loading...

KONSEPSI KHUSUS MENGENAI PERGESERAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

December 10, 2018
loading...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dari semua ilmu, antropologi adalah yang paling luas cakra walanya antropologi tidak hanya telah membongkar anggapan yang keliru mengenai superioritas ras dan kebudayaan, tetapi juga ketekunannya dalam mempelejari semua bangsa, tanpa memperdulikan dimana dan bagaimana mereka itu hidup, telah memberi lebih banyak kejelasan tentang sifat manusia daripada semua pemikiran para filsuf atau studi para ilmuan di laboratorium.
Bahan yang dipelajari dalam antropologi itu luas beberapa diantranya adalah dinamika masyarakat dan kebudayaan ilmu sosial memusatkan perhatiannya kepada bentuk bentuk yang khas dari hubungan antar manusia , sedangkan humniora mempelajari tentang puncak keberasilan keudayaan mansia.
Ahli antopologi juga memperhatikan itu semua tetspi dis berusaha untuk melihatnya secara keseluruhannya, disemua tempat dan pada segala waktu prospektif luas dan unik inilah yang merupakan sarana yang amat baik bagi ahli antropologi untuk menelaah susuatu yang begiyu halus yang disebut sifat manusia
Untuk prsktisnya, disiplin antropologi d ibagi menjadi beberapa bidang, dan ahli antropologi secara sendiri mengkhususkan diri d salah satu bidang itu atau lebih.





1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari batasan masalah diatas makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. apa itu konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan
2. bagaimana mekanisme perubahan kebudayaan
3. bagaimana hakikat kebudayaan
4 apa itu proses evolusi sosial
5.apa perbedaan akulturasi sosial dan sosialisasi
6. bagaimana proses evolusi sosial

1.3 TUJUAN MAKALAH
Untuk menambah wawasan pengetahuan para pembaca, untuk mengenal lebih lagi apa itu antropologi di dalam dinamika masyarakat dan kebudayaan, untuk membantu pembaca sebagai sumber referensi.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEPSI KHUSUS MENGENAI PERGESERAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Di antara konsep-konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosiolisasi, dan enkulturasi. Ada juga proses perkembangan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan. Kemudian ada proses penyebarab kebudayaan-kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi yang erat sangkut pautnya dengan penemuan baru. ( Nama penulis : 227 , Tahun penerbit )

2.2 MEKANISME PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Perubahan kebudayaan ada karena perubahan lingkungan yang menuntut perubahan secara adaptif. Perubahan bisa terjadi secara kebetulan direncanakan atau karena adanya kontak dengan unsur kebudayaan lain apapun sebabnya perubahan kebudayaan dapat berasal dari diri masyarakat atau dari luar masyarakat.
Akibat dari setiap perubahan kebudayaan diantaranya hilangnya unsur-unsur kebudayaan yang pernah ada, dipertahankannya unsur kebudayaan dan terjadinya proses adaptasi dengan unsur kebudayaan baru. Fase pertama adalah diferensiasi. Suatu kolektivitas atau kelompok daripadanya terbagi atas dua struktur suatu proses pembagian. Fase kedua itu diferensiasi harus menghasilkan perbaikan adaptif. Masyarakat menjalankan kontrol yang lebih besar atas lingkungannya karena setiap kolektivitas dapat berfungsi lebih baik dalam spesialisasinya daripada sebelum diferensiasi itu terjadi. Fase ketiga adalah integrasi. Menentukan secara spesifik waktu seseorang harus bekerja, berkaitan dengan waktu. ( Dr. Sugeng Pujileksono, M.Si : 246, 2015 )
2.3 HAKIKAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagad raya yang berada dibalik prilaku manusia, dan yang tercermin dalam prilaku. Semua itu adalah milik bersama para masyarakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka prilaku mereka dianggap dapat diterima oleh masyarakat.
Orang memelihara, kebudayaan untuk menangani masalah dan persoalan yang mereka hadapi, agar lestari kebudayaan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari orang-orang yang hidup menurut peraturan, harus memelihara kelangsungan hidupnya sendiri, dan mengatur agar anggota masyarakat dapat hidup secara teratur. Dalam hal itu, kebudayaan harus menemukan keseimbangan antara kepentingan pribadi masing-masing orang dan kebutuhan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. ( R.G. Soekadijo dan Wiliam : 332, 1985 )

2.4 PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI
1. Proses internalisasi
Internalisasi di maksud proses panjang sejak seorang individu di lahirkan, sampai ia hampir meninggal, di mana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang di perlukannya sepanjang hidupnya.
Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya tetapi wujud dan pengaktifannya dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat di pengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang berada dalam sekitaran alam dan limgkungan sosial maupun kebudayaannya. ( Koentjaraningrat :228, 2000 )
2. Proses sosialisasi
Dalam proses ini seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kita dapat mengerti bagaimana kita apabila bermaksud menyelami serta mencoba mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan, dapat belajar banyak dari jalannya proses sosialisasi baku yang lazim di alami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan. Itulah sebabnya proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama mendapat perhatian besar dari banyak ahli antropologi sosial.( koentjningrat: 229, 2000 )
3. Proses enkulturasia
Proses ini dapat juga kita terjemahkan dengan suatu istilah indonesia yang cock sekali, yaitu pembuyaan. Dalam bahasa Inggris juga di pergunakan istilah institutionalization. Dalam proses itu seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Sejak kecil proses enkulturasi sudah di mulai dalam alam pikiran warga suatu masyarakat, mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya kemudian dari teman-temannya bermain. Seringkali ia belajar dengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah di internalisasi dalam kepribadiannya.(koentjaningrat : 233, 2000)

Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyarakat; mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temanya bermain. Sering kali ia belajar dengan meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya pemberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya akan menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang megatur tindakannya “dibudayakan”. Kadang-kadang berbagai norma juga dipelajari seorang individu secara sebagian-sebagian. Disamping aturan-aturan masyarakat dan Negara yang di ajarkan di sekolah melalui berbagai mata pelajaran seperti tata Negara, ilmu kewarganegaraan dan sebagainya, juga aturan sopan-santun bergaul dan lain-lainnya dapat di ajarkan secara formal.
Sebagai contoh dapat disebut misalnya cara seorang Indonesia mempelajari aturan adat Indonesia yang menganjurkan agar orang Indonesia yang habis berpergian ke suatu tempat yang jauh, memberi “oleh-oleh” kepada kerabatnya yang dekat dan kepada para tetangganya yang tinggal di sekitar rumahnya. Dalam proses sosialisasinya itu ia telah belajar cara-cara bergaul dengan tiap individu dalam lingkungan kaum kerabat dan tetangga dekatnya tadi, dan ia telah mengembangkan pola-pola tindakan yang berbeda dalam hal menghadapi mereka itu masing-masing norma sopan-santun memberi “oleh-oleh” tadi dibudayakan olehnya berdasarkan ajaran mengenai sopan-santun pergaulan langsung dari orang tuanya. Walaupun ia telah yakin sepenuhnya bahwa adat itu adalah benar dan bermanfaat, namun ada satu dua di antara mereka yang tidak dibelikan oleh-oleh karena hubungan pergaulannya dengan orang-orang tersebut bukan beruwujud pola-pola tindakan serba ramah, melainkan canggung dan kaku.
Individu itu tidak dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan social sekitarnya, menjadi kaku dalam pergaulannya, dan condong untuk senantiasa menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakatnya. Hidupnya penuh peristiwa konflik dengan orang lain. Individu-individu serupa itu disebut deviants.
Penyimpangan dari adat yang lazim merupakan suatu faktor penting karena merupakan sumber dari berbagai jadian masyarakat dan kebudayaan positif maupun negatif.
Kejadian masyarakat yang positif adalah perubahan kebudayaan (culture change) yang menjelma kedalam perubahan dan pembaruan dalam adat-istiadat yang kuno. Kejadian masyarakat yang negative misalnya berbagai ketegangan masyarakat yang menjelma menjadi permusuhan antara golongan, adanya banyak penyakit jiwa, banyaknya peristiwa bunuh diri, kerusakan masyarakat yang menjelma menjadi kejahatan, demoralisasi dan sebagainya.
2. 5 Perbedaan Enkulturasi dan Sosialisasi
Menurut M.J.Herskovits, perbedaan antar enculturation (enkulturasi) dengan socialization (sosialisasi) adalah: Enculturation (enkulturasi) adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
Socialization (sosialisasi) adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan sosialisasi si individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.
Enkulturasi merupakan proses kebudayaan dan berkaitan dengan "Sistem nilai budaya dalam kebudayaan" dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Kerangka ini telah dikembangkan oleh, Clyde Kulkckhohn. Yang kemudian konsepnya dikembangkan lebih lanjut oleh istrinya, Florence Kulkckhohn yang dengan kerangka itu kemudian melakukan suatu penelitian yang nyata. Uraian tentang konsep itu bersama hasil penelitiannya dimuat dalam sebuah buku berjudul Variations in value Orientation (1961), yang ditulisnya bersama dengan F.L. Strodtbeck. Kerangka Kulkckhohn dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Menurut Koentjaraningrat, sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.



2.6 Proses Evolusi Sosial
Evolusi kebudayaan (cultural evolution) merupakan proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks.
Dalam evolusi sosial terdapat dua jenis cara analisa atau cara pandang. Yaitu, secara detail (microscopic) dan dengan hanya memperhatikan perubahan – perubahan besar saja (macroscopic). Recurrent processes atau proses-proses berulang adalah proses evolusi sosial – budaya yang dianalisis secara detail akan menunjukkan berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia . Directional processes yaitu proses-proses evolusi sosial budaya yang di pandang seolah – olah dari jauh hanya akan terlihat perubahan – perubahan besar yang terjadi dalam suatu masyarakat dalam jangka waktu yang panjang.
Faktor ketegangan antara adat – istiadat dari suatu masyarakat dengan keperluan para individu di dalamnya menyebabkan perlu adanya dua konsep yang harus di bedakan dengan tajam oleh para peneliti masyarakat , terutama para ahli antropologi dan sosiologi . Konsep antara dua wujud dari tiap kebudayaan , yaitu :
1) Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan dan sebagainya , yang abstrak (yaitu sistem budaya)
2) Kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang kongkrit di mana individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial).
Proses evolusi sosial yang mengarah dalam evolusi kebudayaan adalah: kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah – olah dari suatu jarak yang jauh dengan mengambil interval waktu yang panjang (misalnya beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah – olah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
(jurnal+dinamika+masyarakat+dan+kebudayaan&oq=jurnal+dinamika+masyarakat+&gs_l=mobile-gws-wiz- )





BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sosialisasi merupakan proses seseorang dalam belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Enkulturasi merupakan proses dimana individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap dengannorma dan adat yang berlaku. Proses evolusi sosial terbagi dalam dua jenins pengamatan :microscopic dimana akan terlihat reccurent process, dan macroscopic dimana akan terlihat directional process.
Difusi adalah salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur di daerah yang mereka tuju.Bentuk Penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan berbagai cara.

3.2 DAFTAR PUSTAKA
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929