loading...

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM MASA KLASIK MASA BANI UMAYYAH

October 25, 2016
loading...
BAB II
PEMBAHASAN


Mu'awiyah bin Abi Sufyan , pendiri daulat Bani Umayyah ialah cicit dari Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf, Umayyah adalah seorang dari pemimpin Quraisy di zaman jahiliyah, ketinggian dan kemuliannya seimbang dengan Hasyim bin Abdi Manaf. Oleh karena itu tidak mengherankan jika keturunan Umayyah dan keturunan Hasyim selalu berlomba dalam merebut pengaruh dan kedudukan di kalangan Quraisy. Perlombaan itu kerap kali menimbulkan pertikaian dan pertumpahan darah antara kedua belah pihak, baik dizaman jahiliyah maupun di zaman islam.
diantara keturunan Bani Umayyah yang terkenal ialah : Harb, Abu Sufyan, Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, dan Yazid bin Mu'awiyyah.
Ketinggian derajat Abi Sufyan bin Harb dalam kalangan suku Quraish dapat dilihat ketika Nabi Muhammad membebaskan Makkah. Nabi pernah berkata ketika itu : "Barangsiapa yang menyarungkan pedangnya, maka ia aman, siapa yang masuk masjid maka ia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia pun mendapat keamanan”.
sedangkan Yazid bin Mu'awiyah pernah diserahi oleh khalifah Abu Bakar memimpin pasukan tentara islam yang pergi menaklukkan Syam dan kemudian diangkat menjadi gubernur di kota Damaskus, dan Mu'awiyah bin Abi Sufyaan dijadikan gubernur di daerah Syam. setelah khalifah Abu Bakar wafat, daerah pemerintahan Yazid diserahkan oleh khalifah Umar kepada Mu'awiyah. kemudian di zaman khalifah Ustman, Mu'awiyah diangkat menjadi wali atas seluruh negri Syam.
Berikut ini riwayat keturunan Umayah. mereka pernah menjadi penguasa di zaman jahiliah dan zaman Islam.

1. MU'AWIYAH BIN ABI SUFYAN. (40-60 H.=660-680 M.)
Mu'awiyah bin Abi Sufyan menjadi Khalifah
Mu'awiyah bin Abi Sufyan dapat menduduki kursi khalifah dengan berbagai cara, yaitu dengan ketajaman mata pandangnya, dengan siasatnya yang halus dan dengan politiknya.ia mendapat pangkat itu bukan dengan ijma' dan persetujuan umat Islam, melainkan karena siasat politik.
Dengan naiknya Mu'awiyah menjadi khalifah maka berakhirlah hukum syura. Pemilihan menurut hasil permusyawaratan terbanyak, yang berlaku di zaman al-Khulafaurrasyidin, yaitu hukum yang menyerupai aturan pemerintahan Republik (Jumhuriyyah) di zaman kita ini.dan pangkat khalifah menjadi pusaka turun-temurun maka daulat Islam pun berubah sifatnya menjadi daulat yang bersifat kerajaan (monarchie).
Sesungguhnya Mu'awiyah telah sangat terpengaruh oleh peraturan-peraturan peninggalan Romawi di negri Syam.
Kemegahan dan kemuliaan raja -raja yang belum pernah ditiru oleh khalifah-khalifah yang terdahulu. Dia telah memakai singgasana dan kursi kerajaan serta mengadakan barisan pengawal yang senantiasa menjaga dirinya siang dan malam. bahkan dalam masjid pun ia mendapatkan tempat yang istimewa, tempat ia sembahyang seorang diri, dan selalu dijaga oleh pengawalnya. hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peristiwa seperti yang pernah terjadi atas diri Ali bin Abi Thalib.

Kepribadian Mu'awiyah bin Abi Sufyan
Mu'awiyah bin Abi Sufyan adalah seorang diplomat Arab yang terkenal, ialah yang ditugaskabn oleh Rosulullah SAW. menyampaikan surat beliau kepada kaisar Imperium Romawi (Byzantium), seorang yang beruntung dalam karir politiknya, sehingga dia dapat mencapai kekuasaan dan kedudukan yang amat tinggi yang sebetulnya masih banyak yang lebih pantas darinya.Tabi'atnya yang santun lagi sabar menderita atas segala bencana dan celaan membuka jalan baginya dalam mencapai dan melaksanakan cita-citanya.
Dengan sifatnya yang sedemikian itu ia dapat mengalahkan perlawanan partai umat islam atas dirinya. dalam soal keagamaan, fahamnya luas dan tidak fanatik. ini terbukti dengan pengangkatannya seorang Kristen bernama Sarjun menjadi mentri keuangannyam, dan kebijakannya memperbaiki gereja di Irak yang runtuh akibat bencana gempa bumi.

PENAKLUKAN DI ZAMAN MU'AWIYAH
1. Penaklukkan ke arah Timur
Mu'awiyah meluaskan kedaulatan Islam ke negeri-negeri sebelah Timur. hingga sampai negeri Sind (daerah sungai Indus di India). Dan mampu menaklukkan Samarkand dan Sughda.
2. Perang melawan Byzantium
Imperium Byzantium senantiasa mengerakhan laskarnya menjarah ke negri-negri yng diperintah oleh daulat Ilam. oleh karena itu ia Mu'awiyah bin Abi Sufyan mempersiapkan laskarnya untuk memerangi imperium itu dari darat dan laut. umtuk melaksanakan pekerjaan yang berat ini agar berhasil, maka ia memerintahkan angkatan perangnya memerangi orang-orang Byzantium terus-menerus, baik di musim dingin maupun dimusim panas.
Angkatan perang Mu'awiyah dapat mengalahkan tentara Byzantium dalam beberapa pertempuran di Armenia dan Asia Kecil. Armadanya yang ketika itu terdiri dari 1700 kapal perang kecil, diperintahkan menyerang pulau-pulau Cyprus dan Rhodus di laut Tengah sehingga kedua pulau itu dan beberapa pulau lainnya di Archipel dapat ditaklukkan.
Pada tahun 48 H Mu'awiyah melengkapi angkatan perangnya yang dipimpin oleh panglima Sufyan bin Auf beserta sepasukan armada dibawah pimpinan Laksamana Fadhalah al-Anshary untuk menyerang Konstatinopel (ibukota Byzantium). Sebagai panglima besar atas kedua angkatan perang itu diangkat puteranya Yazid bin Mu’awiyah

Serangan Pertama Ke Konstantinopel
Tentara besar itu menyerbu memasuki daerah-daerah Romawi Timur dan kemudian mengepung Konstantinopel. Akan tetapi angkatan perang ini tidak mampu menaklukkan kota itu karena benteng-bentengnya sangat kuat. Akhirnya laskar besar itu terpaksa kembali ke Syam setelah kehilangan beberapa buah kapalnya dan sebagian besar balatentaranya. Dalam pertempuran itu meninggal pula seorang sahabat yang menerima kedatangan Nabi Muhammad dirumahnya sendiri ketika beliau hijrah ke Yatsrib, yaitu Abu Ayyub. Untuk peringatan bagi sahabat yang mulia itu didirikanlah dikemudian hari sebuah masjid megah di tegah kota Konstantinopel bernama Masjid Ayyub. Sampai kini masjid pusaka itu senantiasa diziarahi orang.

Serangan kedua
Pada tahun 58 H (679 M) Mu’awiyah mengerahkan balatantaranya untuk kedua kalinya untuk mengepung ibukota kerajaan Byzantium itu. Pengepungan yang sekali ini memakan waktu dua tahun lamanya. Akan tetapi ketika pengepungan itu hampir usai, Mu’awiyah meninggal dunia, dan angkatan perangnya yang mengepung ibukota Byzantium itu dipanggil pulang ke Syam, para pemimpin Daulat Bani Umayyah yang menggantikan Mu’awiyah melanjutkan usaha-usaha Mu’awiyah itu dengan sungguh sungguh.

3. Perang Afrika
Pada tahun 50 H. Mu’awiyah mengangkat Uqbah bin Nafi’ menjadi wali di Magrib, panglima ini dapat mengalahkan serdadu Romawi di daerah itu, sehingga daerah daulat Islam sampai ke negeri Tunisia. Di sana didirikan kota Kairawan sebagai markas besar tentaranya. Disana didirikan masjid Nafi’ yang terkenal itu sebagai peringatan atas sahabat pemimpin perang itu.

Pengangkatan Putera Mahkota
Pada tahun 56 H (676 M ) Mu’awiyah dengan wibawanya sebagai Khalifah bisa membawa dewa Syura khilafah untuk memilih puteranya Yazid menjadi calon khalifah pengganti yang akan langsung menggantikan dirinya kalau ia mati. Dengan perbuatannya ini berarti Mu’awiyah telah mengangkat putera mahkota yang merupakan puteranya sendiri. Yang berarti telah mulai merubah undang-undang khilafah yang semula dipilih oleh Majlis Permusyawaratan Ummat Islam menjadi turun menurun. Dan diapun telah melanggar janjinya dengan Hasan bin Ali, yaitu janji yang telah diikrarkannya, bahwa pangkat khalifah sepeninggalnya diserahkan kepada permusyawaratan Ummat Islam.
Walaupun Mu’awiyah mengemukan alasan, bahwa dia berbuat sedemikian itu untuk menghindari fitnah dan persengketaan sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman khalifah-khalifah pendahuluanya, namun siasatnya yang sedemikian itu menimbulkan huru-hara dan pemberontakan sepeninggalnya.

2. YAZID BIN MU’AWIYAH ( 60 – 63 H = 680 – 683 M )
Sikap para sahabat atas pemerintahan Yazid
Ibu Yazid adalah seorang wanita pedalaman yang dikawini oleh Mu’wiyah sebelum ia menjadi khalifah. Oleh karena itu iapun membawa puteranya Yazid pulang kedusun untuk didik pada lingkungan yang masih bersih, bahasa yang masih murni dan penuh dengan kearifan dan sopan
santun. Maka ia tumbuh dengan sifat baduinya yang pemberani dan fasih bertutur kata, serta pandai bersyair.
Akan tetapi ia bukanlah seorang yang ahli untuk menduduki kursi khalifah, karena ia dinilai mempuyai tabi’at yang dinilai tidak baik menurut hukum agama. Oleh karena itu pemerintahanya tidak disukai oleh para sahabat besar dan terutama, seperti Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair.

Peristiwa Karbala ( 61 H = 681 M )
Sebagian penduduk Irak mengirim surat kepada husein bin Ali meminta ia datang ke Kufah. Mereka mengatakan bahwa mereka bersedia memberikan bantuan kepada Husein bin Ali dalam segala hal yang dihajatkannya. Husein pun terpedaya dengan bunyi surat itu. Dia lupa akan apa yang telah dilakukan oleh penduduk Irak atas ayahandanya Ali bin Abi thalib dan saudara kandungnya Hasan bin Ali. Dengan pengiring yang jumlahnya tidak lebih dari 80 orang, ia berangkat menuju kufah. Akan tetapi ketika ia sampai di Karbala, ia bertemu dengan tentara Yazid yang di pimpin oleh Ubaidillah bin Ziad.

Kematian Husein
Terjadilah perdebatan antara Husein dan Ubaidillah yang meminta agar Husein tidak meneruskan perjalanan, namun atas desakan beberapa pengikutnya Husein tetap bulat meneruskan perjalananya yang menyebabkan bentrokan dengan tentara Yazid. Dengan peristiwa ini Husein baru ingat kalau ia tertipu, sebab tidak banyak penduduk Irak yang bersedia membantunya. Maka terjadilah pengepungan atas Husein serta para pengikutnya yang hanya sedikit itu oleh tentara Ubaidillah bin Ziad yang berpuluh kali lipat banyaknya. Dalam pertempuran itu Husein terbunuh dengan sangat mengenaskan. Kepalanya dipisah dari tubuhnya dan diserahkan kepada Yazid di Damaskus.
Sekalipun Yazid orang yang dzalim, tetapi kematian Husein yang mengerikan itu menyedihkan hatinya, karena ayahandanya ( Mu’awiyah ) berwasiat kepadanya, bahwa jika nanti terjadi peselisihan denngan Husein dan ia bisa menundukan Husein bin Ali, ia harus memfaatkannya dan menghormatinya. Tapi kini apa boleh buat, ia hanya bisa memberikan kemurahan hatinya kepada putera-putera Husein dan kaum keluarganya, mereka itu dikirimkannya ke Hijaz dengan segala penghormatan dan kemuliaan.

Pemberontakan Hijaz
Berita perang Karbala yang menyedihkan itu tersebar luas berita itu menggemparkan ummat Islam. Hati mereka diliputi kesedihan dan dendam yang menyala- nyala. Maka orang-orang Syi’ah bersatu hendak menuntut balas, sikap benci ummat Islampun semakin bertambah terhadap keluarga Bani Umayyah.
Untuk memadamkan pemberontankan besar itu Yazid mengerahkan 12.000 orang tentaranya yang dikepalai oleh Muslim bin ‘Uqbah.
Laskar itu mengepung kota Madinah dari jurusan Wadil Harrah, yaitu dari utama kota itu. kemudian kota itu menyerah dan dapat dikuasahi kembali oleh Bani Umayyah.
Setelah dapat menundukkan madinah. Muslim bin ‘Uqbah beserta laskarnya melaju ke Makkah. Karena disana Abdullah bin Zubair telah mengangkat dirinya sebagai khalifah kemudian diperkuat dengan bai’at penduduk kota itu. Akan tetapi sementara dalam perjalanan, Muslim bin Uqbah meninggal dunia dan pimpinan laskar sementara diserahkan kepada Hasyim bin Numair seorang panglima Bani Umayyah yang terkenal juga.
Setelah mereka tiba di Makkah, terjadilah pertmpuran sengit antara mereka dengan tentara Abdullah bin Zubair ( 64 H. = 683 M. ) ketika itu sebagian dinding Ka’bah runtuh karena terkena pelontar :
Ditengah berkecamuknya peperangan, datanglah berita dari Syam yang menyatakan bahwa Yazid telah meninggal dunia. Dan oleh karena itu Ibu Nmair pun menghentikan peperagan.
Segala peristwa itu murupakan bencana besar yang telah menimpa ummat islam di zaman pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah yang tetap menjadi lembaran hitam sejarah pemerintahan Yazid untuk selama-lamanya.

3. MU’AWIYAH BIN YAZID (64 H=683 M)
Sebelum Yazid meninggal dunia ia telah berwasiat supaya puteranya Mu’awiyah bin Yazid diangkat menggantikan dia menjadi Khalifah, menurut cara yang telah dilakukan oleh ayahandanya Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Akan tetapi Mu’awiyah II bin Yazid ini hanya memerintah 40 hari saja, karena ia sakit-sakitan dan jiwanya memberontak tidak dapat bertanggung jawab atas perobahan dan kerusakan yang ditinggalkan oleh ayahnya. Maka dengan kemauan sendiri ia turun dari kursi khalifah, dan pangkat khalifah diserahkan kepada musyawarah ummat islam agar mereka dengan merdeka memilih dan mengangkat seorang khalifah yang layak menurut mereka. Namun cita-citanya itu tidak menjadi kenyataan, karena pemilihan khalifah telah ditentukan oleh kemauan keluarga Bani Umayah.

4. MARWAN BIN HAKAM (64-65 H = 683-65 M)
Perpecahan keluarga Bani Umayah
Setelah Mu’awiyah II memutuskan berhenti dari khaifah, timbul persoalan pelik diantara penduduk Syam, yaitu tentang siapa yang akan dipilih menjadi khalifah. Kesulitan itu adalah perpecahan dikalangan Bani Umayah, yaitu kelompok yang hendak mengangkat Khalid bin Yazid yang masih kecil dan kelompok yang hendak mengangkat Marwan binn Hakam, seorang yang tertua dalam keluarga Bani Umayyah. Karena perpecahan inilah khalifah nyaris terlepas dari kekuasaan Bani Umayah.
Penolakan Abdullah bin Zubair
Abdullah bin Zubair semakin luas pengaruhnya. Ia telah diakui menjadi khalifah oleh penduduk Hijaz, Iraq, Yaman dan Mesir, bahkan sebagian penduduk Syam juga telah ada yang berpihak kepadanya. Akan tetapi Abdullah bin Zubair ini bukanlah seorang ahli siasat yang tajam pandangannya.
Hasyim bin Numair panglima perang Bani Umayah yang memerangi di Mekkah pun telah datang untuk membai’atnya. Asalkan ia suka pindah ke Syam. Tetapi tawaran itu ditolak oleh Abdullah bin Zubair, karena ia hendak menghidupkan kemegahan dan kebesaran di tanah Hijaz sekali lagi dengan menjadikannya sebagai pusat khilafah ummat Islam. Dia tidak menyadari bahwa keputusanya itu telah mengurangi dukungan atasnya untuk menjadi khalifah secara menyeluruh. Sementara itu Bani Umayah telah sekata kembali dan kemudian mereka memetapkan Marwan bin Hakam menjadi khalifah pada tahun 64 H. Dengan demikin khalifah telah berpidah dari keturunan Abu Sufyan kepada keturunan Marwan bin Hakam, dari belahan suku Umayyah yang lebih besar.
Disini terjadilah perlombaan dua pemimim besar yaitu Abdullah bin Zubar di Makkah dan Marwan bin Hakam di Damaskus.
Hura-hura di Syam
Pada masa pemerintahan Marwan inilah terjadi hura-hura di negeri Syam. Tetapi berkat kesungguhan dan keteguhan hatinya, Marwan bisa mengatasi dan mengirimkan pasukannya ke Mesir untuk merebut provinsi itu dari tangan walinya yang diangkat oleh Ibnu Zubair.
Marwan hanya memerintah selama 9 bulan. Waktu tersebut hanya digunakan untuk mengatkan kedudukannya saja, dan sebelum ia meninggal ia telah menetapkan penggantinya dari dua orang puteranya sebagai seorang putera mahkota yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz.
5. ABDUL MALIK BIN MARWAN (65-86 H=685-705 M)
A. kepribadian Abdul Maik bin Marwan
Setelah Marwan bin Hakam wafat, timbullah kekacauan dalam daulat Bani Umayyah, sehingga hampir saja daulat itu pecah belah dan hancur oleh pemberontakan dan hura-hura dalam negeri. Akan tetapi untunglah khalifah yang menggantikannya Abdul Malik bin Marwan, yaitu puteranya sendiri seorang yang bijaksana behati baja. Pandai dan cerdik mengurus segala urusan kerajaan. Ia termasuk seorang khalifah yang besar yang bersejarah dalam daulat Bani Umayyah.
Langkah pertama kepemimpinannya ialah memadamkan segala pemberontakan dan hura-hura. Peperangan melawan para pemberontakan itu berjalan selama tujuh tahun lamanya, setelah itu pemerintahan berjalan normal dan kedudukan khalifah menjadi normal kembali.

B. KESULITAN-KESUITAN YANG DIHADAPI
1. Menghadapi perlawanan kelompok Syi’ah
Lantaran pembunuhan Husein bin Ali di Karbala, api kemarahan hati ummat Islam menyala atas keluarga Bani Umayyah. Syi’ah berusaha menyebarkan bibit-bibit kebencian ummat Islam yang ada di Kufah terhadap Bani Umayyah, sehingga timbul penyesalan dan dendam yang sangat mendalam. Orang-orang Kuffah berangkat menuju ke ‘Ainul Wardah, satu tempat dekat sungai Euphrat. Mereka dapat menarik sebagian besar penduduk Basrah dan Madain ke dalam barisan mereka, mereka hendak memberontak.
Setelah Abdul Malik bin Marwan mendengar berita tersebut, ia segera mengerahkan pasukannya sebanyak 30.000 orang dibawah kepemimpinan panglima Ubaidillah bin Ziad. Pasukan ini berhasil mematahkan kaum pemberontak.
Namun sesaat setelah itu golongan Syi’ah yang lain dibawah pimpinan Mukhtar bin Abi Ubaid, sebagai wali Irak yang diangkat oleh Abdullah bin Zubair, menyatakan berdiri sendiri keluar dari kedua kekuasaan baik Bani Umayyah atau Abdullah bin Zubair.
Perlawanan Mukhtar ini memporak-porandsksn pasukan Ibnu Ziad, bahkan Ubidillah bin Ziyad pun mati terbunuh.
2. menghadapi Abdullah bin Zubair
Khalifah Abdullah bin Zubair mengangkat saudaranya Mash’ab menjadi gubernur di Irak. Dia diperintahkan oleh Abdullah merebut Irak kembali dari tangan Mukhtar, Wali yang mendurhakainya.
Pertempuran antara laskar Mukhtar dan laskar Mash’ab terjadi, Mash’ab memperolah kemenangan, sedangkan Mukhtar beserta laskanya yang berjumlah 7.000 mati terbunuh di medan perang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 67 H. (687 M).
Setelah Mash’ab membersihkan Irak dari pengaruh prtai Syiah yang dikepalai Mukhtar bin Ubaid, ia bersiap-siap hendak memerangi Abdul Malik bin Marwan.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan dengan segera menyiapkan angkatan perangnya yang terdiri dari laskar Syam, Mesir, dan Aljazair. Maka terjadilah pertempuran yang dahsyat antara kedua belah pihak. Laskar Mash’ab mengalami kekalahan, Mash’ab sendiri terbunuh di medan pertempuran. Kekalahan besar ini terjadi karena penghianatan laskar asal Irak yang keluar dari barisan dan menggabungkan diri dengan pasukan Abdul Malik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 72 H. (692 M).
Setelah Abdul Malik mengalami kemenangan di Irak itu, ia mengerahkan laskarnya untuk memerangi Abdullah bin Zubair di Hijaz. Utuk melaksanakan niatnya ini Abdul Malik mengirimkan panglimanya al-Hajjaj bin Yusuf At-Saqafi. Panglima ini mengepung kota Makkah sekuat tenaga, sehingga kota itu menyerah dan Abdullah bin Zubair pun dapat dibunuh pada tahun 73 H (693 M). Setelah peristiwa itu Abdul Malik mengangkat al-Hajjaj menjadi wali atas Hijaz, Yaman dan Yamamah sampai tahun 75 H.
3. Menghadai kaum Khawarij
Sesudah Abdul Malik membersihkan Syam dan Palestina dari kaum pemberontak, ia tidak ragu lagi untuk mengarahkan pasukannya ke daerah Masyriq (daerah-daerah sebelah timur). Untuk ini panglima terkenalnya kembali diperintahkan yaitu al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafy. Ia segera berangkat ke Kuffah, di dalam masjidnya ia berpidato dengan suara yang keras membanggakan dirinya, menyatakan keras perintahnya atas rakyat yang keras kepala. Dari sana ia terus ke Basrah, dan di negeri ini ia melakukan hal yang sama seperti di Kufah. Kemudian ia membantu Mashlab bin Abi Sufrah membersihkan Irak dan Persia dari kaum Khawarij. Al-Hajjaj terkenal dalam sejarah karena kekejamannya dan darah dagingnya membunuh sesama manusia.
4. Menghadapi ‘Amru bin Sa’id
Pada tahun 70 H (690 M). Seorang dari keluarga Abdul Malik yang bernama ‘Amru bin Sa’id mendurhakai khalifah. Pendurhakaan itu ditumpas dengan tipu muslihat saja, yaitu dengan mengangkat Amru bin Sa’id menjadi putera mahkota. Akan tetapi tidak lama kemudian dia dipanggil untuk menghadap, pengangkatan itu dibatalkan dan ‘Amru bin Sa’id dibunuh, kepalanya dilemparkan kepada pengiringnya yang menunggu di bawah. Menyaksikan peristiwa itu laskar ‘Amru bin Sa’id kecil hati dan lari cerai berai. Dengan kematian ‘Amru bin Said ini selamatlah ia dari bahaya terakhir yang menggerogoti kekuasaannya.

C. PERBAIKAN YANG DILAKUKAN ABDUL MALIK
1. Perbaikan administrasi Daulah
Sebelum Abdul Malik memerintah, mata uang yang beredar dalam masyarakat adalah mata uang Persia dan Bizantium. Di zaman Abdul Malik didirikan pabrik mata uang di Damaskus, pada mata uang itu terdapat tulisan laa ilaha illa Allah, yang dibaliknya ada tulisan nama khalifah sendiri. Dan surat-menyurat dalam dewan keuangan diganti ke Bahasa Arab.
2. Memperbaiki Pos Intelejen
Ia menyempurnakan sistem pos intelejen yang sebelumnya telah berjalan, setiap jarak jauh seperjalanan kuda didirikan tempat pemberhentian utuk mengamati.
3. Membentuk Mahkamah Agung
Untuk memeriksa dan mengadilli perkara-perkra pembesar tinggi dan orang-orang yang di pemerintahan, Abdul Malik memebentuk pengadilan agung. Hakim yang mengepalai mahkamah ini adalah seorang ternama dan salah seorang ahli dalam hukum-hukum agama.
4. Mendirikan Bangunan yang Megah
Abdul Malik tidak lupa memperbaiki kota-kota dengan mendirikan gedung-gedung yang indah, seperti rumah suci Qubbatu Sakhra di Baitul Maqdis dan lain-lain.

D. KEMATIAN ABDUL MALIK
Sesudah memerintah selama 21 tahun, Abdul Malik wafat di Damaskus dalam usia 60 tahun. Kurang lebih delapan tahun dihabiskan untuk memberantas pemberontakan dan menghadapi persengketaan dengan Abdullah bin Zubair.

6. AL-WALID BIN ABDUL MALIK (86-96 H,= 705-715 M )
Zaman keemasan Bani Umayah
Zaman khalifah al-walid bin Abdul Malik adalah merupakan zaman keemasan dan kemegahan Bani Umayah dan di zaman ini juga kebudayaan tumbuh pesat, bangunan-bangunan megah, masjid yang indah juga diperbarui.
Khalifah al-Walid juga dikenal dengan khalifah yang penyantun kepada fakir-miskin. Dia sangat memerhatikan keadaan rakyatnya.

Perluasan Wilayah di Zaman Al-Walid
Ke daerah timur
Laskar al-Walid telah sampai ke seberang sungai Jihon dan Sungai Sihon. menaklukkan negeri Bukhara dan Samarkhand, yaitu dua negeri yang trletak di Asia Tengah dan mayoritas penduduknya dari bangsa Turki
Ke daerah Barat
Walid memperkuat kedudukan Islam di Maghribil Aqsha (Barat Jauh).
Islam merambah Eropa
Daulat Islam selalu mengintai peluang yang baik untuk menaklukkan Andalusia (Spanyol).
Pembebasan Andalusia
pada tahun 92 H (711 M) Thariq bin Ziyad menyebrang ke Andalusia (Spanyol) dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Graf Yulian. Dengan penaklukkan ini Islam telah mengadakan perombakan dan perbaikan secara menyeluruh dan besar-besaran, baik dari sistem kenegaraan, strata sosial, ilmu pengetahuan dan segala segi kehidupan bermasyarakat.
Al-Walid memerintah selama 9 tahun 7 buln, ia wafat pada usia 4 tahun 6 bulan. Dimakamkan di Damaskus, sepeninggalnya diangkatlh saudara kandungnya Sulaiman bin Abdul Malik sebagai pengganti.

7. SULAIMAN BIN ABDUL MALIK (96-99 H,= 715-717 M)
Haluan Sulaiman bin Abdul Malik
Di zaman khalifah Sulaiman bin Abdul Malik kemewahan mewarnai negara. Siasatnya sangat berbeda dengan ayahandanya Abdul Malik dan saudaranya Al-Walid.
Pengepungan konstantinopel yang ketiga
Kota konstantinopel di kepung laskar Islam untuk ketiga kalinya pada masa pemerintahan Sulaiman. Sebelum Al-Walid wafat, ia telah menyiapkan angkatan perang besar untuk menyerang Konstantinopel dibawah pimpinan saudaranya Maslamah Bin Abd Malik,usaha ini di teruskan oleh Sulaiman.
Akan tetapi ketika pengepungan berada pada puncaknya, pangeran Leo berkhianat, ia berbalik memerangi orang islam. Armada Islam dibakarnya sehingga banyak sekali tentara Arab yang mati. Mereka kembali ke Syam dengan menderita kerugian yang sangat besar.

8.UMAR BIN ABDUL AZIZ (99-101 H = 717-720 M)
Umar bin Abd Aziz dipandang umat islam seperti khalifah Umar bin Khattab dalam keadilan dan kesalahannya. Hal ini tidak mengherankan , karena sesungguhnya ibu Umar bin Abd Aziz adalah seorang puteri dari ‘Ashim bin Umar bin Al Khattab.Maka ia mewarisi beberapa sifat yang mulia dari kakeknya Umar bin Khattab , seperti zuhud, wara’,adil, dan ahli ilmu agama.
Karena kepribadian dan siasatnya yang mengikuti khalifah Umar bin Khattab itulah maka sebagian orang menjulukinya sebagai ‘khulafa’urrasyiddin yang ke lima’ .
Siasat Dalam Negeri Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abd Aziz mengganti wali-wali yang diangkat oleh Sulaiman dengan orang –orang yang dipandangnya cakap, dan layak untuk mendapatkan jabatan itu. Mereka bertanggung jawab penuh atas kesempurnaan jalannya pemerintahan dalam wilayah mereka masing-masing dihadapan khalifah. Mereka tidak boleh menjatuhkan hukuman mati atas seseorang sebelum ketetapannya disetujui oleh khalifah .
Siasat Luar Negeri Umar bin Abd Aziz
Ia menjauhkan diri dari penaklukan negeri-negeri. Angkatan perang Islam yang sedang mengepung Konstantinopel di panggilnya pulang ke Damaskus. Minatnya dihadapkan kepada perluasan agama Islam.
Kematian Umar bin Abdul Aziz
Ia memerintah hanya 2 Tahun 2 Bulan lamanya, namun namanya harum semerbak sepanjang masa, karena sifat-sifatnya yang mulia, sebagian orang menjulukinya sebagai khulafa’urrasyiddin yang ke 5. Khalifah yang budiman itu wafat pada tahun 101 H (720M) pada usia 39 Tahun, dengan tidak mewasiatkan pangkat khalifah kepada putranya.

9. YAZID BIN ABDUL MALIK(101-105 H = 720 – 724 M )
Pada permulaan pemerintahannya Yazid bin Abdul Malik mengikuti jejak khalifah Umar bin Abdul Aziz. Akan tetapi yang demikian itu hanya sebentar, tidak lama kemudian timbul dari tindakannya yang menyebabkan kekalutan dalam kerajaan.
Sendi kedaulatan Bani Umayyah mulai goyah,di Jazirah Arab terjadi huru-hara dan pemberontakan.
Dizaman khalifah Yazid inilah keluarga Bani Abbas mulai menghimpun kekuatan di khurrasan pada tahun 103 H ( 722 M). Keluarga inilah yang nanti akan meruntuhkan kekuasaan Bani Umayyah. Pada masa Yazid ini pula lahir seorang bernama Abul Abbas Assafah (penumpah darah) , yaitu khalifah pertama dari keluarga Bani Abbas .
Khalifah Yazid wafat pada tahun 105 H(724 M) pada usia 40 Tahun. Pemerintahannya yang hanya 4 Tahun 1 Bulan ini diwarnai dengan kemewahan dan huru-hara .
10.HISYAM BIN ABDUL MALIK ( 105 – 125 H =724-743 M).
Hisyam bin Abdul Malik ditetapkan sebagai khalifah di hari wafatnya Yazid pada tahun 105 H ( 724 M). Dia seorang khalifah yang bijaksana, budiman, mulia dan perkasa. Ia dikenal sebagai seorang negarawan yang pandai , mempunyai ketelitian dan pandangan yang tajam.

SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA DAULAT BANI UMAYYAH
1. Penghianatan atas diri Ali bin Abi Thalib
Dengan tipu daya dan kebijaksanaannya ia dapat memusnahkan segala rintangan yang menghadangnya dan mematahkan perlawanan kaum Kawarij dan Syi’ah. Namun ia telah melakukan kesalahan besar, yaitu dengan perbuatannya yang selalu menghina Ali bin Abi Thalib dan merendahkan derajatnya pada khutbah-khutbahnya di hadapan ummat Islam. Inilah yang menyalakan api kemarahan Syi’ah kepadanya.
2. Melanggar janji dengan Hasan bin Ali
Kesalahan yang kedua ialah pelanggaran atas janji yang ia ikrarkan kepada Hasan bin Ali yaitu bahwa pengangkatan khalifah sepeninggalannya harus diserahkan kepada ijma’ ummat islam. Janji ini telah dibatalkan dengan pengangkatan Yazid sebagai putra mahkota. Inilah yang menyebabkan terjadinya perang karbala dan terbunuhnya Husein bin Ali, peperangan yang sangat mengenaskan hati ummat Islam sehingga mereka banyak yang memihak kepada keturunan Ali bin Fatimah.
3. Ta’assub Jahihiyah
Kegemaran khalifah-khalifah terakhir Bani Umayyah, yang banyak menghabiskan waktunya untuk bermain-main dengan kemewahan yang tidak terbatas, sehingga mereka kurang mengacuhkan urusan kerajaan. Hal ini yang menambah kebencian Ummat Islam kepada pemerintahan keluarga itu. Adat-istiadat istana Byzantium yang menimbulkan kerusakan batin,banyak yang mereka tiru.
4. Pengangkatan dua orang putera Mahkota
Pengangkatan dua orang putera mahkota juga sangat buruk akibatnya. Putera mahkota yang lebih dahulu menduduki singgasana khalifah, berusaha memecat saudaranya dan melantik puteranya sendiri. Hal ini menimbulkan perpecahan dalam tubuh keluarga Bani Umayyah. Kemudian khalifah yang baru membalaskan dendamnya kepada siapa saja yang membantu singgasananya. Oleh karena itu perhatian dan simpati rakyat menjadi pudar. Disaat demikian Abu Muslim muncul membawa suara baru dan janji perbaikan, dibawah bendera Bani Abbas.

Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan menyebabkan kehancuran antara lain:
1. Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. pengaturannya tidak jelas. ketidak jelasan sistem pergantian Khalifah ini menyebabkan teerjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa di pisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. sisa-sisa Syi'ah [para pengikut Ali] dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah . penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan (Bani Kalb)yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuam dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatuinferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keterunan Al-Abbas ibn Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan syiah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.




BAB III
PENUTUP


• Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipudaya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. dia menyebutkan "khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.
• kekuasaan Bani Umayah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tetapi ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayah ini adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik ibn Marwan (685-705 M). Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim ibn Abdul Al-Malik (724-743 M).
• Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. dizaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan, disebelah timur, Muawiyah dapat mmenguasai daerah khurasan sampai ke sungai Oxsus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstatinopel. Ekspansi ke Timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd Al-Malik. Dia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxsus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Ferghana, dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India. dan dpat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
• ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid ibn Al-Malik. masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. umat islam merasa hidup bahagia. pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedidi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa, yaitu pada tahun711 M. setelah Aljazair dan Maroko dapat di tundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan islam, dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dengan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. ibukota Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari masyarakat setempatyang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di Zaman Umar ibn Abd Al-Aziz, serangan dilakukan ke prancis melalui pegunungan Piranee. serangan ini dipinpin oleh Abd Al-Rahman ibn Abdullah Al-Ghafiqi. ia mulaai dengan menyerang Bordeau, Poitiriers. darisana ia mencoba menyerang Tours. namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. disamping daerah-daerah tersebut diatas, pulau-pulau yang terdapat dilaut tengah juga jatuh ke tangan islam pada zaman Bani Umayyah ini.
• dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah inii, betul=betul sangan luas. daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Siria, Palestina, Jazirah Arabia, Iraq, sebagian Asia Kecil, persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kisgis di Asia Tengah.
• Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah yang mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap serta peralatannya disepanjang jalan. dia jugaberusha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. pada masa nya, jabatan khusus seorang hakim [qadhi] mulai berkembang menjadi propesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis di bidang nya. Abd Al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang di pakai di daerah-daerah yang di kuasai islam. untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan arab. khalifah Abd Al- Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan abnimisrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi admistrasi pemerintahan Islam.
• keberhasilan khalifah Abd Al-Malik di ikuti oleh putranya Al-Walid ibn Abd Al-Malik[705-715 M] seorang yang berkemawan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.dia membangun panti-panti untuk orang cacat. semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini di gaji oleh negara secara tetap. dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
• meskipun keberhasilan banyak di capai pinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negri dapat di anggap stabil. muawiyah tidak menaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebut kan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah muawiah di serah kan kepada pemilihan umat Islam. deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan muncul nya gerakan-gerakan oposisi rakyat yang mengakibatkan terjadi nya perang sau-dara beberapa kali dan berkelanjutan.
• ketika yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur madinah, memintanya untuk memeksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. bersamaan dengan itu, Syi'ah [pengikut Ali] melakukan konsolidasi [penggabungan] kekutan kembali. perlawanan terhadab Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. pada tahun 680 M. ia pindah dari makkah ke Kufaha tas permintaan golongan Syi'ah yang ada di Irak. umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. mereka mengangkat Husein sebagai Khalifah. dalam pertempuran yang tidak seimbang di karbela, sebuah daerah di dekat Khufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di karbela.
• perlawanan orang-orang Syi'ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras, lebih gigih, dan tersebar luas. banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi'ah terjadi. yang termashur di antaranya adalah pemberontakan Mukhtar di kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali, yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari persia,Armelia, dan lain-lain yang pada masa Bani Umayyah dianggap sabagai warga negara kelas dua. Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, gerakan Abdullah ibn Zubair. namun,ibn Zubair juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah
• abdullah ibn zubair membina gerakan oposisinya di makkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid .Akan tetapi,dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein Ibn Ali terbunuh . Tentara Yazid kemudian mengepung Makkah . Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan . Namun , peperangan terhenti karna Yazid wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus . Gerakan Abdullah Ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa ke khalifahan Abd Al-Malik . Tentara Bani Umayyah dipimpin Al-hajjaj berangkat menuju Thaif , kemudian ke Madinah ,dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah . Ka'bah diserbu.Keluarga Zubair dan
sahabatnya melarikan diri , semenara Ibn Zubair sendiri dengan gigih melakkukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H / 692 M.
• Selain gerakan diatas , gerakan - gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan -gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintah dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah - daerah kekuasaan di wilayah Timur (meliputi kota-kota disekitar Asia Tengah ) dan wilayah afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.
• Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Al-Aziz (717-720M).Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya . Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri .Meskipun masa pemerintahan nya sangat singkat , dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi'ah.Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.Pajak diperingan.Kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
• sepeninggal Umar ibn Abd Al-Aziz, kekusaan bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid ibn Abd Al- malik [720-724 M.] penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamayan, pada zamannya berubah menjadi kacau. dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid ibn Abd Al-malik .kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-malik [724-743 M.] bahkan, di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang di dukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. dalam perkembangan berikutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan dinasi Umayyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. sebenarnya Hisyam ibn Abd Al-malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat khalipah tidak berdaya mematahkannya.
• sepeninggal Hisyam ibn Abd Al-malik, Khalifah-Khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. hal ini makin memperkuat golongan oposisi. akhirnya, pada tahun 750 M. daulat Umayyah digulingkan bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-khurasani. marwan bin Muhammad. khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke mesir, di tangkap dan di bunuh di sana.
• Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan menyebabkan kehancuran antara lain:
a. sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. pengaturannya tidak jelas. ketidak jelasan sistem pergantian Khalifah ini menyebabkan teerjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
b. latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa di pisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. sisa-sisa Syi'ah [para pengikut Ali] dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah . penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
c. pada masa kekuasaan Bani Umayah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arabia Selatan (Bani Kalb)yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuam dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatuinferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
d. lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
e. penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keterunan Al-Abbas ibn Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan syiah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

DAFTAR PUSTAKA

Bag. Kurikulum KMI,(2005). Tarikh islam, Ponorogo:Pondok Modern Darussalam Gontor
Ma’arif, Majid(2012).Sejarah Hadis, Jakarta : Nur Al-Huda
Yatim, Badri,(2010).SEJARAH PERADABAN ISLAM,Jakarta: PT.Raja Gafindo Persada

loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929