loading...

Konsep Inflasi

September 17, 2013
loading...
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Inflasi Infalasi sering diartikan sebagai kecenderungan naiknya harga secara umumdan terus menerus dalam waktu dan tempat tertetntu (Konteweg dkk dalam Setyawan; 2004). Keberadaannya sering diartikan sebagai salah satu masalah utama dalam perekoomian Negara; selain pengangguran dan kitidakseimbangan neraca pembayaran.Namun demikian, meskipun menjadi salah satu masalah besar dalam perekonomian sebagian ahli espakatbahwa dampak poitif inflasi akan maksimal dengan tingkat inflasi yang agakrendah, berkisar antara 5%-6% pertahun(Glassburner dan Chandra dakan Setyawan; 2004). Dengan kata lain, tingkat inflasi yang kurang atau lebih dari angka tersebut akan memiliki kecenderungan memberi dampak negative bagi perekonomian. Perubahan tingkatharga aggregate yang sering terjadi dan merupakan fenomena yang di perhatikan lebih penting karena secara praktis inflasi terjadi dan sulit di antisipasi. Pada umumnya anlisis mengenai inflsi ini dihubungkan dengan sektor nominal maupun moneter. Dalam dektor nominal inflasi memiliki pengaruh yang besar dalam prosesproduk dan permintaan barang sedangkan dalam sektor moneter, dianggap sebagai pemacu terjadinya inflasi. Inflasi dapat di defenisikan sebagai suatu proses kenaikan harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (Persentaase Pertambhan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari negar ke Negara lain. Ada kalnya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai di bawah 4-6 persen. Tingkat inflasi yang mederet encapai di antara 5-10 persen.Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberpa ratus atau beberapa nilai persen dalam setahun. Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di akibatkan oleh banyak factor di negeri-negeri industri. Pada umunya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut: 1. Tingkat pengeluaran aggregate yang melbihi kemempuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang merupakan kebutuhan akan mendororng para konsumen miminta barang itu padaharga yang lebih tinggi. 2. Pekerja-pekerjan di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah kenaikan upah ( Sukirno,2002). Inflasi didefenisikan sebgai kecanderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disisni adalah bahwa kenaikan tersbut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga barang-barang menjelang Lebaran, Natal dan Tahun Baru, atauhari libur lainnya cenderung naik. Namun setelah perayaan selesai masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula.Maka kenaikan harga seperti itu tidak dianggapsebagai inflasi (Djihanpitro; 2008) Inflasi adalah suaru kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara terus-menerus kenaikan dari satu atau dua jenis barang saja dan tidak menyeret harga barang lain tidak bias diebut inflasi. Kenaikan harga secara musiman serta tidak punya pengaruh lajutan tidak bias di sebut inflasi (Sinungan, 1991) Samoelson dan Nordhaus dalam Djohanputro (2008) mengkatagorikan inflasi menjadi tiga: 1. Loe inflation atau disebut juga inflasi satu dijit (seingle digit inflation), yaitu inflasi dibawah 10%.Inflasi ini masih dianggap normal. Dalam rentang inflasi ini, orang masih percaya pada uang danmasih mau memegang uang. 2. galloping inflation atau doeble digit bahkan triple digit inflation, yang didefenisikan antara 20% sampai 200% pertahun. Inflasi seperti ini sering terjadikarena permintanaan yang lemah, perang revolusi atau kejadian lain yang menyebabkan barang tidak tesedia sementara uang berlimpah, sehingga orangtidak percaya pada uang. 3. Hyperinflation yaitu infalsi 200% pertahun. Dalam keaadan seperti ini orang tidak percaya pada uang. Lebih baik melanjutkan uang dan menyimpan uang. MenurutManulang (1980) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi senantiasa meningkatkan harga-harga pada umunya atau suatu keadaan turunnya nilai uang. Infalsi terjadi karena semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat untuk menentukan nilai uang harus pula di perlukan factor-faktor kecaptan peredaran uang(V) (factor permintaan uangterhadap uang) makadapat di ketakan bahwa inflasi terjadi karena adanya perubahan pengeluaran seluruhnya dalam hubungannya dengan jumlah barang yang ditawarkan untuk di jual.Dengan demikian dapata pula dikatakan kedua besaran itu saling imbang-mengimbangi. Inflasi akan terjadi jika kedua besaran itu tidak saling mengimbangi. 2.1.1.1 Penyebab terjadinya inflasi Secara teorotis timbulnya inflasi dapat dikarenakan oleh beberapa hal. Menurut Soediyono dalam setyawan (2004), dari sebab-musebabnya inflasi dapat timbul karena adanya peningkatan permintaan masyarakat (demand pull inflation) karena desakan naiknya biaya produksi (cost push inflation), sarta karena keduanya (mixedinflation). 1. Demand pull inflation Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh adanya factor-faktor yang mendorong agregate demand sehingga terjadi excess demand yang menekan harga untuk naik. Peningkatan agragate demand pada saat terjadinya kondisi full employment akan menyebabakan terjadinya kelebihan permintaan pada dasar barang dan jasa sehingga harga barang dan jasa pun akan naik. Kenaikan barang dan jasa dengan diikuti kenaikan hargafaktor-faktor produksi inilah yang merupakan inflasi bagi perekonomian.. Untuk mendaptakan gambran bagaimana inflasi terjadi akibat sdari dorongan peningkatan permintaan permintaan ini dapat diperhatikan gambar berikut: ………………………………………. Dalam gambartersebut diatas terlihat bahwa seperti telah dijelaskan karena JUB meningkat, permintaan masyarakat untuk berkonsumsi akan cenderung meningakt, dan peningkatan ini akan menggeser kurva permintaan ke kanan (Demand 2), sehinngga meskipun produksi dan permintaan naik dari Q1 ke Q, namun harga akan naik dari P1 ke P2, sehingga bila ini terjadi pada semua barang akan menimbulkan influsi. 2. Cost Push Inflation Pada kondisi cosh-push inflation tingaktpenawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan hal ini karena adanya kenaikan harga faktor-faktor produksi sehingga prudusen terpaksa mengurangi produksinya sampai jumlah tertentu. Ada beberapa fktor kenaikan biaya produksi akan menimbulkan cost push inflation yaitu sbb: 1. Adanya tuntutan kenaikan upah dari para pekerja 2. Adanya industri yang monopolis yang memberikan kekuatan pada pengusaha untuk menguasai pasar dan selanjutnya menaikkan harga lebih tingg. Hal tersebut membuat harga-harga factor produksi yang digunakan dalam industri mengalami kenaikan. 3. Kenaikan bahan baku 4. Pemerintah terlalu berambisi menguasai sumber-sumber ekonomi didalam jumlah yang besar yang seharusnya dapat diserahkan kapada pihak swasta. 5. Adanya efek-efek psikologis pada masyarakat sepertiadanya issue devaluasi yang menyebabkan permintaan masyarakat terhadap produk barang yang melonjak drastic. Permintaaan yang besar terjadi dalam waktu singkat tersebut tidak dapat di penuhi seluruhnya dan mengakibatkan kenaikan harga-harga. 6. Adanya kebijakan pemerintah baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi yang bersifat memicu kenaikan tarif angkutan umum kenaikan tarif listrik, kenaikan gaji pegawai yang dibiayai dengan pencetakan uang. Sementara itu proses terjadinya inflasi karena dorongan biaya produksi dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut: …………………………………… Dari gambar diatas terlihat bahwa kenaikan harag (dari p1 ke p2) terjadi akibat meningkatnyabiaya produksi yang mrndororng produsen untuk mengurangi jumlah produksinya (garis supply 1 bergeser ke kiri menuju supply 2). Akibatnya jumlah produksi berkurang dan harga naik dari P1 ke P2. 3. Mixed Inflayion Inflasi campuran adalah inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara demand full inflation dan cost push inflation. Adanya peningkatan agragate demand menyebabkan kenaikan harga yang kemudian diikuti oleh peningkatan agregata supply sehingga harga naik lebih tinggi. Interaksi antara agregate demand dan agregate supply yang menekan harga untuk meningkat ini dikatakan sebagai akibat adanyaa harapan (Expection) bahwa tingkat harga danupah akan meningkat atau karena adanya kelembanan (inertia) dari inflasi masa lalu. ………………………………… Dalam keadaaan full employment (E0) terjadi peningkatan aggregate demand dari AD0 ke Ad1 sehingga equilibribim baru terjadi pada tingkat harga yang lebih tinggi. Jika timbul harapan atau perkiraaan akan terjadi cost push inflation mendorong aggregate supply keatas sehingga tingkat harga pun naik ke P2. Inflasi ini akan terus berlanjut dan berjalan secara spiral dimana suatu keadaan akan mendororng kekuatan lain untuk naik dan saling memperkuat. Dengan pendapat yang sedikit berbeda, Nopirin (1997) berpendapat bahwa karena inflasi merupakan proses kenaiakan harga-harga umum dimana harga umum ditentukan oleh prmintaan dan penawaran agragate. Oleh karena itu, pengendalian inflasi lebih dapat dilakukan melalui dua variable tersebut. Sementara itu menurut Boedino dalam setyawan (2004) dilihat dari asalnya inflasi dapat timbul ekonomi dari aktivitas ekonomi dalam negeri (domestic inflation) dan dapat pula karena pengaruh komoditi impor (importe inflation). Beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya inflasi antara lain: 1. Model Keynesian 2. Model Ekspektasi 3. Model Moneteris 4. Model Kepemimpinan 5. Model Struktiralis, dan 6. Model NeoStruktural. Dari model-model diatas, dua model terakhir yakni model Strukturalis dan model Neo Struktiral banyak digunakan oleh Negara berkembang seperti Indonesia untuk meneliti masalah inflasi.  Model Strukturalis Masalah struktur timbul dinegara yang ketrgantungan pada produk makanan misalnya, masih tinggi (contoh Indonesia) disisi lain pertumbuhan ekonomi (dan kesempatan kerja) di sector lain cukup tinggi. Menurut model ini berkurangnya sedangkan devisa juga dapat menjadi pemicu terjadinya kenaikan harga, apabila cadangan devisa kecil kemampuan impor kebutuhan bahan baku menjadi berkurang, sehingga produksi berjalan lambat sementara permintaan tetap atau bahan bahkan bertambah  Model NeoStruktural Ada kaitannyaengan model moneterimodel ini juga sepakat bahwa jumlah uang menjadi factor penting penntu besaran inflasi. Hanya saja menurut model ini pengaruh tersebut melalui proses sebagai barikut. Banyaknya uang yang trsedia untuk investasi akan menyebabakan harag uang tersebutyaknitingkat bunganyamenjadi rendah. Rendahnya tingkat bunga akan mendorong meningkatkan tentu saja harga akan lebih rendah (inflassi rendah), begitu pula sebaliknya.(Setyawan2004). Dari beberapa pengertian di atas, terdapat tiga aspek yang mempengaruhi terjadinya inflasi, tiga aspek tersebut yakni: 1. Adanya kecenderungan “(tendency)” harga-harga untuk meningkat yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi atau actual pada waktu tetentu turun atau naik di bandingkan dengan sebelumnya,tetapi menunjukkna kecenderungan yang meningkat. 2. Peningkatan harag tersebut berlangsung :terus-menerus” (sustained) yang berarti bukan terjadi pada satu waktu saja, yakni akibat adanya kenaikan haraga bahan bakar minyak pada awal tahun misalnya. 3. Mencakup pengertian ‘ tingkat harga umum’ (general level of price). Yang berarti tingkat harga meningkat bukan hanya pada suatu atau beberapa komoditi saja (Gunawan, 1991). 2.1.1.2 Jenis-jenis inflasi Adapun jenis-jenis inflasi yang terjadi pada umumnya di bedakan berdasarkan parah atau tidaknya dampak yang ditimbulkan dalam suatu perekonomian dibedakan menjadi 4 (empat) golongan yakni: 1. Ringan,Harga naik sebesar 10 persen per tahun 2. Sedang, Harga naik sebesar 10 persen sampai 30 persen per tahun 3. Berat, Harga naik sebesar 30 persen sampai 100 persen per tahun 4. Hiperinflasi, Harga naik lebih besar dari 100 persen per tahun. Dalam suatu perekonomian inflasi ringan dan sedang ini juga terkadang emwaba dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi, karena dengan adanya inflasi ringan ini (10 persen per tahun) akan merangsang kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini di awali dengan adanya kenaikan harga umum yang menyebabkan masyarakat membutuhkan dana dan pendapat yang lebih untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga mayrakat yang dalam hal ini lebih atau meraka akan menamban jumlah jam kerja dengan harapan dapat meningkatkan penghasilan mereka. Sebaliknya,dalam masainflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian di rasakan lesu, orang menjadi tidak semangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Inflasi juga menyebabkan orag enggan menabung karena nilai mata uang semakin turun. Memamng tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga nilai uang tetap saja turun. Sedangkan berdasarkan sebab-musabab, inflasi dapat dibedakan menjadi dua yiitu: 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation) yang diakibatkan oleh : a. Jumlah uang beredar semakin besar b. Kebijakan pemerintah 2. inflasi yang berasal dari luar negeri ( Inported Inflation) Karena produk-produk yang dihasikan dalam negeri, umumny bahan baku dari luar negeri. 2.1.1.3 Dampak negative dari inflasi yakni: Pertama,Inflasi akan menyebabkan turunnya pendaptan nominal masyarakat yang memiliki pendapatan tetap. Karena dengan penghasilan yang relative tetap, mereka tidak dapat menyesuaikan pendapatannya degan kenaikan hrga yang disebabkankarena inflasi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki penghasilan yang dinamis (pedagang dan engusaha misalnya) seringkali mendapat manfaat dari adanya kenaikan harga tersebut, dengan cara menyesuaikan harga produknya. Dengandemikian pendapatan yang mereka peroleh secara otomatis akan tersesuaikan, dan tidak jarang dengan persentase yang lebih besar. Didalam penjelasannya, Nopirin (2000), menyebutkan dampak pertama ini dengan sebutan efek terhadap pendapatan ( Equity Effect). Kedua, inflasi dapat menyebabkan turunnya nilai nominal kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, denga kata lain selain nilai tukar kas tersebut menjadi lebih kecil, karena secara nominal harus menghadapi harga komoditi per satuan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebaliknya, mereka yang banyak memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva tetap/aset non-likuid (golongan menengah ke atas), justru diuntungkan dengan kenaikan harga tersebut(Kesumajaya dalam Setyawan; 2004). Dengan demikian inflasi akanmembuat jurang kesenjangan yang semakin lebar. Ketiga, inflasi dapat menurunkan nilai tabungan masyarakat, sehingga masyarakat akan cenderung memilih menginvestasikan dananya dalam aktiva yang lebih baik. Dengan kecenderungan ini dunia perbankan akan mengalami kesulitan likuiditas dan sebagai salah satu sumber perolehan dana bagi sector nominal, hal ini tentu tidak sebagai salah satu sumber perolehan dan bagi sector nominal, hal ini tentutidak menguntungkan. Keempat, inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi terhambat. Sebagai contoh di sector perdagangan luar negeri komoditi ekspor Indonesia menjadi kurang dapat bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia. Dengan kata lain kemerosotan produksi akan terjadi, baik untuk produk yang berorientasieksport maupun produk untuk pasar domestic. Hal inisangat berbahaya karena dapat memicu meningkatnya pengangguran di suatu Negara (Khalwaty dalam Setyawan; 2004) Di sisi kurs valuta asing rupiah akan semakin terdepresiasi terhadap mata uang asing, yang pada gilirannya akan menimbulkan masalah lain yang tidak kalah seriusnya, seperti membengkaknya kewajiban pemerintah terhadap kreditur luar negeri. (Harvery dalam Setyawan; 2004) inflasi akan mempengaruhi kinerja perdagangansuatu Negara yang tercermin dalam neraca perdagangannya. Terakhir, inflasi yang tdak terkendali dapat mendorong terjadinya capital outflow ke luar negeri. Pemilik modal akan lebih memilih menginvestasikan danyanya di Negara yang lebih menguntungkan. Begitu pula akan terjadi relokasi manufakatur/nominal ke Negara yang memiliki cost production yang lebih rendah. 2.1.2 Konsep Nilai Tukar Rupiah Karena hubungan internasional melewati batas Negara dimanasetiapegara memiliki mata uang masing-masing sebagai alat tukarnya, maka dalam hubungan tersebut perlu ada kesepakatan mengenai harga produk dalam mata uang masing-masing. Untuk itu diperlukan nilai tukar mata uang ini biasa di sebut kurs. Menurut Tan (2000) Nominal Exchange Rate merupakan gambaran harga domestic relative terhadap harga luar. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Asia (NER), berarti dollar AS di ukur dari nilairupiah. Nilai tukar nominal (Real Exchange Rate) lebih menggambarkan nilaitukar nominalantara dua Negara denganmemperhitungkan tingkat inflasi. Nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang Negara lain mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan eksport. Depresiasi rupiah terhadap dollar AS akan mendorong peningkatan Eksport. Demikian sebaliknya bilaterjadinya apresiasi rupiah. Halini disebabkan produk eksport Indonesia di pasar internasional jadi murah. Secara teoritis depresiasi nilaitukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh tarik menarik antara permintaan dan penawaran. Depresiasi rupiah dalam periode 1983-1986 menunjukkan permintaan dollar AS lebih cepat dari penawaran.meningkatkan permintaan dollar AS paling tidak memberi gambaran bahwa meningkatnyakebuthan akan dollar AS paling tidak memberi gambaran bahwa meningkatnya kebutuhan akan dollar AS untukmembayar cicilan dan bunga utang luar negeri. Dalam perdagangan Internasional, eksportir menerima valuta asing sebagai hasil dari penjualan produknya, tetapi valuta asing tersebut belum dapat langsung dapat dipergunakan dalam Negara. Dipihak lain aimportir membutuhkan valuta asing untuk membayar produk yang di belinya, karena mata uang dalam negerinya memerlukan pesanan valuta asing untuk melakukan transaksi penukaran daya beli mata uang tersebut. Jadi Kurs (Exchange Rate) tidak lain dari nilai satu matauang relative terhadap maat uang lainnya.
loading...
Previous
Next Post »
0 Komentar

Yang sudah kunjung kemari, jangan lupa bagikan ke teman ya

https://go.oclasrv.com/afu.php?zoneid=1401929