loading...

Sejarah Marketing Public Relation

April 17, 2017
loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi selalu dilakukan manusia di dalam aktifitasnya sehari-hari. Kegiatan komunikasi juga berlaku di dalam kegiatan organisasi, baik itu menyangkut komunikasi internal maupun komunikasi eksternal organisasi, dimana Humas (Public Relations) mempunyai peranan dalam kegiatan tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh organisasi, secara internal lebih di tunjukan kepada pembinaan manajemen organisasi bagi karyawan, sedangkan komunikasi yang di lakukan secara eksternal lebih ditunjukan kepada pelayanan tugas organisasi, pembinaan hubungan baik (relationship), ataupun pelaksanaan kegiatan yang membutuhkan keterlibatan masyarakat/public.
Peran Humas di dalam suatu organisasi (pemerintah ataupun swasta) dapat optimal apabila Humas tersebut difungsikan sebagaimana mestinya mengacu kepada pendapat F. Rachmadi, fungsi Humas adalah sebagai “fungsi manejemen dimana kedudukan Humas didalam suatu organisasi mampu memberikan masukan kepada pihak manajemen dengan kegiatan-kegiatan Humas baik secara internal maupun secara eksternal” (F.Rachmadi,1995:5)
Peranan Marketing Public Relations sangat dirasakan dalam pengelolahan suatu organisasi/istansi, karena pihak istansi berharap agar Marketing Public Relations dapat lebih meningkatkan orientasi dalam terwujudnya pengembangan image dari istansi. Bertolak dari kesadaran dan tanggung jaawab tersebut,pihak manajemen suatu istansi harus memahami bahwa dalam mengejar keuntungan mereka juga harus memperhatikan konsumen.












BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Marketing Public Relation
Butler dari Universitas of Chicago adalah orang pertama yang mengadopsi konsep pemasaran secara lebih luas. Pemasaran tidak dianggapnya hanya sebatas penjualan saja. Tahun 1949, mulailah masuk unsur-unsur lain ke dalam pemasaran. Pada tahun 1964, Borden memperkenalkan konsep barunya tentang marketing mix. Baru setelah istilah tersebut muncul, istilah komunikasi pemasaranpun berkembang dan difahami bahwa ilmu tersebut bersifat multi disipliner.
Pada tahun 1962, management konsultan Chester Burger membuat artikel berjudul “Credibility : When PR’s Works,” burger menulis :“Jika tujuannya adalah untuk mendapatkan ‘iklan gratis’, kemungkinan besar akan gagal dalam membatu penjualan produk tersebut. Jika di sisi lain, tujuannya adalah untuk mendukung editorial independen media, melakukan publisitas yeng berbentuk editorial akan memang diperlukan , atas keberhasilan peluncuran produk baru dan kemungkinan besar akan berhasil. Orang yang membaca artikel, enam kali lebih banyak daripada orang yang membaca iklan. Sangat sedikit iklan yang dibaca oleh lebih dari satu pembaca. Jadi, jika anda membuat iklan-iklan terlihat seperti halaman editorial atau artikel, anda akan dapat menarik lebih banyak pembaca”
Istilah marketing mix digunakan pula oleh E. Jerome McCarthy, seorang professor pemasaran dari Michigan State University yang menulis buku dasar-dasar marketing. Istilah marketing mix yang dimunculkan oleh McCarthy didalamnya berisi tentang Product, price, place, promotion pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an di USA, karena public relations dapat memperluas dan mendukung dalam penjualan product dan jasa. Akan tetapi Philip kotler yang mempopulerkan-nya, dan Philip kotler juga memasukkan dua P lagi yakni Power, power disini adalah push strategy (mendorong), serta P yang berikutnya yaitu Pull Strategy (menarik).
Berawal dari mega marketing tersebut maka lahirlah Marketing Public Relations pada tahun 1990-an, karena makin banyak perusahaan yang ingin memperluas distribusi product dan jasa, namun persaingan semakin ketat, baik dalam hal harga maupun dalam hal promosi. Selain itu perusahaan yang sedang maju dan berkembang menghadapi kenyataan bahwa kelompok stakeholder yang bukan konsumen berposisi sebagai blocking stakeholder (penghalang).
Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yakni dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu product atau jasa. Public Relations menjadi efektif menopang fungsi marketing, harus terlebih dahulu dahulu diperjelas perencanaan marketing. MPR merupakan Public Relations dalam konteks pemasaran, lebih jauh lagi MPR membantu dan melengkapi dalam pencapaian tujuan pemasaran sebuah product atau jasa.
Tahun 1991 muncul konsep baru Marketing Public Relations (MPR), ketika Thomas L. Harris meluncurkan buku The Marketer’s Guide to Public Relations. Sewindu kemudian, Tom Harris mengenalkan Value Added Public Relations: The Secret Weapon of Integrated Marketing (1998). Buku kedua ini memperlihatkan kedahsyatan peran public relations (PR) dalam konteks pemasaran terpadu.
Harris yang telah berusia 75 tahun menulis lagi topik yang sama bersama Patricia T. Whalen, The Marketer’s Guide to Public Relations in the 21st Century (2006), namun disertai perkembangan peta bisnis abad 21 yang sangat berbeda karena dampak yang luar biasa akibat kehadiran media interaktif digital seperti internet dan mobile media.
Perubahan lansekap bisnis itu semakin menguatkan peran PR dibanding periklanan massal yang mulai memudar. Daniel J. Edelman, pendiri dan Chairman Edelman berkomentar dalam buku ini dengan menyatakan bahwa PR adalah elemen terpenting dalam kampanye merek. Al Ries pencetus konsep positioning dan penulis The Fall of Advertising and the Rise of PR (2003) yang mendapat sorotan tajam malah berpendapat, iklan adalah pilihan karir abad 20, sementara PR adalah pilihan karir abad 21.
Don E. Schultz, konseptor IMC (Integrated Marketing Communications) mengakui sejumlah kasus dan ilustrasi yang ditampilkan Harris dan Whalen mampu memadukan komunikasi pemasaran ke jenjang yang lebih canggih. Bahkan pakar sekaliber Philip Kotler, sang guru pemasaran dalam pengantar buku ini mengakui semakin tidak efektifnya iklan massal, berbarengan dengan pemunculan media baru. Fenomena yang ditemukan justru kekuatan baru berupa pemberitaan media, event, program berbasis komunitas, penciptaan atmosfir dan kekuatan komunikasi.
B. Kekuatan Marketing Public Relations
Manajemen Public Relations secara langsung mencoba mendukung promosi perusahaan atau produk serta pembentukan citra. Ia berfungsi mendukung fungsi pemasaran yang awalnya seringkali bertolak belakang dengan PR, sehingga kegiatan-kegiatan MPR harus menjadi bagian atau dipadukan dengan program pemasaran. Misalnya kegiatan MPR produsen rokok antara lain bertujuan menekan persepsi masyarakat bahwa rokok adalah musuh masyarakat.
Dulu MPR lebih dikenal dengan publisitas, yang tugasnya mengusahakan editorial space-lawan dari paid space-diberbagai media untuk mempromosikan atau mengkatrol sebuah produk, layanan, gagasan, tempat, tokoh atau organisasi.
Namun MPR memiliki fungsi yang lebih jauh, sekaligus juga sebagai kekuatannya. Adapun kekuatan MPR tersebut adalah:
1. Mendukung peluncuran produk: sukses luar biasa produk perangkat lunak Microsoft: windowe antara lain berkat MPR yang cerdik.
2. Membantu repositioning produk: kota New York sangat jelek di mata pers hingga tahun 1970-an ketika kampanye “I Love New York” diluncurkan. Pemda Yogyakarta dibantu MarkPlus dan Landor mengkampanyekan “Jogja Never Ending Asia” di kalangan warga dan wisatawan.
3. Mempopulerkan kategori produk tertentu: di Amerika, asosiasi dagang dan perusahaan memanfaatkan MPR untuk menimbulkan minat baru pada komoditas yag menurun popularitasnya seperti telur, susu, keju, daging, dan kentang.
4. Mempengaruhi kelompok sasaran tertentu: Agar memperoleh simpati kaum muda, HM Sampoerna membentuk Yayasan Sampoerna yang programnya antara lain memberi beasiswa pada ribuan pelajar dan mahasiswa dan mensponsori lomba kreatifitas film teve anak-anak di kalangan pelajar SD dan SMP. A Mild Live productions yang mengadakan serangkaian konser di puluhan kota di Indonesia bertujuan ganda: event retention, yaitu mengingatkan dan menahan pemakai produk agar tetap setia dan event acquisition, menarik konsumen baru. Tema music love, loud & legendary Concerts ada tiga, yaitu bernuansa cinta (Padi dan Sheila on 7), cadas (boomerang dan /rif) dan legendaris Crisye disesuaikan dengan karakter kotanya masing-masing.
5. Membela produk yang lagi dalam masalah: ketika Kratingdaeng terganjal masalah kandungan kafeinnya uang tak sesuai dengan label kemasannya, perusahaan cepat-cepat meminta maaf dan menarik produknya dari pasaran serta melakukan langkah-langkah untuk memulihkan citra produk.
6. Membangun cintra perusahaan uang ikut mengkerek citra produk: menjadi pembicara di berbagai seminar, talkshow, serta pendirian Musesum REkor Indonesia adalah sejumlah upaya Jaya Suprana yang ikut menciptakan citra yang mentuntungkabagi produk Jamu Jago.
Di saat efektifitas iklan massa dirasa makin menurun, belakangan pemasar lebih memalingkan perhatiannya kepada MPR. Mereka menyadari bahwa MPR sangat efektif dalam membangun awareness dan brand knowledge, baik untuk produk lama maupun baru. MPR juga sangat efektif untuk berinteraksi dngan masyarakat setempat dan menjangkau kelompok atau etnis tertentu. MPR juga lebih efektif dari segi biaya ketimbang iklan. Walau begitu, MPR harus dipadukan dengan program iklan. Perusahaan Gillete bahkan menyediakan anggaran MPR bagi semua manager mereknya dan mereka justeru harus mempertanggung jawabkan pada manajemen puncak kalau tidak menghabiskan anggaran MPR itu.
MPR yang kreatif bisa mempengaruhi awareness public dengan biaya sepersekian saja dari biaya iklan. Perusahaan tak perlu membayar space atau waktu yang disediakan oleh media. Mereka hanya cukup menggaji beberapa staf untuk membuat dan menyebarkan cerita serta mengadakan even-even tertentu. Beberapa perusahaan mensponsori bahkan menamai even tersebut dengan nama produk atau perusahaan, seperti Gebyar BCA, Liga Mandiri, HP Hour, dan Kontes Gadis Tiara Sunsilk.
Sementara praktisi humas akan terus membidik public sasaran melalui media massa, MPR memanfaatkan teknik dan teknologi pemasaran respon langsung (direct-response marketing) agar dapat menjangkau anggota audiens sasaran secara one to one. Humas dan direct-response marketing dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
1. Menciptakan kegairahan pasar sebelum program ikan dimulai: misalnya, kesempatan pengumuman produk baru bisa menjadi peluang untuk menggerakan publisitas dan untuk mendramatisir produk.
2. Mengembangkan basis pelanggan inti: pemasar makin menyadari pentingnya memelihara loyalitas pelanggan, lantaran biaya memelihara satu pelanggan ternyata jauh lebih murah ketimbang menjaring satu pelanggan baru.
3. Menjalin hubungan one to one dengan para pelanggan: pemasar bisa saja menggunakan hotline telpon atau nomer telpon 800, juga internet, untuk menjalin dan menjaga hubungan dengan pelanggan secara perseorangan.
4. Mengubah pelanggan yang puas menjadi pembela (advocate): basis data dan profil konsumen dapat menjamin kepuasan konsumen yang secara sukarela berperan sebagai model dan jurubicara produk.
5. Mempengaruhi tokoh berpengaruh: influencer bisa saja seorang tokoh seperti guru, dokter, atau apoteker, namun dapat juga seseorang yang memiliki hubungan khas one to one dengan konsumen, seperti penata rambut, atau pelatih olah raga pribadi.
C. Pengertian Marketing Public Relations
Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad baik (goodwill) dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat. Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai informasi dari perusahaan terhadap citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk tertentu.
Marketing Public Relations (MPR) penekanannya bukan pada selling (seperti kegiatan periklanan), namun pada pemberian informasi, pendidikan dan upaya peningkatan pengertian lewat penambahan pengetahuan mengenai suatu merek Produk atau jasa, perusahaan akan lebih kuat dampaknya dan agar lebih lama diingat oleh nasabah. Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk.
Marketing Public Relations adalah proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi berisi informasi yang dapat dipercaya dan kesan yang menggambarkan perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan ( Roslan, 2001). Menurut Rhenald Kasali, Khalayak Marketing Public Relations adalah masyarakat dan konsumen. (2003). Berdasarkan pendapat tersebut, marketing public relation dapat diartikan sebagai pengelolaan komunikasi untuk memotivasi pembelian, dan kepuasan pelanggan, konsumen, dan masyarakat.
Marketing Public Relations menunjukkan adanya lalu lintas informasi dua arah mengenai produk dan atau organisasi. Bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, marketing public relations mengkomunikasikan segenap konsep dan gagasan organisasi sehingga dalam benak publik sasaran berkembang motivasi untuk melakukan pembelian.
Menurut Thomas L. Harris (1991) seperti dikutip oleh Ruslan (2010) Marketing Public Relations is the process of planning and evaluating programs, that encourage purchase and customer through credible communicayion of information on impression that identify companies and their products with the needs concerns of customers. (sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan).
Secara umum MPR adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan keuapasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keingian dan kepentingan bagi para konsumennya. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Marketing Public Relations merupakan perpaduan pelaksanaan program dan strategi pemasaran (marketing strategy implementation) dengan tkivitas program kerja public relations (work program of Public relations).
Pengertian MPR dari Thomas L. Harris tersebut di atas tidak jauh beda dari pengertian yang didefinisikan oleh Philip Kotler, yaitu: “Marketing Public Relations work because it adds value to product thought its unique ability to lend credibility to product message.” (MPR bekerja untuk menambah nilai produk melalui kemampuan yang unik untuk memberikan kredibilitas ke dalam pesan produk).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Marketing Public Relations merupakan perpaduan pelaksanaan program dan strategi pemasaran (marketing strategy implementation) dengan tkivitas program kerja public relations (work program of Public relations). Dalam pelaksanaannya terdapat tiga strategi penting, yakni; Pull strategy, public relations memiliki dan harus mengembangkan kekuatan untuk menarik perhatian publik. Push strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mendorong berhasilnya pemasaran. Pass strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang menguntungkan.
Jelas, marketing dalam Marketing Public Relations tidaklah dalam pengertian sempit. Tetapi berkaitan dengan aspek-aspek perluasan pengaruh, informative, peusasif, dan edukatif, baik segi perluasan pemasaran (makes a marketing) atas suatu produk atau jasa, maupun yang berkaitan dengan perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an influence) dari suatu kekuatan lembaga atas terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan.
D. Tugas-tugas Marketing Public Relations
1. Merencanakan alat / media sosialisasi yang up to date mengikuti tuntutan dan kebutuhan dinamika yang ada di masyarakat
2. Merencanakan Tehnik, Taktik dan strategi pemasaran yang efektif dan produktif yang nantinya digunakan untuk mensosialisasikan program yang dibuka lembaga kepada publik / khalayak ramai.
3. Meramalkan / Forcasting produk pemasaran dan / media sosialisasi lembaga
4. Memproduksi alat pemasaran (brosur,famlet,spanduk,dan alat-alat pemasaran yang lain yang akan digunakan sebagai alat sosialisasi).
5. Mencari data dan memetakan pangsa pasar ( Sekolah, PT, lembaga ; swasta maupun negeri dan DUDI ) yang akan digunakan sebagai target obyek pemasaran atau sosialisasi.
6. Mengajukan dengan proaktif atas surat / ijin / proposal tawaran kerjasama dengan lembaga swasta maupun negeri termasuk DUDI untuk bekerjasama dalam rangka sosialisasi lembaga
7. Merencanakan saluran distribusi dan implementasi distribusi alat pemasaran / media sosialisasi yang lainnya kepada obyek pemasaran / kalayak ramai / publik
8. Merencanakan jadwal waktu prog. pemasaran secara kontinyu dan sekaligus realisasi di lapang sesuai target segmentasi pasar sebagai dasar pembuatan brosur / media publikasi / sosialisasi program intensif dan program 1 tahun
9. Menginventarisir dokumen dan semua bentuk dan jenis media publikasi / alat pemasaran sebagai dasar koreksi / bahkan pertimbangan / referensi / acuan selanjutnya.
10. Membuat dokumentasi dan grafik atas trend – trend hasil program pemasaran / sosialisasi lembaga ( rekruting peserta didik, media / alat sosialisasi dll )
11. Membuat laporan atas hasil program pemasaran / sosialisasi yang mencakup segmentasi pasar, jenis dan kuantitas media publikasi, dan alokasi waktu termasuk didalamnya target anggaran dengan perolehan peserta didik secara periodik dan kontinyu.
12. Menindaklanjuti setiap proposal penawaran kerjasama dari berbagai institusi lain yang telah mendapat ACC dari Kabag. Humas dan Pemasaran berdasarkan kesepakatan ke-2 belah pihak dan tetap menjaga keharmonisan hubungan ke –2 institusi.
13. Memantau dan secara simultan menindaklanjuti secara administratif “ rekapitulasi hasil “ atas berbagai angket / quisioner / form pendaftaran mengenai “ asal sumber informasi kursus – program “ yang di isi oleh calon peserta didik di lingkungan lembaga.



E. Kontribusi Marketing Public Relations
Banyak perusahaan yang berpaling ke marketing public relations untuk langsung mendukung promosi dan pembentukan citra perusahaan atau produk. Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur, melainkan juga harus berhubungan dengan sejumlah besar masyarakat yang berkepentingan dan public relations meliputi berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing – masing produknya.
Adapun tujuan marketing public relations adalah meyakinkan konsumen akan merek suatu produk yang sedang dipasarkan dan membina hubungan baik dengan konsumen melalui program komunikasi pemasaran. Sedangkan Kotler dan Keller (2008:247) menyatakan bahwa Marketing public relations dapat berkontribusi terhadap berbagai tujuan pemasaran, yaitu
1. Meningkatkan kesadaran.
2. Membangun kredibilitas.
3. Menstimulasi tenaga penjual dan saluran perantara
4. Serta mengurangi biaya promosi
Merujuk kenyataan ini, Philip Kotler yang pertama kali memunculkan konsep megamarketing yang merupakan perpaduan antara kekuatan public relations dan marketing. Philip Kotler menampilkan gagasan megamarketing dengan memasukan tambahan dua unsur “P” lagi pada keempat yang konvensional. Yang pertama adalah Power yang menyandang potensi push strategi dan public relations yang menyandang potensi pull strategi.










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Marketing Public Relations adalah proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi berisi informasi yang dapat dipercaya dan kesan yang menggambarkan perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad baik (goodwill) dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat.
Adapun tujuan marketing public relations adalah meyakinkan konsumen akan merek suatu produk yang sedang dipasarkan dan membina hubungan baik dengan konsumen melalui program komunikasi pemasaran. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga strategi penting, yakni; Pull strategy, public relations memiliki dan harus mengembangkan kekuatan untuk menarik perhatian publik. Push strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mendorong berhasilnya pemasaran. Pass strategy, public relations memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang menguntungkan.



DAFTAR PUSTAKA
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations, Erlangga, Jakarta, 2000.
Rachmadi, F, Public Relations Dalam Teori dan Praktek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada, 1998.

loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929