loading...

Contoh Pembahasan Makalah

January 10, 2017
loading...

BAB I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini tersusun hingga selesai.kaidah tafsir,adalah ketetapan-ketetapanyang membantu seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan-pesan al qur’an dan menjelaskan apa yang di musykil dari kandungan ayat-ayatnya.ketetapan-ketetapan tersebut merupakan patokan bagi mufasir untuk memahami kandungan dan pesan-pesan al-Qur’an yang dalam menerapkannya memerlukan kejelian dan kehati-hatian, apalagi sebagai kaidah yang dijadikan patokan itu mengandung pengecualiyan-pengecualian layaknya kaidah ilmu-ilmu lainnya.















BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum memasuki rincian bahasan tentang upaya memahami pesan-pesan ayat, terlebih dahulu penulis ingin menggarisbawahi satu hal yang sangat esensi menyangkut upaya memahami pesan-pesan allah dalam al-Qur’an, yakni tentang pola intraksi dengan al-Qur’an. intraksi mengandung makna hubungan timbal balik. intraksi dengan al-Qur’an adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan al-Qur’an dan antara alqur’an dengan manusia. masing-masing melakukan aksi dan disambut dengan reaksi oleh mitra intraksinya. Pada hakikatnya intraksi itu bermula dari allah dengan hadirnya al-Qur’an di tengah masyarakat. dia hadir mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. enam ribu lebih ayat dan dalam kurun 22tahun lebih silih berganti lagi dengan berbagai ragam ayat turun. al-Qur’an mengajak manusia ajakannya. di sini manusia diharapkan menyambut ajakan itu. dalam kontek interaksi manusia dengan al-Qur’an, yang pertama di tuntut adalah ke iklasan, dalam arti kejernihan motivasi untuk memahami maksud firman-firman Allah, karena niat adalah jiwa dan pendorong utama segala aktivitas sehingga dengan ketulusan itu akan lahir kesungguhan untuk mempelajarinya.








Sejak lembaran awal dari mushaf al-Qur’an di temukan pertanyaan-nya bahwa kitab al-Qur’an itu “la raiba fihi” yang maknanya "tidak ada keraguan menyangkut kandungannya ”juga berarti“ tidak ada kewajaran terhadap untuk di ragukan ” atau“ janganlah ragu terhadapnya” larangan ragu di sini adalah keraguan yang lahir dari kecurugaan dan sikap subjektif. memang, ragu ada yang lahir karena bukti-bukti yang belum memuaskan menyentuh pikiran/hati, ini tidak terlarang. nabi Ibrahim as. pun pernah bertanya tentang bagaimana allah menghidupkan yang mati karena hati beliyau ketika itu belum mantap. Allah lalu menunjukkan kepada beliau hal-hal yang mengikis keraguannya
sebagaimana firman allah:
وازقا ل ابراهيم رب ارني كيف تحيي الموتى قل اولم توءمن قا ل بلى ولكن ليطمن قلبي قال فخز اربعه من الطيرفصرهن ا ليك ثم اجعل على كل جبل منهن جزءثم ادعهن يا تينك سعيا واعلم ان الله عزيزحكيم
Artinya:dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: ya tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang mati. Allah berpirman: belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: aku telah meyakinkannya,akan tetapi agar hatiku tetap mantap(dengan imanku) Allah berpirman: kalau demikian ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana. (QS.al-baqarah, ayat,260).
Keraguan semacam ini mendorong yang mengalaminya untuk membahas dan mencari kebenaran guna menemukannya. Sedang ragu yang kedua adalah yang di sertai kecurigaan dan buruk sangka. ini biasanya mendorong yang mengalaminya untuk mencari dalil guna mendukung buruk sangkanya.Yang berinteraksi dengan al-Qur’an dituntut untuk berusaha mengenalnya dengan tulus dan kalau ada keraguan yang hinggap di dalam hatinya, maka hendaklah ia berusaha untuk menemukan kebenaran. al-Qur’an menampilkan sekian banyak bukti untuk menampik keraguan siapapun melalui apa yang di istilahkan dengan mukjzat alqur’an.
Jika seseorang ingin mendapatkan petunjuk dan keterangan yang lebih banyak lagi serta di antar mencapai keyakinan yang mantap, maka ia harus hidup dalam lingkungan al-Qur’an sehingga merasakan bahwa al-Qur’an berdialog, bahkan bersabat dengannya. dalam kontek ini sementara pakar berkata “ jika anda ingin berbicara dengan allah maka berdoa lah, dan jika anda ingin Allah berbicara dengan anda, maka bacalah al-Qur’an. Bersahabatlah dengan al-Qur’an. ” Sahabat akan menyampaikan kepada sahabatnyan rahasia-rahasianya, yang tidak di sampaikan kepada siapa yang sekedar berkenalan dengannya. yakinlah bahwa jika anda bersahabat dengannya dan bermohon kepada Allah, pasti yang anda peroleh lebih banyak daripada usaha anda. Itu serupa dengan seorang anak yang meminta permen. jika dia mengambil sendiri tanpa bantuan orang dewasa, maka yang dapat di ambilnya hanya sekedar sebanyak kemampuan kedua telapak tangannya yang kecil, tetapi jika seorang dewasa yang memberinya, maka dia akan memperoleh jauh lebih banyak. yang penting ketika itu adalah sang anak menunjukkan minatnya memperoleh permen dan berusaha sebisanya untuk mendapatkannya.
Nabi Ibrahim as. Begitu dekat kepada Allah sehingga beliau digelar dengan Khalilullah/teman yang masukke renungan hatinya yang terdalam persahabatan dengan Allah. QS an nisa ayat 125.
ومن ا حسن د ينا ممن اسلم وجهه لله وهو محسن واتبع مله ابراهيم حنيفا واتخزالله ابراهيم خليل
Artinya: dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengajarkan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus, dan Allah mengambil Ibrahim kesayangannya.
Karena itu, Allah menunjukkan kepadanya malakut as-samawat wa ar ardh QS. al-an’am,ayat75.
وكزلك نري ابرهيم ملكوت السماوات والارض وليكو ن من المو قنين
Artinya:dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan di langit dan di bumi, dan (kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.

Kata malakut dipahami antar lain sebagai alam gaib dan rahasia-rahasia jiwa atau kekuasaan allah yang demikian besar di langit dan di bumi. Selanjutnya, yang di tuntut dari yang berintraksi dengan alqur’an adalah sikap rendah hati. tidak merasa diri tau segalanya, apalagi angkuh dan merasa semuanya dapat dijangkau oleh nalarnya atau apa yang di jangkaunya adalah karena usahanya sendiri. para malaikat pun menegaskan: Mahasuci engkau! tiada pengetahan bagi kami kecuali apa yang engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya engkau maha mengetahui lagi maha bijaksana, karena itu, jangan paksakan kehendak anda dan tergesa-gesa menetapkan makna ayat. Jangan menetapkan makna dengan pikiran tampa dasar. ketahuilah bahwa sesungguhnya dugaan yang tidak berdasar tidak dapat mengantar kepada kebenaran.
Camkanlah kitab nabi Musa as. bersama hamba Allah yang soleh , yang konon bernama Khidir.nabi Musa as. diperintahkan Allah belajar kepadanya ketiga beliau menduga beliau adalah orang yang paling tahu karena beliau seorang nabi yang brbicara dengan Allah. sang guru Khidir berpagi-pagi menegaskan bahwa Musa tidak mampu mengikutunya karena dia tidak sabar. tetapi karena nabi musa mendesak, maka sang guru berkata, kalau engkau mengikuti aku, maka janganlah bertanya kepadaku tentang sesuatu yang sulit sampai aku menjelaskan kepadamu. begitulah antara lain semestinya sikap manusia yang berintraksi dengan al-Qur’an. sekali lagi jangan memaksakan pendapat anda atau bahkan memaksakan diri untuk menyingkapi dalam waktu singkat kandungan ayat yang anda pelajari. bertawaqquf-lah, yakni hentikanlah sementara penelitian setelah sekian lama anda meneliti dan belum juga menemukannya.
hentikaknlah, sambil mengharap kiranya satu ketika anda atau orang lain menemukan apa yang selama ini belum anda temukan. Allah telah berjanji bahwa satu ketika di menunjukkan kebenaran ayat-ayatnya sampai mereka akan mengetahui bahwa memang alqur’an adalah haq. di pihak lain, Allah swt, menyambut baik siapun yang melangkahkan kaki dan meluruskan niat untuk memahami al-Qur’an.


Berpagi-pagi dan berulang-ulang di tegaskannya sambil bersumpah “sungguh kami telah mempermudah alqur’an untuk menjadi pelajaran/peringatan, maka adakah yag ingin mengingat/mengambil pelajaran. Allah juga berjanji untuk menambah petunjuknya bagi mereka yang telah memperoleh petunjuk. ini berarti bahwa makna-makna baru yang belum diketahui oleh seorang sebelum nya dapat diraih nya berkat bantuan Allah swt. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa dalam wahyu pertama perintah iqra’ disebut dua kali. Yang pertama merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam kontek membaca dan yang kedua dalam kontek menjelaskan kemahamurahan/limpahan kurnia allah melalui penegasan sifatnya al-aqrom. Satu kata yang merupakan sifat allah yang tidak ditemukan padanan patron super latif itu kecuali dalam kontek perintah membaca pada wahyu pertama itu. Disisi lain, pengajaran disebutnya dua kali, sekali dengan menyebut sarananya yakni pena/hasil tulisan melalui kalimat al-ladzi allama bi al-qalam” dan yang kedua tampa menyebut sarana, tetapi langsung menunjuk penganugrah ilmu, yakni Allah swt dengan firman nya
(علم ا لانسن ما لم يعلم)
Artinya: mengajari manusia apa-apa yang tidak tau.(QS.al-alaq.ayat 5)
Yang kedua ini di anugrahkannya kepada yang tulus, dan bersahabat dengan al-Qur’an. nah, setelah dipaparkan secara singkat pola intraksi di atas, maka kini baiklah digaris bawahi salah satu ciri al-Qur’an yang dijelaskan dalam konteks atau dari sisi kemampuan manusia memahami nya,
katakan lah kesungguhan usaha yang harus dilakukan nya, yaitu firman nya
(هو ا لزى انزل عليك ا لكتب منهء ا يت محكمت هن ا م ا لكتب واخر متشبهت فا ما ا لزين فى قلو بهم ز يغ فيتبعو ن ما تشبه منه ابتغاء الفتنة و ا بتغاءتا ويله الا الله ولرسسخون فى العلم يقو لو ن ء منا به كل من عند ربنا و ما يزكرالا او لوا الالبب)
Artinya: “dialah yang menurunkan alkitab (alqur’an) kepadamu, Di antara ayat-ayat nya yang muhkamat, itulah isi pokok isi alqur’an, dan yang lain mutasyabihat, adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecendrungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh sebagai ayat-ayat yang mutasyabihat itu untuk menimbulkan fitnah/kekacauan dan untuk mencari-cari dengan sungguh-sungguh takwillnya (yang sesuai dengan kesesatan mereka), padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, kami beriman dengannya semua dari sisi tuhan kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya melainkan ulul albab. QS.Ali-Imran, ayat: 7
Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang apa yang di maksud dengan muhkam yang dari segi bahasa berarti jelas maknanya dan mutasyabihat yakni yang samar ayat di atas mengandung pesan bagi setiap yang berusaha memahami alqur’an agar berhati-hati dan mempersiapkan diri dalam menarik pesan-pesannya. ini karena al-Qur’an tidak menjelaskan apa yang mutasyabih dan di mana tepatnya ayat-ayat yang mana, sehingga secara teoretis bisa saja apa yang anda duga muhkam, itu adalah mutasyabih atau sebaliknya, sebagai mana yang tidak jarang terjadi di kalangan ulama sendiri.
Memang harus di akui bahwa untuk mencapai tahap yang meyakinkan tentang kebenaran fenapsiran ayat, bukanlah satu hal yang mudah, bahkan ulamak mengakui bahwa sedikit sekali yang sifatnya pasti/meyakinkan dalam penafsiran ayat-ayat alqur’an. bacalah uraian yang akan datang dalam buku ini menyangkut qath’i dan zhanny.
Selanjutnya, dalam konteks pemahaman alqur’an, janga menduga bahwa karena kebanyakan ayat-ayat al-Qur’an bersipat muhkam (jelas maknanya) atau apa yang di istilahkan oleh al-Qur’an umm al albab, bahwa dengan demikian,kandungannya dapat anda tangkap tampa berpikir, atau tampa menggunakan perangkat yang di butuhkan jangan menduga jalan terbentang luas, lalu anda dapat berjalan seenaknya tampa memperhatikan kiri, kanan, muka, dan belakang. sedekat apapun jarak antara sesuatu dengan anda, anda tidak dapat menjankaunya tampa usaha atau gerak, lebih-lebih jika anda tidak mengetahui bagaimana cara meraihnya, atau mana jalan yang harus di tempuh.
Nah jalan itulah yang diupayakan oleh pakar-pakar ilmu al-Qur’an untuk di bentangkan dan anda di persilahkan melangkah menuju kesana. jangan juga menduga bahwa karna Allah telah bersumpah” mempermudahkan al-Qur’an untuk menjadi pelajaran”. Lalu anda tidak perlu bersungguh-sungguh mempelajarinya.
Memang, kemudahan yang dijanjikan itu bukan berarti tampa kesungguhan usaha atau tampa kebutuhan kepada ilmu-ilmu tafsir. Ini serupa dengan ucapan seorang menyangkut buku-buku ilmiah yang dihidangkan dengan bahasa populer. Bukan ini mudah dalam arti ia dapat mengerti asal mau membacanya dengan tekut dan memeliki datar belakang memadai tentang objek yang dihidangkan dalam buku itu. bahasa al-Qur’an mudah, bukan seperti bahasa para dukun atau penyihir dan pranormal yang sering kali mengucapkan kalimat-kalimat asing tampa jelas makna nya. bahasa al-Qur’an dan sajian nya bukan seperti sementara filosop yang sengaja menyulit-nyulitkan bahasanya agar terkesan oleh masyarakat umum bahwa mereka adalah orang-orang khusus yang memiliki kedudukan melebihi kedudukan orang awan. Al-Qur’an tidak demikian Allah melukiskan firman-firmannya itu sebagai:
بلسان عر بى مبين
“dengan bahasa arab yang jelas” QS.asy-syu’ara’ayat 190.
Karena itulah maka seseorang tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan terbatas atau sekedar melihat terjemah ayat-ayat. dia memerlukan seperangkat pengetahuan menyangkut beberapa disiplin ilmu. ulma-ulama besar yang memiliki perangkat keilmuan itu sekalipun berkesimpulan bahwa pada umumnya hasil-hasil penapsiran/istihad mereka adalah zhamny/dugaan yang kuat. memang, penafsiran yang sifatnya dugaan dalam bidang hukum di telorelansi, berbeda dalam bidang aqidah yang bersifat qathi / pasti. hanya saja kata dugaan disini tidak serupa dengan keraguan atau syak. Zhan dugaan adalah kemungkinan yang lebih besar, karena memiliki indikator-indikator pendukung yang amat memadai kekuatannya.
Selanjutnya perlu juga disadari bahwa pemahaman tentang makna susunan kalimat bagi yang mendengar/membacanya adalah relatif. yang dapat memstikan apa yang di maksud oleh seseorang yang berkata: saya belum makan hamyalah pengucapan sendiri. Pemahaman nya itu dinamai dilalah haqiqiah. adapun pemahaman anda atau siapapun, maka secara umum sifatnya relatif, yakni tidak pasti dan karena itu ia dinamai dilalah nisbiah. kalau dalam ucapan manusia demikian itu hanya, maka tentu lebih-lebih lagi firman-firman Allah. tetapi jangan berkata karena penafsiran adalah nisbi, maka penafsiran siapa saja adalah benar dan dapat diterima, seperti dugaan sementara orang yang menganut tiori hermeneutika, karena kenisbian pun harus memiliki dasar dan patokan-patokan. kecantikan adalah nisbi, tetapi jangan menunjuk seorang wanita yang gemuk, buta sebelah, lagi sumbing lalu berkata: ini ratu kecantikan sejagat, dengan berdalih kecantikan adalah nisbi.
Perlu juga digaris bawahi bahwa memahami kata demi kata dalam satu susunan tidak otomatis menjadikan seseorang memahami dengan baik keseluruhan susunan itu. Ini, antara lain, karena bisa jadi ada satu kata yang secara isolatif atau berdiri sendiri telah difahami makna nya, tetapi begitu dia terangkai dengan kata lain, makna nya berubah. Sebagai cotoh, jika anda menemukan rangkaian kata rumah dan tangga. Maka anda keliru jika mendengar unkapan bahwa. Si A membangun rumah tangga, lalu anda memahami nya bahwa dia sedang mendirikan bangunan bertingkat untuk dihuni dan tangga untuk menjadi alat menuju keatas.
Dalam al-Qur’an ditemukan kata raif, secara umum di artikan ragu. Tetapi bila kata ini dirangkaikan dengan kata manun yang secara berdiri sendiri antara lain bermakna kematian, maka tidak lah benar jika raif al-manun yang ditemukan adalah dalam surat at-thur ayat 30 diartikan keraguan tentang kematian, karena gabungan kedua kata tersebut pada hakikatnya berarti pristiwa-pristiwa yang terjadi dan mengakibatkan keresahan/kecelakan. Itu sebabnya dalam kontek qaidah tafsir, azzarkasi dalam al-burhan menegaskan bahwa : semua kata raif dalam al-qur’an berarti ragu, kecuali yang terangkai dengan kata al-manun. Kekeliruan juga dapat terjadi, kendati seseorang telah mengetahui semua makna kuasa kata satu susunan/ayat, tetapi memperhatikan bentuk susunan kata-katanya karena didahulukan nya penyebutan sesuatu, objek atau subjek, berbeda kandungan pesannya dengan menempatkan nya dibelakang.
Kalimat yang tersusun dalam bentuk jumlah ismiah berbeda penekanan maknanya dengan kalimat yang berbentuk jumlah fi’liah tidak mengetahui kontek ucapan juga merupakan salah sebab kekekliruan, Jika saya berkata: saya belum makan, ucapan ini bisa dipahami dalam berbagai makna, antara lain, saya masih kenyang, atau saya lapar, atau jangan habiskan makanan yang ada. Disisni kontek akan sangat diperlukan yang sangat membantu dalam menentapkan makna. imam abu Ishaq asyathibi menulis bahwa, tidak dibenarkan seseorang hanya memperhatikan bagian dari satu pembicaraan kecuali saat ia bermaksud untuk memehami arti lahiriah dari satu kesatuan kata menurut pengertian kebahasaan etimologi, bukan maksud menurut pembicaraannya.
Pakar hukum itu juga mengingatkan bahwa, makna yang dikandung oleh teks dapat berbeda akibat perbedaan kondisi waktu mengarahkan pandangan hanya pada awal pembicaraan tampa akhir nya, atau akhirnya saja tampa awalnya, karena persoalan kendati beraneka ragam kalimat-kalimatnya saling kait berkait. Ia adalah satu kesatuan, paling tidak dalam konteks al-Qur’an adalah satu kesatuan surat, kontek dalam bahasan ilmu-ilmu al-Qura’n mencakup apa yang diistilahkan dengan asbab annuzul dan munasabah, baik dalam arti hubungan antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, maupun hubungan antara satu ayat dengan antara ayat yang lain ditempat yang terpisah.
Di samping itu, kontek juga dapat berarti siap, yakni situasi dan kondisi penbicaraan, baik menyngkut pembicara, mitra bicara, atau hal-hal lain, sebagai manan Kn di uraikan nanti. Al-hasil, ada sekian banyak yang harus menjadi perhatian mufasir sebelom menyimpulkan makna yang dikandung oleh satu susunan. kembali keayat diatas, penulis ingin mengajak semua pihak yang berkecimpung dalam studi al-Qura’n untuk mencamkan panggilan akhir firman nya itu yakni:
فا ماااز ين فى قلوبهم ز يغ فيتبعون ما تشبه منه ابتغاء الفتنه وا بتغاءتا ويله
Artinya:“adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecendrungankepada kesatuan,maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh sebagai ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah/kekacauan dan untuk mencari-cari dengan sungguh-sungguh takwilnya yang sesuai dengan kesesatan mereka”QS.Ali imran. ayat 7.
tujuan mereka mencari-cari dengan sungguh-sungguh takwilnya mengandung isyarat bahwa mereka adalah mencari-cari dan bahwa itu mereka lakukan bukan atas dasar pengetahuan atau kemampuan.
Sebaliknya pujian di berikan kepada ar- rasikhin fi ilmi/orang yang dalam lagi mantap pengetahannya. Mereka berkata:
ءامنابه كل من عند ربنا
“kami beriman kepadanya.kesemuanya bersumber dari sisi tuhan kami,yakni allah yang mengetahui lagi bijak sana.
Akhir ayat tersebut menegaskan bahwa:
ومايزكر الا او لوا الاابب
“Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran(melainkan)melainkan ulul albab.
Ulul alab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni,yang tidak diselubungi oleh kabut ide, yang dapat mengakibatkan kerancuan dalam berpikir dan juga mereka memiliki imam yang mantap dan akhlak yang luhur. karena jika seseorang memperturutkan skilnya semata-mata, apalagi akal yang di penuhi oleh kabut-kabut ide, maka subjektivitasnya muncul dan rayuwan negatif pun hadir. agaknya itulah sebabnya, maka ayat yang di bicarakan ini, di susun dengan menjelaskan do’a para ulul albab itu:
ربنالاتزغ قلو بنا بعد ا ز هديتناوهب لنامن لدنك رحمه انك انت الو ها ب
“mereka berdo’a : tuhan kami janganlah biyarkan hati kami menyimpang dari kebenaran setelah engkau tunjuki kami. anukrahilah kami rahmat dari sisi mu, sesungguhnya hanya engkaulah Maha Pemberi anuqrah” (QS.ali imran:8)
Yang terakhir yang penulis ingin garisbawahi adalah firmannya yang menyatakan:
ساصرف عن ء ايتى الزين يتكبرون فى الا رض بغير الحق
Artinya:“akan ku palingkan diri mereka yang bersifat angkuh di permukaan bumi tampa alasan yang dibenarkan” QS.AL Araf: ayat 146.
Karena itu, jangan pernah angkuh, sehingga enggan belajar dan belajar dari apa dan siapapun. jangan juga hanya mengandalkan akal/kemampuan anda semata dan sendiri. yakinlah kebenaran ucapan para malaikat yang diabadikan al- Qur’an bahwa:
سبحنك لا علم لنا الاما علمتنا ا نك انت العليم الحكيم
“Mahasuci engkau , ya Allah, kami tidak memiliki pengetahuan kecuali apa yang engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau Maha mengetahui lagi maha bijaksana. QS.al-baqarah:ayat 32.



BAB III
KESIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa pesan ilahi bagi penafsiran al-Qur’an pada hakikatnya intraksi itu bermula dari allah dengan hadirnya alqur’an di tengah masyaraka, dia hadir mengajak manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, jika seorang ingin mendapatkan petunjuk dan keterangan yang lebih banyak lagi serta di antar mencapai keyakinan yang mantap, maka ia harus hidup dalam lingkungan al-Qur’an sehingga merasakan bahwa al-Qur’an berdialog,bahkan bersahabat denganya, dan tidak boleh merasa diri tau segalanya


DAPTAR PUSTAKA

Abu Zaid, Nazher Hamit, Mafhum An-Nazh Dirasat Fi Ulumu Al-Qur’an, Beirut: Al-Markaz Ats-Tsaqafi Al-Araby, 1994
Al-Aqqad, Abbas Mahmud, Al-Falsafah Al-Qur’aniyah, Berikut: Dar Al-Kitab Al-Lubnany, Beirut, 1977
Prof. Dr.M.Quraish Shihab, Ma. Lahir Di Rappang Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944.
Faris, Ahmad Ibn, Maqayis Al-Lughah, Beirut: Al-Fikr, 1994
Alfatih, Suryadilaga. Metodologi Ilmu Tafsir
Asy,Syirbbashi,Ahmad.Sejarah Tafsir Qur’an.
Abd.Rahman Dahlan,Kaidah-Kaidah Tafsir
Anwar,Rosihon.Ilmu Tafsir,Bandung Pustaka Setia,2005
Chirzin, Muhammad, Al-Qur’an Dan Ulumul Qur’an
M.Baqir Hakim,Ulumul Qur’an(Jakarta Al-Huda.2006)
Nasaruddin Umar,Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains Dan Sosial(Jakarta.Amzah,2007)



loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929