loading...

makalah tentang pidato

March 27, 2017
loading...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu ragam berbicara yang sering di gunakan dalam penataran, peringatan, seminar, dan perayaan dari dahulu sampai sekarang adalah pidato. Seorang pemimpin, seorang ahli, seorang guru dan seorang mahasiswa hendaknya berusaha memiliki keterampilan berbicara umumnya dan memiliki kemampuan berpidato di hadapan khlayaknya karna bagaimana pun pada suatu saat kita di tuntut untuk berpidato.
Pidato merupakan suatu hal yang sangat penting, baik waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran informasi atau dari gagasan pembicara pada khalayak ramai. Orang yang berpidato baik akan mampu meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan atau pesan yang di sampaikan.
Naskah pidato seperti juga naskah dialog, ditulis untuk ditampilkan. Perbedaannya, naskah dialog ditampilkan oleh beberapa orang, sedangkan pidato ditampilkan oleh seorang saja. Selain itu, komunikasi dalam dialog dilakukan di antara pemeran, sedangkan di dalam pidato, komunikasi terjadi antara yang berpidato dengan pendengar.
Sebenarnya, pidato tidak selalu harus menggunakan naskah lengkap, bahkan ada pidato yang sama sekali tidak menggunakan naskah. Bila Anda akan berpidato dengan menggunakan naskah, maka Anda harus menyiapkan naskah tersebut terlebih dahulu. Dengan demikian, Anda harus memiliki keterampilan menulis naskah pidato.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pidato?
2. Ada beberapa Jenis pidato?


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pidato
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang mendukung oleh aspek-aspek non kebahasaan (ekspresi wajah, gesture,kontak pandangan dll). Dengan demikian pidato adalah gagasan kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek non kebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato merupakan salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai. Pidato juga dapat di artikan sebagai Art Of Persuasion yaitu sebagai seni membujuk/ mempengaruhi orang lain karna itu berpidato sangat erat hubungnnya dengan Retorika yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif.
2. Jenis-Jenis Pidato
a. Jenis-jenis pidato di tentukan factor
Jenis-jenis pidato yang ditentukan faktor seperti : situasi, tempat, tujuan dan isi pembicaraan. Factor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis pidato adalah :
1) Bidang Politik
Dalam dunia politik sering di ucapkan pidato yang bertujuan politis. Pendengar pidato politis pada umumnya adalah massa rakyat. Tujuan pidato politis pada umunya bukan mengajar, tetapi mempengruhi, bukan menyakinkan, tetapi membakar semangat. Oleh karena itu pembicara harus menguasai teknik dan taktik berbicara. Dia juga harus menguasai teknik penampilan, sehingga member kesan pasti dan mengundang kepercayaan pihak pendengar terhadap dirinya. Seorang pembicarapolitik yang baik, harus sanggup membimbing massa untuk mengambil keputusan, meski hanya dengan menggunakan suaranya. Kata-katanya tidak boleh hanyamenyentuh akal para pendengar tetapi terutama juga hati mereka.
Jeni-jenis pidato politis yang lazim dibawakan adalah : pidato kenegaraan, pidato parlemen pidato perayaan nasional, pidato pada kesempatan demonstrasi dan pidato kampanye.
Pidato-pidato politis umumnya panjang dan dapat dibawakan langsung di hadapan massa atau dapat juga melalui media komunikasi seperti radio dan televise.
2) Kesempatan khusus
Ada banyak kesempatan atau pertemuan tidak resmi, dimana orang harus membawakan pidato. Suasana pertemuan semacam ini pada umumnya akrab, sebab para peserta sudah saling mengenal, seperti : pertemuan keluarga, siding organisasi dan siding antara para anggota dan pimpinan perusahaan. Bentuk pidato yang dibawakan biasanya disebut kata sambutan, lamanya antara 3-5 menit. Pidato atau sambutan ini lebih diarahkan untuk menggerakan hati dan bukan fikiran pendengar. Sasaran utamanya adalah perasaan bukan pengertian.jenis pidato yang dibawakan di sini adalah : pidato ucapan selamat datang, pidato untuk memberikan motivasi, pidato ucapan syukur, pidato pembukaan dan pidato penutup.
3) Kesempatan Resmi
Dalam kehidupan bermasyarakat sering di selenggarakanberbagai pertemuan karena alasan-alasan resmi. Para peserta yang hadir adalah para pejabat,para pembesar atau orang-orang terkemuka yang datang dalam suasana formal. Bentuk pidato pada kesempatan ini juga di sebut kata sambutan. Dalam kesempatan resmi, pidato atau sambutan yang harus dibawakan seharusnya singkat, meski di sampaikan secara bebas. Sasaran lebih untuk menggerakan perasaan dan bukan untuk menanamkan pengertian rational.
Jenis-jenis pidato yang di ucapkan pada kesempatan ini adalah : pidato hari ulang tahun , pidato pernikahan, pidato perpisahan, pidato pelantikan, pidato pesta perak dan pesta emas.
4) Pertemuan Informatif
Dalam hubungan dengan pembinaan, sering di selenggarakan pertemuan-pertemuan informative. Maksudnya adalah pertemuan dalam kelompok-kelompok kecil atau besar, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam bidang kehidupan lain, dengan maksud untuk memberikan dan membagi informasi atau untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.
Pidato yang dibawakan pada kesempatan ini juga bersifat sungguh-sungguh, ilmiah, objektif dan rasional. Konsentrasi pembeberannya lebih pada penalaran rasional.

b. Jenis-jenis pidato informative
Jenis-jenis pidato yang informatif seperti: kuliah, ceramah, Referat/makalah, pengajaran dan wejangan informatif.
1) Kuliah
Kuliah adalah penyampaian ilmu pengetahuan di dalam universitas atau sekolah tinggi. Di dalam kuliah. Salah satu bahan atau tema dari bidang tertentu di tawarkan lewat sejumlah kuliah yang diberikan berturut-turut. Cara penyampaian biasanya dengan membaca teks yang sudah di siapkan.
2) Ceramah
Pada dasarnya tujuan ceramah adalah memberikan informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu bahan yang di ceramahkan harus disiapkan dengan teliti. Ceramah harus menampilkan disposisi yang jelas, bahasayang padat dan berisi. Fikiranyang tersusun logis dan memiliki skema yang jelas serta hubungan yang serasi antara bagian-bagiannya.

3) Referat/Makalah
Sebuah referat atau makalah sebenarnya adalah salah satu ceramah singkat mengenai satu bidang ilmu pengetahuan, yang berlangsung antara 10-20 menit. Seringkali referat juga merupakan pengantar kedalam salah satu bidang atau di pakai sebagain salah satu acara dalam perundingan, sehingga orang menyebutnya pengatar singkat atau referat singkat. Referat dapat juga dibawakan dalam diskusi , dalam komperensi atau komperensi meja bundar. Pada dasarnya referet di batasi uraiannya pada hal-hal yang esensial, sehingga lebih mengenai budi dan bukan perasaan manusia.
4) Pengajaran
Pengajaran adalah uraian yang di susun secara pedagogis, umumnya dibawakan untuk kelompok orang setingkat SLTP adan SLTA. Bentuk penyajiannya bermacam-macam, sehingga tidak begitu membosankan.
5) Wejangan Informatif.
Ini adalah ceramah yang santai di depan sekelompok pendengar dengan jumlah yang kecil. Bentuk ini sering di pakai apabila menunjukan slides atau film. Gambar atau film menjadi pokok pembicaraan, sehingga tidak menuntut suatu periapan yang teliti.

c. Jenis-jenis pidato Pidato berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, macam-macam pidato dapat digolongkan menjadi beberapa, yaitu: (1) pidato informasi; (2) pidato persuasi; dan (3) pidato aksi.
1) Pidato Informasi
Pidato Informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan, memberitahukan, atau menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar dibutuhkan pada jenis pidato ini, perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan disampaikan. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi dengan sungguh-sunguh.
Contoh pidato informasi
(a) pidato Ketua Umum Pemilu tentang hasil pemilihan suara;
(b) pidato Mensekneg sehabis sidang kabinet.
2) Pidato Persuasi
Pidato Persuasi adalah pidato yang bertujuan menyakinkan pendengar tentang sesuatu. Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki keterampilan berbicara yang baik, karena bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dan tidak mau membantu menjadi mau membantu, dari tidak percaya menjadi percaya. Dalam pidato ini, si pembicara atau orang yang berpidato harus melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh pidato persuasi
(a) pidato pimpinan partai di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut;
(b) pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan tengkulak;
(c) pidato calon kepala desa di daerah yang massanya belum simpati kepadanya.

3) Pidato Aksi
Pidato Aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan. Pidato aksi memiliki persamaan dengan pidato persuasi. Perbedaannya pada pidato persuasi hasil yang diharapkan ditujukan pada kepentingan pribadi atau lembaga, sedangkan pidato aksi bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Pada pidato jenis ini, orang yang berpidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai membangkitkan semangat.
Contoh pidato aksi
(1) pidato presiden Soekarno pada saat menggerakkan rakyat Indonsia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah; atau
(2) pidato Bung Tomo saat menggerakkan para pemuda dengan cara membangkitkan semangat juang mereka pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

d. Jenis-jenis Pidato Menurut Kesiapan
1) Impromtu (dadakan)
Bila menghadiri pesta dan tiba-tiba di panggil untuk menyampaikan pidato, pidato yang di lakukan di sebut Impromtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman,
(a) impromtu memiliki keuntungan yaitu :
• impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karna pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya,
• gagasan dan pendapatannya datang secara spontan, sehingga tampa segan dan hidup
• impromtu memungkinkan anda untuk terus berfikir.

(b) Kekurangan dari impromtu, yaitu :
• Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karna dasar pengetahuan yang tidak memadai.
• Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar
• Gagasan yang di sampaikan bisa acak-acakan dan ngawur
• Karna ketidak adanya persiapan, kemungkinan demam pangggung besar sekali.
(c) hal-hal yang dapat di lakukan saat impromtu adalah :
• Fikirkan terlebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
Misalnya :cerita, hubungan dengan pidato sebelumnya, bandingan, ilustrasi dll
• Tentukan sistem organisasi pesan.
Misalnya : susunan kronologis, teknik pemecahan soal, kerangka sosial ekonomi-politik, hubungan teori dan praktek
• Pikirkan teknik menurut pidato yang mengesankan. Kesukaran menurut pidato biasanya merepotkan pembicara impromtu
2) Manuskrip (menghafal)
Manuskrip di sebut juga pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal hingga akhir. Di sini tidak ada istilah menyampaikan pidato tetapi membacakan pidato. Manuskrip di perlukan oleh tokoh Nasional, sebab kesalahan kata saja dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah. Pidato radio dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan oleh pendengarnya.
Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Kata-kata dapat di pilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
b. Pernyataan dapat di hemat, karna manuskrip dapat di susun kembali
c. Kefasihan bicara dapat dicapai, karna kata-kata sudah di siapkan.
d. Hal yang ngawur atau menyimpang dapat di hindari
e. Manuskrip dapat di terbitkan atau di perbanyak
Di tinjau dari proses komunikasi kerugian cukup berat, yaitu :
a. Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka
b. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersikap kaku.
c. Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan
d. Pembuatannya lebih lama dan sekedar menyiapkan garis-garis besarnya (online saja)
e. Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
3) Memoriter (naskah)
Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat,organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan. Seperti penulisan manuskrip, maka naskah memoriter pun harus di tulis dengan gaya tulisan.


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pidato merupakan kegiatan berbicara untuk menyatakan pendapat di depan umum. Adapun tujuan dalam berpidato ialah untuk memberikan pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya untuk mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato di sampaikan oleh seorang pemimpin kepada khalayaknya. Dalam pidatopun ada tata caranya mulai di awali dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta bagaimana kita bersikap dan berbicara yang baik di muka umum. Pidato sendiri memiliki jenis-jenis yang beragam., penggunakan pidato di sesuaikan dengan tempat dan acaranya. Kemampuan berpidato yang baik akan menunjang jenjang karier yang baik.
2. Saran
Makalah ini tersusun dari hasil kerja sama kelompok dan masih sangat memiliki banyak kekurangan baik dalam segi materi dan penyajiannya. Oleh karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan karya ini akan bermanfaat bagi kami sendiri maupun kepada para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat membangun juga sangat diharapkan demi terwujudnya kesempurnaan penyelesaiannya kelak.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pada dasarnya, Belanda mengenal wajib belajar untuk anak usia 2-18 tahun. Wajib belajar enam tahun diperkenalkan pada 1900 (untuk 6-12 tahun). Namun undang-undang ini sering mengalami perubahan, sampai 1969 ketika anak-anak usia 6-16 tahun harus mengikuti pendidikan penuh waktu. Penyandang cacat di atas usia 18 tahun juga harus mengikuti wajib belajar.
Guna menjaga mutu pendidikan diadakan badan khusus. Berdasarkan peraturan pendidikan 2002, program titel harus diakreditasi Organisasi Akreditasi Belanda dan Flanderen. Terlebih lagi, kalau program itu dibiayai oleh negara.
Sebagai bangsa Indonesia, kita tidak usah sungkan untuk mengadopsi system pendidikan Negara lain. Dalam hal ini, Belanda sebagai usaha memperbaiki sistem pendidikan Indonesia, jika 1 abad lalu ketika Indonesia masih dalam keadaan terjajah sistem pendidikannya mampu melahirkan intetektual terpelajar yang memerdekakan maka harusnya ketika Indonesia sudah merdeka, Intelektual pelajar yang dihasilkan sistem pendidikan Indonesia bisa jauh lebih baik dari dahulu.

B. Saran.
Pada penulisan makalah ini penulis sangat mengharapkan ketercapaian dalam pembahasan dan penulisan. Maka dari itu jika ada kesalahan ataupun terdapat kekurangan kritik dan saran sangatlah penulisan harapkan.






9
DAFTAR PUSTAKA

Djumransah. “Filsafat Pendidikan”. Malang: Bayumedia, 2006.
H.M, Arifin “Ilmu Perbandingan Pendidikan”. Jakarta: Golden Terayon Press. Cet I, 2003.
Agustiar, Syah Agustiar, Nur. “Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara”. Jakarta: Lubuk Agung. 2001.
Oemar, Hamalik “Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum”. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet II. 2008.





loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929