ciri ektomorf (cenderung kurus dan bertulang panjang).
Sekalipun demikian dalam kelompok anak laki-laki dan anak perempuan juga terdapat perbedaan, sehingga tidak dapat dikatakan harus selalu tepat sama. Pada kelompok anak laki-laki mungkin saja ada yang memperlihatkan bentuktubuh ektomorf atau endomorf dan sebaliknya pada anak perempuan ada yang tubuhnya berbentuk mesomorf.
Seperti yang dikemukakan terdahulu selama masa remaja ini seluruhtubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Hampir untuk semua bagian, ternyata perubahan mengikuti jadwal waktu yang dapat diperkirakan sebelumnya.
Jadi bila sistem endokrin berfungsi normal, maka akan memperlihatkan ukuran tubuh yang normal pula. Sebaliknya bila anak mengalami kekurangan hormon pertumbuhannya, maka akan menjadi kecil seperti orang kerdil, sedangkan yang kelebihan hormon pertumbuhan akan tumbuh menjadi terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.
Kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, antara lain adalah :
a. Pengaruh keluarga
Pengaruh faktor keluarga disini meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang daripada anak lainnya sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibu kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak tersebut. Pada setiap tahap usia, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada terhadap tinggi tubuh.

b. Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi. Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.

c. Gangguan emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan dikelenjar pituitry. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.

d. Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun anak perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.

e. Status sosial ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi.

f. Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.

g. Pengaruh bentuk tubuh
Bangun / bentuk tubuh, apakah mesamorf, ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya anak yang bangun tubuhnya mesomorf akan lebih besar daripada yang endomorf atau anak yang ektomorf, karena mereka memang lebih gemuk dan berat.
Perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh(badan menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimp pertama pada laki-laki), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.
Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang cepat, membuat remaja merasa tersisih dari teman-temannya. Demikianpula dalam menghadpai haid dan mimpi yang pertama, anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian tingkahlaku yang tidak ada dukungan dari orang tua.
Perubahan fisik hampir selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap. Keadaan ini seringkali menjadi sedikit parah karena sikaporang-orang yang berada di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik itu.
Dalam masa remaja perubahan yang terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu, masa ini seringkali dinamakan sebagai “masa negatif”. Pada saat irama pertumbuhan sudah sedikit lambat dan perubahan tubuhnya telah sempurna, maka akan terjdi keseimbangan kembali.
Meskipun pengaruh pubertas terhadap anak-anak berbeda-beda, cara mereka melampiaskan gangguan ketidakseimbangan tampaknya sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat terlihat adalah mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan pemikirannya ataupun perasaannya, ada kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman dan lebih senang menyendiri, menentang kewenangan(misalnya orang tua dan guru), sangat mendambakan kemandirian, dan sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas dirumah ataupun disekolah dan sangat tampak bahwa dirinya tidak bahagia.
Karena memang sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar pertumbuhan yang menyebabkanterjadinya perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisikseringkali merasa sangat tidak nyaman, misalnya ada keluhan, gelisah, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, saki kepala, sakit punggung, dan sebagainya yang umumnya mencerminkan adanya perasaan tidak nyaman karena tubuhnya sedang bertambah panjang. Gangguan ini lebih banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak laki-laki, bahkan beberapa anak laki-laki sama sekali tidak merasakan hal-hal yang idsebutkan diatas. Semua gangguan itu tampaknya tidak mendorong anak remaja berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat. Pada saat ini, tampaknya hanya sedikit remaja yang mengalami kurang darah, yang lebih menonjol memang kurangnya nafsu makan, tetapi in itidak mempengaruhi keadaan kimia darahnya. Bila sampai pada keadaan kekurangan darah maka anak akan mengalami gangguan karena adanya ketegangan emosional.
Anak-anak remaja ini nampaknya juga terlalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila mereka memperhatikan teman sebayanya, kemudian ternyata dirinya berbeda dari mereka maka akan segera muncul pikirannya tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan pertumbuhan sudah dapat menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Anak-anak yang tergolong cepat dan lebih awal tumbuh, sering merasa khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti tubuhnya akan terlalu tinggi, sedangkan anak yang tumbuh pendek sampai dewasa dan bahwa kehidupan kelaminnya tidak akan berkembang normal.
Bila mereka ketinggalan dari sebayanya dalam hal minat dan kegiatan lain, atau kurang berminat dalam kegiatan teman sebayanya, mereka lalu khawatir apakahmereka akan pernahmenjadi dewasa. Terlalu memperhatikan keadaan kehidupan kelaminnya, juga merupakan hal yang biasa terjadi dalam tahap ini. Pada saat seorang mencapai masa remaja, dalamp ikirannya telah terbentuk konsep tertentu mengenal wajar tidaknya kehidupan kelamin dalam penampilan seseorang. Konsep ini terbentuk melalui pengalaman si anak sehari-hari misalnya dari televisi, bioskop, buku ceritera, komik atau dari orang-orang di sekelilingnya yang dikagumi. Bila mereka berpendapat baha dirinya kurang memenuhi persyaratan, maka ia segera menentukan bahwa dirinya memang tidak wajar. Sayangnya konsep yang telah terbentuk ini sukar sekali dihilangkan bahkan mungkin dapat menetap seumur hidupnya.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku sosial, minat, dan kepribadian. Kalau sikap dan perilaku remaja kurang dapat diterima, yang sebenarnya merupakan salah satu ciri dan kehidupan remaja, dapat menghilang setelah tercapainya keseimbangan, maka keadaan ini tidak begitu parah. Akan tetapi, sejumlah studi telah menemukan bahwa ciri kepribadian dan sikap tertentu yang sudah terbentuk ini biasanya sulit dihilangkan, bahkan dalam beberapa kasus tampak semakin parah. Pengaruh ketidaknyamanan pada masa remaja yang paling menetap adalah dalam hal penyimpangan usia kematangan kelaminnya. Perkembangan kehidupan kelamin yang tidak wajar, akan menimbulkan pengaruh pada anak laki-laki dan juga pad aanak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi dimasa remaja bahkan dapat berlanjut lebih lama lagi. Bagi anak laki-laki yang mengalami perkembangan kelamin lebih awal, secara sosial elbih menguntungkan sedangkan bagi anak perempuan tidak demikian halnya. Tinggi, berat, dan kekuatan tubuh yang jauh melebihi teman sebayanya bagi anak laki-laki akan dapat meningkatkan citra dirinya di depan teman sebayanya dari kedua jenis kelamin. Sebaliknya bila kematangan kelamin ini terlalu cepat terjadi pada anak gadis, maka ia akan memperoleh sebutan yang tidak menyenangkan. Keadaan ini seringkali me imbulkan pengaruh buruk pada anak perempuan, baik di masa remaja maupun di kemudian hari. Anak perempuan yang termasuk lambat dalam kematangan kelaminnya, biasanya akan terlepas dari masalah seperti itu, tetapi sebaliknya bagi anak laki-laki yang lambat kematangan kelaminnya, ia akan kehilangan kesempatan untuk menaikkan citra dirinya, kuang dihargai dan seringkali diabaikan.
Remaja yang banyak perhatiannya terhadap kelompok, perilaku remaja ituakan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompoknya. Kelompok remaja dapat terbentuk didalam sekolah seperti pada kelompok olahraga, kelompok seni, kelompok belajar, dan semacamnya. Begitu pula kelompok remaja dapat terbentuk diluar sekolah,s eperti kelompok olahraga, kesenian, pramuka, dan sebagainya.
Jenis kegiatan kelompok seringkali ditentukan oleh kelompok itu sendiri, sehingga diamping banyak kegiatan yang bernilai positif juga terdapat kegiatan yang bernilai negatif. Kegiatan bernilai positif seperti olahraga, pramuka, dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, sedangkan yang bernilai negatif seperti ngebut, begadang dimalam hari, minum-minuman keras, dan semacamnya akan mengganggukesehatan dan keselamatan. Dengan demikian pengembangan program kelompok remaja ke arah kegiatan yang bernilai positif oleh para tokoh masyarakat dan sekolah, merupakan upaya untuk membantu para remaja dalam pertumbuhan fisik mereka.
Pengembangan kegiatan pramuka, penyelenggaraan senam kesegaran jasmani, dan pembiasaan hidup bersih perlu diprogram sebagai kegiatan ko kurikuler dan ekstra kurikuler disekolah menengah, perlu diselenggarakan secara baik. Pembentukan kelompok belajar atas bimbingan guru merupakan kegiatan yang dapat membentuk mereka untuk belajar teratur dan bertanggung jawab.

PERKEMBANGAN INTELEK, SOSIAL, DAN BAHASA



Setelah seleai mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat :
1. Memahami perkembangan intelek remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelek, serta usaha-usaha membantu pengembangannya dalam proses pembelajaran.
2. Memahami makna dan jenis-jenis bakat khusus, kaitan antara bakat dan prestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus, perbedana individu dalam bakat khusus serta upaya pengembangannya dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. Memahami makna dan karakteristik perkembangan sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, perbedaan individual dalam hubungan sosial serta upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
4. Memahami makna dan karakteristik perkembangan bahasa remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir, perbedaan individual dalam perkembangan bahasa serta upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.

A. Perkembangan Intelek
1. Pengertian intelek dan inteligensi
Menurut English dan English dalam bukunya : A Comprhensive Dictionary off Psychological and Psychanalitical Terms, istilah intelect berarti antara lain : (1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir, (2) suatu rumpuan nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami), (3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir, (bandingkan dengan intelligence, Intelligence = intelellet).
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, istilah intellect berarti :
1. Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan.
2. Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence.
3. Pikiran atau inteligensi.
Berdasarkan pengertian diatas, berikut ini diuraikan pengertian inteligensi, karena istilah intelek berkaitan dengan kemampuan berpikir atau inteligensi.
Istilah inteligensi telah banyak digunakan, terutama di dalam bidng psikologi dan pendidikan, namun secara defenitif istilah itu tidak mudah dirumuskan. Banyak rumusan tentang inteligensi, seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja (1991), ia mengajukan beberapa rumus inteligensi sebagai berikut :
1. Inteligensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
2. Inteligensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tingkah laku.
3. Inteligensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya pengertian dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
4. William Stera mengemukakan bahwa inteligensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
5. Binet berpendapat bahwa intelligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan yangdiwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam pembentukan kemampuan inteligensi.
Wechler (1958 merumuskan inteligensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”).
Rumusan-rumusan diatas mengungkapkan bahwa makna inteligensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan / atau bertindak. Berhubung dengan masalah kemampuan itu, para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur (tes inteligensi) untuk menyatakan tingkat kemampuan berpikir atau inteligensi seseorang. Salah satu tes inteligensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd Binet (1857-1911). Binet, seorang ahli ilmu jiwa (Psycholog) Perancis, merintis mengembangkan tes inteligensi yang agak umum. Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan sebutna “tes Binet Simon”. Hasil tes inteligensi dinyatakan dalam angka, yang menggambarkan perbandingan antara umur kemampuan mental atau kecerdasan (mental age disingkat MA) dan umur kalender (chronological age disingkat CA). pengukuran tingkat inteligensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh William Stern (1871-1938), seorang ahil ilmu jiwa berkebangsaan Jerman, dengan sebutan Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan. Rumus perhitungan yang diajukan adalah:
MA
IQ = ---------- x 100
CA
Apabila tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat menjawab dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannay (MA) sama dengan umur kalendre (CA), maka nilai IQ yang didapat anak itu sama dengan 100. Nilai ini menggambarkan kemampuan seorang anak yang normal. Anak yang berumur, misalnya 6 tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak umur S tahun, akan didapati nilai IQ dibawah 100 dan ia dinyatakan sebagai anak berkemampuan dibawah normal, sebaliknya bagi anak umur S tahun tetapi telah dapat menjawab dengan benar tes yang diperuntukkan bagi anak umur 6 tahun, maka nilai IQ anak itu diatas 100, dan ia dikatakan sebagai anak yang cerdas.
Pada usai remaja IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar dan semacamnya) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya). Dengan cara itu didapatkan nilai IQ orang yang bersangkutan. Untuk anak-anak cara menghitung IQ adalah dengan menyeluruh anak untuk melakukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nam ahari atau bulan, membuka pintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain). Jumlah pekerjaan yang biasa dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan suatu daftar untuk mengetahui umur mental (MA) anak. Makin banyak yang bisa dijawab atau dikerjakan anak dengan betul, makin tinggi usia mentalnya. Dengan menggunakan rumus diatas, maka dapat diketemukan nilai IQ anak.

2. Hubungan antara intelek dan tingkah laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang kepada kejadian dan peristiwa yang tidak konkret seperti misalnya pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan dan corak tingkah lakunya sekarang dan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya.
Mereka dapat memikirkan perihal diri sendiri. Pemikiran ituterwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik diri. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain,b ahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi yang akan datang nyata dalampikirannya, perihal keadaan diri yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk kelak dikemudian hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadpa situasi danorangtua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang idikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi / ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi menimbulkan mempermasalahakan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuana bstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikirannya.
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitiberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkint idak berhasil menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaiandiri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Egosentrisime inilah yang menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remajah adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mencekam dirinya, karena disangkanya orang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan “seperti” selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang kaku.
Egosentrisme dapat menimbulkan reaksi lain, dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri sendiri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkandiri dalam aktivitas yang acapkali kurang dipersiapkan dan justru berbahaya. Misalnya seorang anak yang menghajar pencopet di tempat yang ramai, tanpa memperhitungkan resiko yang mungkin berupa perlawanan oleh pencopet tersebut.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhirnya remaja pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.

3. Karakteristik perkembangan intelek remaja
Inteligensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudahterlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya 3-4 tahun pertama melanjutkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yangdisebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin’ disamping hal yang nyata (real) (Gleitman, 1986 : 475-476). Pada usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan hiptetik. Berpikir operasional formal setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu :


1. Sifat deduktif hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif disamping deduktif, oleh sebab itu sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif-induktif-hipotesis. Atas dasar analisis yang ia lakukan, ia dapat membuat suatu strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak selalu mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proposisi-proposisi, kemudian mencari hubungan antara proposisi yang berbeda-beda tadi. Berhubungan dengan itu maka berpikir operasional juga disebut proporsional.

2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan tertentu. Suatu kombinasi ciaran ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak diminta untuk mencari kombinasi ini.
Anak yang berpikir operasional formal lebih dahulu secaar teoritik membuat matriksnya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara empirit. Bila ia mencapai penyelesaian yang betul, maka ia juga akan segera dapat mereproduksinya.
Jadi dengan berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel-variabel tergantung yang mungkin ada. Berpikir abstrak atau formal operation ini merupakan cara berpikir yang bertalian dengan hal-hal yang tidak dilihat dan kejadian-kejadian yang tidak langsung dihayati.
Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara hipotesis, deduktif yang sistematis, tidak selalu dicapai oleh semua remaja. Tercapai atau tidak tercapainya cara berpikir ini tergantung juga pada tingkat inteligensi dan kebudayaan sekitarnya. Seorang remaja yang dengan kemampuan inteligensi terletak dibawah normal atau nilai IQ kurang dari 90%, tidak akan mencapai taraf berpikir yang abstrak.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal, tetapi hidup dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, misalnya tidak adanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan, maka remaja itu sampai dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek
Sejauh manakah perkembangan inteligensi dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar, dan sejauh mana dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan? Bagaimanakah sifat inteligensi itu? Apakah inteligensi merupakan faktor bakat?
Pandangan pertama yang mengakui bahwa inteligensi itu adalah faktor bakat, dinamakan aliran Nativisme, sedangkan pandangan kedua yang menyatakan bahwa inteligensi itu dapat dipengaruhi oleh lingkungan dinamakana liran Empirisme.
Pandangan pertama yang mengakui bahwa inteligensi itu adalah faktor bakat, dinamakan aliran Nativisme, sedangkan pandangan kedua yang menyatakan bahwa inteligensi itu dapat dipengaruhi oleh lingkungan dinamakan aliran Empirisme.
Dalam hubungannya dengan perkembangan inteligensi / kemampuan berpikir remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah keliru jika IQ dianggap bisa ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Andi Mapiare (1982 : 80) hal-hal yng mempengaruhi perkembangan intelek itu antara lain :
1. Bertambahnya informal yang disimpan (dalam otak) seseorang hingga ia mampu berpikir reflektif.
2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional.
3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi diatas sesuaid engan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan inteligensi :
1. Fungsi inteligensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
2. Bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya struktur inteligensi baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.


Wechsler berpendapat bahwa inteligensi keseluruhan seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional.
Mengenai konstan tidaknya inteligensi dalam waktu akhir-akhri ini masih merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian yang bermacam-macam dapat dikemukakan bahwa inteligensi itu sama sekali tidak sekonstan yan diduga semula. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menurut McCall, dkk (1973) menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28 butir antara usia 5-17 tahun yang berarti kira-kira sama dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan. Selanjutnya diketemukan bahwa perubahan-perubahan intra individual dalam nilai IQ lebih merupakan hal yang umum (biasa) daripada perkecualian.

a. Peranan pengalaman dari sekolah terhadap inteligensi
Sejauh mana pengalaman sekolah meningkatkan inteligensi anak? Penelitian tentang pengaruh Taman Indria terhadap IQ telah dilaporkan oleh Wellman (1945) berdasarkan 50 kasus studi. Rata-rata tingkat IQ asal mereka adalah diatas 110. mereka yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau “gained” dalam rata-rata IQ-nya lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah. Perbedaan kemajuan nilai rata-rata IQ bagi mereka yang baru satu tahun saja belajar (bersekolah pada prasekolah) adalah sebesar 5,4 sakal IQ per seorang siswa. Angka ini jauh lebih tinggi daripada siswa-siswa yang tidak memasuki prasekolah ebelumnya, yaitu menunjukkan rata-rata hanya mengalami perubahan nilai IQ sebesar 0,5 skala IQ per seorang siswa. Perubahan ini akan menjadi lebih tinggi lagi bila mereka lebih lama bersekolah pada prasekolah. Siswa-siswa yang sleama dua atau tiga tahun belajar di prasekolah, menunjukkan kenaikan perkembangan inteligensinya masing-masing sebesar 10,5 skala IQ. Dengan demikian pengalaman yang diperoleh disekolah menyumbang secara positif terhadap peningkatan IQ anak.

b. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan inteligensi
Pengaruh belajar dalam arti lingkunganterhadap perkembangan inteligensi cukup besar seperti telah dibuktikan berbagai korelasi IQ yang juga menggambarkan bagaimana peranan belajar terhadap perkembangan inteligensi (Rochman Natawijaya dan M. Musa, 1992 : 45).
Tabel
Berbagai Korelasi Inteligensi (IQ)
Korelasi antar Jumlah Studi Korelasi rata-rata
Anak-anak yang berbeda diasuh terpisah 4 -0,01
Orang tua angkat dan anak angkat 3 +0,20
Anak-anak yang berbeda diasuh bersama 5 +0,24
Saudara sekandung diasuh terpisah 33 +0,47
Saudara sekandung diasuh bersama
36 +0,55
Anak kembar “twins” diasuh terpisah 14 +0,75
Anak kembar “twins” diasuh bersama 3 +0,87
Kakek / nenek dan cucu 13 +0,27
Orang tua dan anak kandung +0,50

Apabila anak kembar satu telur (twins) diasuh bersama dalam lingkungan yang sama, IQ mereka akan lebih mirip sama dibandingkan dengan apabila mereka diasuh terpisah oleh lingkungan yang berbeda. Demikian juga bila dijumlah anak yang berbeda dipelihara bersama dalam lingkungan yang sama, terdapat korelasi yang cukup bermakna (+ 0,24) antara IQ mereka. Kesimpulannya adalah, dalam kasus tidak terdapat hubungan genetik tetapi hasilnya menunjukkan bahwa kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar dari lingkungan yang sama.
Studi penting lainnya dilakukan oleh Garber dan Ware (1970) (Rochman Natawijaya and M. Musa, 1992 : 45( menghubungkana ntara “kualitas lingkungan rumah anak” dan perkembangan “inteligensi” anak. Hubungan keduanya ditemukan dalam bentuk korelasi sebesar + 0,43. dengan menggunakan instrumen Home Environment Review (HER) sebanyak 133 lingkungan rumah dikunjungi. Kesimpulannya adalahs emakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi juga IQ anak. Penelitian ini menemukan tiga unsur penting dalam keluarga yang amat berpengaruh, yaitu :
1. Jumlah buku, majalah dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan keluarga.
2. Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi akademiknya.
3. harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.
Disamping itu variasi dalam stimulus adalah bagian penting dari lingkungan dan belajar untuk perkembangan inteligensi anak. Bila pengalaman awal masa kanak-kanak banyak diisi dengan variasi dalam melihat, mendengar, dan meraba, maka perkembangan berikutnya akan ditunjang oleh kemauan yang selalu menginginkan variasi dalam melihat, mendengar dan meraba. Kapasitas ini menjadi kunci bagi perkembangankognitif anak. Pengalaman yang pada awal pertumbuhanm menurut Bloom, adalah kunci untuk mencapai perkembangan inteligensi. Pengalaman yang lampau terutama pengalaman dari rumah, merupakan unsur lingkungan yang amat menentukan bagi perkembanga intelektual. Karena itu nampaknya sangat tidak bijaksana bila orang bersikap determinstik terhadap keadaan inteligensi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tingkah laku orang, juga tingkah laku inteligensi tidak seluruhnya ditentukan. Ada kemungkinan-kemungkinan untuk dapat dipengaruhi.

5. Perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelek
Seperti diketahui bahwa manusia itu berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga tentang inteligensinya. Inteligensi itu sendiri oleh David Wechler (1958) didefenisikan sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
Nilai IQ yang dihasilkan dari pengukuran inteligensi pada anak umur tertentu akan menghasilkan sebaran nilai yang membentuk sebaran normal (normal distribution) dengan rata-rata 100 dan simpangan baku 15.
Sebaran nilai IQ tersebut menunjukkan adanya perbedaan individual tentang kemampuan berpikirnya, tiap-tiaporang tidak sama. Berdasarkan nilai IQ atau kecerdasannya manusia dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok, yaitu :
1. Dibawah 70 anak yang mengalami kelainan mental
2. 71-85 anak dibawah normal (bodoh)
3. 86-115 anak yang normal
4. 116-130 anak diatas normal (pandai)
5. 131-145 anak yang superior (cerdas)
6. 145 keatas anak genisu (istimewa)
Diantara berbagai skala IQ yang diajukan oleh berbagai ahli, yang paling banyak digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Wechler dan Bellevue (Sarlito, 1991 : 78). Mereka menyatakan bahwa kalau semua orang didunia diukur inteligensinya maka akan terdapat orang-orang yang sangat cerdas yang sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat rendah tingkat berpikirnya (terbelakang). Orang-orang yang superior sama banyaknya dengan orang-orang yang tergolong perbatasan (border-line).s edangkan yang terbanyak adalah orang-orang yang tergolong berintelegensi rata-rata atau normal.
Pengukuran IQ seperti yang dilakukanoleh Wechler dan Belleveu tersebut diatas diarahkan pada satu teori bahwa ada yang dinamakan faktor umum (General Factor) pda inteligensi itu. General Factor inilah yang dikur dengan IQ tersebut. Dengan demikian orang yang ber-IQ 120, misalnya akan berpenampilan sama dengan orang-orang lain yang ber-IQ 120 juga. Kalau ada perbedaan maka hal itu disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar inteligensi, seperti : minat, pengalaman, sikap, dan sebagainya.
Spearman menyatakan bahwa disamping faktor umum (General Factor & G-Factor) ada juga faktor khusus (Special Factor & S-Factor) didalam inteligensi itu sendiri. Faktor khusus inilah yang menyebabkan orang-orang yang ber-IQ sama, yang seorang lebih terampil dalam bidang angka-angka sehingga ia menjadi ahli matematika, sedangkan seorang yang lain lebih fasihdalam kemampuanlisan sehingga ia menjadi ahli bahasa (Sarlito, 1991 : 79).
Sarjana lain, seperti Thurstone, mengatakan bahwa faktor umum itu tidak ada, yang ada hanya sekelompok faktor khusus yang diberi nama Kemampuan Mental Primer yang terdiri dari 7 faktor yaitu : (1) kemampuan verbal (verbal comprhention), (2) kemampuan angka-angka (numerical ability), (3) tilikan keruangan, (4) kemampuan penginderaan, (5) ingatan, (6) penalaran dan (7) kelancaran berbahasa.
Thomson tidak setuju dengan faktor-faktor yang disebutkan Thustone. Ia berpendapat bahwa faktor umum dalam inteligensi tidak ada, tetapi yang ada hanyalah sejumlah faktor khusus yang berbeda-beda dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Faktor-faktor itu sedemikian banyaknya, tetapi yang berfungsi pada saat-saat tertentu hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan faktor yang ada.


Menurut Piaget, inteligensi mempunyai beberapa sifat :
1. Inteligensi adalah interaksi aktif dengan lingkungan
2. Inteligensi meliputi struktur organisasi perbuatan dan pikiran dan interaksi yang bersangkutan antara individu dan lingkungannya
3. Struktur tersebut dalam perkembangannya mengalami perubahan kualitatif
4. Dengan bertambahnya usia, penyesuaian diri lebih mudah karena proses perkembangan yang bertambah luas
5. Perubahan kualitatif pada inteligensi timbul pada masayang mengikuti suatu rangkaian tertentu
Sebagai kesimpulan dari berbagai pendekatan / teori psikologi yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa inteligensi itu bersifat individual, artinya antara anak satu dan lainnya tidak sama persisi kualitas IQ-nya.

6. Usaha-usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja dalam proses pembelajaran
Menurut Piaget sebagian besar anak usia remaja ini mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa pada usia ini belajar menggunakanb entuk-bentuk simbol dengan cara yang makin canggih. Guru dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan pendekatan keterampilan proses (descovery approach) dan dengan memberi penekanan pada penguaaan konsep-konsep dan abstraksi-abstraksi.
Karena siswa usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, kita hendaknya tidak mempunyai anggapan bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan kita. Kita hendaknya tetap waspada terhadap bagaimana para siswa menginterprestasi ide-ide mereka dalam kelas, dengan memberikan kesempatan untuk mengadukan diskusi secara baik dan dengan memberikan tugas-tugas penulisan makalah.
Juga kita hendaknya mengamati kecenderungan-kecenderungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak terkendali. Agaknya cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tetapi bila permasalahan-permasalahan tersebut merupakan masalah yang kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, memang bukan merupakan tugas yang mudah.
Pada usia ini para remaja mendekati efisiensi intelektual yang maksimal, tetapi kurangnya pengalaman membatasi pengetahuan mereka dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Karena banyak hal yang dapat dipelajari hanya melalui pengalaman, para siswa mungkin mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep yang abstrak dan mungkin tidak mampu memahami sepenuhnya emosi-emosi yang dilukiskan dalam novel-novel, drama-drama dan puisi-puisi. Karena itu pada tingkatan ini diperlukan metode diskusi dan informasi untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila gurudihadpakan terhadap perbedaan-perbedaan interprestasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru hendaknya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan sabar, simpatik dan dengan hati terbuka, bukan dengan jalan marah-marah atau tidak bisa menerima kesalahan-kesalahan siswa.
Meskipun rentangan perhatian para siswa dapat sangat lama, masih ada kecenderungan untuk melamun. Kecenderungan berfantasi dan memimpikan hal-hal yang agung / serba bagus dapat saja terjadi karena siswa kurang mempunyai pengalaman dalam hal-hal yang nyata / kenyataan hidup juga karena kesempatan untuk mengadakan penjelajahan dalam fantasi terbatas. Guru hendaknya memberikan tugas-tugas yang menantang imajinasi dengan bermacam-macam cara. Guru dapat menyajikan teka-teki yang menarik yang menantang rasa ingin tahu problema-problema daripada diri / latihan-latihan yang membosankan. Misalnya guru dapat memberi tugas menulis dengan topik, macam binatang yang saya inginkan jika ada reikarnasi, dari pada judul “Binatang kesenangan saya, atau judul jenis-jenis pekerjaan yang diinginkan serta faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, dan sebagainya.
Kebudayaan remaja atau “teen-age culture” perlu diperhatikan. Popularitas sosial mendapat penghargaan yang lebih tinggi daripada studi akademis. Kalau begitu bagaimanakah cara membangkitkan minat remaja terhadap pendidikan intelektual?
Motivasi untuk belajar sering diusahakan melalui angka-angka, kenaikan kelas, ujian-ujian. Hingga dimanakah cara-cara seperti itu mampu memupuk minat yang berkepanjangan terhadap pelajaran? Untuk jangka pendek mudah dibangingkan minat dengan berbagai alat audio visual pada siswa yang sudah biasa menonton saja secara pasif. Yang perlu diusahakan adalah timbulnya minat jangka panjang yang bersifat intrinsik. Menimbulkan minat serupa itu ditengah-tengah masyarakat yang mebyajikan rangsangan yang lebih menarik bagi siswa seperti tontonan, permainan, dan bentuk rekreasi lain, sungguh-sungguh merupakan suatu tantangan. Untuk itu kita usahakan agar bahan pelajaran itu sendiri mempunyai nilai instrinsik, yang mengandung nilai / makna bagi remaja. Kita berusaha agar dalam proses belajar mengajar para siswa turut terlibat secara aktif. Untuk itu dikembangkan atau digunakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk menentukan sendiri. Pendekatan semacam itu kita kenal sebagai pendekatan keterampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929