loading...

ANAK PRA-SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH3

December 03, 2013
loading...
Havighurst mencatat sejumlah besar tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja seperti yang dilihat pada hal. 21. tugas-tugas yang dikemukakan Havighurst adalah tugas-tugas bagi remaja Amerika. Dalam publikasinya yang kemudian Havighurst (1976) mengemukakan sejumlah tugas-tugas perkembangan, berasal dari data penelitian-penelitian lintas budaya.
Bagi usia 12-18 tahun tugas perkembangannya adalah,
- Perkembangan aspek-aspek biologis
- Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri
- Mendapatkan kebebasan emosional ciri orang tua dan,/atau orang dewasa yang lain
- Mendapatkan pandangan hidup sendiri
- Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendirl.
Batas antara masa remaja dan masa dewasa makin lama juga makin kabur. Pertama kali karena sebaglan para remaja yang tidak lagi melanjutkan sekolah akan bekerja dan dengan begitu memasuki dunia orang dewasa pada usia rernaja. Gadis-gadis yang kawin pada usia 18-19 tahun juga akan sudah memasuki dunia orang dewasa. Kalau dalam keadaan ini dapat dikatakan sebagai moso .remaja yang diperpenciek, maka keadaan yang sebqliknga dapat disebut sebagai masa remaja yang diperpanjong, yaitu bila'orang sesudah usla re maja masih hidup bersama orang tuan!'a, rnasih belum .mempunyai nafkah sendiri dan masih ada di bawah otoritas orang.tuanya. Hal semacam ini masih banyak terjadi di lndonesia. Misalnya mahasiswa usia 24 tahun yang rnasih dibiayai oieh orang tuanya, dengan begitu otorita masih ada pada orang tua. Secara ekonomis dan emosional masih ada ikatan dengan orang tua. Mahasisrva tersebut masih membiarkan dirinya dibimbing oleh orang iuanya, menerima petunjuk-petunjuk dari orang tua. Bila kebetulan ia hidup di kota lain masih juga ia merasa teritkat dengan orang tua. la rninia izin.orang tua untuk melakukan ini atau inelakukan itu yang sedikit penting. Sikap sema- dam ini dari pihak remaja atau "post-remaja" dipermuciah dengan adanya pandangan masyarakat yang menyeiujui sikapr anak yang masih taat pada crang tuanya itu, terutama bagi anak wanita. Apakah sikap semacam rtu ineninbulkan konflik dalana diri orang muda tadi akan dibicar:kan daiam tinjauan lebih lanjut nanti. Yang dapat dilihat dengan jelas di sini ialah bahwa keadaan semacam itu akan menimbulkan apa yang disebut masa remhja yang diperpanjang.
Masa remaja sering sering juga disebut (adolescere = adultus =jenjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa). Masa usie 2l--24 ::lun ser.arang sering juga disebut masa dewasa muda Meskipun antara ruasa kanak-kanak dan masa remaja tldak terdapat jelas, namun nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dari permulian masa remaja: yaitu gejala timbulnya seksualitas (genital), sehingga remaja ini atau setidak-tidaknya permulaan masa tersebu: juga disebut masa pubertas. Dalam perkembangan maka kejadian. Dalam seseorang ini begitu penting hingga perlu kiranya untuk meninjau hal itu secara khusus serta meninjaunya dalam hubungan dengan keseluruhan proses flsik dan fisiologis, maupun pengaruhnya terhadap perkembangan psiko-sosialnya. Berhubung dengan itu maka dalam bab ini, hal tersebut akan mendapat tinjauan yang khusus. Dalam bab yang berikutnya akan dibicarakan mengenai aspek keikutsertaan remaja dalam kejadian kuitural dan kemasvarakatan.

Fase-Fase Masa Remaja Pubertas Dan Adolesensi
Suatu analisis yang cermat mengenai sebuah aspek perkembangan dalam masa remaja, yang iecara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-75 tahun: masa remaja 5-14 tahun: masa remaja pertengahan, 18-.2 1 tahun: masa remaja akhir. akan mengemukakan banyak laktor yang masing-masih perubahan mendapat tinjauan tersendiri. Dalan buku-buku Angelsaksis (Hill/Monls 1977) maka istilah"perubahan" {youth) memperoleh arti yang baru yaitu suatu rnasa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Dalam buku-buku tersebut akan dijumpai pemisahan antara adolesensi (12:-18 tahun) dan masa pemuda (19-24 tahun). Dalam buku ini tidak dianut pembagian seperii itu.
Remaja usia 13 tahun menunjukkan perbedaan antara remaja dengan remaia lainnya daripada perbedaan sosial-kultural dan seksual di antara diri sendiri'.Dalam buku-buku Jerman dan Belanda dapa dibedakan antara pubertas dan toleransi. Arti istiilh sudah diterangkan di muka''sedangkan istilah pubertas lutung dari kata puber (yaitu pubescent)' Kata lain pubescere adalah pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila yang dimaksudkan adalah rernaja sekitar seksual Pada umumnya masa pubertas terjadi pada pada anak laki-laki dari 11-15 tahun seakan seksual mudah terjadi sebelum masa remaja dan manifestasi daripada aspek-aspek yang lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 tahun Berhubung dengan seksual hanya merupakan satu aspek saja dalam buku ini akan dipakai istilah remaja atau seluruh masa remaja sedangkan istirah pubertu, hubungan dengan perkembangan bioseksual. Dalam buku-buku Jerman masih ada pembagian-yang lain lagi yaitu pembagian pubertas dan adolesensi' Pra-pubertas adalah kurang lebih 2 tahun sebelum terjadi-nya pemasakan seksual yang sesungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangun dengan pemasakan beberapa kelenjar, endokrin adalah keienjar yang ber- muara langsung di daerah zat-zat yang dikeluarkan sebuah hormon' tadi memberikan stimulasi pada badan anak rupa, hingga anak merasakan rangsang-rangsang disebabkan suatu rasa tiduk teaong dalam diri anak suatu rasa yang belum pernah dialaminya tidak dimengertirrya dan yang langkah akhir tahun-tahun anak yang rnenyenangkan. Tahun, dan pada masa pubertas pada usia 12-15 tahun dengan anak wanita beberapa saat leblh dr.rlu mujainya daripada anak lakl-laki.
Di sini pubertas Juga dianggap sr-bagai masa pemasakan seksual. Pada usia 10 tahun meskipun belum nampak pelaksanaan seksual yang sesungguhnya, namun proses fisiologis dalam mempersiapkan manifestasi pemasakan seks yang sesungguhnya sudah ada seperti yang diuraikan di atas, Rempleln {1962)' masih nrenyisipkan apa yang disebutnya "Jugencrise" (krisls remala) di antara masa pubertas dan adolsensi. Dengan begitu maka usia antara 11 dan 21 tahun dibaginya menJadi: pra-pubertas 701/z--13 tahun (wanita), 12-14 tahun (laki-laki). pubertas 13-151/2 tahun (wanita), 14-16 tahun {lakt-laki), knsis renraja I5l i'2-\6r,/:z tahun (wanitai, 16-17 tahun 0akj-laki) dan adolesensi 16t72-20 tahun (wanlial,l7-2I tahun 0akilaki). Pecahan-pecahan tahun yarig dikemukakan Remplein di abs membe'ikan kesan keeksakan yang sukar dapat dibuktikan secara einpiris. Menu-rut Remplein krisis remaja adalah suatu masa dengan ge.lalajeJala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan dalam perkembangar, suatu kepekaan dan labllltas yang menlngkat. Krisis sekolah atau krlsls pekerJaan merupakan conroh-contoir yang baik- Usia yang dikemukakan oleh Rernplein tldak dapat dipastikan bagl-keadaan dl Indonesia, rieskipun arJanya suatu krisis di salah satu titik pada masa ren,aJa kemunghnannya ada. Hal ini sangat tergantung pada keadaan !ingkungan remaJa.
Masa pra-remaJa tldak akan banyak diblcarakan kecuall dapat dikemukakan bahwa geJalagejaia yang ada pada masa itu sudah menunjukkan ge.jala-gelala yang khas masa puber, meskipun manifes-:asi tanda-tanda seksuaritas berum ada funtuk mendaiami seranjutnya; 3ergius, 1959 dan M6nks,/F{eymans, 197g). Dalam bab yang beriku[^rya maka masa yang kedua yaitu masa atiolesensi akan ganti dibicarakan. pembagian ini memang me.upakun .:embagian yang buatan saJa. Batasan yang jelas antara fase yang.,ru dengan fase yang lain memang tida[ ada. pe-uutur"n',i,"nunu. nenunjukkan titik berat yang akan diberikan saja, ,i.utnyu'autu,n :a g ian pertama akan di titi kberatkan men genai perkem bangrn t,r,r.-a]n-seksualnya serta akibatnya terhada p seJalasejala psikososial. Dalam :agian yang kedua lebiir dibicarakan rnengenai aspek-aspek morar, randangan hidup dan hubungan kemasyarakatan.

Perkembangan Fisik Dan Seksual Dalam Masa Puber
Bahwa perkembangan fisik dan seksuar di sini dibicarakan ber- sama-sama menunjukkan bahwa pemasakan sekuaiitas genitar harus dipandang dalam hubungan dengan pertumbuhan fisik seluruhnya. Pertumbuhan fisik ini.berhLrbungun J*gun aspek-aspek anatomis rnaupun aspek-aspek fisiorogis. Daram bagian ini akan cribica.rakan fenornena^fenomena pokoklrp"rii f.,.rputun pertumbuhan serta pemasakan seksual.
Bila ditinjau hubungan anrara perkembangan psikososial dan perkembangan fisik, dapat narnputi -Oui,*, per.kembangan fisik memberikan impurs-impurs baru miu *rr..rbangan psikososiar. Jadi hubungan "kausaritas" ini ber;aran a.r''.iprr fisik ke aspek psiko- sosial (HilllMdnks, I977). b"Uufiknyu reaksi indivtdu terhadap perkembangan flsrk tergantung laEi daripen;;; il;;;#;J *,, darl sifat pribadinya sendiri, vri* in,nrprJii.i yung diberikan terhadap linqkui'gan itu. Tetapi titik muia puu".iu, tcrrctak pada feno'ena pertumbuhan dan pemasakan risin retafr bagaimana pertumbuhan fisik tadi dapat terraksana, har ,"rr.irt'..sih merupakan rahasia yang berurn dapat te;'ungkapkan. Kita hanya dapat menentukan bahwa ada suatu keajegan daiam pertumbuhan tersebut. Tetapi mengapa justru pa:a masa pra-remaja (pra-pubertas) kelenjar hypofisa menjadl masak ::n mempengaruhi pemasakan kelenjar-kelenjar :keiamin (gonade:.'. !.'ang irernudian mengeluarkan hormon gona- dotrop atau horn::;r kelamin dan membuat terjadinya perkembangan seksuairtas serta ::icepatari pertumbuhan, masih belum dapat dite- rangkan. ivlengena: percepaian perturnbuhan tersebut akan diterang- kan daiarn pasal '.':ng beriku:nya.

5.3.1 Percepatan Perkembangan Dan Implikasi Pada Psikososial
Dalam ma-- remaja maka fisik anak tumbuh menjadi der,vasa.Secara skematis ;€:lurnbuha;r tadi dilukjskan sebagai beriktrt. Hipofisa yang r:"enjadi ma-k mengeiuarkan beberap: hormon, yang penting di antaranya adaiah hormo;r tumbuh yang dikeluarkan oleh lobus frontali:, hormon gonadotr,op dan hormon kortikotrop. Hormcn tumbuh sebetulng'a sudah nrempengar-uhi pertumbuhan seseorang sejak ia dilanirka;. Fada nr:isa ini timbui F.,ercepaten pertumbuhan karena adan;,a koordinasi yang baik di antara kerja kelenjar-kelenjar. l{ormon gonadc::cp nrem:)ercepat pemasakan sel telur dan sel sperma. ;uga me::pengaruhi produksi hormon kelenjar kelamin dan melalui horrr,on kcr-tikotrop juga mempengaruhi kelenjar suprarenalis. Flormon-horrnon ielamin ;'aitu testoteron pada anak lakilaki cjan oestrcgen pada a-:,ak waniia bersarna-sama dengan hormon tumbuh dan honnon supra:enalis mentpengaruhi pertumbuhan anak sedemiki- an rupa, sehingga teriadi percepatan pertumbuhon. Di sini perlu diperhatikan akan apa yang disebut perpindahan perturnbuhon sir- kuier, -"-aitu berta=rbahnya pzrtumbuhan rata-rata serta percepatan timbulngra tanda-ta'rda kelamin pada suatu periode tertentu bersamaan dengan meninglcnva kesejanteraan hidup. Hal ini nampak pada geja- la lebih besamya ;isik nraupun lebih cepatnya menjadi seksual masak generasi muda da.-ipadil misalnya orarlg tua mereka lVan Wieringen, I972). Karena aianya kerjasama aniara hormon-hormon keienjar kelamin dan keianjar suprerenalis terjadi!ah perubahan-perubahan ftsiologis misalnya perubahan dalam pem'a{asan yaitu dalam frekuensi ;;;,;"*t"va terutama pada anak laki-laki'
Hubungan un'u" o"i".no"ntn fisik' pengaruh hormon dan -e rcepa tan pn"utu'ilj" to"tot i' oiuJn'*uran sebagai berikut' Kece- latan Pertumbuhan dl antaia organ-organ tidaklah sama' $usunan .,.araf tumbuh selama empat tahun p"'l?*u tetapi hampir tidak ber- ,uruun lagi sesudah t;il tntuiui-l Kerangka dan susurran trrat iaging menuniukka" *n"tb'nun yung-letih teratur dengan petce' ratan Fada permulaan pubertas karzna penqan'rh faktor-faktor terse- iut di muka. p"*-uJnuo;:;;";;;;n l"tu'i'n pacla perioce itu tidak ranyak dan berjalan paralel dengan percepatan pertumbuharr kerang- xa dan susunan u.u, juninn. percepatan pertumbuhan badan ini yanQ rerutama nampak'nilg'i-pnttumbunal panjang badan berlangsung terutarna dalam perio;;;"';t dua tahun' Periode ini berlangsung antara us:a 11 aun ii"tun"u']-'' **r anak wanita dengan pennulaan- nya selama kira_kira ;;;;; dan puncaknya paaa usia 14 tahun' Di samping perbedaan-pe'UnOuun kecil' perlambahan panjang badan ber- ialan sarna pada lakiiaki"iun pn'tu*baha1 panjang badan paCa anak ,vanita sampai r.irr-r.iiu uirur'g or,un berlaian sama. Segera sesudah itu mr-rlailah pn*'tuui in"nputun.pertumbuhan pada anak wanita' sedangkan puau unur*"iuiltnitt-t"n"ai sedikit p€nurunan pertumbuhan sampai pada permulaan percepatan pertumbuhan sekitar usia 12 tahun. Bila percepata;;'iu;l;"" pada anak wanita berhenti''maka pada anak laki-laki hai-iiu Uu" dimLrlai dengan sungguh-sungguh' Percepatan pn''t"nU'n-un"sete'ai paCa usia 131ahun (wanita) dan 15 tahun (laki-lufO' pu'tu*Uuiun:puntung badan pada kedua jenis seks masih berjalun ,u-r'"r"i;Jr;"; tetih tiqa iahun sampai kira-kira "ti" lO dan 18 tahun' u^r-n *ariari nprtrm Di samping fenumbuhan panjang badan terjadi pertumbuhan berat badan ot"n i"*-o-[uin Ler;aian paralel dengan tambahnya panjang badan, rt"'"""'p"n"'*Utnun berai badan yang terbanyak ada pada pertumU'n"n-lugiun kerangka yang relatif merupakan bagian badan yang terberar."oi^rinr'Ju n"n*"i^,,un yang ielas di antara kedua jenis sekse' ptO" ""If- itft-l"ftt pertambahan berat badan terutama disebabkan ofun rnufin UnrtamUah kuab-rya susunan urat daging' Pada anik wanita lebih disebabkrn oleh bertambahnya janngan perrgiitai di b4wah kulit {iemak) terutama pada paha. pantat, lengan atas dan daJa.. Pertambahan jaringan lemak pada bagian-bagian tersebut mem- buat bentuk badan anak wdnita mendapatkan bentuk yang khas wa- nita. Anak lakj-iaki meperoleh bentuk badan khas laki-laki terutama karena bertambah lebarnya bagian bahu. Karena percepatan pertum- buhan :pada anak r,,,anita muiai lebih danulu maka anak wanita pada usia 12 dan 13 tahun menjadilebih besar daripada anak laki-iaki, tetapi selanjutnya anak iaki-laki segen menyusul dan melebihi besar badan anak rvanita.
Perlumbuhan badan arrak meitjelaig dan selama masa remaja i:.: menyebabkan tanggapan tnasyarakat '.'ang berbeda pula' Mereka diharapkatr dapat memenuiri tanggung jawab orang dew'asa, tetapi bernubung antara perturnbuhan fisik dan pematangan psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar, maka kegagalan yang sering dialami renra- ja dalam memenuhi tuntutan sosial lni menyebabkan frustrasi dan konfllk-konflik batin pada rrumaja terutama bila tidak ada pengeri:an pada pihak orang dewasa. Ftal ini merupakan salah satu sebab menga' pa para remaja lebih dekat dengan teman-temannya sebaya daripaca dengan orang dewasa. Pertumbuhan anggotaranggota badan lebih cepat daripada ba- dannya; hal ini membrlai remaja untuk sementara waktu mempunyai proporsi tubuh i.rang tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih pan- jang dalam perbandingan dengan hadannya. seringkali penyimpangan clari bentuk badan khas rvanita atau rxl,is laki,laki menirnbulkan keEusaran batrn yang culiuo mendalam karena pada masa ini perhatian rc:maja sangat besar terhadap penampilan di:iny3. Menyrut Hill Can Nlonks 0.977. h. 37) maka remaja senLiri merupakan silan satu peniltri yang penting terhadap badannya ssrt6il-I se'cagai rangsang sosial. Bila ia mengerti bahwa badannya ladi memenuhi persyaratan, nraka hal ini berakibat positif terhadap pernilaian dirinya. Bila ada penyimpangan-penyimpangan timbu;rah masalah-masalah yang berirubungan dengan pemilaian diri dan si'*ap sosialnya. Misalnya anak lvanita ;'ang tumbuh ierlalu tinggi, anak laki-laki yang bahunya t'zrlalu sempit atau anak rvanita ianbentuk badannya terlalu keiaki-lakian sangat mengganggu batin remala.
Cacat-cacat badan sangat merisaukan ierutama pada masa remaja.justru karena penampiLn fisik pada masa ini sangat dianggap ,il;'cacat-cacat badan yang berai menp€ngaruhi pemilaian diri remajasebegitur.upu, n'nggu mJn3harnbat perkenbangan kepribadian !'ang sehat.

5.3.2 Perkembangan seksualitas
Pada pa:al yang sebelum;r-l'a telah dikeinukakan mengenai hubu.gan antara perce-patan perkembangan fisiil dengan pemasakan seksual genital. Pertumbuhan organ{rgan geniul yang aca baik dl dalam rnau- pun ,.ii luar badan tJ;tt -"iunnftuun Qagt perkembangan iingkah laku seksual selanjutnYa' Tetapi ai ornplng tanda-tanda kelamin ;'ang primer ini maka juga tanda-tanda t'etamli Vu"g sekunC.er' dipancang dari :;udut psikc' sosial, rnemegang p"'un"n pJnting sebagai tanca-tanda pe'kembang- an seksual, baik bagi ,n*uju sendiri maupun bagi orang-orang lain Misalnya perubahan 'uu'u podu anak laki-laki r:'erupakan tanda yang ielas bagi perkemban'frr-ulut tui.utuki ke arah keadaan dewasa. Se- perti halnya reaksi rnasyarakat atau orang-or:ng keliling terhadap l"rtr*Uutiun badan anak' begitu pula pemasal:a seksualitas mempe- In"*itt tingkah laku remala dan tingkah.laku keliling terhadapnya iZiupi teUih baiX kiranya ur'tuk r:'embicarakan c'ilu secara khubus apa vungtOirnbut pemasakan seksual dan apa yang dimak'sudkan dengan tanda-tanda kelamin primer dan tancia-tanda keiamin sekunder' '"';" ffi; rondo_tondo kelomin prlmer nrenuniuk pada organ bacian ;'ang langsung berhubur:gan Ce.ngan persetubuhan dan proses ,.p-a*tt. Jadi paal anak wan'la hal tadi ad:lah rahim dan saluran ,"fur, Lg'"., bibli kemaluan, Can klitoris: pada anak lakilaki penis' tes- tes dan skrotum. Tonda-tonda kelamin sekunder adalah tanda-tan- da jasmaniah yang tiautt tung"-tng berhubungan Cengan persetubuhan dan proses reproduksi. namu:'i merupai 2. Mengena i permulaan pemasakon seksuol ternyata bahwa pada anakwanitakira-kira2tahunlebihdulumulainyadar.ipadapada anak laki-laki, seperti halnya juga pada percepatan perturnbuhan' Menarche *"'uptkun tanda permulaan pemasakan seksual dan terjadi sekitar utiu f g tahun' Pada tahun 1956: 13 tahun 7 bulan; pada tahun 1966: l'3 tahun 4 bulan (perpindahan pertumbuh- an siJulnr; Van Wieringen, 1968) dengan penyebaran norrnal antara 10 sampai 1617ftafrun, jadi kip-kira satu tahun sesudan dilaluinya puncak percepatan pertumbuhan' Juga pada anak laki-lak! baru teriaii produksi sperrnatozoa hidup selama kira-kira satu tahun *ruaun puncak percepatan perkembangan (t 14 tahun)' Namun ejakulasi pertama rnendahului puncak percepatan perkembangan' tetapi dalam air mani baru terdapat sedikii sperma' Tetaqj bila nanti. pada anak laki-laki maupun anak wanita' terjadi kemunduran dalam percepatan pertumbuhan, terdapatlah produksi yang lebih be-sar OuripuOu sci-sel telur (ovum) dan sel-sel bibit (spermatozoa)' Hal ini menimbulkan dugaan akan adanya hubungan antara dua keadaan tersebut di atas. l-lormon-hcrrmcn sel ovum dan sel sferma' seperti yang sudah dikemukakan sebelu;nnya nampaknya memDercepat pertumbuhan, tetapi sebaliknya juga menghambatnya' Meskipun begitu ,uur, prorns yang betul-betul antagonistik sesungguhn-"*a tidakada.Kemungkinanproduksihormonsel-selovumdansel.sei s,**lo.aa mulJnira ikut nrenpercepat pertumbuhan kerangka' -"-aitu pembagian sel pada pita epiiise (pita hrlang rawan) pada ujung- ujung tulang yang mengakibatkan pengerasan bagian-bagian yang pufing ujung' Dengan maningkatnya produksr hormon sel-sel o'"um dan sel-sel sperma kemungkinan proses pengerasan tadi berjaian lebih cepat daripada oroses pembagiannya, nlngga peiii;mbuhan lama-!ama berhenti. Bagaimana hipoietisnya keterangan tersa-nut di atas. Yang dapat dipastikan ialah adanya hubungan anlara :€rcepatan pertum- ' buhan dan mulainya pemasakan seksual {pube;tas) yang dimulai lebih kerrudian pada anak lakilaki daripada pada arak rlaniia.
- 3. Perbedaan yang ketig,a antara anak lakilakl dan anak wanita dalam' 'hal pernasakan seksual adalah pada urut-uruton iimbuinya berbagai gejala. Ada sementara pendapat yang mengatakan bahn'a pema- ' sakan seksual pada arrak r.vanita dimulai dengar tanda-tanda kela- min primer.
Pernyataan tersebut mungkin masih ter;alu gegabah; yang jelas yaitu bahwa pada anak wanita pemasairan dinulai dengan suatu tanda seliunder, tumbuhnya payudara !.'ang nampak dengan seCikit mencuatnya bagian puntirrg susu. fJal ::ii ie:'jadi pada usia antara sekitar 8 dan l3 tahun. Baru pada staciuin yang kemudian, sebeniar menjelang nrenarche maka jaringan pengikat di sekiramya i mLrlai tumbuh hingqa payudara mulai nemp"aroleh bentuk yanq dewasa. Kelenjar payudara sendiri baru menEadakan reaksi pada masa keharnilan dengan suatu pembengkakan sedangkan produksi . air sustr terjadi pada akhir kehamilan. Hal iii merupakan akibar reaksi fisiologis yang menyebabkan perubaha;i pada organ-organ kelamin intemal dalan:r hipiisa lobus frontalis. Pada anak laki-laki maka pemasakan se.isual dengan p€num- luhan testes yang dimulai antara 9l/z dan 131/z tahun berakhir antara 73r /z dan 17 rahun. Pada usia kurang lebih 15 16 tahun ana< iakilaki mengaiami suatu perubahan suar;1. Baik pada airak laki-lax; ..naupun pada anak wanita pangkai tenggrcrok mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi lebih panjang. Perubahan dalam pita suara tadl menyebabkan anak gadis mendapatkan suara '.:ang lebih penuh dan lebih hangat dibandirrg dengan a;rak-anak yang mempunyai suara yang lebih rnelengkiag. Suara anak laki-laki berubah menJadi agak berat. Karena pertumbrlhan anaromik yang cepat menciahului penyesuaian urat sltarafnya (ural-urar sya:afn;'a belum dapat “cocok”) maka timbullah keadaan yang khas pada anak laki-laki: terdengarlah suara yang tinggi di antara suara yang berat. Seperti halnya pertumbuhan anggota-anggota badan, maka keadaan tersebut hanya bersifat sementara namun dalam waktu itu cukup memberikan alasan untuk frustasi karena suara tidak mau menaati si pembicara (Ausubel, 1965).
Suatu gambaran mengenai permulaan dan penyebaran perkembangan biologis seksual pada anak wanita dan laki-laki terlihat pada table 7.
Table 7. Gambaran Mengenai Penyebaran Perkembangan Seksual Biologis.

Data ini belum diadakan pengujian di Indonesia
Dengan bertambahnya berat dan panjang badan , Nampak, baik pada anak wanita maupun pada anak laki-laki, kekuatan badan juga bertambah. Hal ini Nampak lebih jelas pada anak laki-laki daripada anak wanita berhubung pada anak wanita tambahnya berat badan sebagaian besar disebabkan oleh tumbuhnya lemak yang membuat bentuk badan khas wanita. Selanjutnya tambahnya berat badan pada wanita juga disebabkan oleh pertumbuhan kerangka (membesarnya pinggul) dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh pertumbuhan dan menjadi kuatnya urat-urat daging. Pada anak laki-laki maka di asamping pertambahan berat badan karena pertumbuhan kerangka maka pertumbuhan dan penguatan urat daging dan otot-otot juga merupakan penyebab yang penting.
Bersama-sama dengan percepatan pertumbuhan terjadilah pada anak laki-laki suatu percepatan pertumbuhan kekuatan yang mencapai puncaknya pada umur kira-kira 11/2 tahun sesudah tercapai puncak percepatan pertumbuhan tadi, urat-urat daging tumbuh bersama-sama dengan rangka tetapi bila kerangka mencapai puncak pertumbuhannya maka baru urat daging mengalami penguatan (pembesaran) yang terutama menyebabkan bertambahnya kekuatan. Pertumbuhan badan yang berlebihan pada periode sebelumnya justru dapat melemahkan badan.
Seperti yang sudah dikemukakan di muka maka hanya penyimpangan yang jelas dari batas-batas penyebaran menunjukkan hal-hal yang tidak normal dalam perkembangan. Penyimpangan juga dapat terjadi karena sebab-sebab lain. Misalnya pada anak-anak gadis yang badannya yang sangat kurus karena ketegangan-ketegangan psikis (“anorexia nervosa”) dan bila ini terjadi pada masa-masa pertumbuhan dapat menyebabkan suatu hambatan yang serius bahkan dapat menyebabkan suatu hambatan yang serius bahkan dapat menyebabkan berhentinya siklus menstruasi. Selanjutnya hal ini dapat memberikan ketegangan batin lagi dan akhirnya memberikan akibat yang serius (lihat Van de Loo, 1980).
Lebih penting daripada pemasakan bio-seksual adalah aspek psikososialnya daripada perkembangan seksual yaitu tingkah laku seksualnya. Pada umunya maka pemasakan fisik menimbulkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk melakukan hal itu. Ia belajar membaca dan menulis, bila susunan otot-otot dan otak sudah cukup berkembang dan bila dalam lingkungan sosialnya cukup merangsang yang sesuai (situasi sekolah). Dalam bidang seksual sebaliknya, tidak segera ada alas an untuk melakukan tingkah laku seksual, karena adanya norma-norma agama dan norma-norma social yang hanya memperbolehkan hubungan seksual dalam perkawinan. Hal ini menimbulkan ketegangan-ketegangan pada remaja. Makin maju masyarakatnya makin besar tuntunannya untuk dapat melakukan perkawinan. Usia perkawinan makin mundur.
Untuk menambah wawasan mengenai tingkah laku seksual anak-anak muda dibarat dapat diajurkan: laporan Kinsey mengenai prilaku seks di amerika, kemudian tulisan schofield mengenai perilaku seks anak-anak muda di inggris usia 15-19 tahun. Agnekt Margriet membicarakan perilaku seks di Nederland yang meneliti sampling dari populasi usia 21-65 tahun dan hanya melalui cara retrospeksi memperoleh data mengenai tingkah laku anak-anak muda.
5.4 Perkembangan Sosial Remaja
Percepatan perkembangan dalam masaremaja yang berhubungandengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan social remaja. Sebelum masa remaja sudah ada saling hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang sebaya. Sering juga timbul kelompok-kelompok anak, perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama, misalnya untuk kemah, atau saling tukar pengalaman, merencanakan aktivitas bersama misalnya aktivitas terhadap suatu kelompok lain. Aktivitas tersebut juga dapat bersifat agresif, kadang-kdang criminal seperti misalnya mencuri, penganiayaan dan lain-lain, dalam hal ini dapat dilakukan anak nakal.
Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada sekse yang sama. Persamaan sekse ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan itu ialah perasaan identifikasi yang menpersiapkan pembentukan pengalaman identitas. Pada usia 5 atau 6 tahun Nampak jelas adanya sifat-sifat jenis sekse atau tingkah laku yang khas bagi jenis seksenya. Sesudahnya itu anak sering mengidentifikasi dengan seksenya sendiri hingga antara usia 8/9-11 tahun anak sering menghindarkan diri dari hubungan dengan sekser yang berlawanan. Suatu sifat yang khas lagi dari kelompok anak pra-remaja atau pra-pubertas ini adalah bahwa mereka tidak menentang orang dewasa, melainkan justru menirukan mereka dalam olahraga, permainan dan kesibukan-kesibukan yang lain.
Dalam kedua hal tersebut di atas datngalah , sesudah mulainya masa remaja, suatu perubahan yang jelas yang memberikan sifat-sifat khusus bahkan suatu kebudayaan sendiri pada kelompok anak remaja (Keniston, 1960; Baacke, 1967). Hal ini memberikan masalah-masalahnya sendiri yang akan dikupas lebih lanjut.
5.4.1 Dorongan untuk dapat berdiri sendiri dan krisis origin nalitas
Dalam perkembangan social remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak: satu yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang lain adalah menuju kea rah teman-teman sebaya. Dua macam arah gerak ini tidak merupakan dua hal yang berturutan meskipun yang satu dapat terkait yang lain. Hal ini menyebabkan bahwa gerak yang pertama tanpa adanya gerak yang kedua dapat menyebabkan rasa kesepian. Hal ini kadang-kadang dijumpai dalam masa remaja; dalam keadaan yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan usaha-usaha untuk bunh diri (Ausubel, 1965). Juga kualitas hubungan dengan orang tua yang memegang peranan yang sangat penting (De Wuffel, 1986). Dalam hal ini sifat lekat anak terhadap orang tua banyak menentukan. Kelekatan yang tidak aman (insecure attachemnt) (Yzendroorn dkk., 1982) bila terjadi persamaan dengan kemandirian menimbulkan perhatian yang berlebihan pada kepentingan sendiri, sedangkan kelekatan yang tidak aman bersamaan dengan ketergantungan menimbulkan orientasi konformistis atau isolasi penuh kecemasan.
Dalam macam gerak ini yang memisahkan diri dari orang tua dan menuju kea rah teman-teman sebaya, merupakan suatu reaksi terhadap suatu interim anak muda. Sesudah mulainya pubertas, timbul suatu diskrepansi yang besar antara “kedewasaan” jasmaniah dengan ikatan social pada milieu orang tua.
Dalam keadaan sudah dewasa secara jasmaniah dan seksual, remaja masih terbatas dalam kemungkinan-kemungkinan perkembangannya, mereka masih tinggal bersama dengan orang tua mereka dan merupakan bagian dari keluarga. Mereka secara ekonomik masih tergantung pada orang tua, kadang-kadang sampai jangka waktu yang lama. Mereka belum bisa kawin,hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma-norma agama dan social, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman-teman lain jenis. Mereka biasanya masih duduk dalam bangku sekolah dan bila sudah bekerja belum mempunyai nafkah yang tetap (lihat pembicaraan yang sebelumnya). Dalam keadaan ini dapatlah dimengerti bahwa mereka saling mencari teman sebaya karena mengerti bahwa mereka ada dalam nasib yang sama. Seperti halnya sebelum timbulnya tingkah laku sesuai jenis, yaitu umur 5-6 tahun, timbullah lagi kelompok-kelompok campuran (anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki). Tetapi alas an pembentukan kelompok campuran tadi lain dengan waktu sebelumnya. Anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki betul-betul ada dalam situasi yang sama, dalam status interim yang sama. Mereka sama-sama berusaha untuk mencapai kebebasan, mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis seksenya. Untuk pertama kalinya mereka merasa satu dan mereka saling mengisi. Disamping itu untuk pertama kalinya mereka merasa secara jelas tertarik pada jenis sekse yang lain. Hal ini memberikan kepada mereka penghayatan yang belum pernah dikenalnya lebih dahulu dan yang mereka alami sekarang sebagai tanda-tanda status dewasa yang diinginkan. Untuk itu mereka korbankan sebagaian besar hubungan emosi mereka dengan orang tua dalam usaha untuk menjadi wakil kelompok teman sebaya mereka. Pada anak wanita hal ini terjadi lebih sukar daripada anak laki-laki.
Bahwa pelepasan emosi dengan orang tua pada anak wanita terjadi dengan agak sukar mungkin juga disebabkan oleh adanya interaksi antara sifat khas wanita dan nilai-nilai masyarakat sekelilingnya. Di sndonesia, paling tidak di jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orang tua dan keluarga dalam arti lebih mempunyai unsure-unsur merawat, memelihara, bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Hal ini tidak berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat, bahwa dia tidak dapat menduduki fungsi yang penting dalam masyarakat, hanyalah penilaian masyarakat akan positif terhadap wanita bila ia disamping kegiatannya dimasyarakat itu juga tidak melalaikan tugas-tugasnya di rumah. Terhadap anak laki-laki yang ceroboh, yang tidak rapih, orang-orang keliling masih dapat memaafkannya, terhadap anak wanita yang demikian akan dicerca dan dikatakan “tidak pantas”. Kata-kata “tidak pantas” masih banyak di lontarkan pada anak wanit, baik bagi tingkah laku social maupun kesusilaannya. Disamping emansipasi yang sudah dicapai wanita Indonesia, diskriminasi tersembunyi yaitu terutama berkenaan dengan tingkah laku kesusilaan, kepantasan masih saja ada.
Seorang istri di samping karier yang ia miliki masih saja bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Keadaan rumah dengan suami yang memasak, yang mengurus rumah tangga, memelihara anak, belum terlalu umum di Indonesia, meskipun pada dewasa ini sudah nampak gejala-gejala pengikutsertaan suami pada kerja rutin rumah tangga yang sampai sekarang masih dijabat khas oleh wanita
Keadaan diatas tadi dapat diduga menyebabkan pelepasan hubungan emosional dengan keluarga (orang tua) lebih sukar pada anak wanita yang sejak kecil telah dididik sesuai dengan peranan jenisnya.
Melepaskan hubungan dengan orang tua atau usaha untuk dapat berdiri sendiri ini, juga sudah dijumpai pada masa sebelum remaja, meskipun belum begitu tandas dan bahkan untuk sebagaian terjadi secara tidak sadar. Menurut Maccoby (1984) maka system hubungan orang tua anak dalam keluarga (Smits, 1985) berubah dari regulasi oleh orang tua yang terjadi antara usia 8 dan 12 tahun menjadi co-regulasi (menentukan bersama) dimana orang tua makin memberikan kebebasan menetukan sendiri pada anak dalam situasi regulasi diri (self-regulation). Hal ini tidak menghalangi adanya interaksi yang komperatif antara orang tua dan anak dalam masa remaja ini, meskipun hubungan antara ibu dan anak lebih dekat daripada antara ayah dan anak. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, komunikasi dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat nanti. Hal ini khususnya mengenai komunikasi dengan anak laki-laki, dan kurang dengan anak permpuan. Di samping itu ayah dan anak laki-laki mempunyai banyak perhatian yang sama. Ibu pada umumnya bersikap lebih menerima, lebih mengerti dan lebih komperatif terhadap anaknya remaja disbanding dengan ayah, meskipun ibu seperti juga ayah dapat menunjukkan otoritasnya bila persoalan mengenai hal-hal yang prinsip (Youniss & Smollar, 1985). Dalam hal ini mungkin sekolah mempunyai peranan yang penting (Van der Linden & Roeders, 1983). Remaja memperoleh banyak informasi dan nilai-nilai melalui sekolah sendiri, tetapi juga melalui kontak dengan teman-teman sebaya dari keluarga dan lingkungan yang berlainan. Remaja menemukan nilai-nilai yang menarik yang ingin dimilikinya. Untuk itu dalam hal-hal tertentu perlu ada jarak dengan milieu keluarga mereka sendiri.
Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menanamkan proses mencari identitas ego. Sudah barang tentu pembentukan identitas, yaitu perkembangan ke arah individualitas yang mantap, merupakan aspek yang penting dalam perkembangan berdiri sendiri. Bahwa kita tidak tenggelam dalam peran yang kita mainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, teman sejawat, pembimbing dan sebagainya tetapi dalam hal-hal tersebut tetap menhghayati sebagai pribadi dirinya sendiri, adalah suatu pengalaman yang sehat. Marcia (1980) berpendapat bahwa perkembangan identitas itu terjadi selain dari mencari secara aktif (eksplorasi) juga tergantung daripada adanya “commitments”. Dalam proses perkembangan identitas maka seseorang dapat berada dalam status yang berbeda-beda. Marcia membedakan antara: menemukan identitas sesudah mengadakan eksplorasi yang disebut “achievement”; kemudian satatus “moratorium” yang menggambarkan remaja masih sedang sibuk-sibuknya mencari identitas; status “foreciosure” yaitu menemukan identitas tanpa mengalami krisis atau eksplorasi lebih dahulu, dan keadaan tanpa bias menemukan identitas sesungguhnya (identity diffusion atau role-confusion) “Commitments” dapat lemah atau kuat dan dapat ditunjukkan pada berbagai hal. Bosma (1983) yang meneliti lebih kurang 300 anak muda usia 13-21 tahun menemukan adanya commitments dengan sekolah dan pekerjaan , bentuk-bentuk pengisian waktu luang, persahabatan, relasi dengan orang tua, problem politik dan social, hubungan yang intim, religi, self, bergaul dengan orang lain, penampilan, kebahagian dan kesehatan, kebebasan, uang. Terutama commitments dengan hal-hal yang ditulis miring tadi sangat popular diantara anak muda berkaitan dengan perkembangan menemukan dirinya sendiri. Dalam hal tersebut tadi Debesse (1936) mempunyai pendapat yang berbeda. Dia berpendapat bahwa remaja sebetulnya menonjolkan apa yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya dan bukan identitasnya. Istilah krisis organilitas mungkinlebih tepat daripada krisis identitas (Erikson, 1968). Juga bila remaja tidak dapat menemui dan bergaul dengan teman-teman sebaya dan hidup kesepian, ia akan tetap akan memanifestasi penampilan mudanya yang membedakan dirinya dari penampilan anak dan orang dewasa.
Usaha remaja untuk mencapai originalitas sekalihus menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman-temansebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua arah gerak yang disebutkan di muka saling bertemu dalam usaha originalitas ini hingga timbul suatu jarak antar generasi (generationgap) dan suatu kultur pemuda.
Jarak generasi yang dimaksudkan di sini tidak berarti bahwa tidak ada pengertian baik orang tua maupun anak. Memeng orang tua sering tidak mengerti mengapa anak mereka melakukan hal-hal tidak seperti yang mereka harapkan. Perselisihan faham memang ada tetapi adanya perselihihan faham belum menentukan adanya jarak antar generasi (Monks/Heusinkveld, 1973, h. 204). Juga Konopka (1976, h. 56) berpendapat bahwa jarak antara generasi adalah suatu mitos. Juga De Wit dan Van de Veer (1979)berpendapat bahwa hipotesis jarak generasi tadi belum dapat dibuktikan secara nyata. Dalam suatu interview yang diberikan pada 1000 orang remaja dan orang tuanya terbukti bahwa sebetulnya tidak ada konflik yang betul-betul serius. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaaan pendapat antara orang tua-anak berkisar pada antara lain penampilan, pemilihan teman, jampulang dirumah pada malam hari (Scheffer dkk., 1977 ; Monks dd., 1981; Fasich, 1984). Disamping itu remaja juga sering minta saran kepada orang tua mengenai penentuan masa depan, pekerjaan dan sebagainya (Youniss &Smollar, 1985).
Bahan pertentangan kebanyakan berkisar pada tindakan-tindakan konkrit: (ter)lambat pulang, kurang hormat terhadap atasan, sikap kurang sopan, bicara mengenai pendapat-pendapat dan bertingkah laku yang lebih bbebas dalam bidang seks, moral, Ke-Tuhanan. Tetapi bila pola pendapat tadi ditinjau secarakeseluruhan maka terdapatlah persesuaian yang lebih besar antara pendapat para remaja dan orang tua daripada pendapat para remaja dengan orang-orang lain.
Pada umumnya perbedaan pendapat mengenai politik, moral, dan pandangan hidup hanya sedikit, jarang ekstrim. Anak-anakm muda biasanya lebih progresif daripada orang tuanya, tetapi baik mengenai pendapat-pendapat maupun tindakan-tindakan mereka Nampak jelas tidak ada pertentangannya. Anak-anak muda menunjukkan originalitasnya bersama-sama dalam berpakaian, berdandan atau justru sama sekali tidak berdandan, gaya rambut, gaya tingkah laku, kesenangan music, tingkah laku konsumen, pertemuan-pertemuan dan pesta-pesta: untuk hal-hal ini semua memanifestasikan dirinya sebagai kelompok anak muda dengan gayanya sendiri.
Pengertian orginalitas di sini tidak boleh di artikan secara individual. Dalam pernyataan-pernyataan mereka, mereka tidak individualistic maupun tidak kreatif; origanilitas merupakan sifat khas pengelompokan anak-anakmuda (sebagai keseluruhan). Mereka menunjukkan kecendrungan untuk memberikan kesan lain daripada yang lain, untuk menciptakan suatu gaya sendiri, subkultur sendiri.sub-kultur ini kadang-kadang disebut kultur remaja yang dalam hal-hal tertentu dapat bersifat anti kultur. Tetapi yang terakhir ini kebanyakan merupakan sifat remaja dalam akhir masa tersebut. Permulaan masa remaja ditandai oleh kohesi kelompok yang dapat begitu kuatnya hingga tingkah laku remaja betul-betul ditentukan oleh norma kelompoknya.
5.4.2 Konformitas kelompok remaja
Meskipunusaha kea rah originalitas pada remaja tersebut pada satu pihak dapat dipandang sebagai suatu pernyataan emansipasi social, yaitu pada waktu remaja membentuk suatu kelompok dan melepaskan dirinya dari pengaruh orang dewasa, pada lain pihak hal ini membentuk kelompok.dalam tiap kelompok kecendrungankohes bertambah dengan bertambahnya frekuensi interaksi (Homanas, 1966).
Dalam kelompok kohesi yang kuat berkembanglah suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok tertentu. Ewert, (1983) menyebutkan sebagai pemberian normatingkah laku oleh pemimpin dalam kelompok itu. Juga meskipun norma-norma tersebut tidak merupakan norma-norma yang buruk, namunterdapat bahaya bagipembentukan identitas remaja. Dia akan lebih mementingkan perananya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pada norma diri sendiri. Moral kelompok tadi dapat berbeda sekali dengan moral yang dibawa remaja dari keluarga yang sudah sejak kecil diajarkan oleh orang tua . bila moral kelompok lebih baik daripada moral keluarga, maka hal ini akan tidak memberikan masalah apapun, asalkan remaja betul-betul menyakini moral kelompok yang dianutnya. Tetapi justru adanya paksaan dari norma kelompok tadi, menyukarkan, bahkan tidak memungkinkan, dicapai keyakinan diri ini. Sifat “kolektifnya” akan menguasai tingkah laku individu. Kecenderunagna yang bersifat anti-emansipasi, yaitu kecenderungan untuk membatasi rasionalitasdan berpikir rasional ini tidak mambantu perkembangan kepribadian yang senyatanya. Bila kelompok sudah menuntut hak untuk bertindak kolektif yang begitu membatasi kebebasan individu, maka hilanglah kesempatan untuk emansipasi. Sementara orang menilai komformisme kelompok ini positif sebagai bantuan menemukan identitas diri (Riesman, 1950;De Hass, 1978). Marilah kita kembali pada pengertian control internal dan kontol eksternal yang sudah dikemukakan sebelumnya.
Konformitas kelompok ada hubungannya dengan kontrol eksternal. Remaja yang kontrol eksternalnya lebih tinggi akan lebih peka terhadap pengaruh kelompok. Seperti yang disebutkan dimuka hal ini berhubungan dengan pola pendidikan. Lefcourt (1966) menemukan bahwa orang-orang dari kelas sosial yang lebih rendah mempunyai sekor yang lebih tinggi dari pada kontrol eksternalnya. Dalam hubungan dengan remaja dan kelompoknya dikatakan bahwa remaja yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah mempunyai kecendrungan yang lebih banyak untuk melakukan konformitas dengan kelompoknya. Bila kelompok tersebut dirasa menguntungkan maka remaja akan sesuai dengan tuntutan (pemimpin-pemimpin) kelompoknya, juga bila misalnya tuntutan tadi bertentangan dengan norma-norma yang baik. Di samping itu perlu disadari bahwa moral dari kelas sosial yang lebih tinggi bukan merupakan moral kelas sosial yang lebih rendah. Orientasi internal terhadap norma-norma kelasnya sendiri dapat menyebabkan para remaja dari kelas yang lebih rendah bergabung menjadi satu dan menunjukkan solidaritas mereka. Begitu juga Phares (1976) menunjukkan bahwa orang negro Amerika dapat menunjukkan sikap kontrol internal yang baik di dalam sub kultur bangsa negro sendiri, tetapi di dalam konteks sosial yang lebih luas maka ia seakan-akan dikuasai oleh kontrol yang internal (Phares, 1976; h. 156).
Di dalam sekolah, kelompok remaja sering juga dapat menimbulkan kesukaran bila para pemimpin non formal dalam kelas bertentangan dengan pemimpin formal atau gurunya. Bila pelajaran yang di berikan dipandang tidak ada artinya maka situasi konflik sosial tersebut dengan mudah. Ia secara setengah formal dan setengah tidak formal diserahi tugas untuk mengatur kepentingan kelasnya. Ketua kelas dapat terjepit antara guru dan pimpinan kelompok.
Menurut penelitian Fromm (1941) di Amerika belum banyak dijumpai prestasi yang istimewa pada remaja yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah yang memiliki “ watak sosial “ tersendiri. Selanjutnya Fromm mengatakan bahwa pelajaran yang sangat bertujuan prestasi, mudah membuat para remaja dari milieu tersebut bersatu menentang guru dan pelajarannya. Bila gurunya marah, sportif dan penuh pengertian, hingga murid-murid senang padanya (Tausch, 1963; 1980) sebetulnya hal ini hanya merupakan pengatasan semu saja karena komunikasi yang baik tadi hanyalah suatu interaksi (alat teknis) saja. Komunikasi tadi bukan suatu “dialog” yang baik karena dasar politik masyarakatnya akan tetap tidak dipermasalahkan (Mollenhauer, 1974). Dalam keadaan itu kelompok akan mengadakan penyesuaian sementara dengan norma yang lain yang tidak merasuk dalam dirinya karena norma tersebut tidak berakar didalam kelompok maupun tidak berakar di dalam lingkungan kelompok.
Kelompok remaja mempunyai lapangan sendiri terutama dalam waktu luang yang dapat memberikan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan dirinya sendiri. Di situ terdapat juga bebarapa segi positifnya seperti yang akan dikemukakan dalam pasal berikut ini.
5.4.3 Remaja dalam waktu luang
Krisis originalitas remaja nampak paling jelas pada waktu luang yang sering disebut sebagai waktu pribadi orang (remaja) itu sendiri.
Brightbill (1966) menamakan waktu luang tersebut sebagai suatu tantangan karena waktu tadi merupakan waktu untuk bebas bagi seseorang. Pernah dipelajarkan bahwa sikap yang paling baik adalah untuk menggunakan waktu itu sekreatif mungkin. Hal yang dapat dicatat adalah bahwa para remaja mengalami lebih banyak kesukaran dalam “ memanfaatkan” waktu luangnya itu dari pada anak-anak dan bahwa mereka lebih sering melakukan hal-hal “to kill the time”. Waktu luang dapat betul-betul bersifat membebaskan bila ia dihayati sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan untuk melepaskan ketegangan. Pada anak-anak memang sudah dihayati demikian. Dalam permainan mereka menemukan baik pelepasan ketegangan maupun pengembangan diri. Tetapi untuk dapat bermain kita harus dapat “ seperti anak-anak” dan sifat khas remaja adalah bahwa ia justru “ bukan anak-anak lagi” . Dorongan remaja originalitas, ke arah perwujudan diri yang asli yang berarti lain daripada anak dan lain dari pada orang dewasa, menyebabkan remaja menggunakan waktu luangnya juga secara original.
Pengisian waktu luang dengan baik dengan cara yang sesuai dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyaan remaja. Kebosanan, segan untuk melakukan apa saja merupakan fenomene yang sering kita jumpai (Knoers, 1966; Oerter , 1981). Hal ini sering dinilai negatif sebagai tanda desintegrasi dalam diri remaja. Sebetulnya dapat pula dipandang positif. Yaitu bila hal tadi dipandang sebagai suatu tanda tidak puas terhadap tuntutan luar untuk melibatkan diri dengan aktivitas-aktivitas yang dianggapnya tidak ada artinya. Hal ini merupakan sikap penolakan terhadap tuntutan dunia luar untuk datang pada pendapat sendiri dari pada pilihan sendiri mengenai kesibukan-kesibukan yang baginya lebih berarti.
Banyak remaja menyukai olah raga. Di situ remaja dapat menunjukkan originalitasnya karena ia dalam tingkatan yang hampir profesional itu masih dapat bertindak secara maina-main juga. Dengan begitu dalam berlatih olah raga ia dapat bermain tidak sebagai anak-anak lagi, namun juga belum sepenuhnya sebagai orang dewasa. Remaja dapat melepaskan kelebihan energinya dalam berolah raga, dan dalam menemukan identitasnya , dapat membandingkan kemampuan dengan teman-teman dalam mencari identitas dan dominansi yang pada anak laki-laki lebih berkorelasi dengan prestasi plah raga dari pada dengan sifat atraktif dan intelegensi (Werfeld dkk., 1983). Sebagai fungsi sampingan, maka dalam olahraga remaja juga dapat bergaul dengan teman-teman sebaya untuk menghayati masa mudanya.
Dalam negara yang sedang membangun seperti indonesia, remaja, yang juga disebut generasi muda, mempunyai peranan yang sangat berarti. Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai suatu ideal tertentu dengan kerja yang “ tanpa pamrih” dapat membuat remaja menghasilkan prestasi-prestasi yang baik yang berguna untuk pembangunan remajanya.
Dalam hubungan ini remaja mempunyai cukup banyak kesibukan yang produktif dalam waktu luangnya. Organisasi-organisasi pemuda yang ada banyak di indonesia bertujuan untuk menghimpun tenaga remaja dan menyalurkannya ke dalam kesibukan yang produktif. Penyalahgunaan dari pada keadaan ini sudah barang tentu ada, yaitu bila pemimpin-pemimpin himpunan pemuda tadi menggunakan pengaruhnya untuk kepentingan diri sendiri dan mengarahkan kelompoknya untuk maksuda-maksud yang kurang baik. Tetapi dalam keadaan yang nrmal maka himpunan atau organisasi pemuda yang ada pada hampir setiap tempat di Indonesia, di samping bermanfaat untuk memberikan sumbangan dalam pembangunan negaranya, juga berfungsi sebagai pengembangan sikap sosial remaja. Ronda kamping, mengadakan pertandaingan antar kampung atau antar daerah, kerja gotong-royong dan sebagainya, memberikan penghayatan rasa sosial, rasa bertanggung jawab dan juga latihan untuk berorganisasi pada para remaja. Bila dibandingkan dengan olah raga, maka hubungan dengan teman sebaya yang dipandanng sebagai fungsi sampingan itu, merupakan fungsi yang cukup penting. Juga dalam contoh-contoh yang dikemukakan di Indonesia tadi maka himpunan-himpunan pemuda merupakan pengelompokan remaja untuk maksud yang ideal. Dalam hal ini himpunan tadi juga memberikan kesempatan pada para remaja untuk melarikan diri dalam angan-angan yang romantis dan idealistis di dalam dunia muda dan kultur muda, yang dianggap sebagai “hidup yang sesungguhnya” daripada oranng-orang muda (Hamsen, 1961). Hal ini merupakan fungsi yang penting bagi remaj yang mulai sadar akan kekhususannya dan originalitasnya.
5.5 Remaja dalam sekolah
Tertama di kota-kota di Indonesia masa remaja masih merupakan masa belajar di sekolah. Hal ini terutama berlaku bagi permulaan masa tersebut, remaja pada umumnya duduk di bangku sekolah menengah pertama atau yang setingkat. Di desa-desa terutama di pelosok-pelosok masih saja dijumpai banyak anak remaja yang sudah tidak sekolah lagi, meskipun mereka pada umumnya dapat menikmati pendidikan sekolah dasar. Sesudah tamat sekolah dasar mereka membantu orang tuanya di sawah di ladang atau mereka mencari pekerjaan di kota. Sering juga mereka berdagang keliling. Dengan kemajuan jaman banyak orang tua di desa, yang sudah mengerti manfaat pendidikan sekolah, banyak yang mengirimkan anaknya ke kota untuk melanjutkan sekolahnya. Berbondong-bondong mereka ke kota untuk melanjutkan pelajaran di Perguruan Tinggi hingga di sini dapat dikatakan ada “rush” untuk memasuki Perguruan Tinggi dengan segala maacam komplikasinya.
Remaja di kota dari keluarga yang terpelajar atau yang berada biasanya diharapkan (oleh orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di Perguruan Tinggi. Bagi mereka yang tidak dapat melanjutkan mereka berusaha untuk mendapatkan suatu pekerjaan, tetap banyak juga yang tidak berhasil mendapatkan suatu pekerjaan hingga kemudian menambah angka pengangguran.
Situasi di Indonesia pada dewasa ini sedemikian rupa hinngga kebutuhan anak dan anak muda untuk bersekolah begitu besarnya hingga sekolah-sekolah yang ada tidak dapat menampungnya lagi. Seleksi menjadi begitu ketat hingga anak-anak yang tidak tergolong bodoh tetapi juga tidak sangat pandai terpaksa tidakb isa melanjutkan sekolahnya. Karena kesempatan kerja juga tidak banyak maka akhirnya banyak remaja tidak menentukan nasibnya. Banyak yang mengalami frustasi dan melakukan hal-hal yang negatif. Masalah sekolah dan kerja ini merupakan masalah remaja yang serius yang di Indonesia masih memerlukan pengatasan yang tepat.masalah yang dapat dilontarkan adalh apakah sekolah yang mempunyai fungsi pembentukan watak yang sesuai dengan perkembangan kepribadian remaja? Dengan lain perkataan: sumbangan apa yang diberikan oleh sekolah kepada pemenuhan tugas-tugas perkembangan remaja serta terhadap emansipasinya? Bantuan apa yang diberikan oleh sekolah terhadap penerimaan fisik remaja, seksualitas saat remaja melepaskan secara emosional dari orang tua, pada saat memepersiapkan diri untuk ekonomis mandiri, mencari pekerjaan, membuat hubungan baik dengan teman-teman sebaya. Juga bantuan apa diberikan sekolah pada remaja dalam mencari pengisian waktu luang yang baik, dalam mengembangkan kemampuan kreatifnya dalam musik, drama, dan pendidikan jasmani?
Rasanya sekolah masih banyak kekurangan dalam hal seperti dilihat pada masalah motivasi yang merupakan problematik pokok dalam sekolah. Masa sekolah yang semakin lama memperlebar jarak antara dunia dewasa dan dunia orang muda (Husen, 1977). Sudahkah sekolah memperhatikan hal itu semua hingga dapat menjawab problema masa remaja tersebut? Menurut penelitian yang baru hal itu masih sangat diragukan dan masih harus banyak dilakukan hingga sekolah dapat betul=betul memebrikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan remaja (Van der Linnden dan Roders, 1983).
5.6 Rangkuman
Batasan usia masa remaja adalah masa di antara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa pubertas meliputi masa remaja awal dan berisi perubahan fisik seperti percepatan pertumbuhan dan timbulnya seksualitas.
Berhubungan perkembangant idak hanya berisi pemasakan dan reaksi lingkungan terhadap pemasakan tadi, melainkan juga berisi pengaruh lingkungan terhadap remaja, maka juga dibicarakan mengenai pengaruh teman sebaya sekolah dan keluarga terhadap perkembangan remaja, berhubung dengan itu juga dibicarakan mengenai perkembangan sosial remaja dan pengisian waktu luangnya.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929